Minggu, 15 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-31


           Pada malam harinya, seperti apa yang telah dipanjatkan didalam doanya sore tadi, Tuan Putri Purindah kini sedang berjalan dibalkon paling atas didalam Istananya hanya demi melihat bulan purnama dimalam bulan purnama yang sudah datang menyertainya. Kemudian berhenti berdekatan dengan pagar pembatas mencoba tetap berdiri menatapi juga mengamati bulan pernama diatasnya yang cukup terang benderang itu.
Sementara ditempat lain, tepatnya diruangan Ratu Gandiki masih didalam Istana Wigura kini telah diramaikan oleh semua keluarganya dari Gapura. Mereka disana sedang berpesta makanan yang bernamakan laddo. Mereka disana duduk bersama dengan membentuk sebuah lingkaran dimana makanan laddo diletakkan ditengah-ditengah mereka. Dan apa yang mereka lakukan adalah sebuah tradisi dikerajaannya saat malam bulan purnama telah tiba menyertai.
Kemudian mereka bersama-sama saling menyuapi satu dengan yang lainnya, dan tidak diperkenankan untuk menyuapi dirinya sendiri. Dimulai dengan Tuan Putri Nanda menyuapi Tuan Putri Nadira, lalu Tuan Putri Nadira menyuapi Tuan Putri Nandara. Kedua, Tuan Putri Nandara menyuapi Raja Gandaka,  Raja Gandaka memyuapi Pangeran Punka. Ketiga, Pangeran Punka menyuapi Pangeran Raika, Pangeran Raika menyuapi Pangeran Bheeshma.
Dan terakhir, Pangeran Bheeshma menyuapi Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki melanjutinya menyuapi Tuan Putri Nanda. Usainya mereka semua melakukannya, mereka semua menjadi tertawa bersama penuh kebahagiaan. Raja Gandaka yang melihat mereka yang masih tertawa bersama mencoba berbicara menghentiikannya sesaat.
“Berhentilah sejenak semuanya! Habiskanlah dulu semua makanan laddonya! Setelah itu baru tertawalah kembali!”. Raja Gandaka menegur menyadarkan mereka.
“Yang Mulia paman, aku rasa Yang Mulia Ibu Ratu terlalu banyak memasak makanan laddonya!”. Tuan Putri Nanda mengutarakan sedit keluhannya sambil melihat makanan laddo didepannya.
“Bagaimana kalau kita bagi saja setengah laddo ini kepada Tuan Putri!”. Tuan Putri Nandara mencoba memberi usul melihat-lihat ke mereka.
“Tapi yang aku tau Tuan Putri ti….?”. tuan Putri Nadira mencoba akan memberitahukan sesuatu namun telah dihentikan oleh Ratu Gandiki.
“Dia sangat menyukai masakan yang telah dimasak olehku! Anakku, bisakah kau membawakan setengah makanan laddo ini kepada Tuan Putri?”. Ratu Gandiki mengatakannya dengan memotong dengan meyakinkan kepada semuanya. Lalu disambungnya memerintahkan Pangeran Bheeshma.
“Apakah harus aku, Ibu….?”, katanya lemas menatap terkejut kepada IRatu Gandiki. Sedangkan Ratu Gandiki langsung menaruhkan tempat makanan berisi makanan laddo ditangannya sedikit paksaan namun tak terlihat. Pangeran Bheeshma yang mengerti, langsung berdiri menyegerakan dirinya untuk keluar dari ruangan Ratu Gandiki untuk pergi menemui Tuan Putri Purindah demi mengantarkan makanan yang akan dipersembahkannya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Tuan Putri Purindah masih berdiri ditempat yang sama mengamati bulan purnama diatasnya terpautkan dalam kehanyutan yang begitu dalam memukaunya terhadap bulan purnama diatasnya. Kemudian tergerak hatinya untuk menutupi kepala atasnya dengan selendang yang dikenakannya. Dan dilanjutinya dengan mengambil sebuah lingkaran kecil tembus pandang akan menerawangi sang bulan purnama diatasnya.
Sementara dikejauhan dari arah belakangnya, mulai terlihat Pangeran Bheeshma datang menujunya akan mendekatinya dengan membawa makanan dirangannya. Pangeran bheeshma melangkahkan kakinya pelan saat dirinya telah berada dibelakang Tuan Putri Purindah yang masih terbawa suasana dalam menerawangi sang bulan. Dan ia menunggunya selesai dalam masih menerawangi sang bulan dikesunyian dimalam purnama.
Setelah beberapa saat Pangeran Bheeshma menunggunya, Tuan Putri Purindah pun berbalik mengarah kepadanya dan secara tak sengaja telah menerawangi wajah Pangeran Bheeshma yang akhirnya membuat mereka saling terpandang dibalik lingkaran tembus pandang tersebut. Masih disaat yang sama, Pangeran Bheeshma menatapnya diam menunjukkan rasa terkejutnya. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah namun tidak menunjukkannya.
Mereka berdua kini dalam keadaan yang berhadapan, saling menatapi satu-sama lain dibalik lingkaran tembus pandang tersebut. Kemudian Tuan Putri Purindah menurunkan pelan lingkaran tembus pandang tersebut dari kedua wajah mereka masih saling menatapi satu sama lain. Usainya menurunkan lingkaran tembus pandang tersebut, Tuan Putri Purindah seperti akan bersujud menyentuh kaki dari Pangeran Bheeshma dengan  setengah akan menjatuhkan dirinya dihadapannya.
 Namun cepat ditahan oleh Pangeran Bheeshma dengan memegangi kedua lengan dari Tuan Putri Purindah. “Kau belum menjadi, istriku!”, kata pertama yang keluar dari mulut Pangeran Bheeshma setelah berhasil menghentikannya. Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam seketika sesaat setelah mendengar perkataannya itu dengan mengangkat kepalanya keatas melihat Pangeran Bheeshma lalu berdiri kembali dengan kedua lengannya masih dipegangi Pangeran Bheeshma.
Pangeran Bheeshma yang juga melihatnya sudah berdiri kembali, mencoba melepaskan kedua tangannya dari memegangi kedua lengan darinya.
“Mengapa kau tidak menghentikanku disaat aku dengan tak sengaja telah menerawangi wajahmu?”. Tuan Putri Purindah menanyakannya sekaligus mengingatkannya.
“Itu terjadi hanya sebuah kebetulan saja! Siapapun bisa melakukan hal yang sama!”. Jawabnya cuek belum mengerti maksud dari pertanyaan darinya
“Tidakkah terlintas dipikiranmu jika apa yang aku lakukan tadi terhadapmu, telah menganggapmu sebagai seorang suami untuk diriku sendiri tanpa kesengajaan?! Maka dari itu aku langsung menurunkannya sesaat aku mulai menyadarinya, sementara kau hanya diam mengikutinya!”. Tuan Putri Purindah mencoba menjelaskannya panjang lebar.
Pangeran Bheeshma yang mendengar penjelasan darinya, menjadi sangat terkejut melototkan kecil kedua bola matanya. Sedangkan Tuan Putri Purindah menatapnya penuh keyakinan.
“Jika memang benar kau sudah menyadarinya, lalu mengapa kau melanjutinya dengan bersujud dan akan menyentuh kakiku? Bukankah itu merupakan kesalahan yang kedua?”. Pangeran Bheeshma kembali berkata serius menanyakannya.
“Tidak Pangeran, aku hanya ingin mengambil sehelai benang diatas kakimu! Tapi ketika kau menghentikanku dengan cara mengejutkan, tiba-tiba saja sehelai kain yang menjadi pusat perhatianku menghilang! Dan ini bukan kesalahan kedua dariku, tapi dirimu!”. Tuan Putri Purindah menggodanya sedikit menertawainya. Pangeran Bheeshma menundukkan kepalanya melihat kebawah.
“Secara tidak langsung, kau telah menganggap diriku sebagai suamimu! Dan aku, juga tidak sengaja telah menyebutmu sebagai seorang istri!”. Kata keluhannya sedikit merenungkan.
“Dan kau juga belum menjadi suamiku, Pangeran!”, Tuan Putri Purindah menyambungnya membalas perkataan Pangeran Bheeshma yang tadi sempat mengatakan “Kau belum menjadi istriku!”, kemudian menertawainya kembali. Sementara Pangeran Bheeshma dibuatnya menjadi begitu tak berdaya karnanya, berdiam sedikit hening kembali memandangi Tuan Putri Purindah yang masih menertawainya semakin menjadi-jadi.

BHARATAYUDHAserisatu

                Kemudian Pangeran Bheeshma mengambil kotak makanannya yang tadinya terjatuh karna memegangi kedua lengan Tuan Putri Purindah. Tiba-tiba diingatnya kembali saat Raja Gandaka menghentikan mereka yang tertawa sejenak dengan memerintahkan untuk menghabiskan makanan laddonya diruangan Ratu Gandiki beberapa saat yang lalu. Dan Pangeran Bheeshma pun akan mengikutinya mencoba melakukannya kembali kepada Tuan Putri Purindah.
“Berhentilah sejenak, Putri! Cicipilah dulu makanan yang aku bawakan ini hanya untukmu! Dan setelah kau mencoba mencicipinya maka tertawalah kembali!”. Pangeran Bheeshma menghentikannya dengan menawarkan makanan yang telah dipersembahkannya.
“Baiklah, tunjukkan segera makanan yang telah kau bawakan hanya untukku!”. Tuan Putri Purindah langsung menerimanya melihat kemakanan yang masih dipegangnya.
Pangeran Bheeshma pun mulai membuka tutup kotak makanannya perlahan lalu menunjukkannya kepada Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri purindah yang mengetahui makanan apakah yang dibawa darinya untuknya, mendadak menjadi terkejut seketika seakan-akan tak ingin melihatnya. “Laddo?”, kata pertama yang keluar dari mulutnya sesaat mengetahui.
“Ini adalah masakan dari Ibu Ratu Gandiki! Dan kau sangat berhak untuk mencoba mencicipinya!”, kata ajakannya teramat senang mengajak Tuan Putri purindah untuk segera memakannya.
“Aku, aku tidak mengerti dengan makanan ini, Pangeran!”. Katanya mencoba mengelak terlihat cemas melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Tapi kau harus mencobanya walaupun hanya sedikit, Putri! Hargailah masakan dari seorang Ibu Ratu yang begitu peduli terhadapmu!”. Pangeran Bheeshma masih menyuruhnya untuk segera mencobanya dengan tatapan memohon kepadanya.
Tuan Putri Purindah menggelengkan kepalanya pelan masih melihat cemas kepada Pangeran Bheeshma yang dibuatnya mernjadi sedikit bingung menjadi terdiam melihat Tuan Putri Purindah yang seperti itu terhadapnya. Kemudian Pangeran bheeshma mengambil satu buah laddonya lalu memakannya sendiri dengan melihat kebawah seolah menggambarkan jika merasa kecewa karna Tuan Putri purindah tidak menghargai makanan yang dibawanya.
Tuan Putri Purindah yang masih melihatnya seperti itu, mulai merasakan tidak tega dan menghentikannya dengan memegang tangan kanan dari Pangeran Bheeshma yang akan memasukkan laddo kedalam mulutnya. Pangeran Bheeshma pun menjadi terhenti sesaat.
“Jauhkan tanganmu dari tanganku, Putri! Biar saja aku memakan laddo yang kedua ini!”. Perintah Pangeran Bheeshma masih melihat kebawah.
“Tapi aku tidak tega melihatmu seperti ini, Pangeran! Kau melakukannya sungguh dengan keterpaksaan!”. Ungkap Tuan Putri Purindah rasa ketidak tegaannya.
“Tetapi aku tidak ingin makanan ini terbuang sia-sia!”. Pangeran Bheeshma kembali menegaskan dengan menatapnya kembali.
“A, Aku sekarang bersedia untuk memakannya! Tapi tidak untuk menyentuhnya!”. Tuan Putri Purindah mencoba mengalah, mengorbankan dirinya dengan melepaskan tangannya dari memegang tangan Pangeran Bheeshma.
Pangeran Bheeshma pun mengerti juga sediki luluh dan akan segera menyuapi laddo yang masih dipegangnya kepada Tuan Putri purindah, pikirnya disertai niatnya. Namun ketika sedikit lagi akan menyuapi laddo tersebut kedalam mulut Tuan Putri Purindah, Pangeran Bheeshma menghentikannya sesaat dengan mengajaknya bicara kembali. Keadaan mulut Tuan Putri Purindah yang tadinya sudah terbuka kecil untuk memakannya, kini tertutup kembali sedikit menghelakan nafasnya.
“Katakan padaku, keluhan apa yang kau takutkan dari memakan laddo ini!?”. Pangeran Bheeshma berkata halus namun menatap tegas.
“Aku takut, akan memuntahkannya kembali Pangeran!”. Jawabnya gugup sedikit terbuka.
“kau tidak akan memuntahkannya, Putri! Laddo ini rasanya manis, bukan pahit!”. Bujuknya sedikit menggodanya.
“Lalu bbagaimana jika aku telah memuntahkannya kembali, Pangeran!”. Tanyanya semakin cemas.
“Jika benar nanti kau melakukannya, itu tandanya kau telah menolak dari pemberian tanganku ini yang telah menyuapimu seperti sekarang ini!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan sehingga membuat Tuan Putri Purindah mengangguk pelan masih menatapnya cemas.
Kemudian Tuan Putri Purindah memberanikan diri untuk membuka mulutnya kembali dengan masih melihat sedikit menghilangkan kecemasannya kepada Pangeran Bheeshma. Sementara Pangeran Bheeshma melihat laddonya yang akan segera menyuapinya kemulut Tuan Putri Purindah. Makanan laddo itupun telah masuk kedalam mulut Tuan Putri Purindah. Dan ia pun kini berusaha untuk mengunyahnya perlahan agar tidak memuntahkannya.
Pangeran Bheeshma yang melihatnya sedang mengunyah mulai memberinya senyuman manis dibalut dengan wajahnya yang mulai tampak seperti bercahaya melihat kepadanya. Karna telah dilihatnya seorang Tuan Putri Purindah yang cantik, berdandankan rapi nan anggun berbeda pada hari-hari sebelumnya. Namun tetap saja Pangeran Bheeshma tidak mengetahui mengapa Tuan Putri Purindah berdandan seperti apa yang telah dilihatnya kini.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar