Senin, 16 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-34



Kini Pangeran Bheeshma sedang berdiam hening menyandarkan dirinya kesebuah tiang disuatu tempat didalam Istana selama beberapa saat. Kemudian mencoba akan beranjak meninggalkan tempat tersebut, namun ketika baru melangkah tiga langkah kedepan tiba-tiba langkah kakinya menjadi terhenti seketika. Disaat yang sama, Pangeran Bheeshma merasakan jika ada yang baru saja mencoba menghentikannya untuknya yang segera akan pergi meninggalkan.
Sementara dibalik dirinya dikejauhan tampak Tuan Putri Purindah berdiam melihatnya diam sambil berkata didalam hatinya, “Pangeran Bheeshmaku!”. Namun Pangeran Bheeshma belum mengetahuinya jika Tuan Putri Purindah kini telah berada dibelakangnya tepatnya dikejauhan masih dalam kebingungan akan perasaan yang merasakan ada sesuatu. “Aku merasa seperti ada yang mencoba menghentikan diriku! Dan setelahnya aku merasa seperti ada yang memanggil namaku!”.
Pangeran Bheeshma bertanya dalam hatinya dengan wajahnya yang mulai sedikit gelisah. Sedangkan Tuan Putri Purindah yang masih berada dibalik dirinya dikejauhan, mencoba akan melangkah kedepan mendekatinya. Namun ketika baru saja melangkahkan kaki kirinya, Pangeran Bheeshma lebih dulu pergi meninggalkan tanpa menoleh kebelakang tuk melihatnya sejenak. Pupus sudah harapan darinya tuk melangkah maju mendekati Pangeran pujaannya, lalu kembali terhenti begitu tak bertdaya.
Dan kemudian secara mengejutkan dirinya muncul sosok Pangeran Karanu dari arah belakangnya sedang berjalan kecil kedepan lalu berdiam disampingnya, bersamanya. Tuan Putri Purindah yang mendengar bisikan langkah kaki seseorang disampingnya, mencoba menolehkan kepalanya kepadanya. “Pangeran karanu!”, tegurnya lembut setelah mengetahui, Pangeran Karanu memberi senyuman kepadanya. Dan mereka kini saling berpandangan.
“Kau terlihat begitu menikmatinya, Tuan Putri! Apakah kau benar telah mengaguminya?”. Pangeran Karanu membalas tegurannya dengan sedikit memancingnya untuk berkata jujur.
“Pangeran Bheeshma adalah teman pertamaku! Dia selalu saja bersikap seperti orang yang tertutup! Dan dia sering membuatku untuk memikirkan apa yang membuatnya menjadi seseorang yang tertutup seperti yang kuceritakan tadi!”. Tuan Putri Purindah membalasnya dengan menccoba menceritakan sedikit tentang Pangeran Bheeshma kepadanya.
“Aku melihat ada sedikit penderitaan didalam dirimu karnanya! Tidakkah kau mulai terbesit akan mengatakan yang sebenarnya kepadanya?”. Pangeran Karanu semakin memancingnya untuk berkata jujur sedikit membujuknya.
Kemudian Tuan Putri Purindah hanya memberikannya senyuman lebar namun sedikit berbohong kepadanya lalu mengarahkan pandangannya kembali kedepan. Sedangkan Pangeran Karanu masih memandanginya juga berkata dalam hatinya, “Sebenarnya aku ingin bertanya padamu, apakah benar bahwa kau memang sedang menaruhkan hatimu padanya!”. Namun apa daya bibirnya sangat terkunci rapat sehingga tak bisa menagtakan sesuatu yang sebenarnya yang ingin ia tanyakan.

BHARATAYUDHAserisatu

Dan kini Pangeran Bheeshma memilih berdiam ditaman belakang Istana Wigura setelahnya meninggalkan suatu tempat yang tadi. Ia disana terduduk setengah gelisah dibangku ditaman belakang Istana tersebut dengan meletakkan kedua tangannya kemeja dibangku yang telah didudukinya melamunkan dirinya melihat keatas lalu melirikkan kedua matanya kekiri masih berdiam. Kemudian dari arah belakangnya terlihat ketiga saudaranya.
Mereka bertiga tak sengaja terpandang kearah Pangeran Bheeshma yang berdiam saat baru saja memasuki taman belakang Istana. Dan kemudian mereka bertiga berjalan menujunya dengan duduk dengan bersejajar didepan Pangeran Bheeshma dalam bangku yang sama juga bersama menatapi Pangeran Bheeshma yang masih didalam keadaan yang tadi. Beberapa saaat kemudian, Pangeran Bheeshma pun melirikkan kedua matanya melihat ketiga saudaranya dan akan mengatakan sesuatu.
“Ketiga saudaraku tersayang! Kini saudaramu, kakakmu, juga pangeranmu sedang ingin sendiri dulu! Tapi aku tidak bisa menyuruh kalian bertiga untuk pergi! Karna aku membutuhkan kalian bertiga untuk menemaniku saat ini!”. Pangeran Bheeshma berkata penuh keresahan dengan melihat ketiga saudaranya.
“Berbagilah dengan kami semua, kakak! Curahkan kepada kami tentang perasaanmu saat ini!”. Tuan Putri Nanda mengajaknya untuk berbagi menatap sedikit sendu, begitupun dengan kedua saudaranya kepada Pangeran Bheeshma.
“(melirikkan kedua matanya kebawah) Dia yang selalu aku katakana, “dia hanyalah temanku!”. Dan aku yang selalu menegaskan pada diriku sendiri kalau dia memanglah hanya seorang teman, lalu mengapa sekarang aku merasakan takut akan kehilangan pada dirinya!?”. Pangeran Bheeshma sedikit berbagi mengungkapkan isi hatinya saat ini kepada mereka masih melirikkan kedua matanya melihat kebawah.
Sedangkan ketiga saudaranya yang masih mendengarkannya bercerita mulai mendengarkannya lebih dalam.
“Kemarin, aku merasa seperti telah diasingkan! Disaat yang bersamaan juga, aku mulai menyadari sesuatu yang menggambarkan sebuah perasaan yang tak seharusnya terjadi pada diriku! Dan aku mulai menemukan kedua hal itu saat aku melihat dia yang kuanggap teman sedang bersama dia yang kuanggap sebagai teman baruku!”. Sambung kembali Pangeran Bheeshma mencurahkan isi hatinya yang mulai tampak ada keperihan kecil didalamnya.
Airmata Tuan Putri Nanda pun menetes tanpa terduga olehnya ketika semakin dalam mendengarkan curahan isi hati dari Pangeran Bheeshma yang kedua masih menatapnya sendu. Begitupula dengan kedua saudaranya langsung menyeka airmatanya saat ketika akan terjatuh membasahi kedua pipinya masih menatap sendu kepada Pangeran Bheeshma. Kemudian Pangeran Bheeshma melihat mereka bertiga kembali dengan mata yang sedikit berkaca memberi senyuman.
Tangisan mereka bertiga pun menjadi pecah seketika melihatnya yang seperti itu setelah tadinya mencoba menutupinya. Dan mereka bertiga kini menjadi menangis kecil bersama dengan melirikkan kedua matanya kebawah. Mereka sedang menikmati dukanya bersama tanpa mengetahui jika Tuan Putri Purindah baru saja memasuki taman belakang Istana yang mereka telah tempati dengan berjalan pelan menuju ke mereka berempat.
Kemudian berhenti dibelakang Pangeran Bheeshma berhenti berjarak lima belas langkah darinya. Tuan Putri Purindah merasakan keanehan kepada mereka berempat didepannya, lalu memilih untuk berdiam sesaat sambil mengamati dan juga akan mendengarkan apa yang telah membuat mereka berempat tampak seperti itu masih tanpa sepengetahuan dari mereka berempat.
“Kakak, kau sudah terlalu jauh! Kembalilah kakak, jangan lagi kau menghindari isi hatimu yang sebenarnya!”. Tuan Putri Nanda berkata kembali menatapnya kembali masih meneteskan airmatanya.
“Aku sudah terlalu jauh dan sekarang aku telah berada dalam kedilemaan yang cukup besar! Aku sudah terlanjur menghindarinya terlalu jauh, tentu sangat sulit bagiku untuk kembali berdekatan!”. Pangeran Bheeshma membalas dengan kata pesimisnya kepada Tuan Putri Nanda.
“Aku juga seorang wanita! Dan bila aku menjadi seorang Tuan Putri Purindah, tentu aku sangat merasakan penderitaan karna kau, Pangeran!”. Tuan Putri Nadira menambahkan memakai nada sedikit tinggi dengan melihat kembali ke Pangeran Bheeshma, menegarkan.
“Tolong jangan katakan itu kembali, Putri Nadira ku sayang! Kau adalah adikku, tidak semestinya kau menghakimi pangeranmu ini dengan kata-katamu itu!”. Pangeran Bheeshma memberi keluhan sedikit tegas kepada Tuan Putri Nadira.
“Cukup saudaraku! Kau pasti teringat kepada Tuan Putri bukan? Makanya kau bertegas dingin kepada Putri Nadira!”. Tuan Putri Nandara memberontak kecil dengan berdiri menatap sedikit menajamkan kepada Pangeran Bheeshma.
Mendengar katanya dari pemberontakan kecilnya, Pangeran Bheeshma juga ikut mendirikan dirinya melawan tatapan dari Tuan Putri Nandara dengan melototkan kedua bola matanya kecil menggambarkan kemarahan dari dalam dirinya. Kedua saudaranya yang masih terduduk pun mulai menatapi keduanya yang mungkin akan bersih tegang karna sudah terlanjur mengeluarkan luapan emosi mereka masing-masing.

BHARATAYUDHAserisatu

Kemudian tiba-tiba saja Tuan Putri Nanda terpandang kepada sosok Tuan Putri Purindah yang berdiam lurus dibelakang Pangeran Bheeshma, sementara Tuan Putri Purindah disana masih fokus berpandangan lurus melihat ke Pangeran Bheeshma. Lalu kembali menatap dingin kepada Pangeran Bheeshma tanpa memberitahukan kalau ia baru saja menemui Tuan Putri Purindah dibaliknya. Dan disusul dengan kedua saudaranya ikut berdiri melihat-lihat mereka berdua.
“Saudaraku, apakah yang kau ceritakan tadi benar merupakan seorang Tuan Putri Purindah?”.  Tuan Putri Nandara menanyainya dengan sedikit memanfaatkannya agar dapat diketahui oleh Tuan Putri Purindah dibalik Pangeran Bheeshma.
“Iya!”. Jawabnya singkat kepada tuan Puti Nandara.
“Tadi kau mengatakan, jika kau menggapnya hanyalah sebagai seorang teman! Lalu mengapa kau merasakan takut akan kehilangan pada dirinya, didalam dirimu? Aku sungguh tidak mengerti, saudaraku!”. Tuan Putri Nandara menyambung menyindirnya sedikit.
“Dan aku juga begitu! Sama sepertimu!”. Pangeran Bheeshma menjawab singkat kembali.
“Dan kau juga merasakan ada cemburu saat kau melihat Tuan Putri sedang bersama teman barumu itu, kan!”. Tuan Putri Nandara semakin menyindirnya dengan menggodanya.
“Entahlah! Aku hanya merasa sedikit terasingkan! Tidak hanya itu, aku juga merasakan sesuatu yang tak beralasan!”. Pangeran Bheeshma mulai terbuka melemaskan sedikit  wajahnya.
“Pangeran Karanu! Bukankah dia yang kau maksudkan dengan teman barumu tadi! Dan dia yang membuatmu merasakan ada kecemburuan dalam dirimu!”. Tuan Putri Nandara langsung mengatakannya secara terang-terangan.
“Pangeran Karanu telah mempunyai ketertarikan….?”. Pangeran Bheeshma mencoba menjelaskan, namun Tuan Putri Nandara dengan cepat memotongnya.
“Kau sudah mencintainya, saudaraku!”. Tuan Putri Nandara memotongnya tanpa memberi Pangeran Bheeshma untuk meluruskan yang akan dijelaskannya.
“Sangat tidak wajar bila aku sudah mencintai Pangeran Karanu!”. Pangeran Bheeshma menolak kecil karna terkejut pada perkataan dari Tuan Putri Nandara.
“(Tuan Putri Nanda menepuk keningnya pelan) Astaga, kakak! Maksud dari Putri Nandara kepada Tuan Putri, bukan kepada Pangeran Karanu! Sudah cukup untuk bermain-mainnya, kakak! Sekarang kau sudah tidak bisa mengelak lagi!”. Katanya menegaskan. Pangeran Bheeshma menatap sedikit malu kepada mereka bertiga karna udah salah menanggapi.
“Dan sekarang kau putarkan badanmu kebelakang! Karna orang yang kau bicarakan tadi sudah lama berada disisi belakang dirimu!”. Tuan Putri Nandara memerintahkannya sambil memberitahukan, sedikit tertawa kecil.
Kedua saudaranya yang juga baru saja mengetahui menjadi ikut tertawa kecil melihat ke Tuan Putri Nandara. Sedangkan Pangeran Bheeshma menjadi sedikit bingung dan dengan jantungnya mulai berdegug kencang saat melihat ketiga saudaranya tertawa kecil bersama. Dan ketika Pangeran Bheeshma akan berbalik memutarkan badannya kebelakang, Tuan Putri Nandara memberi isyarat kepada Tuan Putri Purindah untuk melangkah maju berjalan kedapan untuk lebih mendekatinya.
Tuan Putri Purindah yang mengerti pun langsung melakukannya dengan berjalan kecil menuju ke Pangeran Bheeshma dengan menggemerincingkan sedikit gelang dikakinya. Kemudian Pangeran Bheeshma menjadi terdiam sesaat melihatnya usainya membalikkan tubuhnya kebelakang dengan sempurna. Sementara Tuan Putri Purindah semakin percaya diri berjalan kecil menujunya yang juga melihat kepada dirinya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar