Dan kini Tuan
Putri Purindah pun telah berada dihadapannya bersama dirinya. Kemudian ketiga
saudaranya memilih pergi bersama meninggalkan mereka berdua.
“Mereka telah
berhasil menipuku!”. Pangeran Bheeshma memulaidengan keluhan, menatap haru.
“Mereka juga
berhasil merahasiakan keberadaanku dibalik dirimu!”. Sambung Tuan Putri
Purindah menatapnya sedikit berkaca-kaca.
“Mengapa kau selalu menunjukkan matamu yang
berkaca-kaca itu, Putri?”. Pangeran Bheeshma mengalihkannya dengan menanyainya.
“Dan mengapa kau
juga selalu mengarahkan tatapan matamu dari tatapan yang sebenarnya!”. Tuan
Putri Purindah membalasnya menanyainya balik.
“Aku
mencintaimu, Putri! Aku sudah lelah karna ketiga saudaraku tadi! Kelelahanku
sangat bertambah ketika aku mendengar kata-kata dari Putri Nandara tadi!”.
Pangeran bheeshma mulai mengatakan yang sebenarnya tanpa basa-basi.
“Tapi
karna mereka bertigalah yang membuatmu berani
mengatakan itu padaku, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah mencoba mengingatkannya
kembali.
“Apakah kau
bahagia dengan kata pengakuanku itu, dariku, Putri!”. Pangeran Bheeshma menginginkan
kejujuran darinya dengan melangkah selangkah kedepan mendekatinya. Tuan Putri
Purindah menggangguk pelan kepadanya.
Kemudian Pangeran Bheeshma merentangkan kedua
tangannya dengan mengkedipkan kedua matanya sekali kepadanya. Tuan Putri Purindah
pun menjadi sedikit bergetar lalu memeluknya menyandarkan kepalanya dibelahan
dada Pangeran Bheeshma. Merasakan pelukan darinya, Pangeran Bheeshma akan
memeluk tubuh bagian belakang Tuan Putri Purindah dengan tangan kirinya.
Sementara kanannya memegangi kepala belakang Tuan Putri Purindah, membelai
rambutnya lembut.
Mereka berduapun
kini bersama saling meresapi, merasakan alunan detak jantung mereka berdua yang
terasa kencang menggambarkan, menegaskan perasaan mereka masing-masing. Kemudian
Pangeran Bheeshma melepaskan pelukannya perlahan menatap kembali kewajah Tuan
Putri Purindah, begitupula dengan Tuan Putri Purindah yang juga menatap
wajahnya. setelahnya melepaskan pelukannya darinya, Pangeran Bheeshma memegangi
wajah kanan dari Tuan Putri Purindah lembut.
“Ini pertama
kalinya kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya! Tidak hanya itu, kau juga
telah mengetahui dimana sebenarnya tatapan dari mataku!”. Pangeran Bheeshma
berkata kembali menegarkan.
“Aku bahagia
karna dua hal itu, Pangeran! Kini kau telah mengakhiri penderitaan yang aku
rasakan, yang semula kupikir tidak akan pernah berakhir!”. Sambungnya
mencurahkan sedikit bergetar-getar.
“Dan
sekarang, aku adalah Pangeran Bheeshmamu, Putri! Kau tidak perlu segan lagi
untuk memanggilku dengan sebutan, “Pangeran Bheeshmaku”, karna saat ini dia
sudah menjadi milikmu sekarang! Sayangilah apa yang baru saja menjadi milikmu
sekarang, puaskanlah dirimu Putri sebelum benar yang akan memilikimu seutuhnya
datang tuk memintamu!”. Pangeran Bheeshma berkata memakai bahasa perasaan yang
menggetarkan keyakinan pada Tuan Putri Purindah.
“Mengapa kau berkata seakan-akan ada yang
ingin mengambil diriku dari dirimu, Pangeran? Bukankah kita baru saja menyatukan
rasa-rasa kita berdua, Pangeran!”. Tuan Putri Purintah bertanya sedikit
histeris dengan matanya yang semakin berkaca-kaca, menatap sedih.
“Aku telah berada
dalam ketidak berdayaan, sayangku! Aku memang menyayangimu sebagai temanku,
tapi aku juga sudah terlanjur mengasihimu dengan perhatianku sebagai kekasih!
Namun bukan berarti aku bisa memiliki hidupmu, dengan menentang perintah dari
Yang Mulia Raja!”. Pangeran Bheeshma mencoba mencurahkan bebannya sedikit, Tuan
Putri Purindah menjadi terkejut juga tersedih menatapnya.
“Ayah….?
Ayahku telah mengatakan sebuah perintah apa, Pangeran?”. Tanyanya kembali masih
sedikit histeris menahan bendungan airmatanya.
“Yang Mulia
Raja kini tinggal menunggu keputusan dari Pangeran Karanu! Jika benar
pengakuannya bahwa dia menyayangimu, maka kau harus hidup bersamanya! Biarlah
rasa sayang kita sebagai kekasih, kita ubah saja sebagai persaudaraan!”.
Penjelasannya sedikit menegarkan berbalut keperihan dihatinya.
“Tidak! Kalau
memang benar begitu biar aku saja yang menentang, Ayahku!”. Tuan Putri Purintah
meneteskan airmatanya memberontak kecil dengan sedikit histeris.
Kemudian Pangeran Bheeshma menggelengkan
kepalanya kepadanya mengisyaratkan jika Tuan Putri Purindah tidak harus
melakukannya. Lalu Tuan Putri Purindah membalasnya dengan menganggukan
kepalanya mengisyaratkan jika ia memang harus melakukannya demi kebahagiaan
hidupnya. Airmata dari Pangeran Bheeshma pun menetes seketika meluapkan emosinya
dengan mencium kening Tuan Putri Purindah.
Tuan Putri
Purindah pun menjadi terdiam lalu teringat pada perkataan dari salah satu
saudara perempuan dari Pangeran Bheeshma yang mengatakan jika Pangeran Bheeshma
menunjukkan perasaan yang sebenarnya dengan mencium keningnya. Setelah
mengingatnya, Tuan Putri Purindah melepaskan keningnya dari Pangeran Bheeshma
dan pergi meninggalkannya sendiri berlari kencang masih menyimpan emosinya.
BHARATAYUDHAserisatu
Ditempat
lain, terlihat sosok Pangeran Karanu sedang berjalan kencang akan menuju
keruangan Ratu Gandiki. Ia bermaksud akan mencoba berbagi dengannya tentang
permasalahannya bersama Tuan Putri Purindah juga ada Pangeran Bheeshma
didalamnya. Dan kini Pangeran Karanu telah sampai diruangan Ratu Gandiki dengan
berdiri berdiam dibelakang Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki berbalik
kebelakang kepadanya sedikit terkejut karna baru saja mengetahui keberadaannya.
“Salam Yang
Mulia Ibu Ratu Gandiki!”. Sapanya dengan memberinya salam kesopanan, menatap
sendu.
“Semoga
panjang umur, Anakku! Ada gerangan apakah kau menemuiku disini, Pangeran?”.
Balasnya dengan menerima salam darinya dilanjuti dengan menanyakan maksud
darinya, menatapnya heran.
“Aku baru
saja mendapat sebuah informasi, jika dirimu sangat dekat dengan Tuan Putri diIstana
ini! Aku juga mendengar, jika dirimu terlihat seperti ibu kandungnya saat
sedang bersamanya! Kini yang menjadi pertanyaanku, pernahkah Yang Mulia Ibu Ratu
merasakan jika Tuan Putri telah mengagumi Putramu, Pangeran Bheeshma?”.
Pangeran karanu memberitahu maksudnya dengan bertanya serius.
“Pangeran Karanu,
mereka berdua hanya seorang teman! Kau tidak perlu berpikir sejauh itu!”. Ratu
Gandiki berkata mengelak sedikit meyakinkan kepadanya Pangeran Karanu.
“Tapi
sekarang aku benar-benar berada didalam keadaan yang dilema! Aku butuh nasihat
darimu untuk membebaskanku dari keadaan yang dilema ini! Yang mulia Ibu Ratu,
bukankah engkau juga mempunyai seorang Putra yang mungkin bernasib sama
denganku bukan? Dan aku sudah mengetahui, jika dirimu tadi mencoba mengelak
untuk berkata bohong kepadaku! Tatapan dari kedua matamu yang memberitahukan
itu padaku!”. Pangeran Karanu membongkar kebenarannya.
“Aku telah
jatuh kedalam ketidak berdayaan, nak! Begitupun dengan Ayahmu juga dengan
suamiku! Kami semua juga sama denganmu, merasa begitu dilema yang teramat
besar! Kini semua kepastian, keputusan hanya ada ditanganmu! Kami semua hanya
bisa tuk menerimanya, tidak lebih dari itu! Kumohon berdoalah, nak! Agar
kepastian dari keputusan yang akan kau ambil nantinya menjadi suatu keadilan
untukmu, juga untuk kami semua yang menerimanya!”.
Ratu Gandiki
menjelaskannya secara terang-terangan dengan memohon sedikit bergetar-getar
disertai mata berkaca-kaca menatap perih kepada Pangeran Karanu. Kemudian Ratu
Gandiki memegangi wajah dari Pangeran karanu dengan kedua tangannya, lalu pergi
meninggalkannya dengan mendesah karna tersedih seketika. Sedangkan Pangeran Karanu
menjadi terdiam begitu bergetar-getar sehingga membuat kedua matanya menajdi
berkaca-kaca berpandangan lurus kedepan.
Dan Ratu Gandiki
kini sedang terduduk dipinggir kanan tempat tidurnya, ia tersedih hingga
mengharuskannya untuk menangis kecil. Kemudian dilihatnya kembali Pangeran
Karanu yang memberi salam untuk pergi dari ruangannya. Ratu Gandiki pun
menganggukkan kepalanya masih meneteskan airmatanya menjeda tangisan kecilnya. Dan
kembali menangis kecil sesaat Pangeran Karanu telah pergi keluar dari
ruangannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Setelah
beberapa saat dirinya menangis kecil, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang
memasuki ruangannya lalu memeluknya dari samping yang masih terduduk dipinggir
kanan tempat tidurnya. Ratu Gandiki pun terkejut akan mencoba melihat ke seseorang
yang memeluknya tadi.
“Ada apa,
Anakku! Mengapa kau meneteskan airmatamu kembali dan kau memeluk ibu seperti
ini!”. Ratu Gandiki menanyainya ketika sudah mengetahui, melihatnya curiga.
“Ibu, kini
aku baru mengerti apa yang ibu katakan padaku beberapa waktu yang lalu! Kami
berdua belum sepenuhnya memiliki, namun kami berdua baru saja tadi telah merasa
seperti sudah sepenuhnya memiliki! Dan baru saja tadi kami berdua menyatukan
rasa-rasa kami! Dan dia juga berkata tidak untuk Pangeran Karanu, Ibu! Aku bisa
merasakan itu, meskipun dia tidak menyampaikannya secara lisan kepadaku!”.
Pangeran Bheeshma
mencoba berbagi apa yang telah terjadi padanya bersama Tuan Putri Purindah yang
tadi dengan tersedih, berkeluh kesah memeluk erat Ratu Gandiki.
“Apakah benar
yang dirasakan Ibu, jika kalian berdua saling mencintai?”. Ratu Gandiki
mengungkap apa yang dirasakannya.
“(mengangguk)
Aku sudah terlambat, Ibu! Aku baru mengatakannya setelah Pangeran Karanu sudah
bermain didalamnya! aku bukannya membebaskan penderitaannya, malah semakin
memasukkannya kedalam penderitaan! Aku sayang Putri Purindah, Ibu….!”. Pangeran
Bheeshma menjelaskan berkeluh kesah histeris. Mengeluh sambil menangis kecil,
berbisik
“Ini yang Ibu
takutkan, Anakku! Maafkan Ibumu ini, nak! Karna Ibu tidak memberitahukan
permasalahan yang berkaitan dengan Pangeran Karanu tentang penawaran perjodohan
itu!”. Ratu Gandiki mengatakan pengakuan yang sebenarnya dengan memegangi wajah
sebelah kiri Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma masih memeluknya dari samping,
sedikit melemaskan.
“Kumohon
jangan menangis hanya karna sebuah pengaduan dariku kepadamu, Ibu! Tapi bagaimana
dengan Putri Purindahku disana, apakah dirinya masih menangis setelahnya pergi
meninggalkanku tadi? Sebab dia tadi melepaskanku meski tadi dia sangat tidak
mau melepaskanku, Ibuuuu!”. Curahannya semakin histeris kecil sambil menjelaskannya,
masih memmeluk Ratu Gandiki dari samping.
Ratu Gandiki
pun menyandarkan kepalanya kewajah sebelah kanan Pangeran Bheeshma dengan masih
memegang wajah sebelah kirinya, menangis kecil kembali. Mereka berdua menangis
kecil bersama meluapkan emosi mereka masing-masing. Sementara disana, Tuan
Putri Purindah sudah terbaring ditempat tidurnya didalam ruangannya dengan
airmatanya yang sudah mengering, juga dengan sehelai bulu merak dibelahan
dadanya digenggaman dikedua tangannya.
Kemudian
menjadi tertidur seketika karna mungkin sudah lelah meratapi peristiwa yang
sama sekali tak pernah diduganya, terfikirkan oleh dirinya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar