Jumat, 06 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-7



           Tuan Putri Purindah masih memikirkan hal yang dialaminya kemarin, saatnya bertemu dengan Pangeran Bheeshma. Lalu ia beranggapan jika Pangeran Bheeshma lebih peduli terhadap seekor burung merak yang muncul secara tiba-tiba diantara mereka dibanding terhadap dirinya. Dan tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Pangeran Bheeshma usainya pergi meninggalkan. Dan Tuan Putri Purindah kini pun hanya berpihak pada pemikiran dari dirinya saja.
                Sementara pada malam harinya, Pangeran Bheeshma diIstananya mendadak menjadi memikirkan Tuan Putri Purindah. Kemudian menjadi hening seketika dengan berdiam diri merenung. Dan menjadi terhenti saat Ratu Gandiki datang menemuinya sebab mempunyai bisikan jika Pangeran Bheeshma membutuh penghiburannya. Dan kini Ratu Gandiki telah berada disampingnya yang beralih berdiri dijendela didalam ruangannnya.
                “Anakku! Berbagilah kegundahan yang kau rasakan kini kepada Ibumu ini!”. Perintahnya lembut menatapnya.
                “Tidakkah Ibu melihat bulan purnama dilangit itu? Dia tak selalu ada, namun disaat dia ada semua orang memujanya, Ibu!”. Katanya bernada pelan menatapi bulan purnama.
                Ratu Gandiki pun mengerti bahasanya, kemudian mencoba membongkar sebuah rahasia yang pernah terjadi saat Pangeran Bheeshma  masih berada dikota Kamspir. Diceritakannya, kalau Tuan Putri Purindah telah menunggunya hanya ingin bertemu dengannya kurang lebih lima hari. Tuan Putri Purindah memilih untuk berdiam ditaman perbatasan dengan membangun sebuah tenda tanpa pulang keIstananya. Karena disaat itu Ayahnya sedang menginap diKerajaan Karita.
                Dan hampir setiap pagi harinya Tuan Putri Purindah mendatangi pintu gerbang Istana Gapura hanya untuk melihat dan bisa bertemu dengannya. Hingga pada suatu hari Tuan Putri Purindah dipaksa pulang karna kepulangan Ayahnya yang terbilang cepat. Usai sudah Ratu Gandiki menceritakannya. Dan Pangeran Bheeshma hanya mendengarkannya dengan masih menatap bulan purnama tanpa menoleh sejenak tuk melihat kepadanya.
                Kemudian Ratu Gandiki beranjak pergi meninggalkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih berdiri dijendelanya menatapi bulan purnama sambil berkata dalam hatinya. “Kata pertama yang aku keluarkan saat menyapamu adalah kata Putri! Bukankah aku harus menyapamu dengan kata Tuan sebelum kata Putri! Tapi mengapa aku selalu tidak terfikirkan untuk menyapamu dengan kata Tuan!”, menarik pelan nafasnya lalu menghebuskannya kembali disambung dengan matanya berkaca-kaca.
                 Sementara Tuan Putri Purindah disana, mulai membaringkan tubuhnya ditempat tidurnya untuk beristirahat. Kemudian memanggil dayang Naura untuk menceritakan kembali sifat mulia dari Pangeran Bheeshma semasa kecil sebagai dongeng penghantar tidurnya. Dayang Naura pun menceritakannya kembali dengan duduk disebelahnya hingga dirinya benar-benar terlelap dalam tidurnya. Begitupula dengan Pangeran Bheeshma yang sudah setengah berbaring ditempat tidurnya.
                Lalu membaringkan lurus tubuhnya sambil memegangi bunga diatas telinganya dan menjadi tertidur seketika dengan tangannya masih memegangi bunga diatas telinganya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Esok paginya, kegundahan yang masih dirasakan oleh Tuan Putri Purindah menyetrum ke Pangeran Bheeshma. Dan kegundahan yang telah menyetrum ke Pangeran Bheeshma dapat disaksikan saat dirinya sedang melakukan sarapan pagi bersama keluarganya. Disitu, Pangeran Bheeshma terlihat tidak bersemangat saat akan mengambil makanannya, ia hanya mengaduk makanannya pelan tanpa sekalipun memakannya.
                Raja Ganda yang bersama Ratu Gandiki saling bertatapan sesaat mengetahuinya, didepannya dalam satu meja. Kemudian Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki memalingkan penglihatannya kepada kedua pamannya sambil mengisyaratkan agar mereka mengalihkan kegundahan pada Pangeran Bheeshma. Kedua pamannya itupun sudah mengerti dan akan mengajak Pangeran Bheeshma mempelajari kembali tentang pelepasan ilmu spiritual.

Beberapa saat kemudian . . . .
               
                Kini Pangeran Bheeshma telah berada ditaman didalam istananya bersama kedua pamannya. Mereka bertiga duduk dengan berhadapan dengan membentuk segitiga. Dimana Paman Punka disudut kirinya menyerong ke Pangeran Bheeshma, dan Paman Raika disudut kanannya menyerong ke Pangeran Bheeshma. Kedua pamannya itupun bersama menatap ke Pangeran Bheeshma yang masih gundah mengacuhkan mereka berdua.
Kemudian paman Punka dan paman Raika memulai pembicaraannya dengan mengajaknya untuk belajar kembali demi mengalihkan kegundahan darinya.
                “Maafkan keponakanmu ini, paman! Karna keponakanmu ini sedang tidak bersemangat untuk melanjutkan pembelajaran yang kau ajukan kembali, yang Juga merupakan sebuah perintah dari Guru Kamspir!”. Kata maafnya Pangeran Bheeshma dengan melihat kedua pamanya secara bergantian.
                “Jika memang kau tidak bersemangat pada saat ini, maka lepaskanlah bunga yang masih merekat diatas telinga kananmu itu! Bunga itu sudah layu dan warnanya sudah kekuning-kuningan….?”. Paman Raika memerintah sedikit menajamkan dengan melihat bunga diatas telinga kanan Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma berkata menolak, memotongnya.
                “Sangat tidak mungkin aku melakukan perintahmu itu, paman! Karna saat pertama aku merekatkan bunga ini diatas telinga kananku, aku sama sekali tidak pernah mencoba melepaskannya dari telinga kananku ini! Aku hanya melepaskannya saat aku membasuh rambutku saja! Jadi bagaimana bisa aku melakukan apa yang telah paman perintahkan padaku tadi!”. Ungkapnya memotong menjelaskan sambil menunjukkan bunga diatas telinga kanannya lalu memeganginya..
                “Keponakanku, aku tidak berniat mmerintahkanmu dengan yang demikian! Aku hanya memancing agar kau terbuka padaku, juga pada paman Punkamu ini!”. Katanya menyudahi disertai senyuman bangga.
                Paman Punka pun ikut tersenyum disebelahnya. Kemudian Pangeran Bheeshma beranjak beralih kepada kedua pamannya lalu menidurkan kepalanya diantara pangkuan kedua pamannya dengan manja. Dan paman Punka pun mengelus rambut dari Pangeran Bheeshma menenangkannya hingga membuatnya tertidur karna terbawa oleh suasana yang amat menyejukan. Melihatnya yang tertidur, paman Punka dan paman Raika masih mencoba memanjakannya hingga makin terlelap dalam tidurnya.
                Kedua pamannya itu mempunyai sebuah keahlian yang mengerti tentang keadaannya. Dimulai dengan paman Punka, ia paling mengerti apa yang menjadi keinginan dari Pangeran Bheeshma. Dan paman Raika, ia paling mengerti apa yang sedang terjadi kepadanya, mengenali perasaan dari Pangeran Bheeshma. Maka dari dua hal itulah yang membuat seorang Pangeran Muda, Pangeran Bheeshma Gandaki begitu menyayangi kedua pamannya.


BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar