Pangeran
Karanu, setelah mendapat nasihat dari Ratu Gandiki ia pun bergegas untuk
menemui Ayahnya demi mendapat sebuah nasihat darinya. Dan kini Pangeran karanu
telah berada diruangan Ayahnya dengan berdiri saling berhadapan dengan memberi
salam lebih dulu, Ayahnya pun menerima salamnya. Mereka berdua akan segera
memulai membahas sesuatu.
“Ayah, aku
ingin mendapatkan sebuah nasihat darimu! Aku adalah Putra kandungmu! Tentu Ayah
sudah mengetahui apa yang kini sangat membebaniku!”. Pangeran Karanu
mencurahkan penuh keseriusan.
“Anakku!
Sebagai seorang kesatria yang sesungguhnya, kau harus bisa memiliki pemikiran
sendiri untuk penyelesaiiannya! Karna itu dapat mencerminkan sisi dari kedewasaannmu
juga kemandirianmu!”. Raja Kharishma menasehati tentang keperibadian diri
Pangeran Karanu.
“Aku sudah
mengetahui itu, Ayah! (berlutut menyentuh kedua kaki Ayahnya dengan menatapnya
keatas) Ayah, saat ini aku benar-benar membutuhkan nasehat darimu! Berikanlah
aku nasehatmu, walaupun hanya sekecil biji kedelai!”. Sangat memohon
memintanya.
“(mengangguk
kepada Pangeran Karanu dengan menyentuh kepala memakai tangan kanannya) Aku
ingin mendengar keluhan darimu lebih dulu, Anakku!”. Raja Kharishma
memerintahkannya untuk mendapatkan nasehat darinya, membuka celah.
“(sedikit
tersenyum masih menatap keatas kepada Raja Kharishma) Pada awalnya, aku memang
merasa kecewa saat Raja Wiranata menolak sebuah tawaran perjodohan yang dibuat
langsung oleh dariku dengan mengatasnamakan Ayah! Dan sekarang, aku ingin
menolak sebuah tawaran perjodohan itu Ayah, yang kini berbalik telah ditawarkan
kembali kepadaku oleh Raja Wiranata sendiri!”.
“Utarakanlah
keluhanmu lebih terbuka, Anakku! Jangan takut apalagi sampai segan, karna
disini hanya ada kita berdua!”. Raja Kharishma memerintahkannya kembali sedikit
haru menatapnya masih memegang kepala Pangeran Karanu.
“Aku baru
menyadari, bahwa aku hanya mengikuti gejolak dalam diriku sendiri, Ayah! Hanya
demi kepuasan untuk diriku sendiri sesaat! Aku juga baru menyadari, jika rasa
gejolak, rasa cinta, juga rasa ingin memiliki itu sangat berbeda!”. Pangeran
Karanu mengungkap apa yang baru saja disadarinya.
“Dan kini
yang menjadi pertanyaanku, apakah kau hanya bergejolak atau memang kau telah
mencintainya?”. Raja Kharishma kembali memberi pertanyaan kepadanya.
“Aku hanya
bergejolak ingin melihat dirinya lebih dekat saja Ayah, kemudian berkenalan
untuk berteman lebih dekat dengannya! Aku tidak merasa ada cinta dariku
untuknya!”. Penjelasannya mengejutkan sekaligus sedikit melegakan perasaan Raja
Kharishma.
Kemudain Raja
Kharishma melepaskan tangannya dari memegang kepala Pangeran Karanu lalu
menyuruhnya untuk berdiri kembali. Pangeran Karanu pun berdiri kembali masih
menatapnya. “Ini lah kesatriaku yang sebenarnya!”, Raja Kharishma memujinya
disertai senyuman kebahagiaan. Pangeran Karanu pun langsung memeluk Ayahnya
penuh keharuan sehingga kedua matanya kini menjadi berkaca-kaca.
BHARATAYUDHAserisatu
Kini malam
telah datang menyelimuti tiga hati yang sedang gundah gulana. Tiga hati yang
sedang gundah gulana itu adalah Pangeran Bheeshma, Tuan Putri Purindah, dan
juga Pangeran Karanu. Mereka bertiga bersama telah berada didalam kedilemaan
juga dalam keterpurukan. Dengan berada didalam diruangannya masing-masing
diIstana Wigura, mereka bertiga mencoba menguatkan diri mereka masing-masing.
Dengam
mencoba mencari sebuah pemikiran yang adil agar bisa melewati masalah yang
serumit ini. Dan kinipun mereka bertiga saling merenunginya diruangannya
masing-masing.
Perenungan Pangeran Bheeshma .
. . .
Dimulai
dengan Pangeran Bheeshma yang kini telah bersandar diri ditempat tidurnya
didalam ruangannya, merenungi peristiwa yang sudah terlanjur menimpa padanya
dengan kedua kakinya berdiam lurus dikasur tempat tidurnya. Posisi kepala dan
pandangannya lurus kedepan namun kedua matanya melirik setengah kebawah. kemudian
ia terbayang kembali dengan saatnya bersama Tuan Putri Purindah sedang
menari-nari bersamanya.
“Kau temanku!
Kau temanku! Kau temanku! Tapi mengapa kau berani menjadikan dirimu sebagai
kekasihku! Rasa sayang apakah ini? Mengapa ia baru menyadarkan disaat semuanya
sudah menuntut lebih banyak?!”. Kata jeritan hatinya memberontak penuh
kehisterisan sedikit memberatkan nafasnya.
Perenungan Tuan Putri Purindah
. . . .
Kemudian dilanjuti dengan Tuan Putri Purindah
yang berlari kecil menuju kejendela didalam ruangannya, dimana dijendela itulah
pernah dijadikan sebuah jalan untuk masuk oleh Pangeran Bheeshma demi
mengetahui keadaannya yang kala itu sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya.
Tiba-tiba terbayang kembali saatnya sedang bersama Pangeran Bheeshma bercanda
ditempat tidurnya didalam diruangannya hingga pada saat mereka berdua sama-sama
tertidur.
Usainya terbayang dengan yang demikian, ia pun
berkata sesuatu sambil melihat kelangit malam diatasnya masih berdiri didepan
jendelanya. “Pangeran, malam terasa panjang bila aku melewatinya bersamamu!
Tapi mengapa disaat baru saja kita mengumbarkan rasa-rasa kita berdua, kau
seperti akan menjauh dan aku seperti akan menghilang?!”. Keluhnya seakan-akan
tak mau mengungkapnya meskipun hanya mengungkap didalam hatinya saja.
Perenungan Pangeran Karanu . .
. .
Dan Pangeran
Karanu yang kini sedang terduduk dikursi didalam ruangannya, menundukkan
kepalanya melihat kebawah. ia sedang merenung dengan mengingat perkataan dari Tuan
Putri Purindah yang terakhir saatnya masih bersama dengannya ditempat pelatihan
Istana yang juga sempat membuat dirinya menjadi terdiam beberapa saat. Karna
telah didengarnya jika Tuan Putri Purindah berbicara sedikit mengungkap
keperibadian dari Pangeran Bheeshma tanpa diduga olehnya.
Usainya
terbayangi yang demikian, tiba-tiba saja menjadi bergemetar cemas dan berkata
sesuatu didalam hatinya. “Tuan Putri Purindah mungkin memang baiknya bersama
teman baruku saja! Dari tatapan keduanya aku seperti melihat jika mereka telah
lama sudah saling mengenal! Pantaskah aku berada dipermainan ini! Permainan
yang tak ada satupun orang yang memandunya pada awal permainannya!”. Kata
tersedihnya didalam hati tersimpan sebuah sesal dibenaknya.
Usainya
mereka bersama-sama menikmati kesedihannya didalam perenungannya, mereka
bertigapun akan menngalihkannya dengan melakukan sesuatu. Yaitu Pangeran
Bheeshma yang kini menutupi wajahnya dengan bantalnya telah berbaring
mengghadap kekiri ditempat tidurnya berniat akan tidur. Tuan Putri Purindah mulai
menutup jendelanya keras lalu berbalik bersandar dijendelanya yang telah
tertutup.
Dan juga Pangeran Karanu yang menegakkan
kepalanya lurus kedepan lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian
mereka bertiga bersama-sama teriak kecil, “Tidaaaak!”, masih dalam keadaan
mereka betiga yang tadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar