Pangeran Bheeshma kini masih dalam
perjalanan menuju keperbatasan dengan menunggangi kudanya tanpa didampingi
seorang prajurit bersamanya. Setiap melewati tempat yang ditempuhnya Pangeran
Bheeshma selalu melihat rakyatnya disekitarnya. Dan Pangeran Bheeshma pun
memberi senyuman kepada rakyatnya yang telah melihat kepadanya seolah-olah
menyapanya balik. Juga tak jarang rakyatnya yang telah melihatnya mulai menerimanya
dengan bahagia membalas senyumnya.
Sesampainya diperbatasan, terlihat
Tuan Putri Purindah sedang menari-nari dengan indahnya sambil menggengam bunga
ditangannya. Tuan Putri Purindah begitu terlihat anggun dengan bunga diatas
kepalanya juga dengan gaun khas dari India berwarna putih yang kini
dikenakannya. Saat dirinya masih asik menari-naru, tiba-tiba saja ketiga dayang
favoritnya menghentikannya dengan membawanya kesuatu tempat.
“Kalian bertiga mau bawa aku
kemana?”, tanya Tuan Putri Purindah terkejut ketika masih dalam perjalanan kesuatu
tempat. Namun ketiga dayang favoritnya itu tidak menanggapinya sama-sekali,
mereka hanya tertawa kecil masih membawanya memaksanya. Kemudian mereka berhenti
disuatu tempat. Ketiga dayang favoritnya mennadi tertawa kecil kembali sambil
menggodanya. Sedangkan Tuan Putri Purindah menjadi merenung melihat ketiga
dayang favoritnya.
“Tuan
Putriku yang cantik! Lihatlah dikejauhan disana, siapa yang kau sudah temui?”.
Dayang Naura memerintahnya, menunjukinya sedikit menggodanya.
“Dia…..?”.
Singkat Tuan Putri Purindah ketika mengetahuinya dikejauhan.
“Dia
yang kau temui dikejauhan disana adalah Pangeran Bheeshma! Pangeran Bheeshma yang
sering kami ceritakan sewaktu kau masih kecil!”. Sambung Dayang Ageulish
mengulang dengan melihat ke Tuan Putri Purindah.
Kemudian
Dayang Ageulish bersama Dayang Naura dan satu Dayangnya lagi tertawa kecil usai
berkata. Sementara Pangeran Bheeshma dikejauhan disana baru saja menuruni
dirinya dari kudanya lalu memeluk Ibu Ratu Gandiki, setelahnya melihat Tuan Putri
Purindah yang berlari meninggalkan keti dayangnya dikejauhan. Dan Ibu Ratu
Gandiki pun memeluknya membalas pelukannya ketika mengetahui kedatangannya yang
lebih dulu memeluknya dari samping.
“Anakku,
semestinya kau tidak perlu datang kemari tanpa seorang prajurit!”. Kata Ibu
Ratu Gandiki masih memeluknya.
“Aku
kemari, hanya ingin mengetahui alasan mengapa Ibu mengunjungi perbatasan ini?”.
Melepaskan pelukannya, menatap Ibu Ratu Gandiki.
“Alasan
Ibu mengunjungi perbtasan ini karna….?”. Dengan menoleh kebelakangnya, kemudian
terhenti karna tidak ada orang yang dimaksudnya.
“Apa
alasannya, karna ketiga dayang itu Ibu?”. Pangeran Bheeshma sedikit mengejek
lalu tertawa kecil melihat kepada ketiga dayang dikejauhan diarah depannya.
Mendengar
perkataan darinya, Ibu Ratu Gandiki pun memalingkan pandangannya kepadanya
dengan sedikit bingung. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih tertawa kecil sedikit
mengejeknya. Sementara itu, ketiga dayang yang dimaksud oleh Pangeran Bheeshma
tadi mulai beranjak pergi mencari keberadaan Tuan Putri mereka. Karna mereka bertiga
baru saja menyadari jika Tuan Putri yang bersamanya tadi tiba-tiba saja
menghilang dari kebersamaannya.
Dan
kini Ibu Ratu Gandiki menundukan kepalanya sedikit kebingungan. Kemudian
Pangeran Bheeshma menyentuh wajah Ibu Ratu Gandiki dengan kedua tangannya dan
mengangkat pelan menegakkan kembali tepat dihadapan wajahnya sendiri. “Ibuku
tersayang, anakmu ini sudah mengetahui apa yang sedang Ibu cari tadi!”, katanya
kembali penuh kelembutan menatap tajam Ibu Ratu Gandiki.
Ketika Ibu Ratu Gandiki akan
menanyakan apa maksud dari yang dikatannya. Pangeran Bheeshma langsung pergi
meninggalkannya. Ibu Ratu Gandiki yang menerimanya, melihatnya seperti itupun,
hanya tersenyum meratapinya membiarkannya pergi tanpa menghentikannya lebih
dulu.
BHARATAYUDHAserisatu
Ditempat
lain, Tuan Putri Purindah masih berlari meninggalkan ketiga dayang favoritnya
karna merasa kesa dihatinya. Sedangkan ketiga dayang favoritnya masih mencari
keberadaannya mengelilingi tempat yang ada diperbatasan dengan kecemasan begitu
dalam. Tiba-tiba saja langkahnya menjadi terhenti seketika melihat ada langkah
kaki seseorang yang datang menghentikannya didepannya. “Selamat sore Putri
Purindah dari Kerajaan Wigura.”, sapa seseorang tersebut yang belum
diketahuinya.
Mendengar
sapanya itu, Tuan Putri Purindah mendadak menjadi terkejut untuk yang kedua
kalinya. Lalu mengangkat kepalanya pelan mencoba melihat seseoranng yang telah menyapanya
tadi. “hah….?”, keluhan terkejutnya yang ketiga kalinya ketika sudah mengetahui.
“Lihatlah ketiga dayangmu, mereka menantimu disana!”, sambung kembali seseorang
yang telah diketahuinya tersebut dengan menunjukannya.
Dan ternyata seseorang yang
menghentikannya tadi adalah Pangeran Bheeshma. Kemudian Tuan Putri Purindah
memalingkan pandangannya kepada ketiga dayangnya.
“Tapi
aku mohon, kau jangan pergi dulu!”. Kata perintah Tuan Putri Purindah masih
memandangi ketiga dayangnya dikejauhan.
“Aku
tidak akan pergi! Sebelum kau menjelaskan apa maksud darimu telah meneteskan
airmata…?”. Pangeran Bheesma belum sepenuhnya meluruskan perkataannya, Tuan Putri
Purindah lebih dulu memotongnya.
“Karna
aku ingin kau menahanku! (Melihat ke Pangeran Bheeshma kembali) Aku ingin lebih
lama memandangimu! Dengan rasa keinginanku untuk bertemu denganmu yang telah
lama aku idam-idamkan!”. Kata curahannya lemah menjelaskan, kedua matanya mulai
sedikit berkaca-kaca.
Pangeran
Bheesma pun menjadi terdiam seketika mendengar curahan kata keinginan darinya.
Melihat Tuan Putri Purindah yang masih melihat kepada Pangeran Bheeshma, ketiga
dayang favoritnya dikejauhan hanya berdiam sedikit segan untuk pergi
menghampirinya. Dan tiba-tiba saja ada sebuah bunga yang gugur terjatuh didepan
kaki dari Tuan Putri Purindah. Bersamaan dengan itu, muncul sebuah ide pada
Pangeran Bheeshma yang kini akan mengambil bunga yang gugur tersebut.
“Putri,
lihatlah apa yang sedang ku genggam ditanganku ini!”. Menunjukannya dengan
melihat Putri Purindah.
“Itu
adalah sebuah bunga yang telah gugur!”. Jawabnya ketika mengetahui masih melihat
ke Pangeran Bheeshma.
“Apakah
bunga yang gugur ini telah mengingatkanmu tentang hari kelahiranmu? (sedikit
menggoda, menajamkan pandangannya) Bagaimana jika bunga yang gugur ini, aku
rekatkan saja ditelingaku!”. Kemudian merekatkan bunga yang gugur itu ditelinga
kanannya.
“Kau
sungguh terlihat cantik layaknya seorang wanita!”. Pujinya dengan senyuman
menampakan gigi atasnya.
Kemudian
Pangeran Bheeshma memutari tubuhnya mengelilingi Tuan Putri Purindah dengan
bunga ditelinganya menghiburnya, Tuan Putri Purindah pun menjadi terhibur
melihat Pangeran Bheeshma yang masih memutarinya. Dengan tiba-tiba Tuan Putri
Purindah menyuruhnya untuk berhenti, dan Pangeran Bheeshma pun berhenti dari
memutarinya melihat ke Tuan Putri Purindah dibalut senyum kesenangan mencoba
melangkah maju mendekatinya lebih dekat.
“Aku
sudah puas dengan hiburan yang kau persembakan untukku!”. Kata puasnya dengan memuji
Pangeran Bheeshma.
“Sekarang
kau menunggu apalagi? Segeralah kau menghampiri ketiga dayangmu itu dan pulang
bersamanya!”. Perintah Pangeran Bheesma sedikit canda. Namun secara tiba-tiba wajah Tuan Putri
Purindah menjadi murung, menunduk. “Putri, aku memerintahkanmu yang demikian,
karna aku tidak ingin seorang Putri yang secantik bunga yang telah merekat
ditelingaku ini, akan diceramahi negatif oleh Ayahnya!”. Katanya kembali
menghibur.
Setelah
mendengar kata penghiburannya kembali, Tuan Putri Purindah mengangkat kepalanya
kembali melihat kepadanya kembali juga memberinya senyuman atas kata
penghiburanya kembali tadi. Ketiga dayangnya dikejauhan itupun mulai
menghampirinya untuk membawanya pulang ke Istana. Dan Pangeran Bheesma menggeserkan
dirinya dua langkah dari Tuan Putri Purindah. Dan kini ketiga dayangnya sudah
memeganginya disampingya.
“Sudah
tibanya kau kembali ke Istanamu! Janjiku padamu, aku akan terus merekatkan
bunga ini ditelingaku!”. Pangeran Bheeshma kembali berkata dengan menyentuh
bunga ditelinganya.
“Tentu
saja, Pangeran! Kata pujimu telah menggambarkan ketulusanmu!”. Balasnya sedikit
haru, bahagia.
Pangeran Bheeshma pun mengangguk memakai senyuman
mesra kepada Tuan Putri Purindah. Dan Tuan Putri Purindah kinipun mulai
beranjak pergi masih melihat kepadanya dengan senyum kebahagian kemudian memalingkanya
untuk pergi menjauh dikawali ketiga dayangnya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar