Airmatanya
pun menetes saat dilihatnya darah dari Tuan Putri Purindah mengalir kesela-sela
jarinya dan juga menetes jatuh ketanah. Tuan Putri Purindah memegang luka
akibat tancapan dari panahnya menutupinya masih menahan rasa perih dari
lukanya. Lalu dilihatnya tangan Pangeran Bheeshma yang mulai bergetar kecil
melepaskan anak panahnya hingga menjatuhkannya ketanah. setelahnya melihat yang
demikian, Tuan Putri Purindah pun menatap kewajah Pangeran Bheeshma.
Dilihatnya
tetesan airmata darinya masih menetes diwajahnya, dan muncul maksud hatinya
yang ingin mengusap airmata darinya namun apa daya ia masih takut melepaskan
tangannya dari menutupi lukanya karna trauma dengan rasa perihnya yang semakin
menjadi-jadi.
“Kau tidak
harus menghukumku seperti ini, Putri! Sangat benar jika aku mencintaimu! Dan
sangat benar juga aku merindumu dibalik ketidak sadaranku! Tapi mengapa kau
membalasnya dengan sebuah kejadian ini!”. Pangeran Bheeshma berkata lembut
mengeluhkan, memberanikan diri menatapnya yang terluka dengan sejuta kepiluan.
Tuan Putri
purindah menggelengkan kepalanya seolah-seolah mengisyaratkan bahwa apa yang
dikatakannya tadi sangatlah tidak benar. Kemudian Panageran Karanu melangkah
maju berdiam disamping Pangeran Bheeshma dengan memanggil nama Tuan Putri
Purindah serta menatapnya begitu pilu. Dan Tuan Putri Purindah pun melihat
kepadanya.
“Andai saja
kau mengijinkanku tadi, aku akan mengatakan jika aku akan menyerahkanmu kepada
Pangeran Bheeshma, sebagai suatu keadilan untukmu!”, Pangeran Karanu berbicara
mengulangnya dengan bergetar-getar penuh kepiluan diwajahnya. Tuan Putri
Purindah melirikkan kedua matanya melihat kebawah.
“Luka ini
adalah merupakan suatu keadilan yang sangat aku inginkan!”, kemudian melirikkan
kedua matanya kembali menatap ke Pangeran bheeshma. “Dimasa kecilku, aku telah
dianugerahi sebuah keabadian oleh Ayahku sendiri! Dan setelah aku
mengetahuinya, menyadarinya diusiaku yang sekarang, aku mulai mempunyai sebuah
pemikiran untuk apa aku menerimanya!? Sementara orang yang aku cintai tidak
bisa berlama-lama bersamaku!”.
sambungnya
kembali menahan perih pada lukanya juga menahan perih didalam hatinya. Pangeran
Bheeshma menjadi terkejut kembali. Sedangkan Tuan Putri Purindah akan
menyambungkan katanya kembali dengan melirikkan kedua matanya melihat ke Pangeran
karanu.
“Pangeran Karanu,
aku tidak ingin orang yang aku cintai dikremasikan! Sementara aku tidak akan
pernah mati karna anugerah keabadianku ini! Tentu aku akan merasa begitu
kesepian dimasa nanti!”. Tuan Putri Purindah berbagi melepaskan bebannya, Pangeran
karanu pun menjatuhkan airmatanya karna ikut terhanyut dalam duka penderitaan
yang telah dikatakannya.
BHARATAYUDHAserisatu
“Pangeran
Bheeshma, melalui dirimu lah aku menghilangkan keabadianku! Awalnya aku
berpikir dengan aku melakukannya maka aku akan terbebas dari keabadianku! Namun
itu hanya menghilangkan kekuatannya saja, tetapi tidak untuk sisi
keabadiannya!”. Tuan Putri Purindah berkata mengulang yang telah lalu.
“Kalau memang
benar begitu, kau tidak akan mati hanya dengan satu tancapan dari anak panah
ini!”. Pangeran Bheeshma berkata menegarkan menatapnya penuh harap.
Tuan Putri
Purindah menggelengkan keaplanya kembali lalu melepaskan tangannya dari
menutupi luka dilengan kirinya menyentuh kepala Pangeran Bheeshma tepatnya
dibagian ubun-ubun masih bernoda darah segar ditelapak tangan kanannya. Kemudian
Pangeran Bheeshma teringat kembali pada peristiwa beberapa waktu yang lalu.
Saat dirinya melihat ada gumpalan asap keluar dari kepala Tuan Putri Purindah.
“Beberapa
waktu yang lalu, aku telah melihat gumpalan asap keluar dari atas kepalamu!”,
katanya sesaat setelah mengingatnya masih menatap Tuan Putri Purindah.
“Itulah wujud
dari keabadianku yang berhasil aku keluarkan melalui dirimu! Namun telah ada
keliruan didalamnya, Pangeran!”. Penjelasan kembali Tuan Putri Purindah dengan
melepaskan tangannya dari menyentuh kepalanya.
“Tuan Putriku
yang malang! Lalu apakah yang harus aku lakukan, untukmu!”. Pangeran Bheeshma
mengungkap kepiluannya.
“Kau jangan
cemaskan aku, karna kita akan bertemu lagi pada limaratus tahun kemudian! Kita
akan bertemu dalam wujud kita yang dewasa! Kau akan menjadi Pangeran Bheeshma
yang dewasa, dan aku, akan menjadi Tuan Putri Purindah yang dewasa!”. Semakin
menjelaskan namun merupakan sebuah kutukan darinya.
“Temanku,
hentikan dia! Aku mohon, hentikan dia sekarang juga temanku!”. Pangeran Karanu mengatakannya
dengan memberontak histeris kecil melihat-lihat keduanya.
“Tanpa
disadarinya dia telah menakdirkan hidupku dimasa mendatang! Dia telah
melimpahkan setengah keabadiannya didalam diriku dengan darahnya yang
bersentuhan langsung pada kulit ditelapak tanganku, kemudian memasuki pori-pori
kecil mengalir didalam darahku ini! Perlu kau ketahui Pangeran, jika apa yang baru
saja dikatakannya olehnya terhadapku adalah merupakan sebuah kutukan untukku!
Aku harus tetap menunggunya hingga pada lima ratus tahun kemudian!”.
Penjelasan
dari Pangeran Bheeshma membuat Pangeran Karanu dan juga disekelilingnya menjadi
sangat terkejut menegangkan. Pangeran Karanu menjadi begitu tak berdaya melihat
keduanya hingga menutup kedua matanya. Sedangkan kedua saudara darinya menjadi
menangis kecil tak bersuara melihat ke mereka berdua.
BHARATAYUDHAserisatu
Seiring waktu
berjalan, Tuan Putri Nanda pun telah kembali kepada kedua saudaranya dengan
membawa Ratu Gandiki bersamanya. Mereka berduapun menjadi terkejut seketika
melihat Tuan Putri Purindah yang sudah terbaring diatas pangkuan Pangeran
Bheeshma masih terlihat darah segar menetes disekitar daerah dilukanya. Melihatnya
yang demikian, Ratu Gandiki berteriak dengan menyebutkan “Anakku!”, lalu pergi
mendekatinya berdiri dihadapan Tuan Putri Purindah yang masih terbaring.
“Anakku, Tuan
Putri Purindah! Siapa yang telah melukai lengan tangan kirimu seperti ini,
nak!”. Katanya dengan tersedih penuh rasa ketidak tegaan, melihatnya.
“Aku sendiri
yang melukai lengan tangan kiriku, Ibu Ratu!”. Jawabnya sedikit memberi senyum
menegarkan.
Pangeran Karanu
pun menjatuhkan kedua lututnya ketanah melihatnya yang baru saja mengakui, lalu
menyembunyikan wajahnya dibalik bahu
belakang Pangeran Bheeshma disampingnya.
Begitupula dengan Pangeran Bheeshma yang kini menutupi luka pada lengan tangan
kiri Tuan Putri Purindah agar darahnya tidak mengalir deras menggunakan
tangannya sendiri. Sedangkan Ratu Gandiki melihat ketiganya secara bergantian
menahan bendungan airmatanya.
Kemudian Ratu
Gandiki berjalan menuju kebagian tubuh Tuan Putri Purindah yang terluka, lalu
menjadi terduduk lemas dengan menjatuhkan kedua lututnya ketanah menatap lemas
pada lukanya. Semakin ia meratapi luka yang masih meneteskan darah segar meski
telah ditutupi oleh Pangeran Bheeshma, semakin pula ia tak bisa lagi menahan
bendungan airmatanya. Disaat yang sama. Dan kini Tuan Putri Purindah menyeka
airmatanya dengan setengah membangunkan dirinya.
Tuan Putri
Puruindah menyeka airmatanya menggunakan dua jemari tangan kirinya karna tidak
ada noda darah segar didalamnya. sementara Pangeran Karanu juga Pangeran Bheeshma
menjadi terdiam karna melihat semangatnya dalam berusaha untuk bisa menyeka
airmata Ratu Gandiki.
“Kau masih
bersemangat untuk menyeka airmataku, nak! Kau sedikit melupakan rasa sakit dari
luka dilengan tangan kirimu!”, Ratu Gandiki menjadi begitu tidak tega penuh
keharuan menatapi wajahnya.
“Aku sangat
bahagia, Ibu Ratu! Kau seperti mediang Ibuku! Bagaimana bisa aku melihat
tetesan airmata membasahi wajahmu!”, Tuan Putri Purindah memujinya, menatapnya
disertai senyuman kecil bahagia.
Sementara
Tuan Putri Nanda baru saja mulai mendekati kedua saudaranya dengan berada
ditengah diantara kedua saudaranya lalu merangkulnya secara bersamaan. “Apa
yang sebenarnya terjadi!”, bisikan kecil Tuan Putri Nanda kepada kedua
saudaranya. Namun kedua saudaranya hanya menatapnya diam.
Kemudian
Tuan Putri Purindah memberikan salam kepadanya, “Terimalah salam pamitku
kepadamu, Ibu!”. Perintahnya menggetarkan Pangeran Bheeshma yang kini telah
merangkulnya dari tubuh belakangnya, tetap menahannya agar tidak terjatuh
terbaring ketanah.
“Jangan
terima, Ibu! Aku mohon, janganlah Ibu menghiraukan permintaan pesimisnya itu!”,
Pangeran bheeshma menyambung dengan sedikit histeris melihat ke Ratu Gandiki.
Ratu Gandiki melihatnya balik dengan sedikit bingung.
“Sebenarnya
apa yang terjadi ditempat ini, anakku?”, Ratu Gandiki bertanya sedikit
membentaknya melukiskan keresahannya. Kemudian dialihkannya dengan melihat ke Pangeran
Karanu, “Pangeran Karanu, jika anakku tidak bisa menjelaskannya, maka kau harus
menjelaskannya padaku!”. Ratu gandiki menyambung dengan melibatkan Pangeran Karanu
masih dengan membentaknya kecil. Namun Pangeran Karanu hanya diam menerima
perintah darinya tadi tanpa menjawabnya.
Merasa tidak
dapat kejelasan dari keduanya, Ratu Gandiki pun mendirikan dirinya dengan melihat
ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma yang merupakan ketiga keponakannya. “Dan
juga kalian bertiga, keponakanku! Jelaskan kepadaku sekarang apa yang
sebenarnya terjadi ditempat ini! Apa kronologis yang sesungguhnya dari kejadian ini?”, emosinya semakin tingga
hingga mengharuskannya membentak keras kepada mereka bertiga.
Lalu menangis
kecil bersuara setelah mengatakan luapan emosinya kepada ketiga keponakannya dengan
masih melihat-lihat ketiga keponakannya. Kemudian melihat kembali ke Tuan Putri
Purindah dan berkata kembali sedikit menegarkan dirinya meskpun airmatanya
masih menetes diwajahnya. Begitupula Tuan Putri Purindah yang masih melihatnya
sedari tadi masih menahan rasa kesakitannya.
Sedangkan Pangeran
Bheeshma dan Pangeran Karanu saling berpandangan gelisah kemudian bersama-sama
melihat ke Ratu Gandiki. “Apa yang telah kau sembunyikan dariku, nak? Aku telah
menganggapmu seperti Putriku sendiri! Apa yang telah kau pikirkan sebelumnya,
sehingga kau menjadi begitu terluka seperti ini!”, sambung kembali Ratu Gandiki
menghakimi Tuan Putri Purindah. Lalu dilihatnya Pangeran Bheeshma menggeleng
resah kepadanya.
“Tolong
jangan hakimi Tuan Putriku yang malang ini, Ibu! Bagaimanapun juga dia akan
menjadi seorang permaisuri dari anakmu ini, Ibu!”, sambung Pangeran Bheeshma
berkata menyemangatkan Tuan Putri Purindah yang sudah menampakkan kelemahan diraut
wajahnya. Ratu Gandiki mengusap airmatanya dengan melihat kearah lain setelah
mendengar perkataan darinya. Dan Pangeran Bheeshma kembali menlihat ke Tuan
Putri Purindah.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar