"Sudah pernah dipublikasikan difacebook sebagai promosi"
Esoknya,
tepat dipagi harinya, Tuan Putri Purindah pergi menemui Raja Wiranata
diruangannya. Dan kini ia telah bediri berhadapan dengan Raja Wiranata memakai
tatapan biasa namun sedikit penuh tanya kepada Raja Wiranata.
“Apakah ada
yang ingin kau sampaikan, Putriku? Tidak biasanya kau datang menemuiku diwaktu
yang masih terbilang pagi ini!”. Raja Wiranata bertanya ingin mengetahui
berbahasa santai.
“Benarkah Ayah
menawarkan kembali sebuah tawaran perjodohan kepada Pangeran Karanu? Bukankah
sebelumnya Ayah telah menolaknya?! Lalu mengapa Ayah memilih untuk kembali
menawarkannya kembali kepada Pangeran Karanu! Ayah seperti sedang menghidupkan
kembali bara api yang telah dipadamkan oleh air!”. Katanya berbahasa lembut
namun sedikit menajamkan.
“Ayah
menawarkan sebuah tawaran perjodohan ini kembali dengan maksud agar bayang-bayang
sebuah peperangan yang mungkin akan terjadi dapat terhapuskan karnanya!
Termasuk dengan ketentraman hidupmu, Putriku! Ayah melakukan ini tidak lebih
hanya untuk menyelamatkan hidupmu!”. Raja Wiranata menjelaskan membongkar semua
bebannya kepada Tuan Putri Purindah.
“Ketentraman,
keselamatan apa yang Ayah maksudkan? Ayah telah menganugerahkan sebuah
keabadian didalam diriku! Sementara aku tidak bisa menikmati keabadianku
bersama, Ayah! Bukan hanya dengan Ayah saja, tetapi juga dengan Pangeran
Karanu! Dimana didalamnya tidak ada kebahagiaan yang abadi, Ayah! Kalau memang
ada, jelaskan padaku kebahagiaan apakah itu, Ayah?”. Tuan Putri mengungkap kata
hatinya penuh dengan pertanyaan.
“ Apakah
sebuah duka yang aku terima saat aku harus mengkremasikan Ayah?! Mengkremasikan
Pangeran Karanu yang mungkin sudah menjadi suamiku kelak nanti?! Aku lebih
memilih mati mendahulukan Ayah, dan matiku sebagai manusia yang sebenarnya
sebagaimana sewaktu aku baru saja dilahirkan!”. Tuan Putri Purindah mengatakan
tekadnya tentang sedikit penderitaannya. Raja Wiramata memotonngnya dengan nada
sedikit keras, mengeraskan hatinya.
“Cukup!
Keputusan lain ada ditangan Pangeran karanu! Sebab Ayah telah menyerahkan
kebahagiaanmu pada dirinya! Dengan begini kau tidak akan merasa ada yang berani
tuk mengusik ketentraman hidupmu lagi!”. Menajamkan kata-katanya kepada Tuan
Putri Purindah.
“(memberi
salam meminta maaf) Baiklah, Ayah! Aku ingin mengatakan sesuatu kepada Ayah,
aku mohon Ayah jangan terkejut! Karna keabadian yang Ayah anegerahkan kedalam
diriku, ia akan sirna didepan kedua mata Ayah sendiri! Aku meminta maaf padamu,
Ayah!”. Katanya meminta maaf memberitahu sedikit menangis pilu.
“Itu tidak
akan pernah, juga tidak akan mungkin bisa terjadi! Kau jangan berkhayal terlalu
jauh, Putriku!”. Katnya kembali membentak keras sangat menegaskan melototkan
kedua bola matanya kepada Tuan Putri Purindah.
“(berlutut
menyentuh kaki Raja Wiranata, menunduk) Mafakan aku yang sudah terlanjur
mencintai Pangeran dari Kerajaan Gapura! Tapi Ayah jangan takut, aku, Putri
Ayah akan menuruti apa yang telah Ayah perintahkan tadi! Namun aku tidak akan
sampai menjadi seorang istri dari Pangeran Kerajaan Karita!”. Katanya bersedih
kemudian kembali berdiri memberi salam meminta maaf.
Kemudian
berbalik arah dengan berlari kencang hingga rincingan pada gelang kakinya
terdengar sangat keras. Sedangkan Raja wiranata masih melihat kepadanya sehingga
meneteskan airmatanya dikedua matanya. Hatinya pun mulai bergetar cemas saaat
mendengar kata dua kalimat terakhir dari Putrinya yang tadi itu.
BHARATAYUDHAserisatu
Ditempat
pelatihan Istana, Pangeran Karanu bersama Pangeran Bheeshma sedang memeriksa
ketajaman anak panah yang ada didepan mereka dengan mengambil satu-persatau
anak panah ditangan mereka masing-masing. Kemudain Pangeran Karanu mengajak
Pangeran Bheeshma untuk melepaskan anak panah yang telah dipegangnya tanpa
menggunakan busurnya, alias hanya menggunakan tangannya saja. Dan mereka berdua
pun menuju ketengah masih tempat pelatihan Istana.
Kini mereka berdua
telah berdiam bersebbelahan begitu dekat, namun tidak menghalangi Pangeran Bheeshma
untuk melepaskan anak panah yang masih dipegangnya dengan menggunakan tangannya
sendiri didepan dada Pangeran Karanu mengarah ketitik pusaran disebelah kanannya.
Pandangan dari keduanya pun kini sama-sama mengarah ketitik pusaran diarah
kanan, disisi kanan dari keberadaan mereka berdua.
Dan kemudian
anak Panah yang dilemparkan oleh Pangeran Bheeshma dengan menggunakan tangannya
sendiri menjadi melesat begitu jauh diatas papan titik pusarannya. Pangeran Karanu
pun sedikit menertawainya kecil dengan menghadapkan dirinya kepada Pangeran
Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat kepadnya dengan sedikit merengut.
“Anak panah
yang kau lepaskan dengan menggunakan tangannmu sendiri telah melesat jauh
diatas papan titik pusarannya, temanku!”. Pangeran Karanu mengatakannya sedikit
mengejek dengan melihat kepadanya.
“Tanpa
menggunakan busurnya, bagaimana aku bisa fokus p0ada titik pusaran dipapan
itu!”. Pangeran Bheeshma membalasnya menyampaikan keluhannya dengam melihat
kepapan titik pusaran itu.
“Aku
rasa kau betah tinggal disini karna kau bebas bermain-bermain ditempat
pelatihan ini, dengan menggunakan caramu sendiri temanku!”. Pangeran karanu
masih berkata mengejek melihatnya.
“Bahkan aku
lebih betah lagi saat kau bersamaku disini, temanku! Sangat tidak mungkin aku
bermain-main bersama para dayang yang selalu meamkai kain sari itu?”. Balas
Pangeran Bheeshma berkata mengejek balik dengan tertawa lepas.
Pangeran
Karanu pun menjadi ikut tertawa lepas bersamanya. Meski masih disadari keduanya
jika masih ada masalah yang begitu merumitkan diri mereka berdua. Tetapi
setidaknya mereka berdua bisa melupakannya sesaat dengan tertawa lepas bersama.
Tanpa mereka ketahui, jika anak panah yang tadi dilemparkan oleh Pangeran
Bheeshma telah melesat terjatuh didepan kaki Tuan Putri Purindah. Dan tanpa
mereka sadari kembali, Tuan Putri Purindah telah melihat kepada mereka berdua
sedari tadi.
Saat anak
panah mulai melesat dan terjatuh didepan kakinya, namun tidak sampai menyentuh
kakinya melainkan hanya menyentuh ketanah yang sedang dipijakinya. Melihatnya
yang demikian, Tuan Putri Purindah melepaskan gelang kakinya lalu menaruhnya
ditanah disebelah anak panah itu terjatuh. Kemudian mengambil anak panah
tersebut kemudian digenggamnya ditangan kanannya sambil berjalan pelan menuju
ke mereka berdua dikejauhan yang masih bercanda.
Dan secara
tidak sengaja, ketiga saudara dari pangeran Bheeshma melihat Tuan Putri
Purindah yang masih berjalan dari arah kirinya dengan menatap bersama sedikit
terpana mengejutkan. Kemudian mereka
bertiga berlari pelan dengan berada disisi belakang Tuan Putri Purindah,
mengikuti langkahnya perlahan berjarak sepuluh langkah dari arah belakangnya.
Tuan Putri Purindah semakin percaya diri yang mulai mendekati mereka berdua
didepannya yang sudah tidak lagi berjauhan.
Kini ia
semakin mendekati mereka berdua dan pandangannya mengarah tajam kepada Pangeran
Bheeshma. Sementara Pangeran Bheeshma secara tidak langsung mulai merasakan
sesuatu yang aneh mulai mengguncang didalam dirinya. Lain dengan Pangeran Karanu yang kini menolehkan
kepalanya kearah samping kanannya kemudian terpandang pada Tuan Putri Purindah
masih berjalan. Lalu Tuan Putri Purindah berhenti diarah kanan dari Pangeran Karanu setengah menyerong
kearah mereka.
“Hentikan
dulu candanya, temanku!”, perintah Pangeran Karanu kepada Pangeran Bheeshma
masih melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit penuh keanehan.
Pangeran
Bheeshma yang mendengar perintahnya pun langsung menolehkan kepadanya dan
terpandang kepada Tuan Putri Purindah yang masih memandanginya. Kemudian Tuan
Putri Purindah melirikkan kedua matanya ke Pangeran karanu menatap diam.
“Kau
menghentikan candaku hanya karna kedatangan dirinya, itu sangat tidak perlu temanku!”. Pangeran Bheeshma
membalas dingin dengan melihat ke Pangeran Karanu.
“Orang yang
sedang bersamamu tepatnya disamping kirimu, indra pendengarannya sangat
mengenal suara bisikan langkah dari kakiku! Bahkan gambaran dari diriku pun
sudah terlukis dipikirannya!”, Tuan Putri purindah membalas perkataan dari
Pangeran Bheeshma dengan sedikit menyindirnya dingin menajamkan masih menatap
ke Pangeran Karanu.
Pangeran Karanu
pun mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma
melirikkan kedua matanya kebawah sambil memikirkan kata sindiran dari Tuan
Putri Purindah untuk dirinya sendiri.
BHARATAYUDHAserisatu
Setelah
beberapa saat memikirkannya, Pangeran Bheeshma pun melirikkan kedua matanya kembali
melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit merengut.
“Seberani itukah
kau membongkar sebuah rahasia yang telah lama aku rahasiakan dalam diriku? Indra
pendengaranku memang sudah sangat lama mengenal langkah kakimu! Dan pikiranku
juga sudah menggambarkan dirimu…?”. Belum selesai Pangeran Bheeshma berbicara
mengatakannya, Tuan Putri Purindah langsung memotongnya dengan tatapan sedikit
melototkan kedua bola matanya kepada Pangeran Bheeshma.
“Diriku yang
tak ingin kau ketahui, Pangeran! Dan juga diriku yang tak ingin kau lihat tadi,
Pangeran!”. Katanya begitu menajamkan bernada tinggi penuh dengan amarah
kekecewaan. Dan mereka berduapun menjadi bersih tegang saling meluapkan emosi
mereka masing-masing.
“Kebiasaan
terburukmu adalah suka memotong perkataan dari lawan bicaramu yang belum
meluruskan pembicarannya!”. Balas Pangeran Bheeshma dengan berjalan dua langkah
kedepan menghadap Tuan Putri Purindah menajamkannya balik.
“Setiap
manusia yang masih hidup tentu menginginkan sebuah keadilan! Dan apakah kau
sudah memberikan suatu keadilan padaku, Pangeran Bheeshma!”. Tuan Putri
Purindah melawan katanya melototkan besar kedua bola matanya kepada Pangeran
Bheeshma. Pangeran karanu hanya menonton memandangi keduanya bercampur
kecemasan.
“Aku sudah
membahasnya kemarin bersamamu, Putri! Kemarin kita telah menangis bersama! Dan
biarkanlah itu hanya terjadi pada hari kemarin!”. Pangeran Bheeshma terpaksa mengulangnya
dengan maksud menyudahi pertanyaan darinya.
Setelah
mengatakannya, Pangeran Bheeshma memalingkaan pandangannya kesamping kirinya
dari Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri Purindah masih memandanginya dan
juga masih berniat akan menuntut keadilan padanya didalam hatinya. Dan Pangeran
karanu mulai memandangi Tuan Putri Purindah dengan sedikit tersedih. Begitupun
ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma masih dsisi belakang Tuan Putri Purindah
menjadi terdiam melihat keduanya.
Setelah
beberapa saat kemudian, Tuan Putri Purindah mengalihkan pandangannya kepada
Pangeran Karanu dengan meneteskan airmata kanannya, seperti mengisyaratkan akan
mengeluhkan sesuatu kepadanya. “Aku juga ingin menuntut sebuah keadilan dari
dirimu, Pangeran Karanu!”. Katanya bergetar menahan tangisnya dihatinya.
Pangeran Karanu menjadi bergetar kecil didalam dirinya lalu menjawab perkataan
darinya.
“katakan
padaku, keadilan apa yang ingin kau tuntut dariku, Tuan Putri!”. Katanya kecil
bergemetar menanyakannya. Pangeran Bheeshma mengkedipkan kedua matanya menahan
bendungan airmatanya masih menoleh kesamping kirinya.
“Aku ingin
kau menolak tawaran perjodohan itu, Pangeran! Bukan maksudku untuk menolak,
tetapi aku sungguh tidak bisa bila kau menerimanya!”. Katanya memohon, Pangeran
Bheeshma menyambungnya dengan menolehkan kepalanya melihat ke Tuan Putri
Purindah kembali, menegaskan.
“Tidak! Apa
yang telah kau perintahkan kepada Pangeran Karanu sangatlah tidak pantas! Kau
tidak boleh hanya memikirkan pada satu pihak saja, Putri….?”. Pangeran Bheeshma
menyambung sedikit mengingatkannya, Pangeran Karanu langsung memotongnya
mengarah ke Pangeran Bheeshma.
“Tidak
Pangeran Bheeshma! Kau tidak seharusnya menyambungnya dengan perkataanmu yang
tadi! Kau masih belum mengetahui siapa pihak kedua yang aku maksudkan?”.
Pangeran Karanu memperjelaskannya dengan melihat ke Pangeran Bheeshma.
Disambung juga dengan Tuan Putri Purindah yang juga melihat ke Pangeran
Bheeshma.
“Yang telah
disampaikan Pangeran Karanu memang benar! Semestinya kau memakai kesopananmu
dulu kepada seorang Tuan Putri dari Istana ini! Kau boleh menyambungnya tapi
tunggu aku yang memerintahkanmu untuk bicara menyambungnya! Bukankah kau masih
ingat saat aku tidak mau kembali keIstanaku?! Kau yang meminta perintah dariku
untuk menukarkan posisimu dengan posisiku! Kumohon renungkanlan itu, Pangeran
Bhesshmaku!”. Katanya halus memberi nasehat.
Ketiga
saudara dari Pangeran Bheeshma menjadi sedikit tersenyum masih berdiam disisi belakang
Tuan Putri Purindah, sedangkan Pangeran Bheeshma menjadi terdiam sedikit malu
menolehkan kepalanya kembali kesamping kirinya berpaling darinya. Tuan Putri
Purindah pun menggenggam anak panah yang masih dipegangnya dengan masih
melihatnya yang sudah memalingkan pandangannya dari dirinya.
Dan suasanapun
menjadi sedikit hening setelah perseteruan besar namun sebentar itu terjadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Ditengah
keheningan itu terjadi, Pangeran Karanu mencoba menyapa Tuan Putri Purindah kembali dengan menyebut
namanya bernada lemah sekali. Tuan Putri Purindah pun melirikkan kedua matanya
kembali melihat ke Pangeran karanu dan kini keduanya menjadi saling memandangi.
Sementara Pangeran Bheeshma masih dalam keadaannya yang tadi, memalingkan
wajahnya kesamping kirinya dari Tuan
Putri Purindah.
“Aku ingin
lebih memperjelaskannya, sebelum aku meluruskan apa yang telah dibicarakan tadi!”.
Pangeran Karanu menghentikan keheningan.
“(mengangguk)
Aku sudah menunggu untuk itu, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah mempersilahkan.
“Sebelum Yang
Mulia Raja mengajukan kembali sebuah tawaran perjodohan itu, aku yang lebih
dulu telah lancang yang berani mengajukan sebuah tawaran perjodohan dengan
rancanganku sendiri! Dengan mengatasnamakan Ayahku sendiri! Dan secara tidak
sengaja, aku seperti telah mencoba mengkambing hitamkan Ayahku sendiri!”.
Pengakuan pertama Pangeran Karanu membicarakan tentang kronologis kebenarannya.
“Kau hanya melihatku sekali, Pangeran! Tapi
mengapa kau begitu berani menjadikanku milikmu dengan kau memintaku, untuk menikahiku?!
Tidak bisakah kita berteman baik lebih dulu, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah
dengan ketegasannya disertai kesesalan dihatinya.
“Itulah letak
kebodohan yang sesungguhnya didalam diriku, Tuan Putri! Aku hampir saja tidak
bisa membedakan antara hanya bergejolak, cinta, dan juga rasa ingin memiliki!”.
Pangeran Karanu berkata lembut, mengalahkan dirinya.
“Apa kau
mencintaiku, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah bertanya menjamkan dengan spontan.
“Tuan Putri,
bahwa sesungguhnya aku…?”. Pangeran Karanu akan menjelaskannya kembali, namun Tuan
Putri Purindah lebih dulu memotongnya.,
“Aku tidak
butuh jawaban dari pertanyaanku tadi! Aku baru tersadar kembali, jika aku tidak
boleh menantang perintah dari Ayahku! Aku sudah terlanjur berkata akan
menerimanya kepadanya! Dan aku sungguh tidak berhak menyuruhmu untuk
menolaknya! Mungkin memang benar kebahagiaanku akan ada bila aku bersamamu!”.
Katanya tersedih sempat menegaskan namun mengalah dengan berbohong menutupi
kenahagiaan yang sesungguhnya pada dirinya.
Pangeran
Karanu pun menundukkan kepalanya, melirikkan kedua matanya kebawah setelah
mendengar perkataan darinya yang juga mengalah kepadanya. Sedangkan Tuan Putri
Purindah kembali melirikkan kedua matanya melihat ke Pangeran Bheeshma memakai
wajah yang teramat lesuh. Disaat yang sama, Pangeran Bheeshma mengatakan
sesuatu didalam hatinya, “Perasaanku mengatakan ada yang lain dari apa yang
telah aku dengar dari suaramu, Putriku yang malang!”.
Pangeran Bheeshma mengatakannya masih dalam
keadaan yang tadi, masih memalingkan wajahnya kesamping dari Tuan Putri
Purindah. Sungguh sebuah perdebatan yang panjang yang telah dilakukan oleh
mereka bertiga. Dan kini Pangeran Karanu mengangkat kembali kepalanya melihat
ke Pangeran Bheeshma.
“Hentikan
keadaanmu yang masih seperti itu teman! Palingkanlah wajahmu kepadaku
sekarang!”, Pangeran Karanu membentak kecil Pangeran Bheeshma agar terlepas
dari kediammannya.
Pangeran
Bheeshma pun memalingkan wajahnya kepada Pangeran Karanu dengan memutarkan
kedua matanya kebawah lalu melirik melihat ke Pangeran karanu, tanpa sejenak
melirik ke Tuan Putri Purindah lebih dulu. Menyombongkan dirinya sesaat
terhadap Tuan Putri Purindah.
“Temanku, aku
sudah bertemu dengan pihak kedua yang aku maksudkan! Dan sekarang bukan hanya
aku yang sedang bersamanya, tapi kau juga bersamanya!”. Pangeran Karanu mulai
memberi sebuah harapan.
“Siapakah
orang yang telah kau maksudkan sebagai pihak kedua itu, teman?”. Pangeran
Bheeshma bertanya ingin segera mengeahui.
“Biarkan aku
menjelaskan tentang dirinya dulu, teman! Kemarin aku sempat bertemu dengannya, kami
berjalan bersama disepanjang disuatu tempat diIstana ini! Disaat itu dia memang
sedang berbicara kepadaku, tetapi sesungguhnya dia sedang membicarakan orang
lain! Dan saat kami sedang duduk bersama, kami memang terlihat sedang duduk
bersama! Tapi yang sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang melihat jika
pandangannya telah terlukis wajah orang lain!”.
Ujarnya dalam
menceritakan tentang kebenarannya. “Karna itulah aku meminta sedikit waktu
untuk mengambil sebuah keputusan yang sudah membuatku menjadi begfitu dilema!”.
Sambung Pangeran Karanu bercerita tentang kisahnya bersama pihak kedua itu
dengan melirikkan kedua matanya ke Tuan Putri Purindah..
“Dan apakah
kini kau sudah bisa mengambil sebuah keputusan itu, teman!”. Pangeran Bheeshma
kembali bertanya pelan setelahnya mendengarkan kisahnya.
“Aku masih
dalam kedilemaan, teman! Karna orang yang masih berada diantara kita berdua
yang tadinya menuntut sebuah keadilan padaku, kini secara tiba-tiba ia telah menariknya
kembali!”. Pangeran Karanu berkata lemah sedikit menyindir Tuan Putri Purindah
dengan kembali melirikkan kedua matanya ke Pangeran Bheeshma.
Tuan Putri
Purindah pun menjadi terkejut seketika, ketika mendengar perkataan dari
Pangeran Karanu yang dirasanya sedikit telah menyindir dirinya dengan langsung
kembali membesarkan sedikit matanya menjadi terpaku sesaat. Begitupun Pangeran
Karanu yang baru saja melihat kepadanya kembali. Dan Pangeran Bheeshma yang juga
melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit merenung.
BHARATAYUDHAserisatu
Suasanapun
semakin tegang, dan Tuan Putri Purindah masih melihat ke Pangeran Karanu
memikirkan kata sindiran darinya. Begitupun Pangeran Bheeshma masih melihat ke Tuan
Putri Purindah menatap diam bertanya-tanya. Dan Pangeran karanu yang masih
melihat ke Tuan Purindah Purindah, akan mencoba untuk berbicara kembali.
“Temahku,
Pangeran Bheeshma! Aku akan memberitahumu siapa orang dari pihak kedua yang aku
maksudkan tadi!”, katanya kembali berbicara dengan melihat ke Pangeran
Bheeshma. Begitupula Pangeran Bheeshma kembali melihat kepadanya. Dan Tiba-tiba
saja Tuan Putri Purindah menyambungnya yang akan membuat mereka berdua menjadi
bergetar mengjutkan.
“Akulah pihak
kedua yang dimaksudkan oleh Pangeran karanu!”, Tuan Putri Purindah
mengatakannya setelah memikirkannya tadi, suaranya lancang menegaskan.
Mereka berdua
yang tadinya saling berpandangan pun menjadi bergetar mengejutkan bersama melihat
kepada Tuan Putri Purindah secara spontan. Dan kemudian Pangeran Karanu
menyambungnya kembali. “Itulah jawaban yang sebenarnya, temanku!”, dengan masih
melihat ke Tuan Putri Purindah. Mendengar perkataan kebenaran dari mereka
berdua, Pangeran Bheeshma menjadi tak berdaya masih melihat ke Tuan Putri
Purindah begitu terdiam kaku tak bisa berkomentar apapun.
“Kau begitu
lancang menjadikanku sebagai pihak kedua secara diam-diam tanpa kau permisi
lebih dulu kepadaku!”. Tuan Putri Purindah menegaskan sedikit bergetar-getar
juga mata yang mulai berkaca-kaca kembali.
“Jika aku
tidak melakukan hal yang demikian! Maka aku tidak akan mendapatkan sebuah
keputusan yang sangat kuharapkan tentang keadilannya, Tuan Putri! Dan saat ini
juga, aku akan memberimu suatu keadilan yang sempat kau tuntut kepadaku tadi!”.
Pangeran Karanu mengalahkan dirinya kembali dengan memberinya salam meminta
maaf kepadanya.
Tuan Putri
Purindah mengangguk pelan kepadanya masih menatapnya sambil mengeratkan
pegangannya memegangi anak panah ditangannya. Kemudian mengalihkan pandangannya
melihat kembali ke Pangeran Bheeshma. “Aku memohon untuk kau menerima
kebijakannya, kebijakan dari orang yang hampir saja membuatmu menderita!”,
Pangeran Bheeshma berkata memohon kepadanya mencoba mengakhirinya.
Namun Tuan
Putri Purindah hanya berdiam mencoba mengangkat anak panahnya setengah keatas
dengan melihat-lihat ke mereka berdua. Sementara Tuan Putri Nanda dibelakangnya
berlari kecil meninggalkan kedua saudaranya yang masih berdiam disisi belakang
Tuan Putri Purindah dengan pergi kesuatu tempat masih didalam Istana. Tuan
Putri Nanda bertujuan akan menemui Ratu Gandiki diruangannya.
Dan Tuan
Putri Purindah kembali berbicara menolak kecil mengangkat anak panahnya
setengah keatas ditangannya.
“Tidak! Aku tidak ingin mendengarkan kata dari
siapapun juga! Aku hanya mendengarkan kata dari Ayahku, Yang Mulia Raja
Wiranata! Dan aku, saat ini juga akan mengambil keadilan untuk diriku
sendiri!”, katanya menolak kecil sambil menegaskan keras dengan melihat-lihat mereka
berdua. Kedua saudara dari Pangeran Bheeshma yang masih berdiam dibalik dirinya
mulai akan meneteskan airmatanya ikut tersedih karnanya.
Dan dengan
tiba-tiba Tuan Putri Purindah menancapkan keras anak panahnya kelengan tangan
kirinya. Disaat yang bersamaan, kedua saudara dari Pangeran Bheeshma pun
menjerit, “Haaaaaaa….!”, secara spontan juga melangkah selangkah maju kedepan
lalu terhenti menahan rasa keterkejutannya. Begitupula Pangeran Karanu menjadi melangkah maju satu
langkah dengan tangan menjulur kedepan seolah menghentikannya memakai tatapan
terkejut sangat hebat.
“’Apa yang
telah kau lakukan, Tuan Putri!”, Pangeran Karanu berteriak sedikit keras penuh
kecemasan. Disaat yang sama juga, Pangeran Bheeshma berlari kencang langsung
menangkapnya dari tubuh belakangnya menahanya yang akan terjatuh terbaring
ditanah. Merasakan kondisi Tuan Putri Purindah yang semakin menjatuhkan
dirinya, Pangeran Bheeshma pun menjatuhkan dirinya juga dengan terduduk masih
menahannya agar tidak terjatuh, terbaring ditanah.
Kemudian
Pangeran Bheeshma dengan kesal mencabut anak panahnya keras dari lengan tangan
kirinya. Tuan Putri Purindah pun menjerit menahan kesakitannya dengan
menyandarkan keras kepalanya kedada Pangeran Bheeshma yang kini memegangi anak
panahnya penuh dengan darah. Sedangkan Pangeran Karanu hanya melihat diam tak
bisa berkomentar apa-apa lagi, begitupun dengan ketiga saudara dari Pangeran
Bheeshma.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar