Senin, 16 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-36



Pangeran Karanu, setelah mendapat nasihat dari Ratu Gandiki ia pun bergegas untuk menemui Ayahnya demi mendapat sebuah nasihat darinya. Dan kini Pangeran karanu telah berada diruangan Ayahnya dengan berdiri saling berhadapan dengan memberi salam lebih dulu, Ayahnya pun menerima salamnya. Mereka berdua akan segera memulai membahas sesuatu.
“Ayah, aku ingin mendapatkan sebuah nasihat darimu! Aku adalah Putra kandungmu! Tentu Ayah sudah mengetahui apa yang kini sangat membebaniku!”. Pangeran Karanu mencurahkan penuh keseriusan.
“Anakku! Sebagai seorang kesatria yang sesungguhnya, kau harus bisa memiliki pemikiran sendiri untuk penyelesaiiannya! Karna itu dapat mencerminkan sisi dari kedewasaannmu juga kemandirianmu!”. Raja Kharishma menasehati tentang keperibadian diri Pangeran Karanu.
“Aku sudah mengetahui itu, Ayah! (berlutut menyentuh kedua kaki Ayahnya dengan menatapnya keatas) Ayah, saat ini aku benar-benar membutuhkan nasehat darimu! Berikanlah aku nasehatmu, walaupun hanya sekecil biji kedelai!”. Sangat memohon memintanya.
“(mengangguk kepada Pangeran Karanu dengan menyentuh kepala memakai tangan kanannya) Aku ingin mendengar keluhan darimu lebih dulu, Anakku!”. Raja Kharishma memerintahkannya untuk mendapatkan nasehat darinya, membuka celah.
  “(sedikit tersenyum masih menatap keatas kepada Raja Kharishma) Pada awalnya, aku memang merasa kecewa saat Raja Wiranata menolak sebuah tawaran perjodohan yang dibuat langsung oleh dariku dengan mengatasnamakan Ayah! Dan sekarang, aku ingin menolak sebuah tawaran perjodohan itu Ayah, yang kini berbalik telah ditawarkan kembali kepadaku oleh Raja Wiranata sendiri!”.
“Utarakanlah keluhanmu lebih terbuka, Anakku! Jangan takut apalagi sampai segan, karna disini hanya ada kita berdua!”. Raja Kharishma memerintahkannya kembali sedikit haru menatapnya masih memegang kepala Pangeran Karanu.
“Aku baru menyadari, bahwa aku hanya mengikuti gejolak dalam diriku sendiri, Ayah! Hanya demi kepuasan untuk diriku sendiri sesaat! Aku juga baru menyadari, jika rasa gejolak, rasa cinta, juga rasa ingin memiliki itu sangat berbeda!”. Pangeran Karanu mengungkap apa yang baru saja disadarinya.
“Dan kini yang menjadi pertanyaanku, apakah kau hanya bergejolak atau memang kau telah mencintainya?”. Raja Kharishma kembali memberi pertanyaan kepadanya.
“Aku hanya bergejolak ingin melihat dirinya lebih dekat saja Ayah, kemudian berkenalan untuk berteman lebih dekat dengannya! Aku tidak merasa ada cinta dariku untuknya!”. Penjelasannya mengejutkan sekaligus sedikit melegakan perasaan Raja Kharishma.
Kemudain Raja Kharishma melepaskan tangannya dari memegang kepala Pangeran Karanu lalu menyuruhnya untuk berdiri kembali. Pangeran Karanu pun berdiri kembali masih menatapnya. “Ini lah kesatriaku yang sebenarnya!”, Raja Kharishma memujinya disertai senyuman kebahagiaan. Pangeran Karanu pun langsung memeluk Ayahnya penuh keharuan sehingga kedua matanya kini menjadi berkaca-kaca.

BHARATAYUDHAserisatu

Kini malam telah datang menyelimuti tiga hati yang sedang gundah gulana. Tiga hati yang sedang gundah gulana itu adalah Pangeran Bheeshma, Tuan Putri Purindah, dan juga Pangeran Karanu. Mereka bertiga bersama telah berada didalam kedilemaan juga dalam keterpurukan. Dengan berada didalam diruangannya masing-masing diIstana Wigura, mereka bertiga mencoba menguatkan diri mereka masing-masing.
Dengam mencoba mencari sebuah pemikiran yang adil agar bisa melewati masalah yang serumit ini. Dan kinipun mereka bertiga saling merenunginya diruangannya masing-masing.

Perenungan Pangeran Bheeshma . . . .

Dimulai dengan Pangeran Bheeshma yang kini telah bersandar diri ditempat tidurnya didalam ruangannya, merenungi peristiwa yang sudah terlanjur menimpa padanya dengan kedua kakinya berdiam lurus dikasur tempat tidurnya. Posisi kepala dan pandangannya lurus kedepan namun kedua matanya melirik setengah kebawah. kemudian ia terbayang kembali dengan saatnya bersama Tuan Putri Purindah sedang menari-nari bersamanya.
“Kau temanku! Kau temanku! Kau temanku! Tapi mengapa kau berani menjadikan dirimu sebagai kekasihku! Rasa sayang apakah ini? Mengapa ia baru menyadarkan disaat semuanya sudah menuntut lebih banyak?!”. Kata jeritan hatinya memberontak penuh kehisterisan sedikit memberatkan nafasnya.

Perenungan Tuan Putri Purindah . . . .

  Kemudian dilanjuti dengan Tuan Putri Purindah yang berlari kecil menuju kejendela didalam ruangannya, dimana dijendela itulah pernah dijadikan sebuah jalan untuk masuk oleh Pangeran Bheeshma demi mengetahui keadaannya yang kala itu sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya. Tiba-tiba terbayang kembali saatnya sedang bersama Pangeran Bheeshma bercanda ditempat tidurnya didalam diruangannya hingga pada saat mereka berdua sama-sama tertidur.
                Usainya terbayang dengan yang demikian, ia pun berkata sesuatu sambil melihat kelangit malam diatasnya masih berdiri didepan jendelanya. “Pangeran, malam terasa panjang bila aku melewatinya bersamamu! Tapi mengapa disaat baru saja kita mengumbarkan rasa-rasa kita berdua, kau seperti akan menjauh dan aku seperti akan menghilang?!”. Keluhnya seakan-akan tak mau mengungkapnya meskipun hanya mengungkap didalam hatinya saja.

Perenungan Pangeran Karanu . . . .

Dan Pangeran Karanu yang kini sedang terduduk dikursi didalam ruangannya, menundukkan kepalanya melihat kebawah. ia sedang merenung dengan mengingat perkataan dari Tuan Putri Purindah yang terakhir saatnya masih bersama dengannya ditempat pelatihan Istana yang juga sempat membuat dirinya menjadi terdiam beberapa saat. Karna telah didengarnya jika Tuan Putri Purindah berbicara sedikit mengungkap keperibadian dari Pangeran Bheeshma tanpa diduga olehnya.
Usainya terbayangi yang demikian, tiba-tiba saja menjadi bergemetar cemas dan berkata sesuatu didalam hatinya. “Tuan Putri Purindah mungkin memang baiknya bersama teman baruku saja! Dari tatapan keduanya aku seperti melihat jika mereka telah lama sudah saling mengenal! Pantaskah aku berada dipermainan ini! Permainan yang tak ada satupun orang yang memandunya pada awal permainannya!”. Kata tersedihnya didalam hati tersimpan sebuah sesal dibenaknya.
Usainya mereka bersama-sama menikmati kesedihannya didalam perenungannya, mereka bertigapun akan menngalihkannya dengan melakukan sesuatu. Yaitu Pangeran Bheeshma yang kini menutupi wajahnya dengan bantalnya telah berbaring mengghadap kekiri ditempat tidurnya berniat akan tidur. Tuan Putri Purindah mulai menutup jendelanya keras lalu berbalik bersandar dijendelanya yang telah tertutup.
 Dan juga Pangeran Karanu yang menegakkan kepalanya lurus kedepan lalu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian mereka bertiga bersama-sama teriak kecil, “Tidaaaak!”, masih dalam keadaan mereka betiga yang tadi.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar