Selasa, 17 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-37 (Puncaknya)



"Sudah pernah dipublikasikan difacebook sebagai promosi"

Esoknya, tepat dipagi harinya, Tuan Putri Purindah pergi menemui Raja Wiranata diruangannya. Dan kini ia telah bediri berhadapan dengan Raja Wiranata memakai tatapan biasa namun sedikit penuh tanya kepada Raja Wiranata.
“Apakah ada yang ingin kau sampaikan, Putriku? Tidak biasanya kau datang menemuiku diwaktu yang masih terbilang pagi ini!”. Raja Wiranata bertanya ingin mengetahui berbahasa santai.
“Benarkah Ayah menawarkan kembali sebuah tawaran perjodohan kepada Pangeran Karanu? Bukankah sebelumnya Ayah telah menolaknya?! Lalu mengapa Ayah memilih untuk kembali menawarkannya kembali kepada Pangeran Karanu! Ayah seperti sedang menghidupkan kembali bara api yang telah dipadamkan oleh air!”. Katanya berbahasa lembut namun sedikit menajamkan.
“Ayah menawarkan sebuah tawaran perjodohan ini kembali dengan maksud agar bayang-bayang sebuah peperangan yang mungkin akan terjadi dapat terhapuskan karnanya! Termasuk dengan ketentraman hidupmu, Putriku! Ayah melakukan ini tidak lebih hanya untuk menyelamatkan hidupmu!”. Raja Wiranata menjelaskan membongkar semua bebannya kepada Tuan Putri Purindah.
“Ketentraman, keselamatan apa yang Ayah maksudkan? Ayah telah menganugerahkan sebuah keabadian didalam diriku! Sementara aku tidak bisa menikmati keabadianku bersama, Ayah! Bukan hanya dengan Ayah saja, tetapi juga dengan Pangeran Karanu! Dimana didalamnya tidak ada kebahagiaan yang abadi, Ayah! Kalau memang ada, jelaskan padaku kebahagiaan apakah itu, Ayah?”. Tuan Putri mengungkap kata hatinya penuh dengan pertanyaan.
“ Apakah sebuah duka yang aku terima saat aku harus mengkremasikan Ayah?! Mengkremasikan Pangeran Karanu yang mungkin sudah menjadi suamiku kelak nanti?! Aku lebih memilih mati mendahulukan Ayah, dan matiku sebagai manusia yang sebenarnya sebagaimana sewaktu aku baru saja dilahirkan!”. Tuan Putri Purindah mengatakan tekadnya tentang sedikit penderitaannya. Raja Wiramata memotonngnya dengan nada sedikit keras, mengeraskan hatinya.
“Cukup! Keputusan lain ada ditangan Pangeran karanu! Sebab Ayah telah menyerahkan kebahagiaanmu pada dirinya! Dengan begini kau tidak akan merasa ada yang berani tuk mengusik ketentraman hidupmu lagi!”. Menajamkan kata-katanya kepada Tuan Putri Purindah.
“(memberi salam meminta maaf) Baiklah, Ayah! Aku ingin mengatakan sesuatu kepada Ayah, aku mohon Ayah jangan terkejut! Karna keabadian yang Ayah anegerahkan kedalam diriku, ia akan sirna didepan kedua mata Ayah sendiri! Aku meminta maaf padamu, Ayah!”. Katanya meminta maaf memberitahu sedikit menangis pilu.
“Itu tidak akan pernah, juga tidak akan mungkin bisa terjadi! Kau jangan berkhayal terlalu jauh, Putriku!”. Katnya kembali membentak keras sangat menegaskan melototkan kedua bola matanya kepada Tuan Putri Purindah.
“(berlutut menyentuh kaki Raja Wiranata, menunduk) Mafakan aku yang sudah terlanjur mencintai Pangeran dari Kerajaan Gapura! Tapi Ayah jangan takut, aku, Putri Ayah akan menuruti apa yang telah Ayah perintahkan tadi! Namun aku tidak akan sampai menjadi seorang istri dari Pangeran Kerajaan Karita!”. Katanya bersedih kemudian kembali berdiri memberi salam meminta maaf.
Kemudian berbalik arah dengan berlari kencang hingga rincingan pada gelang kakinya terdengar sangat keras. Sedangkan Raja wiranata masih melihat kepadanya sehingga meneteskan airmatanya dikedua matanya. Hatinya pun mulai bergetar cemas saaat mendengar kata dua kalimat terakhir dari Putrinya yang tadi itu.

BHARATAYUDHAserisatu

Ditempat pelatihan Istana, Pangeran Karanu bersama Pangeran Bheeshma sedang memeriksa ketajaman anak panah yang ada didepan mereka dengan mengambil satu-persatau anak panah ditangan mereka masing-masing. Kemudain Pangeran Karanu mengajak Pangeran Bheeshma untuk melepaskan anak panah yang telah dipegangnya tanpa menggunakan busurnya, alias hanya menggunakan tangannya saja. Dan mereka berdua pun menuju ketengah masih tempat pelatihan Istana.
Kini mereka berdua telah berdiam bersebbelahan begitu dekat, namun tidak menghalangi Pangeran Bheeshma untuk melepaskan anak panah yang masih dipegangnya dengan menggunakan tangannya sendiri didepan dada Pangeran Karanu mengarah ketitik pusaran disebelah kanannya. Pandangan dari keduanya pun kini sama-sama mengarah ketitik pusaran diarah kanan, disisi kanan dari keberadaan mereka berdua.
Dan kemudian anak Panah yang dilemparkan oleh Pangeran Bheeshma dengan menggunakan tangannya sendiri menjadi melesat begitu jauh diatas papan titik pusarannya. Pangeran Karanu pun sedikit menertawainya kecil dengan menghadapkan dirinya kepada Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma melihat kepadnya dengan sedikit merengut.
“Anak panah yang kau lepaskan dengan menggunakan tangannmu sendiri telah melesat jauh diatas papan titik pusarannya, temanku!”. Pangeran Karanu mengatakannya sedikit mengejek dengan melihat kepadanya.
“Tanpa menggunakan busurnya, bagaimana aku bisa fokus p0ada titik pusaran dipapan itu!”. Pangeran Bheeshma membalasnya menyampaikan keluhannya dengam melihat kepapan titik pusaran itu.
  “Aku rasa kau betah tinggal disini karna kau bebas bermain-bermain ditempat pelatihan ini, dengan menggunakan caramu sendiri temanku!”. Pangeran karanu masih berkata mengejek melihatnya.
“Bahkan aku lebih betah lagi saat kau bersamaku disini, temanku! Sangat tidak mungkin aku bermain-main bersama para dayang yang selalu meamkai kain sari itu?”. Balas Pangeran Bheeshma berkata mengejek balik dengan tertawa lepas.
Pangeran Karanu pun menjadi ikut tertawa lepas bersamanya. Meski masih disadari keduanya jika masih ada masalah yang begitu merumitkan diri mereka berdua. Tetapi setidaknya mereka berdua bisa melupakannya sesaat dengan tertawa lepas bersama. Tanpa mereka ketahui, jika anak panah yang tadi dilemparkan oleh Pangeran Bheeshma telah melesat terjatuh didepan kaki Tuan Putri Purindah. Dan tanpa mereka sadari kembali, Tuan Putri Purindah telah melihat kepada mereka berdua sedari tadi.
Saat anak panah mulai melesat dan terjatuh didepan kakinya, namun tidak sampai menyentuh kakinya melainkan hanya menyentuh ketanah yang sedang dipijakinya. Melihatnya yang demikian, Tuan Putri Purindah melepaskan gelang kakinya lalu menaruhnya ditanah disebelah anak panah itu terjatuh. Kemudian mengambil anak panah tersebut kemudian digenggamnya ditangan kanannya sambil berjalan pelan menuju ke mereka berdua dikejauhan yang masih bercanda.
Dan secara tidak sengaja, ketiga saudara dari pangeran Bheeshma melihat Tuan Putri Purindah yang masih berjalan dari arah kirinya dengan menatap bersama sedikit terpana mengejutkan.  Kemudian mereka bertiga berlari pelan dengan berada disisi belakang Tuan Putri Purindah, mengikuti langkahnya perlahan berjarak sepuluh langkah dari arah belakangnya. Tuan Putri Purindah semakin percaya diri yang mulai mendekati mereka berdua didepannya yang sudah tidak lagi berjauhan.
Kini ia semakin mendekati mereka berdua dan pandangannya mengarah tajam kepada Pangeran Bheeshma. Sementara Pangeran Bheeshma secara tidak langsung mulai merasakan sesuatu yang aneh mulai mengguncang didalam dirinya. Lain dengan  Pangeran Karanu yang kini menolehkan kepalanya kearah samping kanannya kemudian terpandang pada Tuan Putri Purindah masih berjalan. Lalu Tuan Putri Purindah berhenti diarah  kanan dari Pangeran Karanu setengah menyerong kearah mereka.
“Hentikan dulu candanya, temanku!”, perintah Pangeran Karanu kepada Pangeran Bheeshma masih melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit penuh keanehan.
Pangeran Bheeshma yang mendengar perintahnya pun langsung menolehkan kepadanya dan terpandang kepada Tuan Putri Purindah yang masih memandanginya. Kemudian Tuan Putri Purindah melirikkan kedua matanya ke Pangeran karanu menatap diam.
“Kau menghentikan candaku hanya karna kedatangan dirinya, itu sangat  tidak perlu temanku!”. Pangeran Bheeshma membalas dingin dengan melihat ke Pangeran Karanu.
“Orang yang sedang bersamamu tepatnya disamping kirimu, indra pendengarannya sangat mengenal suara bisikan langkah dari kakiku! Bahkan gambaran dari diriku pun sudah terlukis dipikirannya!”, Tuan Putri purindah membalas perkataan dari Pangeran Bheeshma dengan sedikit menyindirnya dingin menajamkan masih menatap ke Pangeran Karanu.
Pangeran Karanu pun mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma melirikkan kedua matanya kebawah sambil memikirkan kata sindiran dari Tuan Putri Purindah untuk dirinya sendiri.

BHARATAYUDHAserisatu

Setelah beberapa saat memikirkannya, Pangeran Bheeshma pun melirikkan kedua matanya kembali melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit merengut.
“Seberani itukah kau membongkar sebuah rahasia yang telah lama aku rahasiakan dalam diriku? Indra pendengaranku memang sudah sangat lama mengenal langkah kakimu! Dan pikiranku juga sudah menggambarkan dirimu…?”. Belum selesai Pangeran Bheeshma berbicara mengatakannya, Tuan Putri Purindah langsung memotongnya dengan tatapan sedikit melototkan kedua bola matanya kepada Pangeran Bheeshma.
“Diriku yang tak ingin kau ketahui, Pangeran! Dan juga diriku yang tak ingin kau lihat tadi, Pangeran!”. Katanya begitu menajamkan bernada tinggi penuh dengan amarah kekecewaan. Dan mereka berduapun menjadi bersih tegang saling meluapkan emosi mereka masing-masing.
“Kebiasaan terburukmu adalah suka memotong perkataan dari lawan bicaramu yang belum meluruskan pembicarannya!”. Balas Pangeran Bheeshma dengan berjalan dua langkah kedepan menghadap Tuan Putri Purindah menajamkannya balik.
“Setiap manusia yang masih hidup tentu menginginkan sebuah keadilan! Dan apakah kau sudah memberikan suatu keadilan padaku, Pangeran Bheeshma!”. Tuan Putri Purindah melawan katanya melototkan besar kedua bola matanya kepada Pangeran Bheeshma. Pangeran karanu hanya menonton memandangi keduanya bercampur kecemasan.
“Aku sudah membahasnya kemarin bersamamu, Putri! Kemarin kita telah menangis bersama! Dan biarkanlah itu hanya terjadi pada hari kemarin!”. Pangeran Bheeshma terpaksa mengulangnya dengan maksud menyudahi pertanyaan darinya.
Setelah mengatakannya, Pangeran Bheeshma memalingkaan pandangannya kesamping kirinya dari Tuan Putri Purindah. Sedangkan Tuan Putri Purindah masih memandanginya dan juga masih berniat akan menuntut keadilan padanya didalam hatinya. Dan Pangeran karanu mulai memandangi Tuan Putri Purindah dengan sedikit tersedih. Begitupun ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma masih dsisi belakang Tuan Putri Purindah menjadi terdiam melihat keduanya.
Setelah beberapa saat kemudian, Tuan Putri Purindah mengalihkan pandangannya kepada Pangeran Karanu dengan meneteskan airmata kanannya, seperti mengisyaratkan akan mengeluhkan sesuatu kepadanya. “Aku juga ingin menuntut sebuah keadilan dari dirimu, Pangeran Karanu!”. Katanya bergetar menahan tangisnya dihatinya. Pangeran Karanu menjadi bergetar kecil didalam dirinya lalu menjawab perkataan darinya.
“katakan padaku, keadilan apa yang ingin kau tuntut dariku, Tuan Putri!”. Katanya kecil bergemetar menanyakannya. Pangeran Bheeshma mengkedipkan kedua matanya menahan bendungan airmatanya masih menoleh kesamping kirinya.
“Aku ingin kau menolak tawaran perjodohan itu, Pangeran! Bukan maksudku untuk menolak, tetapi aku sungguh tidak bisa bila kau menerimanya!”. Katanya memohon, Pangeran Bheeshma menyambungnya dengan menolehkan kepalanya melihat ke Tuan Putri Purindah kembali, menegaskan.
“Tidak! Apa yang telah kau perintahkan kepada Pangeran Karanu sangatlah tidak pantas! Kau tidak boleh hanya memikirkan pada satu pihak saja, Putri….?”. Pangeran Bheeshma menyambung sedikit mengingatkannya, Pangeran Karanu langsung memotongnya mengarah ke Pangeran Bheeshma.
“Tidak Pangeran Bheeshma! Kau tidak seharusnya menyambungnya dengan perkataanmu yang tadi! Kau masih belum mengetahui siapa pihak kedua yang aku maksudkan?”. Pangeran Karanu memperjelaskannya dengan melihat ke Pangeran Bheeshma. Disambung juga dengan Tuan Putri Purindah yang juga melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Yang telah disampaikan Pangeran Karanu memang benar! Semestinya kau memakai kesopananmu dulu kepada seorang Tuan Putri dari Istana ini! Kau boleh menyambungnya tapi tunggu aku yang memerintahkanmu untuk bicara menyambungnya! Bukankah kau masih ingat saat aku tidak mau kembali keIstanaku?! Kau yang meminta perintah dariku untuk menukarkan posisimu dengan posisiku! Kumohon renungkanlan itu, Pangeran Bhesshmaku!”. Katanya halus memberi nasehat.
Ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma menjadi sedikit tersenyum masih berdiam disisi belakang Tuan Putri Purindah, sedangkan Pangeran Bheeshma menjadi terdiam sedikit malu menolehkan kepalanya kembali kesamping kirinya berpaling darinya. Tuan Putri Purindah pun menggenggam anak panah yang masih dipegangnya dengan masih melihatnya yang sudah memalingkan pandangannya dari dirinya.
Dan suasanapun menjadi sedikit hening setelah perseteruan besar namun sebentar itu terjadi.

BHARATAYUDHAserisatu

    Ditengah keheningan itu terjadi, Pangeran Karanu mencoba menyapa  Tuan Putri Purindah kembali dengan menyebut namanya bernada lemah sekali. Tuan Putri Purindah pun melirikkan kedua matanya kembali melihat ke Pangeran karanu dan kini keduanya menjadi saling memandangi. Sementara Pangeran Bheeshma masih dalam keadaannya yang tadi, memalingkan wajahnya kesamping kirinya  dari Tuan Putri Purindah.
“Aku ingin lebih memperjelaskannya, sebelum aku meluruskan apa yang telah dibicarakan tadi!”. Pangeran Karanu menghentikan keheningan.
“(mengangguk) Aku sudah menunggu untuk itu, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah mempersilahkan.
“Sebelum Yang Mulia Raja mengajukan kembali sebuah tawaran perjodohan itu, aku yang lebih dulu telah lancang yang berani mengajukan sebuah tawaran perjodohan dengan rancanganku sendiri! Dengan mengatasnamakan Ayahku sendiri! Dan secara tidak sengaja, aku seperti telah mencoba mengkambing hitamkan Ayahku sendiri!”. Pengakuan pertama Pangeran Karanu membicarakan tentang kronologis kebenarannya. 
 “Kau hanya melihatku sekali, Pangeran! Tapi mengapa kau begitu berani menjadikanku milikmu dengan kau memintaku, untuk menikahiku?! Tidak bisakah kita berteman baik lebih dulu, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah dengan ketegasannya disertai kesesalan dihatinya.
“Itulah letak kebodohan yang sesungguhnya didalam diriku, Tuan Putri! Aku hampir saja tidak bisa membedakan antara hanya bergejolak, cinta, dan juga rasa ingin memiliki!”. Pangeran Karanu berkata lembut, mengalahkan dirinya.
“Apa kau mencintaiku, Pangeran!”. Tuan Putri Purindah bertanya menjamkan dengan spontan.
“Tuan Putri, bahwa sesungguhnya aku…?”. Pangeran Karanu akan menjelaskannya kembali, namun Tuan Putri Purindah lebih dulu memotongnya.,
“Aku tidak butuh jawaban dari pertanyaanku tadi! Aku baru tersadar kembali, jika aku tidak boleh menantang perintah dari Ayahku! Aku sudah terlanjur berkata akan menerimanya kepadanya! Dan aku sungguh tidak berhak menyuruhmu untuk menolaknya! Mungkin memang benar kebahagiaanku akan ada bila aku bersamamu!”. Katanya tersedih sempat menegaskan namun mengalah dengan berbohong menutupi kenahagiaan yang sesungguhnya pada dirinya.
Pangeran Karanu pun menundukkan kepalanya, melirikkan kedua matanya kebawah setelah mendengar perkataan darinya yang juga mengalah kepadanya. Sedangkan Tuan Putri Purindah kembali melirikkan kedua matanya melihat ke Pangeran Bheeshma memakai wajah yang teramat lesuh. Disaat yang sama, Pangeran Bheeshma mengatakan sesuatu didalam hatinya, “Perasaanku mengatakan ada yang lain dari apa yang telah aku dengar dari suaramu, Putriku yang malang!”.
  Pangeran Bheeshma mengatakannya masih dalam keadaan yang tadi, masih memalingkan wajahnya kesamping dari Tuan Putri Purindah. Sungguh sebuah perdebatan yang panjang yang telah dilakukan oleh mereka bertiga. Dan kini Pangeran Karanu mengangkat kembali kepalanya melihat ke Pangeran Bheeshma.
“Hentikan keadaanmu yang masih seperti itu teman! Palingkanlah wajahmu kepadaku sekarang!”, Pangeran Karanu membentak kecil Pangeran Bheeshma agar terlepas dari kediammannya.
Pangeran Bheeshma pun memalingkan wajahnya kepada Pangeran Karanu dengan memutarkan kedua matanya kebawah lalu melirik melihat ke Pangeran karanu, tanpa sejenak melirik ke Tuan Putri Purindah lebih dulu. Menyombongkan dirinya sesaat terhadap Tuan Putri Purindah.
“Temanku, aku sudah bertemu dengan pihak kedua yang aku maksudkan! Dan sekarang bukan hanya aku yang sedang bersamanya, tapi kau juga bersamanya!”. Pangeran Karanu mulai memberi sebuah harapan.
“Siapakah orang yang telah kau maksudkan sebagai pihak kedua itu, teman?”. Pangeran Bheeshma bertanya ingin segera mengeahui.
“Biarkan aku menjelaskan tentang dirinya dulu, teman! Kemarin aku sempat bertemu dengannya, kami berjalan bersama disepanjang disuatu tempat diIstana ini! Disaat itu dia memang sedang berbicara kepadaku, tetapi sesungguhnya dia sedang membicarakan orang lain! Dan saat kami sedang duduk bersama, kami memang terlihat sedang duduk bersama! Tapi yang sesungguhnya, tidak ada seorangpun yang melihat jika pandangannya telah terlukis wajah orang lain!”.
Ujarnya dalam menceritakan tentang kebenarannya. “Karna itulah aku meminta sedikit waktu untuk mengambil sebuah keputusan yang sudah membuatku menjadi begfitu dilema!”. Sambung Pangeran Karanu bercerita tentang kisahnya bersama pihak kedua itu dengan melirikkan kedua matanya ke Tuan Putri Purindah..
“Dan apakah kini kau sudah bisa mengambil sebuah keputusan itu, teman!”. Pangeran Bheeshma kembali bertanya pelan setelahnya mendengarkan kisahnya.
“Aku masih dalam kedilemaan, teman! Karna orang yang masih berada diantara kita berdua yang tadinya menuntut sebuah keadilan padaku, kini secara tiba-tiba ia telah menariknya kembali!”. Pangeran Karanu berkata lemah sedikit menyindir Tuan Putri Purindah dengan kembali melirikkan kedua matanya ke Pangeran Bheeshma.
Tuan Putri Purindah pun menjadi terkejut seketika, ketika mendengar perkataan dari Pangeran Karanu yang dirasanya sedikit telah menyindir dirinya dengan langsung kembali membesarkan sedikit matanya menjadi terpaku sesaat. Begitupun Pangeran Karanu yang baru saja melihat kepadanya kembali. Dan Pangeran Bheeshma yang juga melihat ke Tuan Putri Purindah sedikit merenung.

BHARATAYUDHAserisatu

Suasanapun semakin tegang, dan Tuan Putri Purindah masih melihat ke Pangeran Karanu memikirkan kata sindiran darinya. Begitupun Pangeran Bheeshma masih melihat ke Tuan Putri Purindah menatap diam bertanya-tanya. Dan Pangeran karanu yang masih melihat ke Tuan Purindah Purindah, akan mencoba untuk berbicara kembali.
“Temahku, Pangeran Bheeshma! Aku akan memberitahumu siapa orang dari pihak kedua yang aku maksudkan tadi!”, katanya kembali berbicara dengan melihat ke Pangeran Bheeshma. Begitupula Pangeran Bheeshma kembali melihat kepadanya. Dan Tiba-tiba saja Tuan Putri Purindah menyambungnya yang akan membuat mereka berdua menjadi bergetar mengjutkan.
“Akulah pihak kedua yang dimaksudkan oleh Pangeran karanu!”, Tuan Putri Purindah mengatakannya setelah memikirkannya tadi, suaranya lancang menegaskan.
Mereka berdua yang tadinya saling berpandangan pun menjadi bergetar mengejutkan bersama melihat kepada Tuan Putri Purindah secara spontan. Dan kemudian Pangeran Karanu menyambungnya kembali. “Itulah jawaban yang sebenarnya, temanku!”, dengan masih melihat ke Tuan Putri Purindah. Mendengar perkataan kebenaran dari mereka berdua, Pangeran Bheeshma menjadi tak berdaya masih melihat ke Tuan Putri Purindah begitu terdiam kaku tak bisa berkomentar apapun.
“Kau begitu lancang menjadikanku sebagai pihak kedua secara diam-diam tanpa kau permisi lebih dulu kepadaku!”. Tuan Putri Purindah menegaskan sedikit bergetar-getar juga mata yang mulai berkaca-kaca kembali.
“Jika aku tidak melakukan hal yang demikian! Maka aku tidak akan mendapatkan sebuah keputusan yang sangat kuharapkan tentang keadilannya, Tuan Putri! Dan saat ini juga, aku akan memberimu suatu keadilan yang sempat kau tuntut kepadaku tadi!”. Pangeran Karanu mengalahkan dirinya kembali dengan memberinya salam meminta maaf kepadanya.
Tuan Putri Purindah mengangguk pelan kepadanya masih menatapnya sambil mengeratkan pegangannya memegangi anak panah ditangannya. Kemudian mengalihkan pandangannya melihat kembali ke Pangeran Bheeshma. “Aku memohon untuk kau menerima kebijakannya, kebijakan dari orang yang hampir saja membuatmu menderita!”, Pangeran Bheeshma berkata memohon kepadanya mencoba mengakhirinya.
Namun Tuan Putri Purindah hanya berdiam mencoba mengangkat anak panahnya setengah keatas dengan melihat-lihat ke mereka berdua. Sementara Tuan Putri Nanda dibelakangnya berlari kecil meninggalkan kedua saudaranya yang masih berdiam disisi belakang Tuan Putri Purindah dengan pergi kesuatu tempat masih didalam Istana. Tuan Putri Nanda bertujuan akan menemui Ratu Gandiki diruangannya.
Dan Tuan Putri Purindah kembali berbicara menolak kecil mengangkat anak panahnya setengah keatas ditangannya.
 “Tidak! Aku tidak ingin mendengarkan kata dari siapapun juga! Aku hanya mendengarkan kata dari Ayahku, Yang Mulia Raja Wiranata! Dan aku, saat ini juga akan mengambil keadilan untuk diriku sendiri!”, katanya menolak kecil sambil menegaskan keras dengan melihat-lihat mereka berdua. Kedua saudara dari Pangeran Bheeshma yang masih berdiam dibalik dirinya mulai akan meneteskan airmatanya ikut tersedih karnanya.
Dan dengan tiba-tiba Tuan Putri Purindah menancapkan keras anak panahnya kelengan tangan kirinya. Disaat yang bersamaan, kedua saudara dari Pangeran Bheeshma pun menjerit, “Haaaaaaa….!”, secara spontan juga melangkah selangkah maju kedepan lalu terhenti menahan rasa keterkejutannya. Begitupula  Pangeran Karanu menjadi melangkah maju satu langkah dengan tangan menjulur kedepan seolah menghentikannya memakai tatapan terkejut sangat hebat.
“’Apa yang telah kau lakukan, Tuan Putri!”, Pangeran Karanu berteriak sedikit keras penuh kecemasan. Disaat yang sama juga, Pangeran Bheeshma berlari kencang langsung menangkapnya dari tubuh belakangnya menahanya yang akan terjatuh terbaring ditanah. Merasakan kondisi Tuan Putri Purindah yang semakin menjatuhkan dirinya, Pangeran Bheeshma pun menjatuhkan dirinya juga dengan terduduk masih menahannya agar tidak terjatuh, terbaring ditanah.
Kemudian Pangeran Bheeshma dengan kesal mencabut anak panahnya keras dari lengan tangan kirinya. Tuan Putri Purindah pun menjerit menahan kesakitannya dengan menyandarkan keras kepalanya kedada Pangeran Bheeshma yang kini memegangi anak panahnya penuh dengan darah. Sedangkan Pangeran Karanu hanya melihat diam tak bisa berkomentar apa-apa lagi, begitupun dengan ketiga saudara dari Pangeran Bheeshma.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar