Senin, 16 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-35



Dan kini Tuan Putri Purindah pun telah berada dihadapannya bersama dirinya. Kemudian ketiga saudaranya memilih pergi bersama meninggalkan mereka berdua.
“Mereka telah berhasil menipuku!”. Pangeran Bheeshma memulaidengan keluhan, menatap haru.
“Mereka juga berhasil merahasiakan keberadaanku dibalik dirimu!”. Sambung Tuan Putri Purindah menatapnya sedikit berkaca-kaca. 
 “Mengapa kau selalu menunjukkan matamu yang berkaca-kaca itu, Putri?”. Pangeran Bheeshma mengalihkannya dengan menanyainya.
“Dan mengapa kau juga selalu mengarahkan tatapan matamu dari tatapan yang sebenarnya!”. Tuan Putri Purindah membalasnya menanyainya balik.
“Aku mencintaimu, Putri! Aku sudah lelah karna ketiga saudaraku tadi! Kelelahanku sangat bertambah ketika aku mendengar kata-kata dari Putri Nandara tadi!”. Pangeran bheeshma mulai mengatakan yang sebenarnya tanpa basa-basi.
“Tapi karna  mereka bertigalah yang membuatmu berani mengatakan itu padaku, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah mencoba mengingatkannya kembali.
“Apakah kau bahagia dengan kata pengakuanku itu, dariku,  Putri!”. Pangeran Bheeshma menginginkan kejujuran darinya dengan melangkah selangkah kedepan mendekatinya. Tuan Putri Purindah menggangguk pelan kepadanya.
 Kemudian Pangeran Bheeshma merentangkan kedua tangannya dengan mengkedipkan kedua  matanya sekali kepadanya. Tuan Putri Purindah pun menjadi sedikit bergetar lalu memeluknya menyandarkan kepalanya dibelahan dada Pangeran Bheeshma. Merasakan pelukan darinya, Pangeran Bheeshma akan memeluk tubuh bagian belakang Tuan Putri Purindah dengan tangan kirinya. Sementara kanannya memegangi kepala belakang Tuan Putri Purindah, membelai rambutnya lembut.
Mereka berduapun kini bersama saling meresapi, merasakan alunan detak jantung mereka berdua yang terasa kencang menggambarkan, menegaskan perasaan mereka masing-masing. Kemudian Pangeran Bheeshma melepaskan pelukannya perlahan menatap kembali kewajah Tuan Putri Purindah, begitupula dengan Tuan Putri Purindah yang juga menatap wajahnya. setelahnya melepaskan pelukannya darinya, Pangeran Bheeshma memegangi wajah kanan dari Tuan Putri Purindah lembut.
“Ini pertama kalinya kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya! Tidak hanya itu, kau juga telah mengetahui dimana sebenarnya tatapan dari mataku!”. Pangeran Bheeshma berkata kembali menegarkan.
“Aku bahagia karna dua hal itu, Pangeran! Kini kau telah mengakhiri penderitaan yang aku rasakan, yang semula kupikir tidak akan pernah berakhir!”. Sambungnya mencurahkan sedikit bergetar-getar.
“Dan sekarang, aku adalah Pangeran Bheeshmamu, Putri! Kau tidak perlu segan lagi untuk memanggilku dengan sebutan, “Pangeran Bheeshmaku”, karna saat ini dia sudah menjadi milikmu sekarang! Sayangilah apa yang baru saja menjadi milikmu sekarang, puaskanlah dirimu Putri sebelum benar yang akan memilikimu seutuhnya datang tuk memintamu!”. Pangeran Bheeshma berkata memakai bahasa perasaan yang menggetarkan keyakinan pada Tuan Putri Purindah.
 “Mengapa kau berkata seakan-akan ada yang ingin mengambil diriku dari dirimu, Pangeran? Bukankah kita baru saja menyatukan rasa-rasa kita berdua, Pangeran!”. Tuan Putri Purintah bertanya sedikit histeris dengan matanya yang semakin berkaca-kaca, menatap sedih.
“Aku telah berada dalam ketidak berdayaan, sayangku! Aku memang menyayangimu sebagai temanku, tapi aku juga sudah terlanjur mengasihimu dengan perhatianku sebagai kekasih! Namun bukan berarti aku bisa memiliki hidupmu, dengan menentang perintah dari Yang Mulia Raja!”. Pangeran Bheeshma mencoba mencurahkan bebannya sedikit, Tuan Putri Purindah menjadi terkejut juga tersedih menatapnya.
“Ayah….? Ayahku telah mengatakan sebuah perintah apa, Pangeran?”. Tanyanya kembali masih sedikit histeris menahan bendungan airmatanya.
“Yang Mulia Raja kini tinggal menunggu keputusan dari Pangeran Karanu! Jika benar pengakuannya bahwa dia menyayangimu, maka kau harus hidup bersamanya! Biarlah rasa sayang kita sebagai kekasih, kita ubah saja sebagai persaudaraan!”. Penjelasannya sedikit menegarkan berbalut keperihan dihatinya.
“Tidak! Kalau memang benar begitu biar aku saja yang menentang, Ayahku!”. Tuan Putri Purintah meneteskan airmatanya memberontak kecil dengan sedikit histeris.
 Kemudian Pangeran Bheeshma menggelengkan kepalanya kepadanya mengisyaratkan jika Tuan Putri Purindah tidak harus melakukannya. Lalu Tuan Putri Purindah membalasnya dengan menganggukan kepalanya mengisyaratkan jika ia memang harus melakukannya demi kebahagiaan hidupnya. Airmata dari Pangeran Bheeshma pun menetes seketika meluapkan emosinya dengan mencium kening Tuan Putri Purindah.
Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam lalu teringat pada perkataan dari salah satu saudara perempuan dari Pangeran Bheeshma yang mengatakan jika Pangeran Bheeshma menunjukkan perasaan yang sebenarnya dengan mencium keningnya. Setelah mengingatnya, Tuan Putri Purindah melepaskan keningnya dari Pangeran Bheeshma dan pergi meninggalkannya sendiri berlari kencang masih menyimpan emosinya.

BHARATAYUDHAserisatu

Ditempat lain, terlihat sosok Pangeran Karanu sedang berjalan kencang akan menuju keruangan Ratu Gandiki. Ia bermaksud akan mencoba berbagi dengannya tentang permasalahannya bersama Tuan Putri Purindah juga ada Pangeran Bheeshma didalamnya. Dan kini Pangeran Karanu telah sampai diruangan Ratu Gandiki dengan berdiri berdiam dibelakang Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki berbalik kebelakang kepadanya sedikit terkejut karna baru saja mengetahui keberadaannya.
“Salam Yang Mulia Ibu Ratu Gandiki!”. Sapanya dengan memberinya salam kesopanan, menatap sendu.
“Semoga panjang umur, Anakku! Ada gerangan apakah kau menemuiku disini, Pangeran?”. Balasnya dengan menerima salam darinya dilanjuti dengan menanyakan maksud darinya, menatapnya heran.
“Aku baru saja mendapat sebuah informasi, jika dirimu sangat dekat dengan Tuan Putri diIstana ini! Aku juga mendengar, jika dirimu terlihat seperti ibu kandungnya saat sedang bersamanya! Kini yang menjadi pertanyaanku, pernahkah Yang Mulia Ibu Ratu merasakan jika Tuan Putri telah mengagumi Putramu, Pangeran Bheeshma?”. Pangeran karanu memberitahu maksudnya dengan bertanya serius.
“Pangeran Karanu, mereka berdua hanya seorang teman! Kau tidak perlu berpikir sejauh itu!”. Ratu Gandiki berkata mengelak sedikit meyakinkan kepadanya Pangeran Karanu.
“Tapi sekarang aku benar-benar berada didalam keadaan yang dilema! Aku butuh nasihat darimu untuk membebaskanku dari keadaan yang dilema ini! Yang mulia Ibu Ratu, bukankah engkau juga mempunyai seorang Putra yang mungkin bernasib sama denganku bukan? Dan aku sudah mengetahui, jika dirimu tadi mencoba mengelak untuk berkata bohong kepadaku! Tatapan dari kedua matamu yang memberitahukan itu padaku!”. Pangeran Karanu membongkar kebenarannya.
“Aku telah jatuh kedalam ketidak berdayaan, nak! Begitupun dengan Ayahmu juga dengan suamiku! Kami semua juga sama denganmu, merasa begitu dilema yang teramat besar! Kini semua kepastian, keputusan hanya ada ditanganmu! Kami semua hanya bisa tuk menerimanya, tidak lebih dari itu! Kumohon berdoalah, nak! Agar kepastian dari keputusan yang akan kau ambil nantinya menjadi suatu keadilan untukmu, juga untuk kami semua yang menerimanya!”.
Ratu Gandiki menjelaskannya secara terang-terangan dengan memohon sedikit bergetar-getar disertai mata berkaca-kaca menatap perih kepada Pangeran Karanu. Kemudian Ratu Gandiki memegangi wajah dari Pangeran karanu dengan kedua tangannya, lalu pergi meninggalkannya dengan mendesah karna tersedih seketika. Sedangkan Pangeran Karanu menjadi terdiam begitu bergetar-getar sehingga membuat kedua matanya menajdi berkaca-kaca berpandangan lurus kedepan.
Dan Ratu Gandiki kini sedang terduduk dipinggir kanan tempat tidurnya, ia tersedih hingga mengharuskannya untuk menangis kecil. Kemudian dilihatnya kembali Pangeran Karanu yang memberi salam untuk pergi dari ruangannya. Ratu Gandiki pun menganggukkan kepalanya masih meneteskan airmatanya menjeda tangisan kecilnya. Dan kembali menangis kecil sesaat Pangeran Karanu telah pergi keluar dari ruangannya.

BHARATAYUDHAserisatu

Setelah beberapa saat dirinya menangis kecil, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang memasuki ruangannya lalu memeluknya dari samping yang masih terduduk dipinggir kanan tempat tidurnya. Ratu Gandiki pun terkejut akan mencoba melihat ke seseorang yang memeluknya tadi.
“Ada apa, Anakku! Mengapa kau meneteskan airmatamu kembali dan kau memeluk ibu seperti ini!”. Ratu Gandiki menanyainya ketika sudah mengetahui, melihatnya curiga.
“Ibu, kini aku baru mengerti apa yang ibu katakan padaku beberapa waktu yang lalu! Kami berdua belum sepenuhnya memiliki, namun kami berdua baru saja tadi telah merasa seperti sudah sepenuhnya memiliki! Dan baru saja tadi kami berdua menyatukan rasa-rasa kami! Dan dia juga berkata tidak untuk Pangeran Karanu, Ibu! Aku bisa merasakan itu, meskipun dia tidak menyampaikannya secara lisan kepadaku!”.
Pangeran Bheeshma mencoba berbagi apa yang telah terjadi padanya bersama Tuan Putri Purindah yang tadi dengan tersedih, berkeluh kesah memeluk erat Ratu Gandiki.
“Apakah benar yang dirasakan Ibu, jika kalian berdua saling mencintai?”. Ratu Gandiki mengungkap apa yang dirasakannya.
“(mengangguk) Aku sudah terlambat, Ibu! Aku baru mengatakannya setelah Pangeran Karanu sudah bermain didalamnya! aku bukannya membebaskan penderitaannya, malah semakin memasukkannya kedalam penderitaan! Aku sayang Putri Purindah, Ibu….!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan berkeluh kesah histeris. Mengeluh sambil menangis kecil, berbisik
“Ini yang Ibu takutkan, Anakku! Maafkan Ibumu ini, nak! Karna Ibu tidak memberitahukan permasalahan yang berkaitan dengan Pangeran Karanu tentang penawaran perjodohan itu!”. Ratu Gandiki mengatakan pengakuan yang sebenarnya dengan memegangi wajah sebelah kiri Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma masih memeluknya dari samping, sedikit melemaskan.
“Kumohon jangan menangis hanya karna sebuah pengaduan dariku kepadamu, Ibu! Tapi bagaimana dengan Putri Purindahku disana, apakah dirinya masih menangis setelahnya pergi meninggalkanku tadi? Sebab dia tadi melepaskanku meski tadi dia sangat tidak mau melepaskanku, Ibuuuu!”. Curahannya semakin histeris kecil sambil menjelaskannya, masih memmeluk Ratu Gandiki dari samping.
Ratu Gandiki pun menyandarkan kepalanya kewajah sebelah kanan Pangeran Bheeshma dengan masih memegang wajah sebelah kirinya, menangis kecil kembali. Mereka berdua menangis kecil bersama meluapkan emosi mereka masing-masing. Sementara disana, Tuan Putri Purindah sudah terbaring ditempat tidurnya didalam ruangannya dengan airmatanya yang sudah mengering, juga dengan sehelai bulu merak dibelahan dadanya digenggaman dikedua tangannya.
Kemudian menjadi tertidur seketika karna mungkin sudah lelah meratapi peristiwa yang sama sekali tak pernah diduganya, terfikirkan oleh dirinya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar