DiKerajaan Gapura, Ratu Gandiki sedang menyiapkan beberapa buah barang
yang akan dibawa oleh Raja Gandaka untuk pergi keKerajaan Wigura, dan mungkin
akan menginap dalam beberapa hari. Raja Gandaka yang tidak sengaja melihat Ratu
Gandiki ketika melewati pintu ruangannya yang terbuka, mengaku bangga karna melihat
kesibukannya mempersiapkan beberapa buah barang demi dirinya.
Sementara
Pangeran Bheeshma baru menyadari jika hari ini ia akan pergi keKerajaan Wigura
dan mungkin akan menginap dalam beberapa hari menemani Ayahnya, Raja Gandaka.
Tidak hanya mereka berdua yang akan pergi keKerajaan Wigura, tetapi juga kedua
pamannya, Pangeran Punka dan Pangeran Raika. Pangeran Bheeshma pun mulai
bersiap-siap dengan menghadapkan tubuhnya kesebuah cermin diruangannya
merapikan bunga diatas telinga kanannya yang kini hanya berkelopak satu buah.
Beberapa saat
kemudian, mereka berempat akan segera pergi melewatkan pintu gerbang istananya.
Dengan Raja Gandaka didepan mewakili bersama kereta kencananya. Kemudian
dibelakangnya disusul dengan Pangeran Raika sebelah kiri dibelakangnya,
Pangeran Bheeshma ditengah dibelakangnya, juga Pangeran Punka disebelah kanan
belakangnya. Dan mereka kini mulai benar-benar beranjak pergi keluar Istana
saat Ratu Gandiki telah membunyikan sebuah lonceng pemberangkatan.
Selang waktu
berjalan, pasukan Kerajaan Gapura pun telah tiba diKerajaan Wigura memasuki
pintu gerbang Istana Wigura. Dan kini mereka berempat bersama-sama berjalan
menuju Raja Wiranata yang telah menantinya didepan pintu masuk Istana. Mereka
berempat berjalan dengan berbaris secara mendatar. “Selamat datang untuk kalian
semua, saudaraku dari Kerajaan Gapura!”. Ucapan selamat datang dari Raja
Wiranata kepada mereka berempat yang telah bersama berhenti didepannya.
Mereka berempat pun
mulai memberikan salam secara bersamaan usainya mendapatkan sambutan kedatangan
dari Raja Wiranata.
“Salam paman,
Yang Mulia Raja Wiranata!”. Sapa Pangeran Bheeshma dengan sopan memberi salam,
menatap bahagia kepada Raja Wiranata.
“Terbekatilah
kau, Pangeran Bheeshma! Dan semoga panjang umur!”. Raja Wiranata memberi do’a
menerima salam Pangeran Bheeshma.
Usainya melakukan
sebuah penyambutan juga penghormatan kepada pasukan dari Kerajaan Gapura, Raja
Wiranata mempersilahkan mereka berempat untuk masuk menuju keruangan dimana berbagai
makanan telah siap disuguhkan untuk mereka. Disana, Raja Wiranata duduk bersama
mereka berempat menikmati hidangan yang telah ada bersama mereka. Dan Pangeran
Bheeshma belum terikirkan jika Tuan Putri Purindah tinggal diistana yang kini
dikunjunginya.
Sesudahnya dari
ruangan itu, Raja Gandaka kini pun beralih ketempat pelatihan didalam Istana
Wigura. Raja Gandaka disana tidaklah seorang diri, tetapi ditemani oleh Raja
Wiranata yang masih menyambut kedatangannya dengan baik diKerajaannya.
Sementara disekitar pintu gerbang istana Wigura, terlihat sosok Tuan Putri
Purindah baru saja datang memasuki pintu masuk kedalam istana usainya
berjalan-jalan diluar Istana penuh suka cita bersama ketiga dayang favoritnya.
Tuan Putri
Purindah pun kini akan segera melewati tempat pelatihan Istananya. Ia
melewatinya amat santai juga cuek ketika melewati tempat pelatihan Istananya,
sambil melihat sosok Ayahnya bersama seseorang yang belum menyita perhatian
padanya. Disaat itu juga, Pangeran Bheeshma baru saja mengunjungi tempat
pelatihan istana tersebut disaat Tuan Putri Purindah baru saja meninggalkan
tempat pelatihan Istana tersebut juga.
Kemudian Pangeran
Bheeshma mengambil busur panah bersama anak panahnya. Lalu akan membidikan anak
panahnya ketarget yang sudah dilihatnya tepat didepannya. Ketika akan siap
untuk membidiknya, tiba-tiba ada bayangan wajah dari Tuan Putri Purindah
dipusarannya sehingga bidikkan anak panahnya pun terlepas menancap sebuah
target yang telah diincarnya tadi. Usainya melakukannya, Pangeran Bheeshma pun
sontak menjadi tercengang melihat pusaran didepannya.
Sementara Raja
Wiranata bersama Raja Gandaka tiba-tiba saja perhatiannya terpusatkan kepada
Pangeran Bheeshma, Lalu beranjak bersama menghampirinya.
“Sebuah
pemandangan yang bagus, Pangeran Bheeshma!”. Puji Raja Wiranata disebelah
kirinya. Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya.
“Terpujilah kau
karna kehebatanmu yang indah ini!”. Sambung Raja Gandaka memuji disebelah kanannya.
Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya dari Raja Wiranata.
“Terimakasih,
Ayah!”, masih melihat Raja Gandaka dengan senyuman. Raja Gandaka menganggukkan
kepalanya pelan menatap Pangeran Bheeshma. Kemudian Pangeran Bheeshma melihat
keRaja Wiranata. “Terimakasih, Paman, Yang Mulia Raja Wiranata!”, katanya
dengan sedikit tersipu malu. Raja Wiranata pun mengangguk bangga kepadanya.
Sesudahnya melakukan, Pangeran bheeshma kembali melihat kepusaran didepannya
yang telah tertancapi oleeh anak panahnya.
Dan disaat itu
juga, Pangeran Bheeshma teringat kembali saatnya akan melepaskan bidikan anak panahnya,
dimana ia telah lebih dulu melihat bayangan wajah dari Tuan Putri Purindah
bermain dipusaran tersebut.
BHARATAYUDHAserisatu
Dihari kedua
masih diistana Wigura, Pangeran Bheeshma telah memilih untuk berjalan-jalan
mengelilingi Istana Wigura. Dan kini ia menuju kesebuah tempat masih didalam Istana
Wigura, tepatnya ditaman belakang Istana. Ditaman belakang Istana itu, Pangeran
Bheeshma menjadi terpesona akan keindahannya, kerapian dari bunga-bunga yang
ada didalamnya. Disaatnya masih menikmati pemandangannya itu, tiba-tiba saja
ada sesuatu yang jatuh hingga menghentikan langkahnya.
Dan ternyata sesuatu
yang jatuh menghentikan langkahnya itu adalah seekor burung merak yang berada
dalam ketidak seimbangan. Melihat kondisinya yang demikian, Pangeran Bheeshma
pun mengambilnya, mengangkatnya pelan dan menghadapkan kepala seekor burung
merak tersebut didepan wajahnya sendiri. “Kau juga unggas, lalu mengapa kau
melihat beberapa unggas lainnya sedang berputar diatasmu!?”, katanya sedikit
mengejek, lalu meniup kepala seekor burung merak tersebut.
Sementara
ditempat lain masih ditaman belakang Istana, tampak sosok Tuan Putri Purindah
sedang duduk dilesehan tamannya sedang merapikan bunga-bunga yang ada
didepannya. Tiba-tiba terdengar suara yang membacakan kembali kata puitisnya
yang pernah ditulisnya beberapa waktu yang lalu dari arah belakangnya. Tuan
Putri Purindah pun berdiri pelan dan akan membalikkan tubuhnya kebelakang.
Sementara orang yang bersuara tadi telah berada dibalik dirinya berjarak tiga
langkah.
Semakin Tuan
Putri Purindah akan membalikkan tubuhnya kebelakang, semakin ia merasa segan
untuk membalikkan tubuhnya. Dan orang yang tadi bersuara itupun melangkah maju
kedepan dengan menunjukkan wajahnya disamping wajah Tuan Putri Purindah. Kini pandangan
dari mereka berdua sama-sama lurus kedepan begitupun dengan posisi kepala dari mereka
berdua tegak lurus kedepan. Kemudian Tuan Putri Purindah mencoba melirikkan
kedua bola matanya keseseorang tersebut.
“Pangeran
Bheeshma!”, sapanya dengan memberanikan diri. Setelah mengetahui jika Tuan
Putri Purindah telah mengenali dirinya, Pangeran Bheeshma pun mengarahkan
kepalanya kearahnya dengan menatap kedua bola matanya, perlahan mendekati wajahnya.
Melihatnya yang demikian, Tuan Putri Purindah semakin memberanikan dirinya
untuk menatap kedua bola mata Pangeran bheeshma dengan kakunya. Merekapun kini
saling menatapi tanpa mengedipkan kedua matanya.
Mereka berdua
menjadi terbuai karnanya, kemudian Tuan Putri Purindah memajukan kepalanya
pelan kepada Pangeran Bheeshma, berharap akan diciumnya. Kedua bola mata
Pangeran Bheeshma pun mulai tertuju kebibir Tuan Putri Purindah yang mulai
mendekati bibirnya. Namun ketika akan bersentuhan, Pangeran Bheeshma langsung
memalingkah wajahnya kembali lurus kedepan. “Tidak, Putri! Hentikan rayuanmu
itu!”, Pangeran Bheeshma menolak lembut.
Tuan Putri
Purindah pun memalingkan wajahnya kembali lurus kedepan setelah mendengar
bahasa penolakan darinya. Dan Pangeran Bheeshma beranjak pergi meninggalkannya
sendiri tanpa berkata sekali lagi.
BHARATAYUDHAserisatu
Esoknya, Tuan Putri Purindah berdiam ditaman belakang
istana, ia berjalan menyusuri taman tersebut dengan tatapan kosong memikirkan perkataan
dari Pangeran Bheeshma kemarin. Lalu menghentikan langkahnya dengan memejamkan
kedua matanya, menunduk. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki kecil datang
mendekatinya. “Bukalah kembali kedua matamu!”, perintah dari seseorang
didepannya. Tuan Putri Purindah semakin mengeratkan pejaman kedua matanya,
menunduk keras.
“Lihatlah diatas telinga kananku ini! Masih
terekatkan bunga yang kurekatkan saat pertama kali kita bertemu ditaman
diperbatasan! Bunga ini sudah tampak layu dah hanya satu buah kelopak saja yang
tersisa! Bahkan kelayuannya akan lebih buruk ketika aku melihatmu begini
didepanku!”, katanya kembali menghibur Tuan Putri Purindah yang murung. Kemudian
Tuan Putri Purindah membuka kedua matanya kembali melihat Pangeran Bheeshma
dengan menegakkan kepalanya perlahan.
Terlihatlah wajah dari Pangeran Bheeshma dengan
hembbusan angin menerbangkan setiap helai rambutnya. Dan Pangeran Bheeshma
memberinya senyuman mesra menampakan gigi bagian atasnya menggambarkan
kebahagian kepadanya.
“Dimana bunga yang kau ceritakan tadi? Mengapa
bisa berubah menjadi sehelai bulu merak?”. Tanyanya ketika mengetahui,
menatapnya.
“Bunga itu telah
aku simpan ditempat yang aman! Karna aku tidak ingin kehilangan kelopak
bunganya yang terakhir!”. Balasnya lembut menjelaskan.
“Lalu, mengapa
kau merekatkan bulu merak itu? Bukannkah kau seharusnya merekatkan sebuah benda
yang menyerupai bulan sabit, seperti yang direkatkan oleh Dewa Siwa diatas
kepalanya?!”. Tuan Putri Purindah bertanya menegaskan,mengingatkannya.
“Tidak, Putri!
Aku merekatkan bulu merak diatas telinga kananku, karna aku telah melihat
kecantikan dari dirimu terpancar dibulu merak ini! Meski diawalnya kau begitu
terlihat cemburu kepada seekor burung merak yang telah menciptakan bulu seindah
ini!”. Puji Pangeran Bheeshma memakai tatapan serius.
Tuan Putri
Purindah pun menjadi tersipu malu masih menatapnya sesaat setelah mendengar
kata pujinya. Kemudian berlari kecil meninggalkan Pangeran bheeshma dengan
senyuman manja dibibirnya. Disaat yang sama Pangeran Bheeshma membalikkan
tubuhnya melihatnya yang berlari ikut tersenyum dengan bahagianya. Dan mulai
merasa ada kelucuan setelah apa yang telah dilakukannya tadi bersama Tuan Putri
Purindah.