Sabtu, 07 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-10



             DiKerajaan Gapura, Ratu Gandiki sedang menyiapkan beberapa buah barang yang akan dibawa oleh Raja Gandaka untuk pergi keKerajaan Wigura, dan mungkin akan menginap dalam beberapa hari. Raja Gandaka yang tidak sengaja melihat Ratu Gandiki ketika melewati pintu ruangannya yang terbuka, mengaku bangga karna melihat kesibukannya mempersiapkan beberapa buah barang demi dirinya.
                Sementara Pangeran Bheeshma baru menyadari jika hari ini ia akan pergi keKerajaan Wigura dan mungkin akan menginap dalam beberapa hari menemani Ayahnya, Raja Gandaka. Tidak hanya mereka berdua yang akan pergi keKerajaan Wigura, tetapi juga kedua pamannya, Pangeran Punka dan Pangeran Raika. Pangeran Bheeshma pun mulai bersiap-siap dengan menghadapkan tubuhnya kesebuah cermin diruangannya merapikan bunga diatas telinga kanannya yang kini hanya berkelopak satu buah.
                Beberapa saat kemudian, mereka berempat akan segera pergi melewatkan pintu gerbang istananya. Dengan Raja Gandaka didepan mewakili bersama kereta kencananya. Kemudian dibelakangnya disusul dengan Pangeran Raika sebelah kiri dibelakangnya, Pangeran Bheeshma ditengah dibelakangnya, juga Pangeran Punka disebelah kanan belakangnya. Dan mereka kini mulai benar-benar beranjak pergi keluar Istana saat Ratu Gandiki telah membunyikan sebuah lonceng pemberangkatan.
                Selang waktu berjalan, pasukan Kerajaan Gapura pun telah tiba diKerajaan Wigura memasuki pintu gerbang Istana Wigura. Dan kini mereka berempat bersama-sama berjalan menuju Raja Wiranata yang telah menantinya didepan pintu masuk Istana. Mereka berempat berjalan dengan berbaris secara mendatar. “Selamat datang untuk kalian semua, saudaraku dari Kerajaan Gapura!”. Ucapan selamat datang dari Raja Wiranata kepada mereka berempat yang telah bersama berhenti didepannya.  
                Mereka berempat pun mulai memberikan salam secara bersamaan usainya mendapatkan sambutan kedatangan dari Raja Wiranata.
                “Salam paman, Yang Mulia Raja Wiranata!”. Sapa Pangeran Bheeshma dengan sopan memberi salam, menatap bahagia kepada Raja Wiranata.
                “Terbekatilah kau, Pangeran Bheeshma! Dan semoga panjang umur!”. Raja Wiranata memberi do’a menerima salam Pangeran Bheeshma.
                Usainya melakukan sebuah penyambutan juga penghormatan kepada pasukan dari Kerajaan Gapura, Raja Wiranata mempersilahkan mereka berempat untuk masuk menuju keruangan dimana berbagai makanan telah siap disuguhkan untuk mereka. Disana, Raja Wiranata duduk bersama mereka berempat menikmati hidangan yang telah ada bersama mereka. Dan Pangeran Bheeshma belum terikirkan jika Tuan Putri Purindah tinggal diistana yang kini dikunjunginya.
                Sesudahnya dari ruangan itu, Raja Gandaka kini pun beralih ketempat pelatihan didalam Istana Wigura. Raja Gandaka disana tidaklah seorang diri, tetapi ditemani oleh Raja Wiranata yang masih menyambut kedatangannya dengan baik diKerajaannya. Sementara disekitar pintu gerbang istana Wigura, terlihat sosok Tuan Putri Purindah baru saja datang memasuki pintu masuk kedalam istana usainya berjalan-jalan diluar Istana penuh suka cita bersama ketiga dayang favoritnya.
                Tuan Putri Purindah pun kini akan segera melewati tempat pelatihan Istananya. Ia melewatinya amat santai juga cuek ketika melewati tempat pelatihan Istananya, sambil melihat sosok Ayahnya bersama seseorang yang belum menyita perhatian padanya. Disaat itu juga, Pangeran Bheeshma baru saja mengunjungi tempat pelatihan istana tersebut disaat Tuan Putri Purindah baru saja meninggalkan tempat pelatihan Istana tersebut juga.
                Kemudian Pangeran Bheeshma mengambil busur panah bersama anak panahnya. Lalu akan membidikan anak panahnya ketarget yang sudah dilihatnya tepat didepannya. Ketika akan siap untuk membidiknya, tiba-tiba ada bayangan wajah dari Tuan Putri Purindah dipusarannya sehingga bidikkan anak panahnya pun terlepas menancap sebuah target yang telah diincarnya tadi. Usainya melakukannya, Pangeran Bheeshma pun sontak menjadi tercengang melihat pusaran didepannya.
                Sementara Raja Wiranata bersama Raja Gandaka tiba-tiba saja perhatiannya terpusatkan kepada Pangeran Bheeshma, Lalu beranjak bersama menghampirinya.
                “Sebuah pemandangan yang bagus, Pangeran Bheeshma!”. Puji Raja Wiranata disebelah kirinya. Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya.
                “Terpujilah kau karna kehebatanmu yang indah ini!”. Sambung Raja Gandaka memuji disebelah kanannya. Pangeran Bheeshma menoleh, melihat kepadanya dari Raja Wiranata.
                “Terimakasih, Ayah!”, masih melihat Raja Gandaka dengan senyuman. Raja Gandaka menganggukkan kepalanya pelan menatap Pangeran Bheeshma. Kemudian Pangeran Bheeshma melihat keRaja Wiranata. “Terimakasih, Paman, Yang Mulia Raja Wiranata!”, katanya dengan sedikit tersipu malu. Raja Wiranata pun mengangguk bangga kepadanya. Sesudahnya melakukan, Pangeran bheeshma kembali melihat kepusaran didepannya yang telah tertancapi oleeh anak panahnya.
                Dan disaat itu juga, Pangeran Bheeshma teringat kembali saatnya akan melepaskan bidikan anak panahnya, dimana ia telah lebih dulu melihat bayangan wajah dari Tuan Putri Purindah bermain dipusaran tersebut.

BHARATAYUDHAserisatu

                Dihari kedua masih diistana Wigura, Pangeran Bheeshma telah memilih untuk berjalan-jalan mengelilingi Istana Wigura. Dan kini ia menuju kesebuah tempat masih didalam Istana Wigura, tepatnya ditaman belakang Istana. Ditaman belakang Istana itu, Pangeran Bheeshma menjadi terpesona akan keindahannya, kerapian dari bunga-bunga yang ada didalamnya. Disaatnya masih menikmati pemandangannya itu, tiba-tiba saja ada sesuatu yang jatuh hingga menghentikan langkahnya.
                Dan ternyata sesuatu yang jatuh menghentikan langkahnya itu adalah seekor burung merak yang berada dalam ketidak seimbangan. Melihat kondisinya yang demikian, Pangeran Bheeshma pun mengambilnya, mengangkatnya pelan dan menghadapkan kepala seekor burung merak tersebut didepan wajahnya sendiri. “Kau juga unggas, lalu mengapa kau melihat beberapa unggas lainnya sedang berputar diatasmu!?”, katanya sedikit mengejek, lalu meniup kepala seekor burung merak tersebut.
                Sementara ditempat lain masih ditaman belakang Istana, tampak sosok Tuan Putri Purindah sedang duduk dilesehan tamannya sedang merapikan bunga-bunga yang ada didepannya. Tiba-tiba terdengar suara yang membacakan kembali kata puitisnya yang pernah ditulisnya beberapa waktu yang lalu dari arah belakangnya. Tuan Putri Purindah pun berdiri pelan dan akan membalikkan tubuhnya kebelakang. Sementara orang yang bersuara tadi telah berada dibalik dirinya berjarak tiga langkah.
                Semakin Tuan Putri Purindah akan membalikkan tubuhnya kebelakang, semakin ia merasa segan untuk membalikkan tubuhnya. Dan orang yang tadi bersuara itupun melangkah maju kedepan dengan menunjukkan wajahnya disamping wajah Tuan Putri Purindah. Kini pandangan dari mereka berdua sama-sama lurus kedepan begitupun dengan posisi kepala dari mereka berdua tegak lurus kedepan. Kemudian Tuan Putri Purindah mencoba melirikkan kedua bola matanya keseseorang tersebut.
                “Pangeran Bheeshma!”, sapanya dengan memberanikan diri. Setelah mengetahui jika Tuan Putri Purindah telah mengenali dirinya, Pangeran Bheeshma pun mengarahkan kepalanya kearahnya dengan menatap kedua bola matanya, perlahan mendekati wajahnya. Melihatnya yang demikian, Tuan Putri Purindah semakin memberanikan dirinya untuk menatap kedua bola mata Pangeran bheeshma dengan kakunya. Merekapun kini saling menatapi tanpa mengedipkan kedua matanya.
                Mereka berdua menjadi terbuai karnanya, kemudian Tuan Putri Purindah memajukan kepalanya pelan kepada Pangeran Bheeshma, berharap akan diciumnya. Kedua bola mata Pangeran Bheeshma pun mulai tertuju kebibir Tuan Putri Purindah yang mulai mendekati bibirnya. Namun ketika akan bersentuhan, Pangeran Bheeshma langsung memalingkah wajahnya kembali lurus kedepan. “Tidak, Putri! Hentikan rayuanmu itu!”, Pangeran Bheeshma menolak lembut.
                Tuan Putri Purindah pun memalingkan wajahnya kembali lurus kedepan setelah mendengar bahasa penolakan darinya. Dan Pangeran Bheeshma beranjak pergi meninggalkannya sendiri tanpa berkata sekali lagi.

BHARATAYUDHAserisatu

Esoknya, Tuan Putri Purindah berdiam ditaman belakang istana, ia berjalan menyusuri taman tersebut dengan tatapan kosong memikirkan perkataan dari Pangeran Bheeshma kemarin. Lalu menghentikan langkahnya dengan memejamkan kedua matanya, menunduk. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki kecil datang mendekatinya. “Bukalah kembali kedua matamu!”, perintah dari seseorang didepannya. Tuan Putri Purindah semakin mengeratkan pejaman kedua matanya, menunduk keras.
“Lihatlah diatas telinga kananku ini! Masih terekatkan bunga yang kurekatkan saat pertama kali kita bertemu ditaman diperbatasan! Bunga ini sudah tampak layu dah hanya satu buah kelopak saja yang tersisa! Bahkan kelayuannya akan lebih buruk ketika aku melihatmu begini didepanku!”, katanya kembali menghibur Tuan Putri Purindah yang murung. Kemudian Tuan Putri Purindah membuka kedua matanya kembali melihat Pangeran Bheeshma dengan menegakkan kepalanya perlahan.
Terlihatlah wajah dari Pangeran Bheeshma dengan hembbusan angin menerbangkan setiap helai rambutnya. Dan Pangeran Bheeshma memberinya senyuman mesra menampakan gigi bagian atasnya menggambarkan kebahagian kepadanya.   
                 “Dimana bunga yang kau ceritakan tadi? Mengapa bisa berubah menjadi sehelai bulu merak?”. Tanyanya ketika mengetahui, menatapnya.
                “Bunga itu telah aku simpan ditempat yang aman! Karna aku tidak ingin kehilangan kelopak bunganya yang terakhir!”. Balasnya lembut menjelaskan.
                “Lalu, mengapa kau merekatkan bulu merak itu? Bukannkah kau seharusnya merekatkan sebuah benda yang menyerupai bulan sabit, seperti yang direkatkan oleh Dewa Siwa diatas kepalanya?!”. Tuan Putri Purindah bertanya menegaskan,mengingatkannya.
                “Tidak, Putri! Aku merekatkan bulu merak diatas telinga kananku, karna aku telah melihat kecantikan dari dirimu terpancar dibulu merak ini! Meski diawalnya kau begitu terlihat cemburu kepada seekor burung merak yang telah menciptakan bulu seindah ini!”. Puji Pangeran Bheeshma memakai tatapan serius.
                Tuan Putri Purindah pun menjadi tersipu malu masih menatapnya sesaat setelah mendengar kata pujinya. Kemudian berlari kecil meninggalkan Pangeran bheeshma dengan senyuman manja dibibirnya. Disaat yang sama Pangeran Bheeshma membalikkan tubuhnya melihatnya yang berlari ikut tersenyum dengan bahagianya. Dan mulai merasa ada kelucuan setelah apa yang telah dilakukannya tadi bersama Tuan Putri Purindah.

                                                      BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar