Rabu, 04 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-2



Pangeran Bheeshma kini masih dalam perjalanan menuju keperbatasan dengan menunggangi kudanya tanpa didampingi seorang prajurit bersamanya. Setiap melewati tempat yang ditempuhnya Pangeran Bheeshma selalu melihat rakyatnya disekitarnya. Dan Pangeran Bheeshma pun memberi senyuman kepada rakyatnya yang telah melihat kepadanya seolah-olah menyapanya balik. Juga tak jarang rakyatnya yang telah melihatnya mulai menerimanya dengan bahagia membalas senyumnya.
Sesampainya diperbatasan, terlihat Tuan Putri Purindah sedang menari-nari dengan indahnya sambil menggengam bunga ditangannya. Tuan Putri Purindah begitu terlihat anggun dengan bunga diatas kepalanya juga dengan gaun khas dari India berwarna putih yang kini dikenakannya. Saat dirinya masih asik menari-naru, tiba-tiba saja ketiga dayang favoritnya menghentikannya dengan membawanya kesuatu tempat.
“Kalian bertiga mau bawa aku kemana?”, tanya Tuan Putri Purindah terkejut ketika masih dalam perjalanan kesuatu tempat. Namun ketiga dayang favoritnya itu tidak menanggapinya sama-sekali, mereka hanya tertawa kecil masih membawanya memaksanya. Kemudian mereka berhenti disuatu tempat. Ketiga dayang favoritnya mennadi tertawa kecil kembali sambil menggodanya. Sedangkan Tuan Putri Purindah menjadi merenung melihat ketiga dayang favoritnya.
                “Tuan Putriku yang cantik! Lihatlah dikejauhan disana, siapa yang kau sudah temui?”. Dayang Naura memerintahnya, menunjukinya sedikit menggodanya.
                “Dia…..?”. Singkat Tuan Putri Purindah ketika mengetahuinya dikejauhan.
                “Dia yang kau temui dikejauhan disana adalah Pangeran Bheeshma! Pangeran Bheeshma yang sering kami ceritakan sewaktu kau masih kecil!”. Sambung Dayang Ageulish mengulang dengan melihat ke Tuan Putri Purindah.
                Kemudian Dayang Ageulish bersama Dayang Naura dan satu Dayangnya lagi tertawa kecil usai berkata. Sementara Pangeran Bheeshma dikejauhan disana baru saja menuruni dirinya dari kudanya lalu memeluk Ibu Ratu Gandiki, setelahnya melihat Tuan Putri Purindah yang berlari meninggalkan keti dayangnya dikejauhan. Dan Ibu Ratu Gandiki pun memeluknya membalas pelukannya ketika mengetahui kedatangannya yang lebih dulu memeluknya dari samping.
                “Anakku, semestinya kau tidak perlu datang kemari tanpa seorang prajurit!”. Kata Ibu Ratu Gandiki masih memeluknya.
                “Aku kemari, hanya ingin mengetahui alasan mengapa Ibu mengunjungi perbatasan ini?”. Melepaskan pelukannya, menatap Ibu Ratu Gandiki.
                “Alasan Ibu mengunjungi perbtasan ini karna….?”. Dengan menoleh kebelakangnya, kemudian terhenti karna tidak ada orang yang dimaksudnya.
                “Apa alasannya, karna ketiga dayang itu Ibu?”. Pangeran Bheeshma sedikit mengejek lalu tertawa kecil melihat kepada ketiga dayang dikejauhan diarah depannya.
                Mendengar perkataan darinya, Ibu Ratu Gandiki pun memalingkan pandangannya kepadanya dengan sedikit bingung. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih tertawa kecil sedikit mengejeknya. Sementara itu, ketiga dayang yang dimaksud oleh Pangeran Bheeshma tadi mulai beranjak pergi mencari keberadaan Tuan Putri mereka. Karna mereka bertiga baru saja menyadari jika Tuan Putri yang bersamanya tadi tiba-tiba saja menghilang dari kebersamaannya.
                Dan kini Ibu Ratu Gandiki menundukan kepalanya sedikit kebingungan. Kemudian Pangeran Bheeshma menyentuh wajah Ibu Ratu Gandiki dengan kedua tangannya dan mengangkat pelan menegakkan kembali tepat dihadapan wajahnya sendiri. “Ibuku tersayang, anakmu ini sudah mengetahui apa yang sedang Ibu cari tadi!”, katanya kembali penuh kelembutan menatap tajam Ibu Ratu Gandiki.
Ketika Ibu Ratu Gandiki akan menanyakan apa maksud dari yang dikatannya. Pangeran Bheeshma langsung pergi meninggalkannya. Ibu Ratu Gandiki yang menerimanya, melihatnya seperti itupun, hanya tersenyum meratapinya membiarkannya pergi tanpa menghentikannya lebih dulu.

BHARATAYUDHAserisatu

                Ditempat lain, Tuan Putri Purindah masih berlari meninggalkan ketiga dayang favoritnya karna merasa kesa dihatinya. Sedangkan ketiga dayang favoritnya masih mencari keberadaannya mengelilingi tempat yang ada diperbatasan dengan kecemasan begitu dalam. Tiba-tiba saja langkahnya menjadi terhenti seketika melihat ada langkah kaki seseorang yang datang menghentikannya didepannya. “Selamat sore Putri Purindah dari Kerajaan Wigura.”, sapa seseorang tersebut yang belum diketahuinya.
                Mendengar sapanya itu, Tuan Putri Purindah mendadak menjadi terkejut untuk yang kedua kalinya. Lalu mengangkat kepalanya pelan mencoba melihat seseoranng yang telah menyapanya tadi. “hah….?”, keluhan terkejutnya yang ketiga kalinya ketika sudah mengetahui. “Lihatlah ketiga dayangmu, mereka menantimu disana!”, sambung kembali seseorang yang telah diketahuinya tersebut dengan menunjukannya.
Dan ternyata seseorang yang menghentikannya tadi adalah Pangeran Bheeshma. Kemudian Tuan Putri Purindah memalingkan pandangannya kepada ketiga dayangnya.
                “Tapi aku mohon, kau jangan pergi dulu!”. Kata perintah Tuan Putri Purindah masih memandangi ketiga dayangnya dikejauhan.
                “Aku tidak akan pergi! Sebelum kau menjelaskan apa maksud darimu telah meneteskan airmata…?”. Pangeran Bheesma belum sepenuhnya meluruskan perkataannya, Tuan Putri Purindah lebih dulu memotongnya.
                “Karna aku ingin kau menahanku! (Melihat ke Pangeran Bheeshma kembali) Aku ingin lebih lama memandangimu! Dengan rasa keinginanku untuk bertemu denganmu yang telah lama aku idam-idamkan!”. Kata curahannya lemah menjelaskan, kedua matanya mulai sedikit berkaca-kaca.
                Pangeran Bheesma pun menjadi terdiam seketika mendengar curahan kata keinginan darinya. Melihat Tuan Putri Purindah yang masih melihat kepada Pangeran Bheeshma, ketiga dayang favoritnya dikejauhan hanya berdiam sedikit segan untuk pergi menghampirinya. Dan tiba-tiba saja ada sebuah bunga yang gugur terjatuh didepan kaki dari Tuan Putri Purindah. Bersamaan dengan itu, muncul sebuah ide pada Pangeran Bheeshma yang kini akan mengambil bunga yang gugur tersebut.
                “Putri, lihatlah apa yang sedang ku genggam ditanganku ini!”. Menunjukannya dengan melihat Putri Purindah.
                “Itu adalah sebuah bunga yang telah gugur!”. Jawabnya ketika mengetahui masih melihat ke Pangeran Bheeshma.
                “Apakah bunga yang gugur ini telah mengingatkanmu tentang hari kelahiranmu? (sedikit menggoda, menajamkan pandangannya) Bagaimana jika bunga yang gugur ini, aku rekatkan saja ditelingaku!”. Kemudian merekatkan bunga yang gugur itu ditelinga kanannya.
                “Kau sungguh terlihat cantik layaknya seorang wanita!”. Pujinya dengan senyuman menampakan gigi atasnya.
                Kemudian Pangeran Bheeshma memutari tubuhnya mengelilingi Tuan Putri Purindah dengan bunga ditelinganya menghiburnya, Tuan Putri Purindah pun menjadi terhibur melihat Pangeran Bheeshma yang masih memutarinya. Dengan tiba-tiba Tuan Putri Purindah menyuruhnya untuk berhenti, dan Pangeran Bheeshma pun berhenti dari memutarinya melihat ke Tuan Putri Purindah dibalut senyum kesenangan mencoba melangkah maju mendekatinya lebih dekat.
                “Aku sudah puas dengan hiburan yang kau persembakan untukku!”. Kata puasnya dengan memuji Pangeran Bheeshma.
                “Sekarang kau menunggu apalagi? Segeralah kau menghampiri ketiga dayangmu itu dan pulang bersamanya!”. Perintah Pangeran Bheesma sedikit canda.  Namun secara tiba-tiba wajah Tuan Putri Purindah menjadi murung, menunduk. “Putri, aku memerintahkanmu yang demikian, karna aku tidak ingin seorang Putri yang secantik bunga yang telah merekat ditelingaku ini, akan diceramahi negatif oleh Ayahnya!”. Katanya kembali menghibur.
                Setelah mendengar kata penghiburannya kembali, Tuan Putri Purindah mengangkat kepalanya kembali melihat kepadanya kembali juga memberinya senyuman atas kata penghiburanya kembali tadi. Ketiga dayangnya dikejauhan itupun mulai menghampirinya untuk membawanya pulang ke Istana. Dan Pangeran Bheesma menggeserkan dirinya dua langkah dari Tuan Putri Purindah. Dan kini ketiga dayangnya sudah memeganginya disampingya.
                “Sudah tibanya kau kembali ke Istanamu! Janjiku padamu, aku akan terus merekatkan bunga ini ditelingaku!”. Pangeran Bheeshma kembali berkata dengan menyentuh bunga ditelinganya.
                “Tentu saja, Pangeran! Kata pujimu telah menggambarkan ketulusanmu!”. Balasnya sedikit haru, bahagia.

               Pangeran Bheeshma pun mengangguk memakai senyuman mesra kepada Tuan Putri Purindah. Dan Tuan Putri Purindah kinipun mulai beranjak pergi masih melihat kepadanya dengan senyum kebahagian kemudian memalingkanya untuk pergi menjauh dikawali ketiga dayangnya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar