Selasa, 03 Februari 2015

Friendship

          Disebuah tenda berwarnakan merah dihutan, terdapat empat orang sahabat didalamnya. Mereka masing-masing bernamakan, Jeje, Aila, Gara, dan Airin. Mereka bersahabat dari saat pertama bertemu memasuki sekolah menengah atas. Mulanya mereka saling mengenal kemudian saling mengenalkan diri lebih jauh saat mereka ditempatkan pada satu kelas.
            Banyak cerita yang mereka hadirkan. Dari sifat mereka masing - masing juga kisah masa lalunya. Dimulai dengan Jeje, Ia terkenal dengan sifat optimisnya juga dengan bahasa bicaranya yang terkadang terdengar manja. Namun prestasinya sangat menantang bila ujian berlangsung juga dengan setiap kompetisi yang pernah diadakan disekolahnya setiap tahun.
            Sementara Aila dan Gara, mereka berdua memiliki sifat yang sama juga pemikiran yang hampir sama. Mereka berdua selalu ikut bila diadakannya kompetisi “Pintar Matematika”. Dan mereka berdua sungguh adalah lawan yang sulit dikalahkan. Sedangkan bila membandingkan sifat keduanya, yaitu dengan merespon perkataan orang lain mereka berdua sangatlah berbeda. Gara yang berbicara bila seperlunya saja. Sedangkan Aila terbilang sedikit cerewet.
            Dan yang terakhir adalah Airin. Ia terkenal dengan sifat pengertiannya namun sedikit pendiam. Ia takkan berbicara bila tidak ada sesuatu yang memancingnya untuk bicara. Bahkan dirinya pun malas untuk menyahut bila tidak perlu baginya meski ada yang memanggilnya. Dari sifat mereka berempat, dapatkah persahabatan mereka menjadi lama atau sebaliknya? Tergantung mereka yang menjalani juga mengartikan tentang persahabatan mereka.
            Masih dihutan dalam perkemahan, Gara, adalah cowo satu - satunya diantara mereka berempat,mulai beralih mencari air keluar dari tenda tersebut. Kemudian disusul dengan Jeje yang beralih akan memberikan hasil proposal tugasnya kepada panitia perkemahan. Sementara Airin dan Aila duduk manis didepan tendanya sambil bercerita.   
            “Gue keinget, kalo sekarang gue lagi kangen seseorang!” Airin kata curhatnya.
            “Pasti Ibra lagi? Iya kan!?” Aila mencoba menebak tegas. Airin mengangguk. “Hey! Move on dong! Cowo itu gak cuma satu! Tapi banyak!” Mencoba memalingkan. Airin tertunduk.
            Kemudian datanglah Gara dengan tangan kosong menghampiri mereka berdua dan ikut duduk bersama. Ditengah kebersamaan mereka bertiga, terlihat olehnya Airin berdiam, Gara yang bingung atas sifat Airin menunduk seolah - seolah ada yang membuatnya sedih. Ketika akan membelai rambutnya Airin dan akan menanyainya, mendadak Aila melarang dengan menghentikan tangannya. Gara pun mengerti ketika mengetahui jika Airin sedang merindu tapi berbalaskan kosong dari isyarat yang diberikan Aila.

******

            Usai sudah perkemahan yang mereka jalani selama beberapa hari. Dan kini mereka kembali kesekolah seperti biasa. Aila yang baru turun dari mobilnya, mulai melangkah sesaat mobilnya melaju pergi. Kemudian disusul dengan Gara yang baru memarkir motornya, mulai melangkah meninggalkan motornya diparkiran sekolahnya. Tiba-tiba mereka bertemu berpandangan lalu berjalan bersama. Sementara Airin dan Jeje ada dihadapan mereka dikejauhan bermaksud untuk masuk bersama menuju kelas.
            Beberapa saatkemudian, pelajaran matematika pun dimulai. Dan ibu guru mulai memberi sebuah kuis untuk menambah nilai. Kini semua murid menjadi focus hingga Susana kelaspun terasa sedikit hening. Berbagai pertanyaan telah diberikan, dan kini pertanyaan untuk soal terakhir. Ketika pertanyaan terakhir itu dibacakan,tiba - tiba Gara dan Aila menjawab secara bersamaan yang membuat sang guru menjadi bingung harus membela yang mana.
            “Ikh itujawaban aku!” Tegur Aila.
            “Gua!” BalasGara dengan tegas.
            “Gara,ngalah sama Aila!” Sambung Jeje dengan bahasa manjanya.
            “Gua juga butuh nilai plus kali!” Gara membela diri sendiri.
            “Yaudah aku aja yang ambil nilai plusnya!” Airin terbuka. Gara terdiam melihatnya.
            Dengan santai Airin menjawab pertanyaan untuk kuis yang terakhir. Dan alhasil jawabannya terbilang benar juga mendapatkan nilai plus. Semua murid didalam kelas bertepuk tangan kecil. Sementara Gara menunduk kesal, Aila tersenyum menggelengkan kepala, juga Jeje yang memukul lembut lengan Airin dengan penggarisnya. Airin bukanlah siswi yang ahli matematika, dirinya bisa menjawab dengan sempurna karna suatu hal.
            Yaitu saat terjadi perdebatan antara Gara dan Aila, Ia masih berkonsentrasi untuk menemukan jawabannya yang sesungguhnya dengan mengulang berkali - kali dalam berhitung. Awalnya hanya berniat untuk menghentikan perdebatan kedua sahabatnya dengan memberanikan diri menunjukkan hasil jawaban yang didapatinya dalam berhitung. Dan sangat beruntung jawabannya sangat benar kemudian dihadiahkan sebuah nilai plus dari sang guru.
            “Ternyata orang galau bisa konsentrasi juga!” Jeje menggoda.
            “Ini kebetulan aja! The lucky day deh pokoknya!” Airin terbuka.
            “Serem nih anak lama - lama! Diem - diem mendadak duaaaarrrr!” Gara puji kagetnya.
            “Nice Airin!Ternyata matematikanya sudah ada kemajuan! Gara, emangnya Airin bom apa pake diduarin segala!” Ujar senang Aila.
                Kemudian mereka tertawa kecil bersama sambil mengejek satu sama lain. Namun candaan mereka diketahui sang guru. Mereka serentak terdiam tak berkedip sesaat guru tersebut menegur. Dan mereka hanya menganggukan kepala serentak usai mendengar teguran dari gurunya.

******

            “Selamat hari persahabatan”, bisik kecil kepada Airin yang duduk bersamanya dikantin. Usainya membisikkan ucapannya kepada Airin, dilanjutkannya dengan memberi pertanyaan menantang yang berhubungan dengan masa lalunya. “Berani!”, katanya menantang kepada Airin. “Berani dong!”, balas Airin dengan santai bermain - main. Dan Airinpun mulai menceritakan masa lalunya, sedangkan Gara memulai akan mendengarnya dengan ekspresi yang serius.
            Dulu beberapa bulan yang lalu, Airin sempat mengagumi seorang pria. Bermula dariawal pertemuannya didunia maya berlanjut menjalani sebuah hubungan, yaitu berpacaran. Pria itu sangat baik, romantis, juga sedikit cuek. Disaat masihberjalan hubungan pacarannya, banyak suka duka, dendam benci, kerinduan juga kecurigaan yang dialaminya. Hingga suati hari perpisahan itupun terjadi. Ternyata,Airin yang tulus mencintainya hanya menjadi pelarian.
            Tersentak kaget, marah, membanjiri luas perasaannya sesaat mengetahui. Ditengah akan menyambung ceritanya kembali, mendadak Gara memotongnya.
            “Pasti Ibra!Anggap aja udah putus! Biarpun tuh orang nggak confirm kata putus dari, lu! Aneh,katanya pria, laki, tapi kok kaya cowo gitu sih!” Katanya kesal usai mendengar.
            “Aku juga gak tau! Tanpa mengenal wajahnya, aku udah seperti ini! Apalagi bila nanti bertemu, mungkin….?” Gara kembali memotong.
            “Ternyata kamu mencintainya bukan mengenal wajahnya terlebih dahulu. Tapi hatinya,hatinya yang sudah lama menyakiti kamu!” Balas kata kasihannya.
            “Gara, jika benar aku cinta mati sama Ibra gimana? Cintaku tergantung hanya untuk dia,kepada dia, juga selalu dia!” Tanya keluh bimbangnya. Kemudian Gara memeluk lembut.
            “Sabar,kuncinya harus sabar! Makanya aku gak mau cinta mati sama orang! Bagaimana kalau orang yang kita cintai tidak seperti yang kita rasakan, pasti sakit!”
            “Tapi ini karna Tuhan! Tuhan masih menakdirkan!”
            Gara pun melepaskan pelukannya dengan pelan, lalu menatap Airin dengan mengusap airmatanya. Ditengah kesenduan mereka berdua, tiba - tiba terlihat sosok Aila bersama Jeje yang berjalan dingin dengan acuh. Melihat itu, Gara dan Airin kembali berpandangan curiga karna mereka, Jeje dan Aila.

******

            Gara dan Airin yang masih curiga dengan apa yang dilihatnya kemarin dikantin, mencoba menghubungi mereka satu - persatu untuk bertemu disebuah taman secara bersamaan. Rencana mereka berdua pun berhasil dan kini berdiri saling berhadapan. Tertampak Jeje yang berusaha memalingkan pandangannya kepada Aila, sedangkan Aila masih memandanginya lesuh. Kemudian Gara memulai dengan memberinya pertanyaan kepada mereka.
            “Kemarin,gua nggak sengaja melihat kalian berdua berjalan tapi seperti berperang! Masalahnya apa? Permasalahannya apa? Coba kalian terbuka sama gua dan Airin!” Gara terbuka mengagetkan Jeje dan Aila.
            “Aila jahat! Dia udah ngerebut orang yang gua sayang!” Jeje terbuka menegaskan.
            “Jeje, kamu salah paham sama aku! Aku gak ada hubungan apa - apa! Justru aku menuyuruh dia untuk menjauhi kamu! Karna dia bisa jadi duri persahabatan kita!” Aila dengan penjelasanya.
            “Apa!? Kalian berdua berselisih hanya karna cowo!” Airin dengan kagetnya, menggelang kepala.
            Kemudian Airin mulai meneritakan kisahnya dulu, saat persahabatanya dengan Micele hampir hancur berantakan hanya karna seorang lelaki. Ceritanya, saat Airin mencoba menghubungi tidak sama sekali tertangapi oleh orang itu. Tetapi orang itu malah berbalik menanggapi sahabatnya itu, Micele. Apalagi saat mengetahui jika orang itu mengirim pesan kepada Micele, hatinya semakin hancur dan hampir berburuk sangka kepada sahabatnya itu.
            Orang itu adalah Ibra, seseorang yang sangat dicintainya meskipun tersakiti terus - menerus. Hingga suatu hari Airin meminta sahabatnya, Micele untuk bertemu memancing kebenaran. Dan ternyata yang wajib disalahkan adalah Ibra, karna sikapnya yang terbilang nakal hampir memisahkan persahabatan keduanya. Disitu Micele menjelaskan dengan memberinya pengertian, hingga akhirnya mereka kembali akur meniadakan permasalahan yang ditimbulkan karna Ibra mengusik ketulusan dalamsebuah persaabatan.
            Usai sudah penjelasan dari cerita Airin yang begitu memilukan. Kemudian Jeje yangmenyadari kalau dirinya salah lansung memeluk sahabatnya, Aila dengan menangis kecil. Sejuta kata maaf kecil pun keluar dari bibir keduanya. Sedangkan Airin dan Gara yang melihatnya hanya tersenyum bertepuk tangan kecil bersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar