Selasa, 17 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-38



Airmatanya pun menetes saat dilihatnya darah dari Tuan Putri Purindah mengalir kesela-sela jarinya dan juga menetes jatuh ketanah. Tuan Putri Purindah memegang luka akibat tancapan dari panahnya menutupinya masih menahan rasa perih dari lukanya. Lalu dilihatnya tangan Pangeran Bheeshma yang mulai bergetar kecil melepaskan anak panahnya hingga menjatuhkannya ketanah. setelahnya melihat yang demikian, Tuan Putri Purindah pun menatap kewajah Pangeran Bheeshma.
Dilihatnya tetesan airmata darinya masih menetes diwajahnya, dan muncul maksud hatinya yang ingin mengusap airmata darinya namun apa daya ia masih takut melepaskan tangannya dari menutupi lukanya karna trauma dengan rasa perihnya yang semakin menjadi-jadi.
“Kau tidak harus menghukumku seperti ini, Putri! Sangat benar jika aku mencintaimu! Dan sangat benar juga aku merindumu dibalik ketidak sadaranku! Tapi mengapa kau membalasnya dengan sebuah kejadian ini!”. Pangeran Bheeshma berkata lembut mengeluhkan, memberanikan diri menatapnya yang terluka dengan sejuta kepiluan.
Tuan Putri purindah menggelengkan kepalanya seolah-seolah mengisyaratkan bahwa apa yang dikatakannya tadi sangatlah tidak benar. Kemudian Panageran Karanu melangkah maju berdiam disamping Pangeran Bheeshma dengan memanggil nama Tuan Putri Purindah serta menatapnya begitu pilu. Dan Tuan Putri Purindah pun melihat kepadanya.
“Andai saja kau mengijinkanku tadi, aku akan mengatakan jika aku akan menyerahkanmu kepada Pangeran Bheeshma, sebagai suatu keadilan untukmu!”, Pangeran Karanu berbicara mengulangnya dengan bergetar-getar penuh kepiluan diwajahnya. Tuan Putri Purindah melirikkan kedua matanya melihat kebawah.
“Luka ini adalah merupakan suatu keadilan yang sangat aku inginkan!”, kemudian melirikkan kedua matanya kembali menatap ke Pangeran bheeshma. “Dimasa kecilku, aku telah dianugerahi sebuah keabadian oleh Ayahku sendiri! Dan setelah aku mengetahuinya, menyadarinya diusiaku yang sekarang, aku mulai mempunyai sebuah pemikiran untuk apa aku menerimanya!? Sementara orang yang aku cintai tidak bisa berlama-lama bersamaku!”.
sambungnya kembali menahan perih pada lukanya juga menahan perih didalam hatinya. Pangeran Bheeshma menjadi terkejut kembali. Sedangkan Tuan Putri Purindah akan menyambungkan katanya kembali dengan melirikkan kedua matanya melihat ke Pangeran karanu.
“Pangeran Karanu, aku tidak ingin orang yang aku cintai dikremasikan! Sementara aku tidak akan pernah mati karna anugerah keabadianku ini! Tentu aku akan merasa begitu kesepian dimasa nanti!”. Tuan Putri Purindah berbagi melepaskan bebannya, Pangeran karanu pun menjatuhkan airmatanya karna ikut terhanyut dalam duka penderitaan yang telah dikatakannya.

BHARATAYUDHAserisatu

“Pangeran Bheeshma, melalui dirimu lah aku menghilangkan keabadianku! Awalnya aku berpikir dengan aku melakukannya maka aku akan terbebas dari keabadianku! Namun itu hanya menghilangkan kekuatannya saja, tetapi tidak untuk sisi keabadiannya!”. Tuan Putri Purindah berkata mengulang yang telah lalu.
“Kalau memang benar begitu, kau tidak akan mati hanya dengan satu tancapan dari anak panah ini!”. Pangeran Bheeshma berkata menegarkan menatapnya penuh harap.
Tuan Putri Purindah menggelengkan keaplanya kembali lalu melepaskan tangannya dari menutupi luka dilengan kirinya menyentuh kepala Pangeran Bheeshma tepatnya dibagian ubun-ubun masih bernoda darah segar ditelapak tangan kanannya. Kemudian Pangeran Bheeshma teringat kembali pada peristiwa beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya melihat ada gumpalan asap keluar dari kepala Tuan Putri Purindah.
“Beberapa waktu yang lalu, aku telah melihat gumpalan asap keluar dari atas kepalamu!”, katanya sesaat setelah mengingatnya masih menatap Tuan Putri Purindah.
“Itulah wujud dari keabadianku yang berhasil aku keluarkan melalui dirimu! Namun telah ada keliruan didalamnya, Pangeran!”. Penjelasan kembali Tuan Putri Purindah dengan melepaskan tangannya dari menyentuh kepalanya.
“Tuan Putriku yang malang! Lalu apakah yang harus aku lakukan, untukmu!”. Pangeran Bheeshma mengungkap kepiluannya.
“Kau jangan cemaskan aku, karna kita akan bertemu lagi pada limaratus tahun kemudian! Kita akan bertemu dalam wujud kita yang dewasa! Kau akan menjadi Pangeran Bheeshma yang dewasa, dan aku, akan menjadi Tuan Putri Purindah yang dewasa!”. Semakin menjelaskan namun merupakan sebuah kutukan darinya.
“Temanku, hentikan dia! Aku mohon, hentikan dia sekarang juga temanku!”. Pangeran Karanu mengatakannya dengan memberontak histeris kecil melihat-lihat keduanya.
“Tanpa disadarinya dia telah menakdirkan hidupku dimasa mendatang! Dia telah melimpahkan setengah keabadiannya didalam diriku dengan darahnya yang bersentuhan langsung pada kulit ditelapak tanganku, kemudian memasuki pori-pori kecil mengalir didalam darahku ini! Perlu kau ketahui Pangeran, jika apa yang baru saja dikatakannya olehnya terhadapku adalah merupakan sebuah kutukan untukku! Aku harus tetap menunggunya hingga pada lima ratus tahun kemudian!”.
Penjelasan dari Pangeran Bheeshma membuat Pangeran Karanu dan juga disekelilingnya menjadi sangat terkejut menegangkan. Pangeran Karanu menjadi begitu tak berdaya melihat keduanya hingga menutup kedua matanya. Sedangkan kedua saudara darinya menjadi menangis kecil tak bersuara melihat ke mereka berdua.

BHARATAYUDHAserisatu

Seiring waktu berjalan, Tuan Putri Nanda pun telah kembali kepada kedua saudaranya dengan membawa Ratu Gandiki bersamanya. Mereka berduapun menjadi terkejut seketika melihat Tuan Putri Purindah yang sudah terbaring diatas pangkuan Pangeran Bheeshma masih terlihat darah segar menetes disekitar daerah dilukanya. Melihatnya yang demikian, Ratu Gandiki berteriak dengan menyebutkan “Anakku!”, lalu pergi mendekatinya berdiri dihadapan Tuan Putri Purindah yang masih terbaring.
“Anakku, Tuan Putri Purindah! Siapa yang telah melukai lengan tangan kirimu seperti ini, nak!”. Katanya dengan tersedih penuh rasa ketidak tegaan, melihatnya.
“Aku sendiri yang melukai lengan tangan kiriku, Ibu Ratu!”. Jawabnya sedikit memberi senyum menegarkan.
Pangeran Karanu pun menjatuhkan kedua lututnya ketanah melihatnya yang baru saja mengakui, lalu menyembunyikan wajahnya  dibalik bahu belakang  Pangeran Bheeshma disampingnya. Begitupula dengan Pangeran Bheeshma yang kini menutupi luka pada lengan tangan kiri Tuan Putri Purindah agar darahnya tidak mengalir deras menggunakan tangannya sendiri. Sedangkan Ratu Gandiki melihat ketiganya secara bergantian menahan bendungan airmatanya.
Kemudian Ratu Gandiki berjalan menuju kebagian tubuh Tuan Putri Purindah yang terluka, lalu menjadi terduduk lemas dengan menjatuhkan kedua lututnya ketanah menatap lemas pada lukanya. Semakin ia meratapi luka yang masih meneteskan darah segar meski telah ditutupi oleh Pangeran Bheeshma, semakin pula ia tak bisa lagi menahan bendungan airmatanya. Disaat yang sama. Dan kini Tuan Putri Purindah menyeka airmatanya dengan setengah membangunkan dirinya.
Tuan Putri Puruindah menyeka airmatanya menggunakan dua jemari tangan kirinya karna tidak ada noda darah segar didalamnya. sementara Pangeran Karanu juga Pangeran Bheeshma menjadi terdiam karna melihat semangatnya dalam berusaha untuk bisa menyeka airmata Ratu Gandiki.
“Kau masih bersemangat untuk menyeka airmataku, nak! Kau sedikit melupakan rasa sakit dari luka dilengan tangan kirimu!”, Ratu Gandiki menjadi begitu tidak tega penuh keharuan menatapi wajahnya.
“Aku sangat bahagia, Ibu Ratu! Kau seperti mediang Ibuku! Bagaimana bisa aku melihat tetesan airmata membasahi wajahmu!”, Tuan Putri Purindah memujinya, menatapnya disertai senyuman kecil bahagia.
Sementara Tuan Putri Nanda baru saja mulai mendekati kedua saudaranya dengan berada ditengah diantara kedua saudaranya lalu merangkulnya secara bersamaan. “Apa yang sebenarnya terjadi!”, bisikan kecil Tuan Putri Nanda kepada kedua saudaranya. Namun kedua saudaranya hanya menatapnya diam.
  Kemudian Tuan Putri Purindah memberikan salam kepadanya, “Terimalah salam pamitku kepadamu, Ibu!”. Perintahnya menggetarkan Pangeran Bheeshma yang kini telah merangkulnya dari tubuh belakangnya, tetap menahannya agar tidak terjatuh terbaring ketanah.
“Jangan terima, Ibu! Aku mohon, janganlah Ibu menghiraukan permintaan pesimisnya itu!”, Pangeran bheeshma menyambung dengan sedikit histeris melihat ke Ratu Gandiki. Ratu Gandiki melihatnya balik dengan sedikit bingung.
“Sebenarnya apa yang terjadi ditempat ini, anakku?”, Ratu Gandiki bertanya sedikit membentaknya melukiskan keresahannya. Kemudian dialihkannya dengan melihat ke Pangeran Karanu, “Pangeran Karanu, jika anakku tidak bisa menjelaskannya, maka kau harus menjelaskannya padaku!”. Ratu gandiki menyambung dengan melibatkan Pangeran Karanu masih dengan membentaknya kecil. Namun Pangeran Karanu hanya diam menerima perintah darinya tadi tanpa menjawabnya.
Merasa tidak dapat kejelasan dari keduanya, Ratu Gandiki pun mendirikan dirinya dengan melihat ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma yang merupakan ketiga keponakannya. “Dan juga kalian bertiga, keponakanku! Jelaskan kepadaku sekarang apa yang sebenarnya terjadi ditempat ini! Apa kronologis yang sesungguhnya  dari kejadian ini?”, emosinya semakin tingga hingga mengharuskannya membentak keras kepada mereka bertiga.
Lalu menangis kecil bersuara setelah mengatakan luapan emosinya kepada ketiga keponakannya dengan masih melihat-lihat ketiga keponakannya. Kemudian melihat kembali ke Tuan Putri Purindah dan berkata kembali sedikit menegarkan dirinya meskpun airmatanya masih menetes diwajahnya. Begitupula Tuan Putri Purindah yang masih melihatnya sedari tadi masih menahan rasa kesakitannya.
Sedangkan Pangeran Bheeshma dan Pangeran Karanu saling berpandangan gelisah kemudian bersama-sama melihat ke Ratu Gandiki. “Apa yang telah kau sembunyikan dariku, nak? Aku telah menganggapmu seperti Putriku sendiri! Apa yang telah kau pikirkan sebelumnya, sehingga kau menjadi begitu terluka seperti ini!”, sambung kembali Ratu Gandiki menghakimi Tuan Putri Purindah. Lalu dilihatnya Pangeran Bheeshma menggeleng resah kepadanya.
“Tolong jangan hakimi Tuan Putriku yang malang ini, Ibu! Bagaimanapun juga dia akan menjadi seorang permaisuri dari anakmu ini, Ibu!”, sambung Pangeran Bheeshma berkata menyemangatkan Tuan Putri Purindah yang sudah menampakkan kelemahan diraut wajahnya. Ratu Gandiki mengusap airmatanya dengan melihat kearah lain setelah mendengar perkataan darinya. Dan Pangeran Bheeshma kembali menlihat ke Tuan Putri Purindah.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar