Kini diIstana Gapura telah diadakannya sebuah rapat bersama beberapa
Kearajaan disekitarnya. Kurang lebih Sembilan Raja dari Kerajaan masing-masing ikut
serta turut menghadiri sebuah rapat
tersebut, sedangkan yang telah diundang untuk ikut serta adalah duabelas
kerajaan. Dan diketiga Kerajaan selanjutnya tidak bisa menghadirkan seorang
Raja dari Kerajaan tersebut karna ada suatu halangan. Sebagai gantinya diwakili
oleh ketiga Pangeran dari ketiga Kearajaan tersebut.
Begitupun dengan
Pangeran Bheeshma yang ikut hadir didalam persidangan tersebut dengan duduk
diantara kedua pamannya. Rapat tersebut diadakan untuk membicarakan kerjasama
megenai hasil perkebunan dari Kerajaan masing-masing yang ikut hadir
didalamnya. Dengan bertujuan agar semua rakyat dari Kerajaan masing-masing bisa
mendapat kepuasan dalam menikmati hasil perkebunan juga bisa diterima baik oleh
semua rakyatnya.
Selang beberapa
menit kemudian, semua Raja juga ketiga Pangeran yang mewakili sudah
menyetujuinya dengan baik dalam menerima, memberi keputusannya. Raja Gandaka
yang mengetahui langsung mengucapkan terimakasih kepada mereka dan akan
mengakhiri rapat tersebut. Dan kini Raja Gandaka yang bersama Ratu Gandiki
ditahtanya mendirikan dirinya untuk menerima salam penghormatan dari semua
tamunya yang mengikuti rapat tersebut.
Mereka semua pun beranjak menujunya dengan bergantian
penuh suka cita memberinya salam penghormatan, begitupula dengan Raja Gandaka
bersama Ratu Gandiki menerimanya penuh suka cita. Sementara itu, Raja Gandaka
juga Ratu Gandiki tidak mengetahui jika Pangeran Bheeshma telah menghilang dari
ruangan persidangannya, tempat diadakannya sebuah rapat yang sudah berlalu
beberapa saat.
Dan mereka berdua mulai menyadarinya saat kedua
pamannya berjalan mendekati mereka berdua lalu berhenti didekatnya,
dihadapannya..
“Diamana, Anakku!?”. Tanya Raja Gandaka ketika
mengetahui Pangeran Bheeshma tidak bersama kedua pamannya.
“Tuanku, anak kita begitu cepat meninggalkan ruangan
dipersidangan ini!”. Sambung Ratu Gandiki dengan melihat-lihat disudut-sudut
ruangan persidangan..
“Anakmu telah pergi keluar Istana, saudaraku! Dan
yang paling mengerti perasaan Pangeran Bheeshma hanyalah Pangeran Raika!”.
Pangeran Punka memberitahukannya melihat ke Raja gandaka. Lalu menoleh ke
Pangeran Raika disebelah kanannya, menggodanya.
“Tenanglah Kakak, begitupun dengan kau, kakak Ipar!
Pangeran Bheeshma hanya ingin mahir dalam menunggangi kudanya! Jadi berikanlah
kesempatan itu kepadanya! Agar rasa percaya dalam dirinya lebih besar tetapi
tidak sampai menyombongkan dirinya sendiri!”. Ungkap Pangeran Raika menenangkan
keduanya.
Ratu Gandiki menjadi merasa sedikit tenang setelah
mendengarnya. Begitupula Raja Gandaka yang melototkan matanya pelan kepada
kedua saudaranya kemudian menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
BHARATAYUDHAserisatu
Sementara disana,
Pangeran Bheeshma yang masih dalam perjalanan mencoba berhenti dengan menuruni
dirinya dari menunggangi kudanya. Kemudian melanjutinya dengan berjalan kecil dengan
membawa kudanya. Dan tiba-tiba saja menjadi terhenti saat ketika melihat
seorang Putri ada didepannya dari arah kirinya melewati dinding belokan
dikejauhan. Seorang Putri itu membelakanginya belum mengethui jika ada seseorang
berada dibelakangnya dikejauhan berdiam meperhatikannya.
Pangeran Bheeshma
pun menjadi setengah terpaku melihatnya masih dikejauhan yang belum
diketahuinya siapa sebenarnya diri dari seorang Putri tersebut. Kemudian
seorang Putri itupun membalikkan tubuhnya kearah Panggeran Bheeshma masih
dikejauhan. Disaat itu juga Pangeran Bheeshma mengetahui siapa dari seorang Putri tersebut sehingga
membuatnya sedikit tak berdaya masih memegangi kudanya dikejauhan. Dan ternyata
seorang Putri tersebut adalah Tuan Putri Purindah.
Tuan Putri
Purindah yang tak sengaja melihatnya juga, menantikan langkah dari Pangeran
Bheeshma yang kini telah tuk mencoba mendekatinya
bersama kudanya. Kemudian Tuan Putri Purindah mengarahkan pandangannya kebunga
yang masih merekat diatas telinga kanan dari Pangeran Bheeshma. Sedangkan
Pangeran Bheeshma masih menatapi wajahnya penuh tanya dihatinya. Dan tanpa
mereka berdua sadari, mereka berdua telah menikmati pertemuan yang tidak
disengaja itu.
Tuan Putri
Purindah kembali menatap wajahnya, lalu melangkahkan mundur kakinya pelan. Dan
tiba-tiba pada langkah kesepuluh berjalan mundur terlihat Raja Wiranata
memegang keras lengannya kemudian membawanya pergi tanpa mengetahui Pangeran
Bheeshma ada bersama Putrinya. Pertemuan yang tidak sengaja itupun berakhir
saat itu juga.
Beberapa saat kemudian . . . .
Kini orang-orang Kerajaan
Wigura telah dalam perjalanan pulang meninggalkan perbatasan. Raja Wiranata
begitu terlihat tenang menunggangi kudanya sambil melihat-lihat disekitarnya.
Para prajuritnya pun merasakan kedamaiian namun tetap masih mengawasi
disekitarnya. Begitupula dengan Tuan Putri Purindah menekukkan kedua lutut kakinya
dengan melipatkan kedua tangannya diatas lekukkan kedua lutut kakinya berdiam
hening didalam tandunya.
Kemudian
mengarahkan pandangannya kearah samping kanannya dimana kain tandunya yang terbuka.
Dan tanpa disangka olehnya, ia kembali menemui sedang Pangeran Bheeshma
berjalan bersamanya menunggangi kudanya bersebelahan dikejauhan. mereka
berduapun hanya bersama menatap kaku tak ada senyum terpancar dari bibir
keduanya. Namun mereka berdua kembali menikmati indahnya sebuah pertemuan
dengan Pangeran Bheeshma yang telah mengejarnya tadi.
Dan Tuan Putri
Purindah menghentikannya dengan memberi isyarat agar tidak mengikutinya lagi kepada
Pangeran Bheeshma dikejauhan yang masih berjalan menunggangi kudanya. Tuan
Putri Purindah pun menggelengkan kepalanya serta memiohon kepadanya untuk tidak
melanjutkannya memakai tatapan haru meyakinkan. Dan Pangeran Bheeshma yang
mulai mengerti langsung menghentikan kudanya sambil melihatnya masih berjalaan
pergi menjauh bersama pasukannya.
“Aku akan
menunggumu, sebagaimana dirimu telah menungguku kemarin! Begitupula dengan
dirimu yang begitu menghawatirkan diriku kemarin, aku menghawatirkan dirimu
saat ini!”. Kata hati Pangeran Bheeshma masih berdiam meratapi kepergian Tuan
Putri Purindah bersama Ayahnya dan pasukannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Didalam Istana
Gapura, Ratu Gandiki terlihat begitu cemas. Ia mengkhawatirkan Putranya yang
belum juga kembali sementara fajar sebentar lagi akan terbenam. Bayangan negative
pun mulait erbesit dibenaknya, “Pertanda apakah ini?”, bisikannya dengan rasa
cemas mendalam. Kemudian Ratu Gandiki menuju keruagan Pangeran Raika. “Salam,
Pangeran Raika!”, katanya memberi salam setibanya diruangan Pangeran Raika,
dibelakangnya. Kemudian mereka berdua pun duduk bersama.
“Pangeran Raika,
tentu kau sudah mengetahui jika keponakanmu itu belum kembali keIstana! Bahkan
saat fajar akan terbenam seperti yang kau lihat kini!”. Kata Ratu Gandiki
menegaskan kecemasannya.
“Tentu aku sudah
mengetahuinya, kakak ipar!”. Pangeran raika membalasnya santai menatapnya.
Kemudian Pangeran
Raika memberinya surat yang telah dikirim Pangeran Bheeshma untuknya. Didalam
suratnya tertulis, jika Pangeran Bheeshma mengabarkan kalau dirinya baik-baik
saja dan akan kembali beberapa hari kemudian karna ada suatu alasan tertentu.
Beberapa hari kemudian . . . .
Pangeran Bheeshma
telah memilih untuk menginap ditaman perbatasan karna ingin merasakan
pengorbanan dari Tuan Putri Purindah karna menunggunya dan rela menginap ditaman perbatasan tersebut hanya ingin
bertemu dengan dirinya. Tuan Putri Purindah menginap ditaman perbatasan itu
masih menggunakan fasilitas juga ditemani beberapa dayangnya dan juga beberapa
prajuritnya. Yang bertugas menjaganya agar tetap aman dari kejadian yang tidak
diinginkan.
Sedangkan
Pangeran Bheeshma menginap ditaman perbatasan itu hanya seorang diri beratapkan
langit. Disetiap harinya ia merasakan
panasnya matahari disiang hari. Dinginnya dimalam hari dan juga harus rela
kebasahan saat hujan mulai turun membanjiri dengan airnya. Dan jika perutnya
sudah mulai terasa lapar, ia harus berjuang mencari sebuah pohon yang sedang
berbuah agar bisa mengisi perutnya yang sedang kosong.
Dan kini Pangeran
Bheeshma sedang mengistirahatkan dirinya bersantai dipinggir pada bibir sebuah
danau. Lalu mencerminkan wajahnya sendiri diair danau tersebut yang masih
terlihat tenang. Kemudian dilihatnya bunga yang masih merekat diatas telinga
kanannya yang sudah teramat layu. Kemudian mengambilnya pelan dengan kelopak
bunganya yang gugur kembali, dan tiba-tiba saja dirinya menjadi terkejut dari
teriakan seseorang yang memanggil namanya.
Setelah
diketahuinya, seseorang yang memanggilnya tadi dengan teriakan adalah
salah-satu dari prajurit dari Istaananya. Prajurit tersebut membawakan sebuah
pesan agar dirinya segera pulang karena ada suatu kepentingan yang melibatkan
dirinya. Sebuah pesan dari Ayahnya yang juga memintanya untuk menemani Ayahnya
ketika akan menginap diIstana Kerajaan Wigura. Setelah mendengarkan sebuah
pesan dari Ayahnya melalui seorang prajuritnya, Pangeran Bheeshma pun mulai
bergegas untuk pulang bersama prajuritnya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar