Suara isak
tangis pun mulai terdengar dikeseluruhan didalam Istana Wigura. Raja Wiranata
kini menjadi sedikit tergerak hatinya untuk melihat kembali Putrinya yang sudah
tak bernyawa. Diatatapinya wajah Putrinya yang sudah sedikit berubah warna
menjadi sedikit kebiru-biruan. Lalu dilihatnya Pangeran Bheeshma yang begitu
terpukul karna kepergian Putrinya yang masih mendiamkan Putrinya dipangkuannya.
“Cukup,
temanku, cukup! Kepergiannya hanya untuk kembali! Tegarkan dirimu, coba
ikhlaskan! Perpisahan ini hanya sementara!”. Pangeran Karanu menenangkannya
dengan melihatnya masih histeris menangis kecil.
“Sampai jumpa
pada limaratus tahun kemudian, Putriku! Aku, Pangeran Bheeshmamu, akan selalu
bersamamu!”. Pangeran Bheeshma berakta kembali mulai menegarkan dirinya
sendiri.
Raja Wiarnata
telah melihatnya yang demikian, kemudian menjatuhkan kedua lututnya ketanah
dengan menyentuh kedua telapak kaki Putrinya. “Putriku! Putriku!”, katanya
histeris mencoba membangunkannya dengan menggoyangkan kedua telapak kaki
Putrinya. Semua orang disekitarnya pun mulai tertuju kepadanya yang baru saja
menunjukkan rasa kehilangannya. Mengetahui tidak ada respon dari Putrinya, Raja
Wiranata pun melihat ke pangeran Bheeshma, “Pu, Putriku?, sambung kata
histerisnya kembali.
Lalu melihat
ke Pangeran Karanu yang masih meneteskan airmatanya melihat kepadanya, “Ja,
Jangan menangis!”, kata histerisnya kembali sedikit memerintah kepada Pangeran
Karanu. “A, Ayo! Ajaklah Putriku untuk berbicara!”, Raja Wiranata berkata
mengajaknya masih dalam kehisterisan melihat-lihat kepada mereka didekatnya.
“Tidaaaak!”, teriakannya kecil ketika menyadari kembali jika Putrinya sudah
pergi meninggalkannya, mendirikan dirinya kembali masih didepan jasad Putrinya.
“Ikhlaskanlah
kepergiannya sekarang juga, Yang Mulia!”. Ratu Gandiki menegarkannya dengan
melihatnya, sedikit tegar.
“Kau tidak
tau betapa terpukulnya, aku! Anakku, anakku!”. Jawabnya terputus-putus masih
tidak bisa menerimanya.
“Yang mulia,
aku juga sama sepertimu! Dan juga dengan semua yang ikut menyaksikannya! Aku
sudah menganggap Putrimu sebagai Anakku sendiri! Bahkan aku memperlakukan
Putrimu, sama seperti aku memperlakukan Putraku!”. Ratu Gandiki menjelaskannya
semakin menegarkannya.
“Anakku,
Purindah, memang terlahir dengan dilatar belakangi gugurnya bunga-bunga ditaman
didalam Istanaku! Tetapi dibalik kelahirannya itu, istriku, yang baru saja
menjadi Ibunya ikut gugur juga bersama bunga-bunga ditaman didalam Istanaku!”, Raja Wiranata
berkata menjelaskannya masih melihat meratapi jasad Putrinya. Ratu Gandiki pun
menjadi terdiam karna terkejut setelah mendengarkan penjelasannya.
Kemudian Raja
Wiranata pandangannya tertuju pada bunga-bunga yang telah gugur disekitarnya.
“Lihatlah bunga-bunga yang telah gugur itu! Bunga-bunga itu seakan-akan ikut
mengantarkan kepergian dari Putriku yang malang!”, katanya memerintah
memberitahukannya. Semua orang yang mendengarnya pun mulai mengalihkan
pandangannya kepada bunga-bunga yang telah gugur itu secara bersamaan.
“Pangeran Karanu,
kau harus bahagia karna Putriku telah mati meninggalkanku!”. Raja Wiranata
berkata mengalah dengaan melihat ke Pangeran Karanu.
“(Pangeran
karanu pun berdiri melihat kepadanya) Mengapa aku harus merasa bahagia, Yang
Mulia?”. Tanya Pangeran Karanu sedikit bingung.
“Dulu kau
pernah ingin mengusik ketentraman dari kehidupannya! Dan aku, tidak akan pernah
bisa melupakan itu!”. Raja Wiranata mengulang menegaskannya keras kepadanya.
Raja Kharisma
pun menjadi terdiam melihatnya setelah mendengarnya, Sedangkan Pangeran Karanu
mulai memberi salam meminta maaf kepadanya karna kesalahannya diwaktu kemarin.
BHARATAYUDHAserisatu
“Yang Mulia,
semestinya kau tidak mengulangnya kembali! Jangan kau menghakiminya dengan
caramu yang masih mengingat kejadian itu!”. Ratu Gandiki membujuknya,
menyudahinya. Kemudian Raja Wiranata melihat ke Ratu Gandiki.
“Baiklah aku
akan melupakan kejadian itu, tapi tidak untuk sekarang! Luka akibat kejadian
itu belum sembuh, kemudian ditambah lagi dengan dua luka yang baru! Hari ini,
aku baru saja kehilangan Putriku (dengan melihat kembali kejasad Putrinya)!
Setelahnya, aku baru saja teringat dengan perkataan salah-satu ptajuritku tadi,
jika melalui Putramu lah Putriku melepaskan anugerah keabadiaannya, sehingga
membuatnya menjadi mati seperti ini !”.
Raja Wiranata
bernada sedikit keras menajamkan dengan melihat ke Pangeran Bheeshma berniat
akan menghakiminya juga.
“Yang Mulia
Paman! Sebelumnya aku sama sekali tidak mengetahui hal yang demikian! Dan aku
baru saja mengetahuinya saat…?”, Pangeran Bheeshma menciba untuk mengaku jujur
akan menjelaskan. Namun mendadak menjadi terhenti saat melihat Raja Wiranata
melototkan tajam kedua matanya kepadanya.
Semua orang
masih memusatkan perhatiannya kepada Raja Wiranata yang masih menatap Pangeran
Bheeshma dengan penuh kemarahan mulai melototkan matanya kecil. Kemudian
mengalihkannya kepada Pangeran Karanu yang masih berkabung dengan kedua matanya
sedikit bengkak melihat kepadanya. Raja Wiranata pun memakai wajah sedikit
sombong tersenyum jahat kepada Pangeran Karanu dan juga akan mengatakan
sesuatu.
“Pangeran
karanu, kau tidak perlu ikut berkabung atas kematian dari Putriku! Berbahagilah!
Hapus airmata buayamu itu sekarang!”, Raja Wiranata berkata menegaskan keras.
Pangeran Karanu masih melihatnya mengedipkan lesuh matanya sekali kepadanya.
“Yang Mulia
Paman! Aku ikut berkabung karna Putrimu adalah temanku, bukan musuhku! Ku mohon
hentikanlah amarahmu! Hormatilah jasad temanku yang masih terbaring dipangkuan
teman baruku ini!”, dengan memberi salam permohonan. Raja Wiranata tidak
mempedulikannya mengalihkan tatapannya melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Pangeran
Bheeshma! Aku mengutukmu, kau akan bertemu kembali dengan Putriku pada
limaratus tahun kemudian! Kau tidak akan langsung bertemu dengannya! Kau akan
mendapat kesulitan dalam mencari reinkarnasi dari Putriku! Dan kau akan
menemuinya dengan keadaan yang begitu mengejutkan setelah limaratus tahun
lamanya kau mencarinya!”, Raja Wiranata melampiaskan amarahnya dengan
mengutuknya.
Ratu Gnadiki
yang mendengarnya langsung mengalihkan pandangannya kepada Raja Gandaka, yang
masih menatap ke Raja Wiranata diam membisu hanya memdengarkan. Sementara Pangeran Raika mempunya firasat
jika Raja Wiranata akan kembali berkata masih merupakan sebuah kutukan darinya
kepada Pangeran Bheeshma. Dan Raja wiranata pun menyambung perkataannya
kembali.
“Setelah kau
menemukan reinkarnasi dari Putriku! Kau akan mendapatkan kesulitan untuk
menyuatukan semua anak-anakmu! Sebelum kau menyatukan semuanya, kau akan
menjadi terheran-heran lebih dahulu! Mereka semua anak-anakmu akan terlahir
dari rahim yang berbeda! Meskipun kau tidak pernah menitipkan benihmu
dirahim-rahim tersebut, namun mereka semua tetaplah menjadi anak kandungmu!
Tetapi khusus pada mereka yang memiliki kekuatan spiritual empat macam!”.
Raja Wiranata
mengatakan secara menyeluruh dari kutukannya, kemudian menunjuk ke Pangeran Bheeshma
semakin menajamkan. “Persiapkanlah dirimu untuk menjalani masa penghukuman
untukmu, dariku seperti apa yang aku ungkapkan tadi!”, Raja Wiranata berkata
lancang menajamkannya.
Tiba-tiba
saja Raja Wiranata mendapat perlawanan dari Ratu Gandiki yang berkata, “tidak”,
dengan berjalan menuju kepadanya lalu berhenti didekatnya berjarak tiga
langkah. “Kau tidak seharusnya menghukum anakku seperti itu! Hapuskalah
penghukuman itu! Tarik kembali kutukan darimu, yang Mulia!”, katanya melawan
dengan tersedih memilukan. Raja Wiranata melihat kepadanya.
“Kau tidak
bisa memadamkan api yang sudah membara keras didalam diriku…?”, Raja Wiranata
berkata menolak. Pangeran karanu langsung memotongnya dengan menawarkan dirinya
semdiri.
“Yang Mulia paman,
berilah aku juga penghukuman darimu seperti kau memberikan penghukumanmu kepada
temanku! Agar aku juga bisa merasakan penderitaan dari penghukumanmu bersama
dengan temanku!”, Pangeran karanu menawarkan dirinya demi ikatan
persahabatannya kepada Pangeran Bheeshma juga kepada Tuan Putri Purindah. Pangeran
Bheeshma melihat kepadannya sedikit terkejut karna perkataannya yang telah
menawarkan dirinya sendiri.
“Pangeran Karanu,
sudahlah kau jangan melakukan itu!”, kata Pangeran Bheeshma menyudahinya
memancingnya untuk menarik perkataannya yang tadi. Namun Pangeran Karanu hanya
melihat kepadanya dengan mengedipkan matanya sekali lalu mengangguk pelan.
BHARATAYUDHAserisatu
Raja
Kharishma tak berdaya saat akan melihat ke Pangeran Karanu, dan membuatnya
tetap melihat ke Raja Wiranata mulai dipenuhi
kecemasan. Sedangkan Raja Wiranata mengangguk kepada Pangeran Karanu
akan memberi penghukuman dari kutukannya juga kepadanya.
“Kau telah mencoba
menawarkan dirimu sendiri tadi, sama saja kau telah sedikit menantangku!
Pangeran Karanu, kau akan bernasib sama dengan Pangeran Bheeshma! Kau akan
abadi namun kau terpisah dari Pangeran Bheeshma! Kau akan hidup dalam
kesendirian, dalam kesepian yang begitu hebat, melebihi kesepianku yang telah
ditinggal pergi Putriku! Dan kau akan bertemu dengan mereka berdua setelah
limaratus tahun kemudian!”,Raja Wiranata memberinya penghukuman yang lebih
kejam.
Sungguh
sebuah penghukuman yang kejam dari kutukannya yang begitu mengerikan. Hingga
mereka yang didekatnya menjadi terdiam tak bersuara hanya mendengarkannya
memakai wajah yang penuh bertanya-tanya. Kemudian secara tiba-tiba Ratu Gandiki
memberanikan dirinya untuk meminta sebuah penyelesaiian dari penghukumannya
dari kutukannya itu.
“Yang Mulia,
adakah sebuah perisai sebagai penyelasaiian dari kutukan darimu yang kau ucapkan
tadi? Agar penderitaan lama mereka dapat dihentikan!“. Tanya Ratu Gandiki
kepadanya memakai tatapan yang begitu memohon. Raja Wiranata pun melihat
kepadanya dan akan memberi sesuatu yang bisa dijadikan sebagai perisainya.
“Tentu saja
kutukan dariku mempunyai perisainya, kau jangan cemaskan itu, Ratu Gandiki!
Salah satu perisainya adalah, dari seorang Putri kandung yang akan membebaskan
penderitaan dari Pangeran Bheeshma! Akan tetapi Pangeran Karanu harus
mendapatkan pembebasannya lebih dahulu!”.
Ratu Gandiki
menjadi bingung atas penjelasan yang pertama darinya. Kemudian Raja Wiranata
melihat ke Pangeran Karanu.
“Pangeran
Karanu, kau harus mendapatkan kebebasanmu dengan menghalangi Pangeran Bheeshma
yang akan terbunuh oleh Putri kandungnya sendiri! Karna kalau tidak, maka kau
tidak akan pernah mati untuk selamanya! Dan kepada kalian berdua, kalian akan
mendapat sebuah petunjuk melalui sebuah mimpi! Aku harap kalian berdua sudah
siap untuk itu! Dan kutukan dariku masih tetap berlanjut! Masih ada rahasia
dibaliknya!”.
Raja Wiranata
menjelaskannya secara panjang lebar namun masih misteri. Setelah
menjelaskannya, Raja Wiranata kembali melihat Putrinya dengan menjatuhkan kedua
lututnya ketanah memegang kedua tealapak kakinya yang semakin membiru kaku.
“Pangeran
Bheeshma, sekarang sudah saatnya kau menikahi Putriku! Aku harus mewujudkan
keinginannya yang masih suci! Sebelum aku, kau, dan kita semua akan mengkremasikan
jasadnya pada esok hari!”, lalu menunduk kembali meratapi kepergian Putrinya.
Ratu Gandiki
menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangannya melihatnya, Raja Gandaka
bersama kedua saudaranya juga ketiga keponakannya melihat sedikit lega
mengharukan kepadanya. Sedangkan Pangeran Bheeshma dipeluk haru oleh Pangeran Karanu,
dan Raja Kharishma meneteskan airmatanya karna terharu melihat sisinya sebagai
seorang Ayah telah kembali dijiwanya. Dan semua orang didalam istananya yang
masih ikut menyaksikan pun serentak menjadi terharu sedikit bahagia.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar