Pada malam harinya, seperti apa yang telah dipanjatkan didalam doanya sore tadi, Tuan Putri Purindah kini sedang berjalan dibalkon paling atas didalam Istananya hanya demi melihat bulan purnama dimalam bulan purnama yang sudah datang menyertainya. Kemudian berhenti berdekatan dengan pagar pembatas mencoba tetap berdiri menatapi juga mengamati bulan pernama diatasnya yang cukup terang benderang itu.
Sementara
ditempat lain, tepatnya diruangan Ratu Gandiki masih didalam Istana Wigura kini
telah diramaikan oleh semua keluarganya dari Gapura. Mereka disana sedang
berpesta makanan yang bernamakan laddo. Mereka disana duduk bersama dengan
membentuk sebuah lingkaran dimana makanan laddo diletakkan ditengah-ditengah
mereka. Dan apa yang mereka lakukan adalah sebuah tradisi dikerajaannya saat
malam bulan purnama telah tiba menyertai.
Kemudian
mereka bersama-sama saling menyuapi satu dengan yang lainnya, dan tidak
diperkenankan untuk menyuapi dirinya sendiri. Dimulai dengan Tuan Putri Nanda
menyuapi Tuan Putri Nadira, lalu Tuan Putri Nadira menyuapi Tuan Putri Nandara.
Kedua, Tuan Putri Nandara menyuapi Raja Gandaka, Raja Gandaka memyuapi Pangeran Punka. Ketiga,
Pangeran Punka menyuapi Pangeran Raika, Pangeran Raika menyuapi Pangeran Bheeshma.
Dan terakhir,
Pangeran Bheeshma menyuapi Ratu Gandiki. Kemudian Ratu Gandiki melanjutinya
menyuapi Tuan Putri Nanda. Usainya mereka semua melakukannya, mereka semua
menjadi tertawa bersama penuh kebahagiaan. Raja Gandaka yang melihat mereka
yang masih tertawa bersama mencoba berbicara menghentiikannya sesaat.
“Berhentilah
sejenak semuanya! Habiskanlah dulu semua makanan laddonya! Setelah itu baru
tertawalah kembali!”. Raja Gandaka menegur menyadarkan mereka.
“Yang Mulia
paman, aku rasa Yang Mulia Ibu Ratu terlalu banyak memasak makanan laddonya!”. Tuan
Putri Nanda mengutarakan sedit keluhannya sambil melihat makanan laddo
didepannya.
“Bagaimana
kalau kita bagi saja setengah laddo ini kepada Tuan Putri!”. Tuan Putri Nandara
mencoba memberi usul melihat-lihat ke mereka.
“Tapi yang
aku tau Tuan Putri ti….?”. tuan Putri Nadira mencoba akan memberitahukan
sesuatu namun telah dihentikan oleh Ratu Gandiki.
“Dia sangat
menyukai masakan yang telah dimasak olehku! Anakku, bisakah kau membawakan
setengah makanan laddo ini kepada Tuan Putri?”. Ratu Gandiki mengatakannya
dengan memotong dengan meyakinkan kepada semuanya. Lalu disambungnya
memerintahkan Pangeran Bheeshma.
“Apakah harus
aku, Ibu….?”, katanya lemas menatap terkejut kepada IRatu Gandiki. Sedangkan Ratu
Gandiki langsung menaruhkan tempat makanan berisi makanan laddo ditangannya
sedikit paksaan namun tak terlihat. Pangeran Bheeshma yang mengerti, langsung
berdiri menyegerakan dirinya untuk keluar dari ruangan Ratu Gandiki untuk pergi
menemui Tuan Putri Purindah demi mengantarkan makanan yang akan dipersembahkannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tuan Putri Purindah masih berdiri ditempat yang sama
mengamati bulan purnama diatasnya terpautkan dalam kehanyutan yang begitu dalam
memukaunya terhadap bulan purnama diatasnya. Kemudian tergerak hatinya untuk
menutupi kepala atasnya dengan selendang yang dikenakannya. Dan dilanjutinya
dengan mengambil sebuah lingkaran kecil tembus pandang akan menerawangi sang
bulan purnama diatasnya.
Sementara
dikejauhan dari arah belakangnya, mulai terlihat Pangeran Bheeshma datang
menujunya akan mendekatinya dengan membawa makanan dirangannya. Pangeran
bheeshma melangkahkan kakinya pelan saat dirinya telah berada dibelakang Tuan
Putri Purindah yang masih terbawa suasana dalam menerawangi sang bulan. Dan ia menunggunya
selesai dalam masih menerawangi sang bulan dikesunyian dimalam purnama.
Setelah
beberapa saat Pangeran Bheeshma menunggunya, Tuan Putri Purindah pun berbalik
mengarah kepadanya dan secara tak sengaja telah menerawangi wajah Pangeran
Bheeshma yang akhirnya membuat mereka saling terpandang dibalik lingkaran
tembus pandang tersebut. Masih disaat yang sama, Pangeran Bheeshma menatapnya
diam menunjukkan rasa terkejutnya. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah namun
tidak menunjukkannya.
Mereka berdua
kini dalam keadaan yang berhadapan, saling menatapi satu-sama lain dibalik
lingkaran tembus pandang tersebut. Kemudian Tuan Putri Purindah menurunkan
pelan lingkaran tembus pandang tersebut dari kedua wajah mereka masih saling
menatapi satu sama lain. Usainya menurunkan lingkaran tembus pandang tersebut,
Tuan Putri Purindah seperti akan bersujud menyentuh kaki dari Pangeran Bheeshma
dengan setengah akan menjatuhkan dirinya
dihadapannya.
Namun cepat ditahan oleh Pangeran Bheeshma dengan
memegangi kedua lengan dari Tuan Putri Purindah. “Kau belum menjadi, istriku!”,
kata pertama yang keluar dari mulut Pangeran Bheeshma setelah berhasil
menghentikannya. Tuan Putri Purindah pun menjadi terdiam seketika sesaat setelah
mendengar perkataannya itu dengan mengangkat kepalanya keatas melihat Pangeran
Bheeshma lalu berdiri kembali dengan kedua lengannya masih dipegangi Pangeran
Bheeshma.
Pangeran
Bheeshma yang juga melihatnya sudah berdiri kembali, mencoba melepaskan kedua
tangannya dari memegangi kedua lengan darinya.
“Mengapa kau
tidak menghentikanku disaat aku dengan tak sengaja telah menerawangi wajahmu?”.
Tuan Putri Purindah menanyakannya sekaligus mengingatkannya.
“Itu terjadi
hanya sebuah kebetulan saja! Siapapun bisa melakukan hal yang sama!”. Jawabnya
cuek belum mengerti maksud dari pertanyaan darinya
“Tidakkah
terlintas dipikiranmu jika apa yang aku lakukan tadi terhadapmu, telah
menganggapmu sebagai seorang suami untuk diriku sendiri tanpa kesengajaan?! Maka
dari itu aku langsung menurunkannya sesaat aku mulai menyadarinya, sementara
kau hanya diam mengikutinya!”. Tuan Putri Purindah mencoba menjelaskannya
panjang lebar.
Pangeran Bheeshma
yang mendengar penjelasan darinya, menjadi sangat terkejut melototkan kecil kedua
bola matanya. Sedangkan Tuan Putri Purindah menatapnya penuh keyakinan.
“Jika memang
benar kau sudah menyadarinya, lalu mengapa kau melanjutinya dengan bersujud dan
akan menyentuh kakiku? Bukankah itu merupakan kesalahan yang kedua?”. Pangeran
Bheeshma kembali berkata serius menanyakannya.
“Tidak
Pangeran, aku hanya ingin mengambil sehelai benang diatas kakimu! Tapi ketika
kau menghentikanku dengan cara mengejutkan, tiba-tiba saja sehelai kain yang
menjadi pusat perhatianku menghilang! Dan ini bukan kesalahan kedua dariku, tapi
dirimu!”. Tuan Putri Purindah menggodanya sedikit menertawainya. Pangeran
Bheeshma menundukkan kepalanya melihat kebawah.
“Secara tidak
langsung, kau telah menganggap diriku sebagai suamimu! Dan aku, juga tidak
sengaja telah menyebutmu sebagai seorang istri!”. Kata keluhannya sedikit
merenungkan.
“Dan kau juga
belum menjadi suamiku, Pangeran!”, Tuan Putri Purindah menyambungnya membalas
perkataan Pangeran Bheeshma yang tadi sempat mengatakan “Kau belum menjadi
istriku!”, kemudian menertawainya kembali. Sementara Pangeran Bheeshma
dibuatnya menjadi begitu tak berdaya karnanya, berdiam sedikit hening kembali
memandangi Tuan Putri Purindah yang masih menertawainya semakin menjadi-jadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Kemudian Pangeran Bheeshma mengambil kotak makanannya
yang tadinya terjatuh karna memegangi kedua lengan Tuan Putri Purindah. Tiba-tiba
diingatnya kembali saat Raja Gandaka menghentikan mereka yang tertawa sejenak dengan
memerintahkan untuk menghabiskan makanan laddonya diruangan Ratu Gandiki beberapa
saat yang lalu. Dan Pangeran Bheeshma pun akan mengikutinya mencoba
melakukannya kembali kepada Tuan Putri Purindah.
“Berhentilah
sejenak, Putri! Cicipilah dulu makanan yang aku bawakan ini hanya untukmu! Dan
setelah kau mencoba mencicipinya maka tertawalah kembali!”. Pangeran Bheeshma
menghentikannya dengan menawarkan makanan yang telah dipersembahkannya.
“Baiklah,
tunjukkan segera makanan yang telah kau bawakan hanya untukku!”. Tuan Putri
Purindah langsung menerimanya melihat kemakanan yang masih dipegangnya.
Pangeran
Bheeshma pun mulai membuka tutup kotak makanannya perlahan lalu menunjukkannya
kepada Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri purindah yang mengetahui
makanan apakah yang dibawa darinya untuknya, mendadak menjadi terkejut seketika
seakan-akan tak ingin melihatnya. “Laddo?”, kata pertama yang keluar dari
mulutnya sesaat mengetahui.
“Ini adalah masakan
dari Ibu Ratu Gandiki! Dan kau sangat berhak untuk mencoba mencicipinya!”, kata
ajakannya teramat senang mengajak Tuan Putri purindah untuk segera memakannya.
“Aku, aku
tidak mengerti dengan makanan ini, Pangeran!”. Katanya mencoba mengelak
terlihat cemas melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Tapi kau
harus mencobanya walaupun hanya sedikit, Putri! Hargailah masakan dari seorang
Ibu Ratu yang begitu peduli terhadapmu!”. Pangeran Bheeshma masih menyuruhnya
untuk segera mencobanya dengan tatapan memohon kepadanya.
Tuan Putri
Purindah menggelengkan kepalanya pelan masih melihat cemas kepada Pangeran
Bheeshma yang dibuatnya mernjadi sedikit bingung menjadi terdiam melihat Tuan
Putri Purindah yang seperti itu terhadapnya. Kemudian Pangeran bheeshma
mengambil satu buah laddonya lalu memakannya sendiri dengan melihat kebawah seolah
menggambarkan jika merasa kecewa karna Tuan Putri purindah tidak menghargai
makanan yang dibawanya.
Tuan Putri
Purindah yang masih melihatnya seperti itu, mulai merasakan tidak tega dan
menghentikannya dengan memegang tangan kanan dari Pangeran Bheeshma yang akan
memasukkan laddo kedalam mulutnya. Pangeran Bheeshma pun menjadi terhenti
sesaat.
“Jauhkan
tanganmu dari tanganku, Putri! Biar saja aku memakan laddo yang kedua ini!”.
Perintah Pangeran Bheeshma masih melihat kebawah.
“Tapi aku
tidak tega melihatmu seperti ini, Pangeran! Kau melakukannya sungguh dengan
keterpaksaan!”. Ungkap Tuan Putri Purindah rasa ketidak tegaannya.
“Tetapi aku
tidak ingin makanan ini terbuang sia-sia!”. Pangeran Bheeshma kembali
menegaskan dengan menatapnya kembali.
“A, Aku sekarang
bersedia untuk memakannya! Tapi tidak untuk menyentuhnya!”. Tuan Putri Purindah
mencoba mengalah, mengorbankan dirinya dengan melepaskan tangannya dari
memegang tangan Pangeran Bheeshma.
Pangeran
Bheeshma pun mengerti juga sediki luluh dan akan segera menyuapi laddo yang
masih dipegangnya kepada Tuan Putri purindah, pikirnya disertai niatnya. Namun
ketika sedikit lagi akan menyuapi laddo tersebut kedalam mulut Tuan Putri
Purindah, Pangeran Bheeshma menghentikannya sesaat dengan mengajaknya bicara kembali.
Keadaan mulut Tuan Putri Purindah yang tadinya sudah terbuka kecil untuk
memakannya, kini tertutup kembali sedikit menghelakan nafasnya.
“Katakan
padaku, keluhan apa yang kau takutkan dari memakan laddo ini!?”. Pangeran
Bheeshma berkata halus namun menatap tegas.
“Aku takut,
akan memuntahkannya kembali Pangeran!”. Jawabnya gugup sedikit terbuka.
“kau tidak
akan memuntahkannya, Putri! Laddo ini rasanya manis, bukan pahit!”. Bujuknya
sedikit menggodanya.
“Lalu bbagaimana
jika aku telah memuntahkannya kembali, Pangeran!”. Tanyanya semakin cemas.
“Jika benar
nanti kau melakukannya, itu tandanya kau telah menolak dari pemberian tanganku
ini yang telah menyuapimu seperti sekarang ini!”. Pangeran Bheeshma menjelaskan
sehingga membuat Tuan Putri Purindah mengangguk pelan masih menatapnya cemas.
Kemudian Tuan
Putri Purindah memberanikan diri untuk membuka mulutnya kembali dengan masih
melihat sedikit menghilangkan kecemasannya kepada Pangeran Bheeshma. Sementara
Pangeran Bheeshma melihat laddonya yang akan segera menyuapinya kemulut Tuan
Putri Purindah. Makanan laddo itupun telah masuk kedalam mulut Tuan Putri Purindah.
Dan ia pun kini berusaha untuk mengunyahnya perlahan agar tidak memuntahkannya.
Pangeran
Bheeshma yang melihatnya sedang mengunyah mulai memberinya senyuman manis
dibalut dengan wajahnya yang mulai tampak seperti bercahaya melihat kepadanya.
Karna telah dilihatnya seorang Tuan Putri Purindah yang cantik, berdandankan
rapi nan anggun berbeda pada hari-hari sebelumnya. Namun tetap saja Pangeran
Bheeshma tidak mengetahui mengapa Tuan Putri Purindah berdandan seperti apa
yang telah dilihatnya kini.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar