Rabu, 04 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-1




Pada 500 Tahun Yang Lalu 

                Pada masa itu, telah terjadi sebuah pertempuran hebat antara Kerajaan Wigura dan Kerajaan Gapura. Kerajaan Gapura merupakan musuh terbesar bagi Kerajaan Wigura. Terlebih lagi saat Kerajaan Wigura menganggap Kerajaan Gapura telah melakukan sebuah pengkhianatan. Kronologis yang sebenarnya ialah ketika Putri dari Kerajaan Wigura menghilang dan ditemukan disekitar daerah diKerajaan Gapura.
Dan karna itulah juga, persidangan sengit pun tak dapat terelakkan. Meski Sang Putri telah mengaku bahwa dirinya sendirilah yang datang memasuki daerah Kerajaan Gapura hanya ingin bertemu dengan seorang Pangeran dari Kerajaan Gapura. 

Ketika persidangan sengit mulai dilakukan . . . .

                “Tuan Putri dari Kerajaan Wigura, apakah benar kedatanganmu secara diam-diam kesini hanya ingin bertemu dengan Anakku?”. Raja Gandaka memulai dengan menanyainya, ia merupakan seorang Raja Kerajaan Gapura. Sementara Sang Putri dari Kerajaan Wigura hanya mengangguk melihat ke Raja Gandaka. Kemudian Raja Gandaka melihat ke anaknya juga menyuruhnya untuk memperkenalkan dirinya kepada keluarga Kerajaan Wigura.
Ketika Sang Pangeran dari Kerajaan Gapura akan memperkenalkan dirinya. Tiba-tiba Raja dari Kerajaan Wigura sedikit menentangnya.
                “Tidak!”, katanya menolak keras. Kemudian Pangeran Punka, saudara dari Raja Gandaka mencoba menyambungnya dengan berbicara akan menenangkan Raja dari Wigura.
“Teman, biarlah keponakanku memperkenalkan dirinya kepada anda, juga dengan Putri anda!”. Lalu Sang Putri dari Wigura menyambungnya juga akan menenangkan ayahnya.
“Ayah, tenanglah sejenak Ayah!”. Raja dari Wigura pun melihat kesal kepada Sang Putri setelah mendengarnya berbicara menyambungnya untuk menenangkanya.
                “Anakku, perkenalkanlah dirimu! Semua orang diruang persidangan ini sudah menunggu!”. Perintah Raja Gandaka sekali lagi kepada Sang Pangeran, melihatnya.
Dan Sang Pangeran pun menjawab, “Baiklah, Ayah!”, jawaban menerimanya dengan melihat ke Raja Gandaka. Lalu berdiri melihat ke Raja dari Wigura. “Terimakasih atas kesediaan anda, Raja dari Kerajaan Wigura. Dan saya akan memperkenalkan diri saya kepada Sang Putri dari Kerajaan Wigura”. Memberi salam.
                “Pangeran, siapakah nama dirimu?”. Sang Putri langsung bertanya, melihatnya.
                “Namaku adalah Bheesma Gandaki! Putra yang telah dinanti-nanti selama sepuluh tahun diKerajaan Ayahku!”. Penjelasannya mengarah ke Sang Putri.
                Semua orang yang tinggal diIstana Gapura menjadi terdiam sesaat mendengarnya. Teringat kembali dimasa belum lahirnya Sang Pangeran. Disaat itu, Istana Gapura tampak gelap tak ada cahaya penerangan, juga canda gelak tawa yang jarang sekali ditemui. Namun disaat kelahirannya, Istana Gapura tampak bercahaya kembali karna penerangan yang telah dinanti-nanti selama sepuluh tahun telah hadir.
Dan disaat suasana menjadi hening sesaat, tiba-tiba Raja dari Wigura mengungkapkan kata-katanya.
                “Aku adalah Raja Wiranata dari Kerajaan Wigura! Dan Sang Putri dari Kerajaan Wigura bernama Putri Purindah! Dia telah terlahir bersama dengan gugurnya bunga-bunga ditaman Istana Wigura! Dan aku hadir ditempat ini hanya untuk membawa Putriku kembali ke Istana asalnya!”. Katanya bernada tinggi, lalu tertawa bangga dengan melihat-lihat orang yang hadir dipersidangan itu. Dan semua orang yang hadir dipersidangan itu mulai memusatkan perhatiannya kepada Raja Wiranata.
                Ada yang hanya berdiam, ada yang merasa bangga, ada yang merasa sedikit terkejut, juga ada pula yang merasa sedih. Pangeran Bheeshma yang terpusatkan perhatiannya kepada Raja Wiranata, tiba-tiba saja memalingkannya kepada Sang Putri. Karna kata hatinya berkata jika Sang Putri lah yang lebih membutuhkan perhatiannya. Dan kini Sang Putri melihat kepadanya sesaat dirinya telah melihatnya lebih dulu. Mereka berdua kini pun saling melihat satu sama lain.
                Kemudian Sang Putri meneteskan airmata kanannya saat masih melihat Pangeran Bheeshma lalu mengarahkan kedua bola matanya kebawah. Pangeran Bheeshma yang mengetahuinya mulai merasakan sesuatu yang dianggapnya aneh. Namun ketika Pangeran Bheeshma akan menyapa Sang Putri yang bersedih, tiba-tiba saja Raja Gandaka membuka suaranya membalas perkataan dari Raja Wiranata. Dan Pangeran Bheeshma pun beralih ke Raja Gandaka secara spontan.
                “Raja Wiranata, saya sebagai Raja dari Kerajaan Gapura mempersilahkan anda untuk membawa kembali Sang Putri ke Istana asalnya!”. Raja Gandaka berbicara mempersilahkannya dengan melihat ke  Raja Wiranata. Sang Putri pun merasa terkejut dengan airmata masih menetes kecil menatapi Raja Gandaka. Sementara Raja Wiranata menjadi tersenyum menunjukan rasa bangganya kepada Raja Gandaka.
Sedangkan Pangeran Bheeshma kembali melihat juga menatapi Sang Putri dengan rasa ingin ketahuannya apa yang telah membuat Sang Putri menjadi bersedih seperti itu.

Beberapa Saat Kemudian . . . .

                Kini kerajaan Wigura akan meninggalkan Istana Kerajaan Gapura. Dan kini mereka mencoba untuk keluar dari Istana Kerajaan Gapura dengan bangga namun sedikit tenang. Raja wiranata sebentar lagi akan menuju pintu gerbang Istana Kerajaan Gapura dengan menaiki perlahan dikereta kencananya. Sedangkan Sang Putri baru saja melewati pintu masuk Istana Kerajaan Gapura bersama ketiga dayang favoritnya.
                Dan Raja Wiranata pun melihat Putrinya, “Cepatlah, Putriku!”, kata perintahnya keras namun lembut. “Ayah sudah tidak sabar membawamu kembali keIstana!”, sambungnya masih memerintah. Sang Putri menganggukkan kepalanya pelan melihat kepadanya, menerimanya. Kemudian berjalan bersama ketiga dayang favoritnya menuju tandunya. Dan Sang Putri telah memasukkan dirinya kedalam tandunya.
Ketika tandu yang dinaikinya akan segera diangkat oleh prajuritnya, Sang Putri membuka kain tandunya yang menutupinya.Kemudian mengeluarkan kepalanya kearah belakang dari tandunya. Sang Putri melihat ke arah pintu masuk Istana Kerajaan Gapura. Dan dilihatnya Sang Pangeran yang masih berdiri tegak menyaksikan kepergiannya. Kemudian Sang Putri memberikannya sebuah senyuman kecil kepadanya.
Setelah melakukan hal yang demikian, Sang Putri kembali memasukkan kepalanya berdiam didalam tandunya.

HARBATAYUDHAserisatu

                “Hidup Pangeran Bheeshma Gandaki! Yang segera akan memasuki ruangan Yang Mulia Raja Gandaka!”, berikut seruan para pengawal yang mengawalnya. “Ada apa, Anakku?”, tanya Raja Gandaka ketika mengetahuinya dengan membalikkan tubuhnya kearah pintu masuk ruangannya dari kursi tahtanya. Pangeran Bheesma pun pergi melanjutkan langkahnya mendekatinya. Setelah tadi sempat terhenti ketika mendengar katanya.
                “Begini Ayah, anakmu ini ingin menemui Ibunya?”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan kata keinginannya.
“Ibumu, Ibu Ratu Gandiki! Telah lebih dulu meninggalkan Istana ini keperbatasan Kerajaan Gapura dengan kerajaan Wigura!”, jawaban Raja Gandaka memberitahu, melihat kepadanya. Pangeran Bheesma membalas melihat kepadanya dengan bertanya.
“Gerangan apakah yang membuat Ibu Ratu Gandiki mengunjungi perbatasan itu, Ayah!”, dengan nada segan ingin mengetahui.
                “Ibumu akan menemui seorang gadis yang telah mengirimi surat kepada Ibumu melalui dayang Ibumu!”, Raja Gandaka menjelaskan kecil. Pangeran Bheeshma menjadi terdiam, sedikit terkejut masih melihat ke Raja Gandaka.
“A, ayah! Aku membutuhkan restu dari  Ibu! Bagaimana bisa aku pergi tanpa mendapatkan restunya lebih dulu!”, katanya sedikit gugup. Raja Gandaka langsung menjawabnya dengan mempersilahkannya.
“Tidak perlu kau jelaskan kembali, Anakku! Sekarang pergilah dan temui Ibumu disana! Karna disanalah kau akan mendapat restu darinya!”. Pangeran Bheeshma menjadi tersenyum dengan mata berbinar-binar kepadanya. Kemudian memberi salam berpamitan dan pergi meninggalkan Raja Gandaka. “Hidup Pangeran Bheeshma Gandaki!”, itu adalah seruan bagi pelayan dan prajurit Istana.
 Sedangkan seruan dari raja Gandaka juga Ratu Gandiki sedikit berbeda. Yaitu, “Jayalah Pangeranku Bheeshma Gandaki!”. Seruan ini mulai digunakan setelah dua hari Pangeran Bheeshma dilahirkan. Pada masa kecilnya, ia selalu diajarkan dengan kesopanan, teguh pada pendiriannya, juga selalu meminta restu (izin) kemanapun ia akan pergi keluar dari istananya. Dan itulah yang membuat Raja Gandaka selalu mempercayainya ketika dirinya berbicara apa yang akan dilakukanya.   
Sangat berbeda dengan Tuan Putri Purindah dari Kerajaan Wigura. Dimasa kecilnya, ia tak jarang mendengar kata peperangan dari lidah Ayahnya. Namun karna kasih sayang para dayangnya, Tuan Putri Purindah pun menjadi seorang yang lembut, lemah gemulai, dan juga berhati penuh kasih sayang. Begitu sangat jauh dari watak Ayahnya. Dan ada dua kesamaan yang terjadi pada masa kecil Tuan Putri Purindah dan Pangeran Bheeshma.
Keduanya suka sekali mendengarkan sebuah cerita yang diceritakan oleh orang-orang terdekatnya. Dimulai dengan Tuan Putri Purindah, ia suka sekali mendengarkan kisah dari Pangeran Bheeshma dari Kerajaan Gapura. Dirinya tak henti-hentu membayangkan ketampanan dari Pangeran Bheeshma juga sifat mulianya yang diceritakan oleh para dayangnya. Sebab itulah Tuan Putri Purindah pergi secara diam-diam ke Kerajaan Gapura hanya ingin bertemu dengan Pangeran Bheeshma.
Lain halnya dengan Pangeran Bheeshma, ia suka sekali mendengarkan kisah seorang Raja dari Kerajaan Wigura. Semakin ia mendengarkan kisah tentang Raja dari Kerajaan Wigura semakin ia paham bagaimana menghadapinya jika suatu hari nanti dipertemukan dalam sebuah permasalahan. Dan telah terbukti saat persidangan pada hari kemarin dimana ada Raja dari Kerajaan Wigura bersama Sang Putri dari Kerajaan Wigura.


BHARATAYUDHAserisatu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar