Senin, 16 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-33



Kini persidangan tahap kedua kembali dilaksanakan dengan masih membahas hal yang sama. Semua orang yang ikut serta dari persidangan awal sudah dalam kesiapan yang lebih matang duduk ditempatnya masing-masing tanpa bertukar tempat dengan yang lainnya.  Dan Raja Wiranata pun memulai persidangan tahap kedua yang dilaksanakannnya kembali dengan mendahulukan kata permisinya kepada Raja Kharishma dari Karita.
“Salam, Raja Kharishma! Apakah kau masih mengingat tentang pembahasan dipersidangan tahap kedua ini?”. Raja Wiranata memulai dengan berdiri memberi salam kepada Raja Kharishma lalu duduk kembali.
“(memberi salam kembali kepada Raja Wiranata) Tentu saja aku masih mengingatnya, Yang Mulia! Sekarang aku serahkan semuanya kepadamu saja! Jika kau berkenan, maka berikanlah Putraku sebuah hukuman yang sesuai dengan kesalahannya!”. Sebuah perintahnya juga menyerahkan dari Raja Kharishma kepada Raja Wiranata.
“Aku tidak ingin sembarangan untuk memberinya sebuah hukuman! Karna aku masih ingin mendengarkan suatu kejelasan kepada Putramu?”. Katanya tegas menerangkan keinginannya.
Raja Kharishma menjadi sedikit tersenyum melihatnya ketika usainya mendengar kata keinginannya dengan mengedipkan matanya sekali mengisyaratkan jika ia telah menerimanya. Raja Wiranata yang melihatnya juga pun menjadi begitu percaya diri lalu melihat-lihat ke orang-orang yang ada didalam  persidangan itu. Kemudian terhenti sesaat ketika  melihat Pangeran Karanu dan akan mengajaknya berdebat kecil.
“Pangeran Karanu, katakan padaku apa maksud darimu mengapa kau melakukan sebuah kesalahan itu? Apakah benar mungkin kau telah menyukai Putriku? Atau justru malah sebaliknya, kau hanya ingin mengganggu Putriku dengan mencoba tuk mengusik ketentraman hidupnya?”. Dua pertanyaan Raja Wiranata membuat Pangeran Karanu sedikit segan melihat kepadanya.
“(berdiri memberi salam) Itu sangat tidak benar, Yang Mulia paman! Aku memang telah melakukan hal yang demikian! Akan tetapi aku sama sekali tidak berniat untuk mengganggu ketentraman darinya?”. Pangeran Karanu berkata menolak halus  menatap segan kepadanya.
“Dan jika aku menawarkan kembali sebuah tawaran perjodohan yang pernah dilakukan oleh dirimu, apakah kau akan berkenan kembali untuk menerimanya?”. Raja Wiranata kembali membahasnya mengulang yang telah lalu.
Pangeran Karanu menjadi sedikit terkejut masih melihat kepadanya, seolah-olah dirinya kini telah diserang balik oleh Raja Wiranata. Kemudian menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya masih memberi salam melihat kebawah lalu menggelengkan kepalanya pelan berkeluh kesah. Sedangkan Pangeran Bheeshma disebelahnya, menjadi begitu tak berdaya saat dirinya melihat keadaan Pangeran Karanu yang kini seperti itu.
 Terlebih lagi ketika ia terlanjur mendengar perkataan dari Raja Wiranata yang terakhir didengarnya tadi. Begitupula dengan Raja kharishma, Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki mulai melihat resah kepada kedua Pangeran didepannya. Suasana pun mulai menjadi hening untuk beberapa saat.

BHARATAYUDHAserisatu

Masih didalam keheningan itu, Pangeran Bheeshma setengah menundukan kepalanya melihat kebawah merenungi dengan terbayangi apa yang telah dilakukannya bersama Tuan Putri Purindah pada saat malam bulan purnama, malam tadi.  Bersamaan dengan itu juga, Pangeran Karanu pun mulai terbayangi saatnya bersama Tuan Putri Purindah ditempat pelatihan Istana, saat Tuan Putri Purindah berbicara tentang kepribadian dari Pangeran Bheeshma.
Yang seolah-olah menggambarkan jika Tuan Putri Purindah sudah lama mengenalnya dibanding dengan dirinya sendiri. Kemudian Pangeran Karanu dengan tiba-tiba menghentikan keheningan itu dengan mencoba akan berbicara kembali kepada Raja Wiranata. Pangeran karanu pun mengangkat kembali kepalanya melihat sedikit tenang kepada Raja wiranata didepannya.
“Aku akan memberikan jawabanku yang pasti kepadamu, Yang mulia paman! Tapi sebelumnya aku memohon kepadamu untuk memberikanku waktu demi memberikan jawaban yang pasti dariku itu?”. Pangeran karanu berkata kembali dengan sedikit keberanian.
“Apa yang sedang kau pikirkan, Pangeran Karanu? Sehingga kau meminta waktu untuk itu?”. Raja Wiranata bertanya sedikit menatap menajamkan.
“Aku tidak bisa memberitahukannya hanya mendengar pada satu pihak, yaitu dari pemikiran diriku sendiri! Karna ada satu pihak lagi yang akan membawaku untuk tetap adil bila sudah saatnya aku akan memberitahukannya kepadamu, Yang Mulia paman!”. Pangeran karanu begitu percaya diri mengutarakan satu keinginanannya sebelumk memberitahukannya.
“Baiklah jika begitu! Aku akan memberimu waktu selama tiga hari untuk kau memberitahukan jawaban yang kau bilang pasti itu!”. Raja Wiranata langsung mengunci permohonan darinya tadi.
Pangeran Karanu mulai merasa sedikit lega karna dikasih kelonggaran waktu oleh Raja Wiranata kepadanya walaupun hanya tiga hari saja. Sedikit senyuman dibibirnya masih melihat ke Raja Wiranata, kemudian disusul dengan Pangeran Bheeshma yang kini juga ikut tersenyum bersamanya melihat ke Raja Wiranata. Sedangkan Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki saling berpandangan haru seolah-olah telah menndapat sebuah titik penyelesaiian, begitupun dengan Raja Kharishma yang sedang memandangi Putranya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Setelahnya mendapat kelonggaran waktu selama tiga hari dari Raja wiranata, Pangeran Karanu pun mulai menncari seseorang yang dianggapnya sebagai pihak kedua untuknya memberitahukan jawaban yang pasti dari dirinya sendiri, dan juga merupakan sebuah keputusan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Lain halnya dengan Pangeran Bheeshma yang berjalan seorang diri menyusuri seluruh bagian Istana seperti tidak memiliki arah tujuan.
Lain juga dengan Tuan Putri Purindah yang juga kini berjalan dengan berbolak-balik disudut didepan tempat tidurnya didalam ruangannya. Ia tampak kebingungan begitu resah ketika baru menyadari jika perkataan dari Guru Kamspir akan benar terjadi dalam waktu yang terbilang sudah tidak lama lagi. Kemudian ia menjadi terduduk lemas ditengah disudut didepan tempat tidurnya sambil mengatakan sesuatu, melihat setengah kebawah.
“Dibelakang Ayah, aku telah menghilangkan anugerah keabadianku! Sementara didepan Ayah, aku masih menjadi Putrinya yang memiliki anugerah keabadian itu! Dan aku akan mati bila tubuhku benar terluka, firasatku mengatakan jika warna dari gumpalan asap yang keluar dari atas kepalaku itu sangatlah keliru! Dan juga mungkin itu pertanda kalau aku harus mengakhirnya! Kegagalan harus dibalas dengan mengakhirinya, meski harus dengan kematian sekalipun!”.
Katanya bergemetar namun telah berniat dalam hatinya. Kemudian berdiri kembali beranjak pergi berlari kecil dari ruangannya meninggalkan menuju kesuatu tempat dimana Ayahnya telah berdiam. Disaatnya masih berlari kecil menuju kesuatu tempat dimana Ayahnya berdiam, isi dari pikirannya dan isi dari hatinya bertuliskan juga meneriakan nama Pangeran Bheeshma mengiringi langkah kakinya, dihiasi dengan suara gemerincing dari gelang kaki yang kini dipakainya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar