Jumat, 06 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-8



             Kini diIstana Gapura telah diadakannya sebuah rapat bersama beberapa Kearajaan disekitarnya. Kurang lebih Sembilan Raja dari Kerajaan masing-masing ikut serta turut menghadiri sebuah rapat  tersebut, sedangkan yang telah diundang untuk ikut serta adalah duabelas kerajaan. Dan diketiga Kerajaan selanjutnya tidak bisa menghadirkan seorang Raja dari Kerajaan tersebut karna ada suatu halangan. Sebagai gantinya diwakili oleh ketiga Pangeran dari ketiga Kearajaan tersebut.
               Begitupun dengan Pangeran Bheeshma yang ikut hadir didalam persidangan tersebut dengan duduk diantara kedua pamannya. Rapat tersebut diadakan untuk membicarakan kerjasama megenai hasil perkebunan dari Kerajaan masing-masing yang ikut hadir didalamnya. Dengan bertujuan agar semua rakyat dari Kerajaan masing-masing bisa mendapat kepuasan dalam menikmati hasil perkebunan juga bisa diterima baik oleh semua rakyatnya.
              Selang   beberapa   menit   kemudian,   semua    Raja    juga ketiga Pangeran yang mewakili sudah menyetujuinya  dengan  baik  dalam  menerima,  memberi  keputusannya.  Raja Gandaka  yang  mengetahui langsung mengucapkan terimakasih kepada mereka dan akan mengakhiri rapat tersebut. Dan kini Raja Gandaka yang bersama Ratu Gandiki ditahtanya mendirikan dirinya untuk menerima salam penghormatan dari semua tamunya yang mengikuti rapat tersebut.
Mereka semua pun beranjak menujunya dengan bergantian penuh suka cita memberinya salam penghormatan, begitupula dengan Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki menerimanya penuh suka cita. Sementara itu, Raja Gandaka juga Ratu Gandiki tidak mengetahui jika Pangeran Bheeshma telah menghilang dari ruangan persidangannya, tempat diadakannya sebuah rapat yang sudah berlalu beberapa saat.
Dan mereka berdua mulai menyadarinya saat kedua pamannya berjalan mendekati mereka berdua lalu berhenti didekatnya, dihadapannya..
“Diamana, Anakku!?”. Tanya Raja Gandaka ketika mengetahui Pangeran Bheeshma tidak bersama kedua pamannya.
“Tuanku, anak kita begitu cepat meninggalkan ruangan dipersidangan ini!”. Sambung Ratu Gandiki dengan melihat-lihat disudut-sudut ruangan persidangan..
“Anakmu telah pergi keluar Istana, saudaraku! Dan yang paling mengerti perasaan Pangeran Bheeshma hanyalah Pangeran Raika!”. Pangeran Punka memberitahukannya melihat ke Raja gandaka. Lalu menoleh ke Pangeran Raika disebelah kanannya, menggodanya.
“Tenanglah Kakak, begitupun dengan kau, kakak Ipar! Pangeran Bheeshma hanya ingin mahir dalam menunggangi kudanya! Jadi berikanlah kesempatan itu kepadanya! Agar rasa percaya dalam dirinya lebih besar tetapi tidak sampai menyombongkan dirinya sendiri!”. Ungkap Pangeran Raika menenangkan keduanya.
Ratu Gandiki menjadi merasa sedikit tenang setelah mendengarnya. Begitupula Raja Gandaka yang melototkan matanya pelan kepada kedua saudaranya kemudian menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

BHARATAYUDHAserisatu

                Sementara disana, Pangeran Bheeshma yang masih dalam perjalanan mencoba berhenti dengan menuruni dirinya dari menunggangi kudanya. Kemudian melanjutinya dengan berjalan kecil dengan membawa kudanya. Dan tiba-tiba saja menjadi terhenti saat ketika melihat seorang Putri ada didepannya dari arah kirinya melewati dinding belokan dikejauhan. Seorang Putri itu membelakanginya belum mengethui jika ada seseorang berada dibelakangnya dikejauhan berdiam meperhatikannya.
                Pangeran Bheeshma pun menjadi setengah terpaku melihatnya masih dikejauhan yang belum diketahuinya siapa sebenarnya diri dari seorang Putri tersebut. Kemudian seorang Putri itupun membalikkan tubuhnya kearah Panggeran Bheeshma masih dikejauhan. Disaat itu juga Pangeran Bheeshma mengetahui siapa  dari seorang Putri tersebut sehingga membuatnya sedikit tak berdaya masih memegangi kudanya dikejauhan. Dan ternyata seorang Putri tersebut adalah Tuan Putri Purindah.
                Tuan Putri Purindah yang tak sengaja melihatnya juga, menantikan langkah dari Pangeran Bheeshma yang kini telah  tuk mencoba mendekatinya bersama kudanya. Kemudian Tuan Putri Purindah mengarahkan pandangannya kebunga yang masih merekat diatas telinga kanan dari Pangeran Bheeshma. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatapi wajahnya penuh tanya dihatinya. Dan tanpa mereka berdua sadari, mereka berdua telah menikmati pertemuan yang tidak disengaja itu.
                Tuan Putri Purindah kembali menatap wajahnya, lalu melangkahkan mundur kakinya pelan. Dan tiba-tiba pada langkah kesepuluh berjalan mundur terlihat Raja Wiranata memegang keras lengannya kemudian membawanya pergi tanpa mengetahui Pangeran Bheeshma ada bersama Putrinya. Pertemuan yang tidak sengaja itupun berakhir saat itu juga.

Beberapa saat kemudian . . . .

                Kini orang-orang Kerajaan Wigura telah dalam perjalanan pulang meninggalkan perbatasan. Raja Wiranata begitu terlihat tenang menunggangi kudanya sambil melihat-lihat disekitarnya. Para prajuritnya pun merasakan kedamaiian namun tetap masih mengawasi disekitarnya. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah menekukkan kedua lutut kakinya dengan melipatkan kedua tangannya diatas lekukkan kedua lutut kakinya berdiam hening didalam tandunya.
                Kemudian mengarahkan pandangannya kearah samping kanannya dimana kain tandunya yang terbuka. Dan tanpa disangka olehnya, ia kembali menemui sedang Pangeran Bheeshma berjalan bersamanya menunggangi kudanya bersebelahan dikejauhan. mereka berduapun hanya bersama menatap kaku tak ada senyum terpancar dari bibir keduanya. Namun mereka berdua kembali menikmati indahnya sebuah pertemuan dengan Pangeran Bheeshma yang telah mengejarnya tadi.
                Dan Tuan Putri Purindah menghentikannya dengan memberi isyarat agar tidak mengikutinya lagi kepada Pangeran Bheeshma dikejauhan yang masih berjalan menunggangi kudanya. Tuan Putri Purindah pun menggelengkan kepalanya serta memiohon kepadanya untuk tidak melanjutkannya memakai tatapan haru meyakinkan. Dan Pangeran Bheeshma yang mulai mengerti langsung menghentikan kudanya sambil melihatnya masih berjalaan pergi menjauh bersama pasukannya.
                “Aku akan menunggumu, sebagaimana dirimu telah menungguku kemarin! Begitupula dengan dirimu yang begitu menghawatirkan diriku kemarin, aku menghawatirkan dirimu saat ini!”. Kata hati Pangeran Bheeshma masih berdiam meratapi kepergian Tuan Putri Purindah bersama Ayahnya dan pasukannya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Didalam Istana Gapura, Ratu Gandiki terlihat begitu cemas. Ia mengkhawatirkan Putranya yang belum juga kembali sementara fajar sebentar lagi akan terbenam. Bayangan negative pun mulait erbesit dibenaknya, “Pertanda apakah ini?”, bisikannya dengan rasa cemas mendalam. Kemudian Ratu Gandiki menuju keruagan Pangeran Raika. “Salam, Pangeran Raika!”, katanya memberi salam setibanya diruangan Pangeran Raika, dibelakangnya. Kemudian mereka berdua pun duduk bersama.
                “Pangeran Raika, tentu kau sudah mengetahui jika keponakanmu itu belum kembali keIstana! Bahkan saat fajar akan terbenam seperti yang kau lihat kini!”. Kata Ratu Gandiki menegaskan kecemasannya.
                “Tentu aku sudah mengetahuinya, kakak ipar!”. Pangeran raika membalasnya santai menatapnya.
                Kemudian Pangeran Raika memberinya surat yang telah dikirim Pangeran Bheeshma untuknya. Didalam suratnya tertulis, jika Pangeran Bheeshma mengabarkan kalau dirinya baik-baik saja dan akan kembali beberapa hari kemudian karna ada suatu alasan tertentu.

Beberapa hari kemudian . . . .

                Pangeran Bheeshma telah memilih untuk menginap ditaman perbatasan karna ingin merasakan pengorbanan dari Tuan Putri Purindah karna menunggunya dan rela  menginap ditaman perbatasan tersebut hanya ingin bertemu dengan dirinya. Tuan Putri Purindah menginap ditaman perbatasan itu masih menggunakan fasilitas juga ditemani beberapa dayangnya dan juga beberapa prajuritnya. Yang bertugas menjaganya agar tetap aman dari kejadian yang tidak diinginkan.
                Sedangkan Pangeran Bheeshma menginap ditaman perbatasan itu hanya seorang diri beratapkan langit.  Disetiap harinya ia merasakan panasnya matahari disiang hari. Dinginnya dimalam hari dan juga harus rela kebasahan saat hujan mulai turun membanjiri dengan airnya. Dan jika perutnya sudah mulai terasa lapar, ia harus berjuang mencari sebuah pohon yang sedang berbuah agar bisa mengisi perutnya yang sedang kosong.
                Dan kini Pangeran Bheeshma sedang mengistirahatkan dirinya bersantai dipinggir pada bibir sebuah danau. Lalu mencerminkan wajahnya sendiri diair danau tersebut yang masih terlihat tenang. Kemudian dilihatnya bunga yang masih merekat diatas telinga kanannya yang sudah teramat layu. Kemudian mengambilnya pelan dengan kelopak bunganya yang gugur kembali, dan tiba-tiba saja dirinya menjadi terkejut dari teriakan seseorang yang memanggil namanya.
                Setelah diketahuinya, seseorang yang memanggilnya tadi dengan teriakan adalah salah-satu dari prajurit dari Istaananya. Prajurit tersebut membawakan sebuah pesan agar dirinya segera pulang karena ada suatu kepentingan yang melibatkan dirinya. Sebuah pesan dari Ayahnya yang juga memintanya untuk menemani Ayahnya ketika akan menginap diIstana Kerajaan Wigura. Setelah mendengarkan sebuah pesan dari Ayahnya melalui seorang prajuritnya, Pangeran Bheeshma pun mulai bergegas untuk pulang bersama prajuritnya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar