Pada 500 Tahun Yang Lalu
Pada
masa itu, telah terjadi sebuah pertempuran hebat antara Kerajaan Wigura dan
Kerajaan Gapura. Kerajaan Gapura merupakan musuh terbesar bagi Kerajaan Wigura.
Terlebih lagi saat Kerajaan Wigura menganggap Kerajaan Gapura telah melakukan
sebuah pengkhianatan. Kronologis yang sebenarnya ialah ketika Putri dari
Kerajaan Wigura menghilang dan ditemukan disekitar daerah diKerajaan Gapura.
Dan karna itulah juga, persidangan
sengit pun tak dapat terelakkan. Meski Sang Putri telah mengaku bahwa dirinya
sendirilah yang datang memasuki daerah Kerajaan Gapura hanya ingin bertemu
dengan seorang Pangeran dari Kerajaan Gapura.
Ketika persidangan sengit mulai dilakukan . . . .
“Tuan
Putri dari Kerajaan Wigura, apakah benar kedatanganmu secara diam-diam kesini
hanya ingin bertemu dengan Anakku?”. Raja Gandaka memulai dengan menanyainya,
ia merupakan seorang Raja Kerajaan Gapura. Sementara Sang Putri dari Kerajaan
Wigura hanya mengangguk melihat ke Raja Gandaka. Kemudian Raja Gandaka melihat ke
anaknya juga menyuruhnya untuk memperkenalkan dirinya kepada keluarga Kerajaan
Wigura.
Ketika Sang Pangeran dari Kerajaan
Gapura akan memperkenalkan dirinya. Tiba-tiba Raja dari Kerajaan Wigura sedikit
menentangnya.
“Tidak!”,
katanya menolak keras. Kemudian Pangeran Punka, saudara dari Raja Gandaka
mencoba menyambungnya dengan berbicara akan menenangkan Raja dari Wigura.
“Teman, biarlah keponakanku
memperkenalkan dirinya kepada anda, juga dengan Putri anda!”. Lalu Sang Putri
dari Wigura menyambungnya juga akan menenangkan ayahnya.
“Ayah, tenanglah sejenak Ayah!”.
Raja dari Wigura pun melihat kesal kepada Sang Putri setelah mendengarnya berbicara
menyambungnya untuk menenangkanya.
“Anakku,
perkenalkanlah dirimu! Semua orang diruang persidangan ini sudah menunggu!”.
Perintah Raja Gandaka sekali lagi kepada Sang Pangeran, melihatnya.
Dan Sang Pangeran pun menjawab,
“Baiklah, Ayah!”, jawaban menerimanya dengan melihat ke Raja Gandaka. Lalu
berdiri melihat ke Raja dari Wigura. “Terimakasih atas kesediaan anda, Raja
dari Kerajaan Wigura. Dan saya akan memperkenalkan diri saya kepada Sang Putri
dari Kerajaan Wigura”. Memberi salam.
“Pangeran,
siapakah nama dirimu?”. Sang Putri langsung bertanya, melihatnya.
“Namaku
adalah Bheesma Gandaki! Putra yang telah dinanti-nanti selama sepuluh tahun
diKerajaan Ayahku!”. Penjelasannya mengarah ke Sang Putri.
Semua
orang yang tinggal diIstana Gapura menjadi terdiam sesaat mendengarnya.
Teringat kembali dimasa belum lahirnya Sang Pangeran. Disaat itu, Istana Gapura
tampak gelap tak ada cahaya penerangan, juga canda gelak tawa yang jarang sekali
ditemui. Namun disaat kelahirannya, Istana Gapura tampak bercahaya kembali
karna penerangan yang telah dinanti-nanti selama sepuluh tahun telah hadir.
Dan disaat suasana menjadi hening
sesaat, tiba-tiba Raja dari Wigura mengungkapkan kata-katanya.
“Aku
adalah Raja Wiranata dari Kerajaan Wigura! Dan Sang Putri dari Kerajaan Wigura
bernama Putri Purindah! Dia telah terlahir bersama dengan gugurnya bunga-bunga
ditaman Istana Wigura! Dan aku hadir ditempat ini hanya untuk membawa Putriku
kembali ke Istana asalnya!”. Katanya bernada tinggi, lalu tertawa bangga dengan
melihat-lihat orang yang hadir dipersidangan itu. Dan semua orang yang hadir
dipersidangan itu mulai memusatkan perhatiannya kepada Raja Wiranata.
Ada
yang hanya berdiam, ada yang merasa bangga, ada yang merasa sedikit terkejut,
juga ada pula yang merasa sedih. Pangeran Bheeshma yang terpusatkan
perhatiannya kepada Raja Wiranata, tiba-tiba saja memalingkannya kepada Sang
Putri. Karna kata hatinya berkata jika Sang Putri lah yang lebih membutuhkan perhatiannya.
Dan kini Sang Putri melihat kepadanya sesaat dirinya telah melihatnya lebih
dulu. Mereka berdua kini pun saling melihat satu sama lain.
Kemudian
Sang Putri meneteskan airmata kanannya saat masih melihat Pangeran Bheeshma
lalu mengarahkan kedua bola matanya kebawah. Pangeran Bheeshma yang mengetahuinya
mulai merasakan sesuatu yang dianggapnya aneh. Namun ketika Pangeran Bheeshma
akan menyapa Sang Putri yang bersedih, tiba-tiba saja Raja Gandaka membuka
suaranya membalas perkataan dari Raja Wiranata. Dan Pangeran Bheeshma pun
beralih ke Raja Gandaka secara spontan.
“Raja
Wiranata, saya sebagai Raja dari Kerajaan Gapura mempersilahkan anda untuk
membawa kembali Sang Putri ke Istana asalnya!”. Raja Gandaka berbicara mempersilahkannya
dengan melihat ke Raja Wiranata. Sang
Putri pun merasa terkejut dengan airmata masih menetes kecil menatapi Raja
Gandaka. Sementara Raja Wiranata menjadi tersenyum menunjukan rasa bangganya
kepada Raja Gandaka.
Sedangkan Pangeran Bheeshma kembali
melihat juga menatapi Sang Putri dengan rasa ingin ketahuannya apa yang telah
membuat Sang Putri menjadi bersedih seperti itu.
Beberapa Saat Kemudian . . . .
Kini
kerajaan Wigura akan meninggalkan Istana Kerajaan Gapura. Dan kini mereka
mencoba untuk keluar dari Istana Kerajaan Gapura dengan bangga namun sedikit
tenang. Raja wiranata sebentar lagi akan menuju pintu gerbang Istana Kerajaan
Gapura dengan menaiki perlahan dikereta kencananya. Sedangkan Sang Putri baru
saja melewati pintu masuk Istana Kerajaan Gapura bersama ketiga dayang
favoritnya.
Dan
Raja Wiranata pun melihat Putrinya, “Cepatlah, Putriku!”, kata perintahnya
keras namun lembut. “Ayah sudah tidak sabar membawamu kembali keIstana!”,
sambungnya masih memerintah. Sang Putri menganggukkan kepalanya pelan melihat
kepadanya, menerimanya. Kemudian berjalan bersama ketiga dayang favoritnya
menuju tandunya. Dan Sang Putri telah memasukkan dirinya kedalam tandunya.
Ketika tandu yang dinaikinya akan
segera diangkat oleh prajuritnya, Sang Putri membuka kain tandunya yang
menutupinya.Kemudian mengeluarkan kepalanya kearah belakang dari tandunya. Sang
Putri melihat ke arah pintu masuk Istana Kerajaan Gapura. Dan dilihatnya Sang
Pangeran yang masih berdiri tegak menyaksikan kepergiannya. Kemudian Sang Putri
memberikannya sebuah senyuman kecil kepadanya.
Setelah melakukan hal yang
demikian, Sang Putri kembali memasukkan kepalanya berdiam didalam tandunya.
HARBATAYUDHAserisatu
“Hidup
Pangeran Bheeshma Gandaki! Yang segera akan memasuki ruangan Yang Mulia Raja
Gandaka!”, berikut seruan para pengawal yang mengawalnya. “Ada apa, Anakku?”,
tanya Raja Gandaka ketika mengetahuinya dengan membalikkan tubuhnya kearah
pintu masuk ruangannya dari kursi tahtanya. Pangeran Bheesma pun pergi
melanjutkan langkahnya mendekatinya. Setelah tadi sempat terhenti ketika
mendengar katanya.
“Begini
Ayah, anakmu ini ingin menemui Ibunya?”. Pangeran Bheeshma menjawabnya dengan
kata keinginannya.
“Ibumu, Ibu Ratu Gandiki! Telah
lebih dulu meninggalkan Istana ini keperbatasan Kerajaan Gapura dengan kerajaan
Wigura!”, jawaban Raja Gandaka memberitahu, melihat kepadanya. Pangeran Bheesma
membalas melihat kepadanya dengan bertanya.
“Gerangan apakah yang membuat Ibu
Ratu Gandiki mengunjungi perbatasan itu, Ayah!”, dengan nada segan ingin
mengetahui.
“Ibumu
akan menemui seorang gadis yang telah mengirimi surat kepada Ibumu melalui
dayang Ibumu!”, Raja Gandaka menjelaskan kecil. Pangeran Bheeshma menjadi
terdiam, sedikit terkejut masih melihat ke Raja Gandaka.
“A, ayah! Aku membutuhkan restu
dari Ibu! Bagaimana bisa aku pergi tanpa
mendapatkan restunya lebih dulu!”, katanya sedikit gugup. Raja Gandaka langsung
menjawabnya dengan mempersilahkannya.
“Tidak perlu kau jelaskan kembali, Anakku! Sekarang
pergilah dan temui Ibumu disana! Karna disanalah kau akan mendapat restu
darinya!”. Pangeran Bheeshma menjadi tersenyum dengan mata berbinar-binar
kepadanya. Kemudian memberi salam berpamitan dan pergi meninggalkan Raja
Gandaka. “Hidup Pangeran Bheeshma Gandaki!”, itu adalah seruan bagi pelayan dan
prajurit Istana.
Sedangkan seruan dari raja Gandaka juga Ratu
Gandiki sedikit berbeda. Yaitu, “Jayalah Pangeranku Bheeshma Gandaki!”. Seruan
ini mulai digunakan setelah dua hari Pangeran Bheeshma dilahirkan. Pada masa
kecilnya, ia selalu diajarkan dengan kesopanan, teguh pada pendiriannya, juga
selalu meminta restu (izin) kemanapun ia akan pergi keluar dari istananya. Dan
itulah yang membuat Raja Gandaka selalu mempercayainya ketika dirinya berbicara
apa yang akan dilakukanya.
Sangat berbeda dengan Tuan Putri
Purindah dari Kerajaan Wigura. Dimasa kecilnya, ia tak jarang mendengar kata
peperangan dari lidah Ayahnya. Namun karna kasih sayang para dayangnya, Tuan Putri
Purindah pun menjadi seorang yang lembut, lemah gemulai, dan juga berhati penuh
kasih sayang. Begitu sangat jauh dari watak Ayahnya. Dan ada dua kesamaan yang
terjadi pada masa kecil Tuan Putri Purindah dan Pangeran Bheeshma.
Keduanya suka sekali mendengarkan
sebuah cerita yang diceritakan oleh orang-orang terdekatnya. Dimulai dengan Tuan
Putri Purindah, ia suka sekali mendengarkan kisah dari Pangeran Bheeshma dari
Kerajaan Gapura. Dirinya tak henti-hentu membayangkan ketampanan dari Pangeran
Bheeshma juga sifat mulianya yang diceritakan oleh para dayangnya. Sebab itulah
Tuan Putri Purindah pergi secara diam-diam ke Kerajaan Gapura hanya ingin
bertemu dengan Pangeran Bheeshma.
Lain halnya dengan Pangeran
Bheeshma, ia suka sekali mendengarkan kisah seorang Raja dari Kerajaan Wigura.
Semakin ia mendengarkan kisah tentang Raja dari Kerajaan Wigura semakin ia
paham bagaimana menghadapinya jika suatu hari nanti dipertemukan dalam sebuah
permasalahan. Dan telah terbukti saat persidangan pada hari kemarin dimana ada
Raja dari Kerajaan Wigura bersama Sang Putri dari Kerajaan Wigura.
BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar