Kamis, 19 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-41



Malam harinya. . . .

Kini sebuah persiapan masih menjelang pernikahan hampir seluruhnya telah dipersiapkan. Semua awak istana mulai bekerjasama dalam menghiasi halaman depan istana, juga menghiasi tempat yang akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan. Begitupula dengan ketiga dayang favorit dari Tuan Putri Purindah yang kini mulai menghias Tuan Putri mereka. Dengan memulainya  memakaikannya gaun pengantin,  lalu dilanjutinya menghiasi kedua tangannya dengan ukiran henna..
Mereka bertiga saling berbagi tugas dalam menghiasi Tuan Putri Purindah. Lampu-lampu kecil dihalaman depan Istana mulai terpasang, begitupun dengan lampu-lampu dari sudut-kesudut ditempat didalam Istana. kemudian secara bersamaan lampu-lampu kecil itupun mulai dihidupkan mewarnai keadaan Istana yang masih berduka namun tetap bercampur sedikit kebahagiaan. Karna akan segera diadakannya sebuah pernikahan yang agung.
Keadaan ditempat akan dilakukannya  sebuah ritual pernikahan kini sudah berwarna terang benderang karna kelipan lampu-lampu didalamnya telah dihidupkan, begitupun dengan bunga-bunga sebagai pelengkap didalamnya sudah tertata rapi. Hanya saja tinggal menunggu kehadiran kedua sang pengantin. Sementara itu, diruangan Ratu Gandiki, Pangeran Bheeshma baru saja melihatkan kesiapan pada dirinya didepan cermin didalam ruangan Ratu Gandiki.
Melihat kesiapannya yang sudah matang juga terlihat begitu rapi, Pangeran Bheeshma pun menduduki dirinya masih didepan cermin didepannya. Kemudian dilihatnya Ratu Gandiki sedang berjalan menujunya melihatnya dari cermin didepannya tersebut.
“Kau terlihat begitu tampan, Anakku!”. Ratu Gandiki berkata memujinya setelah berdiam dibelakangnya, melihatnya dicermin didepannya.
“Sudahlah Ibu, Ibu jangan membuatku menjadi salah tingkah lebih dulu, sebelum aku menyelesaikan ritual pernikahanku nanti!”. Pangeran Bheeshma menbalasnya sedikit malu masih melihatnya dicermin didepannya. Kini mereka berdua bersama melihat diri mereka berdua dicermin didepannya.
 “Malam ini, kau sudah cukup menggambarkan kedewasaanmu! Lihatlah pada cermin itu, nak! Dirimu sangat berbeda!”. Ratu Gandiki mengatakan rasa terharunya dengan melihat Pangeran Bheeshma dicermin penuh keharuan.
“Ibu, malam ini aku akan menikahi permaisuriku! Dan karna pakaiian yang sedang aku kenakan inilah, yang membuat Ibu berkata seperti tadi!”. Pangeran Bheeshma mencurahkan isi hatinya dengan juga  melihat Ratu Gandiki dicermin. 
“Malam ini kita semua harus bahagia! Lupakan sejenak duka didisiang hari tadi!”. Ratu Gandiki mengatakan rasa harunya sekali lagi masih melihat Pangeran Bheeshma dicermin didepannya, lalu mendekapnya dari belakang penuh kasih sayang. Pangeran Bheeshma pun menjadi tertawa kecil kepadanya masih melihatnya dicermin menyalurkan rasa bahagianya. Dan Ratu Gandiki mencium pipi kanannya lalu menyandarkan kepalanya kedadanya sebagai bentuk rasa syukurnya.

BHARATAYUDHAserisatu

Beralih kembali ke Tuan Putri Purindah masih didalam ruangannya. Kini ia sudah mulai tampak seperti orang yang sedang duduk bersandar disandaran ditempat tidurnya namun tetap seperti orang yang masih tertidur. Wajahnya begitu cantik dengan hiasan perhiasan menggantung dari atas kepalanya hingga dikeningnya. Dengan memakai gaun berwarna merah muda dirinya begitu anggun terduduk bersandar ditempat tidurnya menantikan seseorang yang akan membawanya dengan menggendongnya.
Bibirnya yang merah, matanya yang berhiaskan memakai warna hitam dipadukan dengan sedikit warna merah muda, membuatnya begitu menjadi seperti hidup. Ditambah lagi dengan kedua pipinya diwajahnya  yang sudah tampak menjadi kemerah-merahan, membuat dirinya menjadi seorang pengantin yang tak kalah cantiknya dengan seorang pengantin yang masih hidup. Auranya telah bersinar, hingga siapapun yang melihatnya kini akan lupa kalau dirinya sudah tidak bernyawa lagi.
Kemudian sosok Ayahnya, Raja Wiranata baru saja memasuki ruangannya dengan melihatnya begitu terkesima karna kecantikan yang terpancar darinya. Raja Wiranata pun berjalan pelan menujunya, mendekati Putrinya yang telah lama menantinya untuk membawanya ketempat yang akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan.
“Lihatlah, malam ini Putriku terlihat begitu cantik! Jauh berbeda pada masa hidupnya pagi tadi!”, Raja Wiranata mengatakan keharuannya dengan masih berjalan mendekatinya. Lalu berhenti didepan jasad Putrinya berkata kembali dengan merlihat lukisan dari mediang istrinya disampingnya.
“Lihatlah istriku! Jasad Putri kita sungguh cantik, bahkan lebih cantik dari masa hidupnya tadi pagi! Aku mulai merasa jika dia kembali hidup menemani aku! Aku hampir berhasil menikahkan Putri kita! Tapi setelahnya, aku harus menitipkannya padamu! Jaga Putri kita baik-baik bersamamu dinirwana sana! Karna aku begitu menyayanginya, seperti aku menyayangimu!”, kata harunya sekali lagi melihat ke lukisan dari median istrinya.
Kemudian Raja Wiranata melihat ketiga dayang favorit dari Putrinya, “Dayang-dayang, aku sudah tidak sabar untuk membawa Putriku menemui pengantin lelakinya! Bantu aku untuk menggendongnya!”, perintahnya menggambarkan rasa semangatnya. Ketiga dayang favorit dari putrinya pun mulai membantunya dengan hati-hati agar kesiapan pernak-pernik dari Tuan Putri Purindah tidak ada yang terganggu.
“Inilah tantangan kami Yang Mulia! Ketahuilah, saat kami bersama menghiasnya tadi, tangan kami begitu bergetar! Kami semua hampir saja tidak berkonsentrasi karna rasa bahagia didalam diri kami masing-masing!”, kata dayang Naura mewakili mengungkap keadaan diri mereka saat masih menghiasi Tuan Putri Purindah tadi. Raja Wiranata pun memberi senyuman bahagia kepada mereka dan akan berjalan membawa Putrinya menuju ketempat yang akan ditujunya tadi.

BHARATAYUDHAserisatu

Kini keluarga dari sang pengantin laki-laki sudah berada  didalam ruangan tempat akan dilakukannya sebuah ritual pernikahan. Begitupula dengan Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu juga ikut serta berada didalamnya. Dan Pangeran Bheeshma kini sudah terduduk manis didepan api suci sambil menanti permaisurinya. Mereka yang berada didekatnya pun tak henti-hentinya memberikannya sebuah senyuman kebahagiaan kepadanya.
Hal itu dapat diketahuinya saat dirinya melihat-lihat ke orang-orang didekatnya yang terlihat mengelilinginya. Kemudian keluarganya, Raja kharishma bersama Pangeran karanu, pandangan mereka beralihkan kearah pintu masuk didalam ruangan tersebut. Karna baru saja mereka semua melihat kedatangan Raja Wiranata membawa Putrinya, sebagai sang pengantin wanita berjalan sesuai irama menuju kepada sang pengantin lelakinya.
Pangeran Bheeshma pun mendirikan dirinya menyambut kedatangan permaisurinya yang terlihat begitu cantik, lebih cantik dari biasanya yang pernah terlihat. “Kini dia telah datang dengan kecantikannya! Malam ini, kecantikannya yang tertampak lebih dari kecantikan yang biasanya, kecantkan yang pernah kulihat sebelumnya! Dan dia, adalah seorang permaisuri sejatiku!”, Pangeran Bheeshma menyanjungnya didalam hati setelah mendirikan dirinya memandanginya penuh ketakjuban.

Setelah beberapa saat kemudian. . . .

Dan kini Tuan Putri Purindah, sebagai sang pengantin wanitanya sudah duduk berdampingan bersamanya didepan api suci dengan didampingi ketiga dayang favoritnya yang bertugas membantunya untuk seperti orang yang sedang terduduk manis dan akan melakukan sebuah ritual pernikahannya. Pangeran Bheeshma yang sudah melihatnya terduduk manis namun matanya telah tertutup rapat, memulainya dengan akan meminta restu kepada Raja Gandaka yang sebagai Ayahnya lebih dulu.
“Ayah, malam ini aku meminta restu darimu! Karna malam ini, aku telah menambah tanggung jawabku dengan menikahi seorang Putri dari Wigura!”, Pangeran Bheeshma meminta restu kepadanya dengan memberi salam.
“Tentu, Anakku! Tanpa kau meminta pun, Ayah sudah lebih dulu memberikan restu padamu!”, Raja Gandaka memberikan restunya dengan memegang kedua telapak tangan Pangeran Bheeshma yang masih memberi salam kepadanya.
 Pangeran Bheeshma pun mengerti akan bahasanya, dan mulai tertampak sedikit keharuan ditatapan kedua matanya. Kemudian Pangeran Bheeshma melanjutkannya dengan meminta restu kepadfa Ratu Gandiki yang sebagai Ibunya, setelah Raja Gandaka melepaskan pegangannya dari tangannyai. Ratu Gandiki pun langsung memberinya senyuman kecil bercampur haru ketika mengetahui Pangeran Bheeshma sudah  berada dihadapannya.
“Ibu, aku juga meminta restu darimu! Karana, aku telah berani memilihlagi  wanita lain untuk menjadi wanitaku! Selain dirimu, Ibu! Mohon restumu untuk diriku, dan juga untuknya permaisuriku!”, Pangeran Bheeshma meminta restu dengan memberi salam, berkata sedikit bergetar-getar mengaharukan.
“Jawaban Ibu sama seperti jawaban dari Ayahmu! Ibu sangat merestuimu, Anakku! Akan ada hari bahagia yang sesungguhnya untuk Pangeran dan Permaisuri, Ibu!”, Ratu Gandiki memberikan restunya disambung dengan memberinya sebuah doa’a yang pasti akan terjadi dimasa kehidupannya mendatang.
Pangeran Bheeshma dan  lainnya yang juga mendengarnya sangat tidak mengetahui akan hal itu. Pangeran Bheeshma hanya merasakan sebuah ketenangan didalam hatinya setelah mendengar doa dari Ibunya yang tadi. Lalu Pangeran Bheeshma  mengarahkan pandangannya kepada ketiga saudaranya yang bersama kedua pamannya untuk sejenak dengan sebyuman haru, merekapun kini saling memandangi memancarkan kebahagiaannya masing-masing diraut wajah mereka.
 Setelahnya, Pangeran Bheeshma melangkahkan kakinya untuk pergi ke Raja Wiranata yang sebagai Ayah dari sang pengantin wanitanya yang sebentar lagi akan menjadi permaisurinya. Dan kini ia pun telah berada didepannya berhadapan dengan memberi salam kepadanya, menatapnya masih dengan keharuan.
“Ayah, malam ini aku meminta izin darimu, juga restu darimu! Karna aku akan menikahi Putrimu, dan akan menjadikan Putrimu menajdi milikku! Tapi sebelumnya, maafkanlah aku karna sudah tidak sengaja membuat Putrimu, yang sebentar lagi akan menjadi permaisuriku menjadi keadaan yang seperti ini!”, Pangeran Bheeshma berkata meminta, menyatukan semuanya agar tidak ada yang perlu disesali lagi.
“Tidak, Anakku! Aku baru saja menyadari kalau Putriku sudah melakukan hal yang benar! Kebahagian yang Putriku inginkan, akan segera didapatkannya pada mala mini juga! Menikahlah dengan Putriku yang malang ini, Pangeran Bheeshma! Dan aku tidak melarangmu untuk menikah lagi, disaat kau sudah menikani Putriku pada malam ini!”, Raja wiranata mengungkap kata kesadarannya sedikit haru menatap Pangeran Bheeshma.
“Aku tidak akan pernah untuk menikah lagi! Permaisuriku memang sudah tidak bernyawa lagi, tapi jauh dilubuk hatiku yang paling dalam, permaisuriku sungguh masih hidup! Dan jika aku harus menikah lagi dikehidupanku dimasa mendatang nanti, maka aku akan menikah pada reinkarnasi dari Putrimu, Ayah! Itu janjiku untuk permaisuriku!”, Pangeran Bheeshma mengatakan tekadnya dari kejujurannya dengan menahan airmatanya yang sudah semakin penuh.
Raja Wiranata pun langsung memeluknya erat dicampur dengan rasa bersalah karna sudah mengutuknya siang tadi. Dan Pangeran Bheeshma mulai mejatuhkan airmatanya namun masih menahan tangisannya. Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu menjadi hening sesaat menyaksikan mereka berdua yang saling mengungkap rasa harunya. Raja Gandaka mengusap airmata Ratu Gandiki yang menetes ketika melihat Ratu Gandiki  yang juga melihat kepadanya dengan sejuta keharuan.
Begitupula dengan ketiga saudaranya yang masih bersama kedua pamannya, mereka bersama-sama terdiam begitu terharu karna terbawa oleh suasana. Kemudian Pangeran Karanu mengalihkan pandangannya kepada jasad Tuan Putri Purindah yang masih terduduk sambil berbisik dihatinya, “Temanku yang masih tertidur, tentu kau merasa begitu bahagia karna melihat pemandangan ini!”, lalu meneteskan airmata kanannya masih melihat jasadnya.
Dan sekarang Pangeran Bheeshma telah melepaskan pelukannya, dengan masih berdiri. Dan kemudian dilihatnya Raja Gandaka, Ratu Gandiki, Raja Kharishma, dan juga Raja Wiranata secara bergantian memberi restu kepada jasad Tuan Putri Purindah dengan mencium keningnya penuh keikhlasan.

BHARATAYUDHAserisatu

Setelahnya menyaksikan yang demikian, Pangeran Bheeshma duduk berdampingan kembali bersama jasad Tuan Putri Purindah. Dan kini akan dilakukannya sebuah pemberkatan pernikahan dengan menaburkan serbuk berwarna kuning dengan menggunakan kedua telapak tangan dari masing-masing kedua sang pengantin ke api suci didepannya. Pangeran Bheeshma pun  menaburkan serbuknya ke api suci didepannya bersama dengan jasad Tuan Putri Purindah yang dibantu oleh kedua dayangnya.
Kemudian dilanjuti olehnya dengan memasangkan sebuah kalung berbenangkan hitam keleher jasad Tuan Putri Purindah sebagai sebuah simbol telah menjadi istrinya. Tangannya pun menjadi bergemetar kecil saatnya masih mencoba memakaikan kalung berbenangkan hitam tersebut. Setelah memakaikan kalung tersebut, Pangeran Bheeshma memberikannya serbuk sindu sebagai sudah dijadikannya seorang istri untuknya dikening sampai keubun-ubun diatas kepalanya.    
“Sekarang kau telah resmi menjadi istriku, seorang permaisuri sejati untukku!”, katanya memuji didalam hati setelah memakaikan sindu dikeningnya sampai keubun-ubun diatas kepalanya dari jasadnya. Dan kini Pangeran Bheeshma memakaikannya sebuah kalung dari rangkaiian bunga tujuh rupa, begitupun dengan jasad Tuan Purindah yang memakaikan Pangeran bheeshma sebuah kalung rangkaiian bunga tujuh rupa ditangannya dengan dibantu oleh kedua dayangnya.
Usai sudah mereka berdua melakukan sebuah ritual pemberkatan pernikahan yang sangat sakral itu, kemudian Pangeran Bheeshma akan beralih mengangkat jasad Tuan Putri Purindah untuk berputar sebanyak tujuh kali mengelilingi api suci didepan mereka berdua dengan kedua selendang yang mereka kenakan sudah disatukan yang telah diikatkan oleh Raja Wiranata. Semuanya yang menyaksikannya pun turut memberikan senyuman kebahagiaan.
Karna semua ritual pernikahan yang sudah dilakukan begitu sangat lancar tanpa ada kendala sedikitpun didalamnya. dan Pangeran Bheeshma kini akan melakukan putarannya yang pertama mealui dari Raja Wiranata hingga mendapatkan satu putaran. Diputaran keduanya, mulai terlihat jiwa dari Tuan Putri Purindah ikut bersamanya berputar memutari api suci masih melewati Raja Wiranata. Tuan Putri Purindah pun melihat Ayahnya yang begitu menikmati suasana dalam pernikahannya.
Pada putaran ketiga, jiwa Tuan Putri Purindah melihat ke Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki yang melihat ke jasadnya ditangan Pangeran Bheeshma. Putaran yang keempatnya, jiwa Tuan Putri Purindah melihat ke Raja Kharishma bersama Pangeran Karanu yang masih bersama melihat ke Pangeran Bheeshma. Dan putaran yang kelima, jiwa Tuan Putri Purindah melihat ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma juga kepada kedua paman dari Pangeran Bheeshma.
Sedangkan diputaran keenam jiwa Tuan Putri Purindah hanya melihat ke api suci yang kini masih dikelilinginnya. Dan diputaran ketujuh jiwa Tuan Putri Purindah hanya melihat ke Pangeran Bheeshma yang masih berjalan mengelilingi api suci. Kemudian Pangeran Bheeshma mulai berbisik kecil dihatinya sesaat masih berjalan diputaran yang ketujuh. “Langkahmu seperti tak pernas lepas dari langkahku! Dimana aku mendengar bisikan dari langkahku, disitu aku juga mendengar bisikan dari langkahmu!”.
Bisik kecilnya didalam hati setelah sedari tadi menahan suara bisikan dari langkah kaki Tuan Putri Purindah yang seakan masih mengikutinya. Hubungan bathin keduanya begitu erat melekat pada diri mereka berdua masing-masing. Meskipun salah-satu diantaranya sudah mati tak bernyawa. Tetapi itulah yang dinamakan kekuatan perasaan yang sejati sesungguhnya. Yang tidak dapat diketahui banyak orang alias hanya untuk diri mereka berdua saja. Sebab rasa cinta kita yang merasakan bukan orang lain.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar