Kamis, 05 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-6



       “Hidup Yang Mulia Raja Gandaka! Yang akan segera memasuki ruangan Yang Mulia Ibu Ratu Gandiki!”. Seruan para pelayan, prajurit menginformasikannya dengan lantang. Dan kini Raja Gandaka telah duduk bersama Ratu Gandiki disamping tempat tidur secara berhadapan didalam ruangan Ratu Gandiki. Mereka akan mendiskusikan sesuatu saling melihat satu-sama lain.               
“Ada apa suamiku?”. Ratu Gandiki memulai.
           “Apakah Putra kita sudah pergi keperbatasan untuk menemui seorang Putri dari Kerajaan Wigura?”. Tanya Raja Gandaka sedikit khawatir. 
            “Tenanglah sedikit, suamiku! Putra kita, tentu dia sudah tau apa yang harus dilakukannya disana! Aku mendapati sebuah firasat, jika semuanya akan baik-baik saja!”. Ratu Gandiki mencoba menenangkan.
                Kemudian Raja Gandaka mulai tersenyum menerimanya masih melihat kepadanya, meski diwajahnya masih ada sedikit rasa khawatir. Sebelumnya, Raja Gandaka memerintahkan Pangeran Bheeshma untuk menemui seorang Putri dari Wigura karena dorongan dari sesuatu. Namun setelahnya, Raja Gandaka menghawatirkannya ketika mengingat sosok Raja Wiranata yang merupakan Ayah dari seorang Putri dari Wigura.
                Sementara yang terjadi diperbatasan disana, terlihat seorang Putri dari Wigura sedang memetik bunga sambil menari-nari, berlokasi ditaman perbatasan. Dia tampak bahagia bahkan lebih tampak bahagia saat menciumi bunga-bunga yang kini digenggamannya. Kemudian seorang Putri dari Wigura membacakan isi kata puitis yang sempat ditulisnya didalam surat kepada Pangeran Bheeshma. Dan Tuan Putri Purindah  melakukannya dengan berjalan kecil.
                “Kau bagaikan air yang memadamkan api! Kau tau bagaimana cara membuat Ayahku tenang! Kau bagaikan matahari yang memberi cahayanya setelah berawan….?”, ketika akan melanjuti isi kata putisnya tiba-tiba saja ada yang menyambungnya dari arah belakangnya. Langkahnya saat itupun menjadi terhenti sekeetika. “Dan kau ingin menikah denganku!”, sambung orang itu dari arah belakangnya menegaskan. Kemudian seorang Putri dari Wigura itupun membalikkan tubuhnya kearah belakangnya.
                Kemudian ia mendapati sosok Pangeran bheeshma yang masih berjalan menujunya memasang wajah begitu serius terhadapnya. Seorang Putri dari Wigura pun kembali menyambung isi kata puitisnya, membetulkannya. “Aku ingin menikah de….?”, tiba-tiba terhenti seketika saat Pangeran Bheeshma sudah berada dihadapannya menatapnya masih memakai wajah serius terhadapnya.
                “Cukup kau ada disini, Putri! Seperti Dewa Siwa yang menempatkan kakak ipar dari Dewi Sati dikepalanya!”. Dengan menunjukkan bunga diatas telinganya bernada pelan.
                “Kalau memang begitu, kau sama saja seperti Dewa Krishna yang menempatkan bulu merak dikepalanya disebelah kanannya juga!”. Memperjelaskanya.
                Kemudian, tiba-tiba ada seekor burung merak berbulu indah berwarnakan hijau muncul menghampiri mereka berdua. Seorang Putri dari Wigura itupun menjadi terkejut juga merasa aneh melihatnya. Sedangkan Pangeran Bheeshma mengambil burung merak itu lalu menggendongnya dengan perasaan bahagia. Seorang Putri dari Wigura yang bersamanya itupun menjadi terpaku kesal meninggalkan. Karna merasa bahwa kehadirannya setengah tidak dianggap oleh Pangeran Bheeshma.
                Sementara Pangeran Bheeshma masih terpesona karna burung merak yang masih digendongnya tersebut belum menyadari kepergian dari seorang Putri dari Wigura. Lalu menyadarinya ketika akan menunjukkan burung merak yang digendongnyatersebut kepada seorang Putri dari Wigura yang kini dilihatnya sudah pergi masih tampak dikejauhan. Pangeran Bheeshma pun menjadi terdiam meratapi kepergiannya dengan masih menggendong burung meraknya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Pangeran Bheeshma kembali melanjuti pembelajarannya tentang keempat jenis ilmu spiritual melalui kedua pamannya. Dan mereka kini telah memilih ditaman dalam istana untuk belajar dan mengajar agar terlihat lebih santai. Mereka melakukannya dengan bergantian menatap satu dengan yang lainnya.
                “Kekuatan Spiritual Merah adalah sebuah kekuatan yang bisa memberi signal kepada Kekuatan Spiritual Kuning, Putih, dan Abu-Abu!”. Paman Punka memulai dengan menatap Pangeran Bheeshma, Pangeran Bheeshma menatapnya kembali.
                “Kekuatan Spiritual Putih dan Abu-Abu bisa dijadikan sebuah perisai! Namun hanya satu yang memiliki keabadian!”. Sambung paman Raika dengan menatap Pangeran Bheeshma. Begitupun Pangeran Bheeshma menatapnya kembali.
                “Tetapi tetap saja hanya satu kekuatan yang bisa dijadikan sebagai perisai seutuhnya! Yaitu kekuatan yang memiliki sisi keabadian! Dan itu merupakan Kekuatan Spiritual Abu-Abu!”. Kembali paman Punka melakukannya seperti tadi.
                “Dan itu bisa dilakukan saat akan dilakukannya sebuah Ritual Pelepasan Ilmu Spiritual! Dan aku mohon, jelaskanlah apa yang dimaksudkan dengan “Pelepasan Ilmu Spiritual”, itu?”. Jawab Pangeran Bheeshma memohon sambil melihat kedua pamannya.
                “Saudaraku, Pangeran Raika! Jelaskanlah segera kepada Pangeran Muda kita ini!”, mengajak dengan menoleh ke Pangeran Raika, lalu melihat Pangeran Bheeshma kembali.
                Dan Pangeran Raika yang sebagai pamannya itupun akan menjelaskannya. Bahwa jika Ritual Pelepasan hanya bisa diadakan ketika bila Kekuatan Spiritual Merah telah memberi signal dari ketiga kekuatan spiritual yang lain. Untuk memberi signal tersebut tidaklah mudah. Karna harus bertemu dengan kekuatan spiritual lainnya agar bisa saling menyambung. Sebelumnya butuh kerja keras untuk mengumpulkan keempat ilmu spiritual tersebut agar bisa melakukan sebuah Ritual Pelepasan.
                Begitu juga dengan formasi saat melakukan Ritual Pelepasan haruslah melakukan sebuah formasi yang sebenarnya. Susunan formasinya adalah didahulukan dengan Kekuatan Spiritual Merah yang harus berdampingan dengan Kekuatan Spiritual Kuning. Kedua kekuatan spiritual itu sangatlah penting, karna jika formasinya berbeda maka penyambungan signal kepada Kekuatan Spiritual Putih dan Abu-Abu tidak akan tersambung.
Dan bisa mengakibatkan kesakitan yang hebat pada orang yang memilikinya. Namun tidak akan sampai merenggut nyawanya. Dan Pangeran Bheeshma pun menjadi sedikit ngeri setelah menyimak tentang resiko akibat kesalahan dari melakukan Ritual Pelepasan Spiritual.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar