Kini
persidangan tahap kedua kembali dilaksanakan dengan masih membahas hal yang
sama. Semua orang yang ikut serta dari persidangan awal sudah dalam kesiapan
yang lebih matang duduk ditempatnya masing-masing tanpa bertukar tempat dengan
yang lainnya. Dan Raja Wiranata pun
memulai persidangan tahap kedua yang dilaksanakannnya kembali dengan
mendahulukan kata permisinya kepada Raja Kharishma dari Karita.
“Salam, Raja
Kharishma! Apakah kau masih mengingat tentang pembahasan dipersidangan tahap
kedua ini?”. Raja Wiranata memulai dengan berdiri memberi salam kepada Raja
Kharishma lalu duduk kembali.
“(memberi
salam kembali kepada Raja Wiranata) Tentu saja aku masih mengingatnya, Yang
Mulia! Sekarang aku serahkan semuanya kepadamu saja! Jika kau berkenan, maka
berikanlah Putraku sebuah hukuman yang sesuai dengan kesalahannya!”. Sebuah perintahnya
juga menyerahkan dari Raja Kharishma kepada Raja Wiranata.
“Aku tidak
ingin sembarangan untuk memberinya sebuah hukuman! Karna aku masih ingin
mendengarkan suatu kejelasan kepada Putramu?”. Katanya tegas menerangkan
keinginannya.
Raja
Kharishma menjadi sedikit tersenyum melihatnya ketika usainya mendengar kata
keinginannya dengan mengedipkan matanya sekali mengisyaratkan jika ia telah
menerimanya. Raja Wiranata yang melihatnya juga pun menjadi begitu percaya diri
lalu melihat-lihat ke orang-orang yang ada didalam persidangan itu. Kemudian terhenti sesaat
ketika melihat Pangeran Karanu dan akan
mengajaknya berdebat kecil.
“Pangeran
Karanu, katakan padaku apa maksud darimu mengapa kau melakukan sebuah kesalahan
itu? Apakah benar mungkin kau telah menyukai Putriku? Atau justru malah
sebaliknya, kau hanya ingin mengganggu Putriku dengan mencoba tuk mengusik
ketentraman hidupnya?”. Dua pertanyaan Raja Wiranata membuat Pangeran Karanu
sedikit segan melihat kepadanya.
“(berdiri
memberi salam) Itu sangat tidak benar, Yang Mulia paman! Aku memang telah
melakukan hal yang demikian! Akan tetapi aku sama sekali tidak berniat untuk
mengganggu ketentraman darinya?”. Pangeran Karanu berkata menolak halus menatap segan kepadanya.
“Dan jika aku
menawarkan kembali sebuah tawaran perjodohan yang pernah dilakukan oleh dirimu,
apakah kau akan berkenan kembali untuk menerimanya?”. Raja Wiranata kembali
membahasnya mengulang yang telah lalu.
Pangeran
Karanu menjadi sedikit terkejut masih melihat kepadanya, seolah-olah dirinya
kini telah diserang balik oleh Raja Wiranata. Kemudian menundukkan kepalanya
dengan kedua tangannya masih memberi salam melihat kebawah lalu menggelengkan
kepalanya pelan berkeluh kesah. Sedangkan Pangeran Bheeshma disebelahnya,
menjadi begitu tak berdaya saat dirinya melihat keadaan Pangeran Karanu yang kini
seperti itu.
Terlebih lagi ketika ia terlanjur mendengar
perkataan dari Raja Wiranata yang terakhir didengarnya tadi. Begitupula dengan
Raja kharishma, Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki mulai melihat resah kepada
kedua Pangeran didepannya. Suasana pun mulai menjadi hening untuk beberapa
saat.
BHARATAYUDHAserisatu
Masih didalam
keheningan itu, Pangeran Bheeshma setengah menundukan kepalanya melihat kebawah
merenungi dengan terbayangi apa yang telah dilakukannya bersama Tuan Putri
Purindah pada saat malam bulan purnama, malam tadi. Bersamaan dengan itu juga, Pangeran Karanu pun
mulai terbayangi saatnya bersama Tuan Putri Purindah ditempat pelatihan Istana,
saat Tuan Putri Purindah berbicara tentang kepribadian dari Pangeran Bheeshma.
Yang seolah-olah
menggambarkan jika Tuan Putri Purindah sudah lama mengenalnya dibanding dengan
dirinya sendiri. Kemudian Pangeran Karanu dengan tiba-tiba menghentikan
keheningan itu dengan mencoba akan berbicara kembali kepada Raja Wiranata.
Pangeran karanu pun mengangkat kembali kepalanya melihat sedikit tenang kepada
Raja wiranata didepannya.
“Aku akan
memberikan jawabanku yang pasti kepadamu, Yang mulia paman! Tapi sebelumnya aku
memohon kepadamu untuk memberikanku waktu demi memberikan jawaban yang pasti
dariku itu?”. Pangeran karanu berkata kembali dengan sedikit keberanian.
“Apa yang
sedang kau pikirkan, Pangeran Karanu? Sehingga kau meminta waktu untuk itu?”.
Raja Wiranata bertanya sedikit menatap menajamkan.
“Aku tidak
bisa memberitahukannya hanya mendengar pada satu pihak, yaitu dari pemikiran
diriku sendiri! Karna ada satu pihak lagi yang akan membawaku untuk tetap adil
bila sudah saatnya aku akan memberitahukannya kepadamu, Yang Mulia paman!”.
Pangeran karanu begitu percaya diri mengutarakan satu keinginanannya sebelumk memberitahukannya.
“Baiklah jika
begitu! Aku akan memberimu waktu selama tiga hari untuk kau memberitahukan
jawaban yang kau bilang pasti itu!”. Raja Wiranata langsung mengunci permohonan
darinya tadi.
Pangeran Karanu
mulai merasa sedikit lega karna dikasih kelonggaran waktu oleh Raja Wiranata
kepadanya walaupun hanya tiga hari saja. Sedikit senyuman dibibirnya masih
melihat ke Raja Wiranata, kemudian disusul dengan Pangeran Bheeshma yang kini juga
ikut tersenyum bersamanya melihat ke Raja Wiranata. Sedangkan Raja Gandaka
bersama Ratu Gandiki saling berpandangan haru seolah-olah telah menndapat
sebuah titik penyelesaiian, begitupun dengan Raja Kharishma yang sedang
memandangi Putranya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Setelahnya mendapat kelonggaran waktu selama tiga
hari dari Raja wiranata, Pangeran Karanu pun mulai menncari seseorang yang
dianggapnya sebagai pihak kedua untuknya memberitahukan jawaban yang pasti dari
dirinya sendiri, dan juga merupakan sebuah keputusan untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Lain halnya dengan Pangeran Bheeshma yang berjalan seorang diri menyusuri seluruh
bagian Istana seperti tidak memiliki arah tujuan.
Lain juga
dengan Tuan Putri Purindah yang juga kini berjalan dengan berbolak-balik
disudut didepan tempat tidurnya didalam ruangannya. Ia tampak kebingungan
begitu resah ketika baru menyadari jika perkataan dari Guru Kamspir akan benar
terjadi dalam waktu yang terbilang sudah tidak lama lagi. Kemudian ia menjadi
terduduk lemas ditengah disudut didepan tempat tidurnya sambil mengatakan
sesuatu, melihat setengah kebawah.
“Dibelakang
Ayah, aku telah menghilangkan anugerah keabadianku! Sementara didepan Ayah, aku
masih menjadi Putrinya yang memiliki anugerah keabadian itu! Dan aku akan mati
bila tubuhku benar terluka, firasatku mengatakan jika warna dari gumpalan asap
yang keluar dari atas kepalaku itu sangatlah keliru! Dan juga mungkin itu
pertanda kalau aku harus mengakhirnya! Kegagalan harus dibalas dengan
mengakhirinya, meski harus dengan kematian sekalipun!”.
Katanya
bergemetar namun telah berniat dalam hatinya. Kemudian berdiri kembali beranjak
pergi berlari kecil dari ruangannya meninggalkan menuju kesuatu tempat dimana
Ayahnya telah berdiam. Disaatnya masih berlari kecil menuju kesuatu tempat
dimana Ayahnya berdiam, isi dari pikirannya dan isi dari hatinya bertuliskan
juga meneriakan nama Pangeran Bheeshma mengiringi langkah kakinya, dihiasi
dengan suara gemerincing dari gelang kaki yang kini dipakainya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar