Tuan Putri Purindah masih memikirkan hal yang dialaminya kemarin,
saatnya bertemu dengan Pangeran Bheeshma. Lalu ia beranggapan jika Pangeran
Bheeshma lebih peduli terhadap seekor burung merak yang muncul secara tiba-tiba
diantara mereka dibanding terhadap dirinya. Dan tidak mengetahui apa yang telah
dilakukan Pangeran Bheeshma usainya pergi meninggalkan. Dan Tuan Putri Purindah
kini pun hanya berpihak pada pemikiran dari dirinya saja.
Sementara pada malam
harinya, Pangeran Bheeshma diIstananya mendadak menjadi memikirkan Tuan Putri
Purindah. Kemudian menjadi hening seketika dengan berdiam diri merenung. Dan
menjadi terhenti saat Ratu Gandiki datang menemuinya sebab mempunyai bisikan
jika Pangeran Bheeshma membutuh penghiburannya. Dan kini Ratu Gandiki telah
berada disampingnya yang beralih berdiri dijendela didalam ruangannnya.
“Anakku!
Berbagilah kegundahan yang kau rasakan kini kepada Ibumu ini!”. Perintahnya
lembut menatapnya.
“Tidakkah Ibu
melihat bulan purnama dilangit itu? Dia tak selalu ada, namun disaat dia ada
semua orang memujanya, Ibu!”. Katanya bernada pelan menatapi bulan purnama.
Ratu Gandiki pun
mengerti bahasanya, kemudian mencoba membongkar sebuah rahasia yang pernah
terjadi saat Pangeran Bheeshma masih
berada dikota Kamspir. Diceritakannya, kalau Tuan Putri Purindah telah
menunggunya hanya ingin bertemu dengannya kurang lebih lima hari. Tuan Putri
Purindah memilih untuk berdiam ditaman perbatasan dengan membangun sebuah tenda
tanpa pulang keIstananya. Karena disaat itu Ayahnya sedang menginap diKerajaan
Karita.
Dan hampir setiap
pagi harinya Tuan Putri Purindah mendatangi pintu gerbang Istana Gapura hanya
untuk melihat dan bisa bertemu dengannya. Hingga pada suatu hari Tuan Putri
Purindah dipaksa pulang karna kepulangan Ayahnya yang terbilang cepat. Usai
sudah Ratu Gandiki menceritakannya. Dan Pangeran Bheeshma hanya mendengarkannya
dengan masih menatap bulan purnama tanpa menoleh sejenak tuk melihat kepadanya.
Kemudian Ratu
Gandiki beranjak pergi meninggalkannya. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih
berdiri dijendelanya menatapi bulan purnama sambil berkata dalam hatinya. “Kata
pertama yang aku keluarkan saat menyapamu adalah kata Putri! Bukankah aku harus
menyapamu dengan kata Tuan sebelum kata Putri! Tapi mengapa aku selalu tidak
terfikirkan untuk menyapamu dengan kata Tuan!”, menarik pelan nafasnya lalu
menghebuskannya kembali disambung dengan matanya berkaca-kaca.
Sementara Tuan Putri Purindah disana, mulai
membaringkan tubuhnya ditempat tidurnya untuk beristirahat. Kemudian memanggil
dayang Naura untuk menceritakan kembali sifat mulia dari Pangeran Bheeshma
semasa kecil sebagai dongeng penghantar tidurnya. Dayang Naura pun
menceritakannya kembali dengan duduk disebelahnya hingga dirinya benar-benar
terlelap dalam tidurnya. Begitupula dengan Pangeran Bheeshma yang sudah
setengah berbaring ditempat tidurnya.
Lalu membaringkan
lurus tubuhnya sambil memegangi bunga diatas telinganya dan menjadi tertidur
seketika dengan tangannya masih memegangi bunga diatas telinganya.
BHARATAYUDHAserisatu
Esok paginya,
kegundahan yang masih dirasakan oleh Tuan Putri Purindah menyetrum ke Pangeran
Bheeshma. Dan kegundahan yang telah menyetrum ke Pangeran Bheeshma dapat
disaksikan saat dirinya sedang melakukan sarapan pagi bersama keluarganya.
Disitu, Pangeran Bheeshma terlihat tidak bersemangat saat akan mengambil
makanannya, ia hanya mengaduk makanannya pelan tanpa sekalipun memakannya.
Raja Ganda yang
bersama Ratu Gandiki saling bertatapan sesaat mengetahuinya, didepannya dalam
satu meja. Kemudian Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki memalingkan
penglihatannya kepada kedua pamannya sambil mengisyaratkan agar mereka mengalihkan
kegundahan pada Pangeran Bheeshma. Kedua pamannya itupun sudah mengerti dan
akan mengajak Pangeran Bheeshma mempelajari kembali tentang pelepasan ilmu
spiritual.
Beberapa saat kemudian . . . .
Kini Pangeran
Bheeshma telah berada ditaman didalam istananya bersama kedua pamannya. Mereka
bertiga duduk dengan berhadapan dengan membentuk segitiga. Dimana Paman Punka
disudut kirinya menyerong ke Pangeran Bheeshma, dan Paman Raika disudut
kanannya menyerong ke Pangeran Bheeshma. Kedua pamannya itupun bersama menatap
ke Pangeran Bheeshma yang masih gundah mengacuhkan mereka berdua.
Kemudian paman Punka dan paman Raika memulai
pembicaraannya dengan mengajaknya untuk belajar kembali demi mengalihkan
kegundahan darinya.
“Maafkan
keponakanmu ini, paman! Karna keponakanmu ini sedang tidak bersemangat untuk
melanjutkan pembelajaran yang kau ajukan kembali, yang Juga merupakan sebuah
perintah dari Guru Kamspir!”. Kata maafnya Pangeran Bheeshma dengan melihat
kedua pamanya secara bergantian.
“Jika memang kau
tidak bersemangat pada saat ini, maka lepaskanlah bunga yang masih merekat
diatas telinga kananmu itu! Bunga itu sudah layu dan warnanya sudah
kekuning-kuningan….?”. Paman Raika memerintah sedikit menajamkan dengan melihat
bunga diatas telinga kanan Pangeran Bheeshma. Pangeran Bheeshma berkata
menolak, memotongnya.
“Sangat tidak
mungkin aku melakukan perintahmu itu, paman! Karna saat pertama aku merekatkan
bunga ini diatas telinga kananku, aku sama sekali tidak pernah mencoba
melepaskannya dari telinga kananku ini! Aku hanya melepaskannya saat aku
membasuh rambutku saja! Jadi bagaimana bisa aku melakukan apa yang telah paman
perintahkan padaku tadi!”. Ungkapnya memotong menjelaskan sambil menunjukkan
bunga diatas telinga kanannya lalu memeganginya..
“Keponakanku, aku
tidak berniat mmerintahkanmu dengan yang demikian! Aku hanya memancing agar kau
terbuka padaku, juga pada paman Punkamu ini!”. Katanya menyudahi disertai
senyuman bangga.
Paman Punka pun
ikut tersenyum disebelahnya. Kemudian Pangeran Bheeshma beranjak beralih kepada
kedua pamannya lalu menidurkan kepalanya diantara pangkuan kedua pamannya
dengan manja. Dan paman Punka pun mengelus rambut dari Pangeran Bheeshma
menenangkannya hingga membuatnya tertidur karna terbawa oleh suasana yang amat
menyejukan. Melihatnya yang tertidur, paman Punka dan paman Raika masih mencoba
memanjakannya hingga makin terlelap dalam tidurnya.
Kedua pamannya
itu mempunyai sebuah keahlian yang mengerti tentang keadaannya. Dimulai dengan
paman Punka, ia paling mengerti apa yang menjadi keinginan dari Pangeran
Bheeshma. Dan paman Raika, ia paling mengerti apa yang sedang terjadi kepadanya,
mengenali perasaan dari Pangeran Bheeshma. Maka dari dua hal itulah yang
membuat seorang Pangeran Muda, Pangeran Bheeshma Gandaki begitu menyayangi
kedua pamannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar