Disebuah sekolah terfavorit disuatu daerah diJakarta, terdidik seorang siswa yang bernama Hito Christopher. Dia adalah seorang siswa yang cerdas, hampir setiap tahun dirinya bisa mengharumkan nama sekolahnya dan pernah sekali membawa nama sekolahnya ke “Go Internasional”. Sebab dulu dirinya pernah ditantang oleh departemen pendidikan untuk mengikuti lomba cerdas cermat khusus matematika dinegeri Paman Sam.
Kemudian kecerdasannya berhasil
membawa nama sekolahnya mewakili Indonesia dengan mendapatkan juara runner up,
setelah berjuang melawan kecerdasan para siswa dari sekolah terfavorit dinegeri
Paman Sam tersebut. Dari prestasinya itu, ia banyak sekali menerima tawaran
untuk beasiswa untuk melanjutkan sekolah SMA nya diluar negeri. Namun ia
menolaknya karna masih ingin menetap dan lulus dari sekolah yang sedang
diabdikannya kini.
Namun ia juga punya pemikiran akan
mengambil sekolah S2 diKairo, Mesir. Meskipun dia beragama non islam tetapi ia
sangat mengagumi keindahan dikota Mesir tersebut. Karna keindahan pada Kota
Mesir pernah dilihatnya melalui lukisan serta foto-foto Kota Mesir sewaktu
dirinya sedang mengunjungi sebuah Museum disekitar daerahnya. Dan tidak ada
yang mengetahui tentang pemkirannya dimasa depannya itu, sebab ia masih enggan
tuk membaginya pada siapapun.
Dan kini dihari yang masih pagi,
ia yang akrab disapa Hito sedang berjalan-jalan melewati beberapa kelas
disampingnya. Ia tidak seorang diri, melainkan ada dua orang temannya berjalan
dibelakangnya. Sebutan untuk kedua temannya itu, adalah sebagai KTM berjalan
yang sudah sering diejek oleh hampir semua teman-teman sekolahnya. KTM adalah
singkatan dari Kawan Tetap Menyusul, sebab bila Hito sedang seorang diri maka
kedua temannya selalu menyusul dirinya berjalan dibaliknya.
Dan yang pertama membuat singkatan
KTM itu adalah salah satu teman sekolahnya yang memang terkenal jahil, namun
tidak pernah tersimpan dalam satu kelas dengan Hito dan kedua temannya itu.
Esok harinya. . . .
Seperti
pada hari-hari sebelumnya, Hito sedang berjalan-jalan melewati beberapa kelas
disampingnya seorang diri. Ia sering melakukannya sambil menunggu bel tanda masuk
berbunyi. Kemudian menjadi terhenti dari langkahnya yang masih sedang
berjalan-jalan, karna kedua temannya telah menyusul dibaliknya sambil
meneriakkan namanya. Hito pun berbalik menghadap kedua temannya itu, lalu kedua
temannya itu bercerita humor padanya secara bergantian.
Keduanya
bercerita tentang film terbaru dari Mr. Bean, lalu dilanjutkan dengan bercerita
tentang film komedi tahun Sembilan puluhan melalui youtube. Masih mendengarkan
cerita dari keduanya, Hito menjadi tertawa menikmatinya lalu berbalik membelakangi
kedua temannya. Sedangkan kedua temannya masih saling bercerita, dan Hito mulai
mengeraskan sedikit tawanya. Lalu tiba-tiba menjadi terhenti saat baru saja
melihat ada seorang siswi yang sedang duduk didepan samping dirinya.
Seorang
siswi itu menutup buku yang sedang dibacanya, melihat dingin padanya. Hito yang
sudah terdiam pun mulai memberikan senyuman malu menyapa seorang siswi itu,
lalu berbalik sambil mengatakan sesuatu kepada kedua temannya yang masih
berdiri melihatnya. “Kenapa kalian tidak bilang kalau ada seorang siswi yang
sedang belajar didepanku?”, katanya dengan sedikit keras. Kedua temannya itupun
langsung berlari meninggalkannya dan Hito berlari pula akan menyusul mereka.
Sementara
seorang siswi itu mulai berdiri dari duduknya melihat ke mereka, lalu beranjak
memasuki kelasnya karna bel tanda masuk telah berbunyi. Dan itulah pertemuan
Hito dengan seorang siswi yang akan mengubah pemikiran dirinya tentang sesuatu
yang amat dibencinya.
********
Komunitas
“Aku Bisa Cerdas Berhitung”, adalah komunitas yang sudah dibangun oleh Hito
sejak setahun yang lalu sewaktu dirinya masih kelas dua disekolahnya tersebut.
Komunitas tersebut ia bangun bersama ketiga orang siswa(i) lainnya yang berprestasi
dalam berhitung. Komunitas ini mempunyai visi dan misi yang begitu menarik, dan
akan bisa mendorong siapapun yang mengikuti komunitas tersebut akan menjadi cerdas
dalam berhitung meskipun tidak secara spontan.
Dan
itu tertulis dalam visi dan misinya jika siapa yang mengikuti komunitas “Aku
Bisa Cerdas Berhitung” akan bisa berhitung cepat dengan memakai berbagai rumus
yang telah diterapkan. Komunitas “Aku Bisa Cerdas Berhitung” dapat dilakukan
pada hari sabtu jam tiga sore sampai jam lima sore menerima sebanyak duapuluh
orang untuk belajar. Dan pada hari minggu jam Sembilan pagi sampai jam duabelas
siang menerima duapuluh lima orang untuk belajar.
Komunitas
“Aku Bisa Cerdas Berhitung” tidak hanya menerima siswa(i) dalam lingkungan
sekolahnya saja, namun juga menerima siswa(i) dari lingkungan sekolah lain
dengan biaya yang sama yaitu duapuluh ribu saja perorang pada setiap pertemuan.
Dan syaratnya harus mendaftar dahulu untuk pada setiap pertemuan. Wah sungguh
keren bukan komunitas yang telah dibangun oleh seorang Hito? Andai saja
komunitas tersebut ada disekolah nyata pada kalian yang membacanya. Hehehe.
Hito
Christopher, dibalik keaktifannya itu tersimpan sebuah catatan hitam untuknya.
Karna dulu ia pernah ketahuan akan membolos saat jam sekolah berlangsung, juga
bersantai dikantin ketika pelajaran matematika mulai berlangsung didalam
kelasnya. Kenakalan itu dilakukannya saat pertengahan smester kelas satu, karna
dirinya selalu merasa dendam kepada guru matematikanya. Sebab guru matematika
sering memergoki kenakalannya lalu menyindirnya saat pelajaran berlangsung.
Dan
guru matematika itu bernama Cecilia, Hito sering memanggilnya Guru Killer saat
mengetahui jika pembelajaran matematika akan berlangsung dikelasnya. Saat
pembelajaran matematika sedang berlangsung, tak jarang Hito sering ditunjuk
untuk menjelaskan soal yang sedang dipelajari karna Hito sangat tidak
memperhatikan. Ia malah bermain sendiri sambil mendengarkan penjelasannya,
namun sebenarnya ia serius dalam mendengarkan penjelasannya namun tidak
menunjukkannya.
Disuatu
hari esoknya, Hito sedang berjalan seorang diri menuju perpustakaan sekolah
bertujuan untuk mencari buku fisika sebagai bacaannya untuk persiapan lomba
cerdas cermat yang diterimanya lagi dari kepala sekolah. Sebab bila ada
perlombaan cerdas cermat, maka Hito yang menjadi peserta andalan dari
sekolahnya. Namun ketika sudah tiba dan akan memasuki perpustakaan sekolahnya,
tiba-tiba menjadi terhenti karna terpandang ke seorang siswi yang sedang duduk
serius membaca buku.
Seorang
siswi itu adalah seorang siswi yang baru ditemuinya pada hari kemarin. Siswi
itu masih serius dalam membaca buku miliknya, begitupula Hito yang serius
melihatnya masih ditempatnya. Dan kemudian siswi itu terpandang kepadanya
secara tiba-tiba pula, sedangkan Hito baru menyadari lalu berbalik bersembunyi
dibalik dinding luar perpustakaan. Lalu melihat kelangit-langit atas sambil
berbisik dihatinya, “Lo harus tetap konsisten dengan ambisi lo, Hito! Menjadi
siswa memiliki banyak prestasi!”.
Dan ketika akan melangkah pergi
meninggalkan, tiba-tiba saja ada tangan kanan yang mengahalanginya didepan
dirinya sambil memegang buku pula. Dirinya pun menjadi terkejut sedkit
penasaran lalu menolehkan kepalanya kesamping. Ternyata yang menghalangi
dirinya dengan cara yang seperti itu adalah siswi yang tadi dilihatnya didalam
perpustakaan. “Jangan sampai konsentrasi lo pecah, hanya karna mulai memikirkan
gue!”, sapa siswi itu menakutinya sedikit.
“Lo gak tau tentang gue! Jangan
sok menghakimi gue!”, balas Hito menegaskannya.
“Gue, Tunisha Hangkara murid baru
disini! Dan gue tau lo ikut serta dalam lomba cerdas cermat!”, penjelasan siswi
itu tanpa basa-basi.
Siswi itu bernama Tunisha Hangkara,
ia mengatakan jika Hito mulai penasaran akan dirinya terlihat dari kedua mata
Hito yang tadi telah ketahuan sedang melihat dirinya. Sementara Hito masih
tidak mengiyakan lalu beranjak pergi tanpa berbicara lagi sebagai tahap
pengenalan dirinya kepada siswi itu yang sudah mengenalkan namanya.
********
Setelah
beberapa hari telah terlewati, kini hari yang mendebarkan perasaan Hito pun
mulai datang menghampiri dirinya. Sebab hari ini adalah hari diadakannya lomba
cerdas cermat antar sekolah yang menjadi jawara se-Jakarta. Hito dan ketiga
orang lainnya mewakili sekolahnya, bersaing dengan limabelas sekolah terpilih
yang sebelumnya menjadi jawara. Hito dan ketiga orang lainnya pun kini sudah
duduk ditempat peserta yang sudah disediakan siap menjawab soal Fisika, Kimia,
dan Geografi.
Tema
dari perlombaan saat ini adalah yang berhubungan dengan berhitung, maka
terpilihlah tiga buah pelajaran tersebut. Pertama, lomba cerdas cermat secara
tertulis diadakan lebih dulu dan Hito seorang diri mewakili sekolahnya mulai
memasuki ruangan lomba cerdas cermat secara tertulis. Saat dirinya mencoba
mengerjakan, ketiga buah soal tersebut dan masing-masing berisikan sepuluh
soal, ia merasa jenuh karna harus berhitung dengan menuliskan jawabannya serta
rumus yang dipakainya.
Dan
dalam waktu tigapuluh menit, Hito berhasil mengerjakan ketiga buah soal
tersebut lalu melangkah maju untuk memberikannya kepada pengawas lomba.
Pengawas lomba yang melihatnya juga menerima soal darinya, langsung bertanya
apakah dirinya sudah yakin untuk menyerahkan tugasnya kepada pengawas lomba
tersebut. dan Hito menjawabn dengan lempem, “Saya yakin meskipun ada jawaban
yang masih saya ragukan!”.
Pengawas yang sudah mendengar
jawaban darinya pun langsung menyuruhnya untuk duduk kembali. Sementara peserta
yang lainnya, menjadi terdiam melihat padanya. Sedangkan Hito yang sudah
mengetahui hanya diam, cuek tidak mempedulikan mereka.
Beberapa saat kemudian. . . .
Setelah
dirinya menyelesaikan lomba cerdas cermas tertulis, kini Hito kembali lagi
bersama ketiga orang temannya. Namun ketika akan duduk bersama ketiga orang
temannya, tidak sengaja ia melihat guru Cecilia yang amat dibencinya dibalik
dirinya sehingga menurunkan mood dirinya. Lalu memalingkan pandangannya
kedepan, sedangkan guru Cecilia yang sudah mengetahui hanya menggelengkan
kepala.
Dan
perlombaan cerdas cermat kedua pun mulai dilaksanakan. Kali ini Hito hanya
membantu ketiga orang temannya untuk memberi jawaban dengan menghitung cepat.
Dan bersedia untuk berdiskusi bila ada jawaban yang masih diragukan dari ketiga
temannya itu. Bisa dibilang kalau Hito kini bisa bersantai meskipun harus
bersiap-siap untuk berhitung cepat. Dan perlombaan yang kedua inipun
berlangsung lebih seru juga makin ketat. Sebab skor yang sudah didapati hanya
berbeda tipis.
Mengetahui
skor yang semakin ketat dan sangat tipis, Hito semakin berkonsentrasi dan fokus
membantu ketiga temannya berhitung cepat sehingga sudah empat kali dirinya
memberi jawaban yang benar. Namun disaat akan memberi jawaban lagi kepada
salah-satu temannya yang meminta bantuannya, ia mendadak menjadi lupa karna
terlanjur melihat Tunisha yang melihat diam padanya. Dan akhirnya ia pun gagal
memberi jawaban kepada salah-satu temannya karna waktunya sudah habis.
Hito
yang baru menyadari langsung memegang kepalanya mengeluhkan melihat kedewan
juri. Sementara guru Cecilia yang sudah melihat sikapnya, berdo’a agar Hito
merasa dendam terhadap kesalahan yang telah dibuatnya. Karna sudah dikenalnya,
jika Hito mulai merasa dendam maka ia akan bisa membuat dirinya menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan Tunisha yang sudah terlanjur melihatnya mulai
menutupi wajahnya dengan buku miliknya agar Hito tidak melihat padanya lagi.
Sebab
telah dipikirnya jika Hito melihat kepadanya lagi, maka kesalahan dari Hito
akan kembali terulang. Dan kini Hito mulai menunjukkan kemahirannya dalam
berhitung, yaitu dengan ia yang langsung memberi jawaban kepada ketiga orang
temannya dari hasil berhitungnya sendiri. Guru Cecilia yang melihatnya pun
menjadi bertepuk tangan menyemangatinya. Sementara Tunisha masih menutupi
wajahnya meski ingin sekali melihat Hito yang masih berjuang.
********
Dan
pada akhirnya suara lonceng pertandingan telah berakhir pun dibunyikan, dan
semua peserta mulai merasa lega karna perjuangan mereka sudah berakhir. Dan
kini pula pengumuman tentang sekolah yang mendapat skor tertinggi mulai akan diberitahukan
oleh salah-satu dewan juri. Pertama dewan juri akan memberitahukan sekolah yang
mendapatkan skor tertinggi ketiga, dan
Hito menggeleng pelan meyakini kalau sekolahnya bukan termasuk pada
pemberitahuan tersebut.
Begitupula
yang ia lakukan dengan pemberitahuan kedua mengenai sekolah yang mendapatkan
skor tertinggi kedua, sedangkan ketiga orang temannya melihat padanya merasa
aneh. Sebab mereka telah berpikir kalau Hito tidak bersyukur jika sekolahnya mendapatkan
skor tertinggi ketiga ataupun kedua. Sementara hasil dari dewan juri
memberitahukan kalau sekolahnya tidak termasuk dalam salah-satu kedua
pemberitahuan itu. Ketiga orang temannya itupun menjadi lemas melihat ke dewan
juri.
Dan
kemudian suasana menjadi tegang, panas, saat dewan juri akan memberitahukan
sekolah yang mendapatkan skor tertinggi pertama sekaligus dinobatkan sebagai
jawara lomba cerdas cermat pada tahun ini. Dan lagi, Hito memejamkan matanya
dengan kedua telapak tangannya mengingat kesalahannya tadi yang telah
menghilangkan satu skor untuk sekolahnya. Kemudian didengarnya jika sekolahnya
terpilih mendapatkan skor tertinggi pertama dan dinobatkan sebagai jawara pada
tahun ini.
Dengan
bersamaan juga serempak Hito dan ketiga temannya berteriak sambil berjingkrak-jingkrak
begitu bahagia. Begitupula dengan guru Cecilia juga pada semua gurunya yang
ikut hadir. Sedangkan Tunisha baru membuka wajahnya dari buku miliknya ikut
berteriak bahagia sambil berjingkrak-jingkrak pula. Dan kini piala pun baru
diterima oleh Hito dan ketiga temannya, juga dengan sekolah yang mendapati skor
tertinggi kedua serta skor tertinggi ketiga.
Piala
tersebut dipegang oleh Hito, sebab Hito lah yang paling berjasa dalam
perlombaan saat ini. Kemudian ia menyempatkan dirinya untuk melihat ke Tunisha
menunjukkan kebahagiaannya, sedangkan Tunisha kembali menutupi wajahnya dengan
buku miliknya saat ketika mengetahui bahwa Hito telah melihat kepadanya. Hito
yang melihatnya pun menjadi tersenyum lucu lalu melihat kearah lain dengan
wajah yang berseri-seri.
Dan guru Cecilia yang tidak
sengaja melihat keduanya menjadi tersenyum malu merasakan ada sebuah
ketertarikan antar keduanya.
Keesokkan harinya. . . .
Disekolah,
tepatnya dilapangan basket, Hito berjalan menghampiri Tunisha yang sedang duduk
dkursi sambil membaca buku. Dan lagi dirinya ditemani dengan kedua temannya
yang sudah dijuluki KTM sejak lama, dibelakang dirinya. Sementara Tunisha yang
sudah melihatnya menjadi berdiri dari duduknya sambil menutup buku miliknya,
menantinya. Dan kini Hito dengan kedua temannya pun telah berdiam dihadapannya.
Kemudian
Hito tanpa memakai basa-basi lebih dulu langsung menawarkan sebuah pertemanan
darinya untuk dirinya. Sedangkan Tunisha meresponnya seperti mau tidak mau, dan
itu membuat Hito merasa sedikit canggung untuk meneruskan permintaan pertemanan
kepadanya. Dan lalu Tunisha memberi tantangan dengan menyuruh Hito berteman
baik dulu dengan guru Cecilia jika ingin berteman baik dengannya. Guru Cecilia
adalah guru yang amat dibenci dan disebut sebagai Guru killer oleh Hito.
Hito
pun merasa bingung terhadap tantangan yang diberi olehnya. Merasakan Hito yang
seperti itu, Tunisha berlanjut menjelaskan kalau apa yang telah dilakukan oleh
guru Cecilia kepadanya hanya untuk membuatnya lebih baik tak lupa pula
membuatnya menjadi lebih fokus pada ambisinya. Hito yang masih mendengarkan
cerita tentang tujuan yang sebenarnya dari guru Cecilia kepada dirinya mulai
menjadi sedikit luluh. Apalagi telah didengarnya jika dirinya menjadi siswa
terfavorit bagi guru Cecilia.
“Dan
besok, aku akan membalas semua yang telah guru Cecilia lakukan secara rahasia
padaku!”, Hito mulai berkata menghentikan Tunisha yang masih bercerita tentang
guru Cecilia padanya. Kemudian berbalik pergi disusul oleh kedua temannya.
********
Tiga hari kemudian. . . .
Hari
ini adalah hari pahlawan, tepatnya pada tanggal sepuluh november. Berhubungan
dengan hari pahlawan, sekolah Hito pun mengadakan sebuah upacara untuk
mengenang pahlawan yang telah gugur dimedan perang dalam membela bangsa
Indonesia mempertahankan bendera merah putih. Dan kini upacara sedang
berlangsung dengan hikmat, hingga bendera merah putih dapat dikibarkan secara
perlahan diiringi dengan lagu Indonesia Raya.
Setelah
dikibarkannya bendera merah putih, tiba-tiba saja petugas bendera yang sudah
mengibarkan bendera merah putih berjalan menuju ke guru Cecilia dengan membawa sebuah
bingkisan. Semua siswa(i) yang masih berbaris pun menjadi bingung, termasuk
pada Tunisha juga kedua teman Hito yang dijuluki sebagai KTM berjalan. Dan kini
petugas pengibar merah putih itu sudah berdiam dihadapan guru Cecilia berharap
guru Cecilia akan mengambil bingkisan tersebut.
Guru
Cecilia yang baru mengerti mulai mengambil bingkisan itu secara perlahan, dan
petugas pengibar bendera itu beralih pergi menuju ketempat semula. Dan kemudian
guru Cecilia melihat Hito sedang berjalan menujunya keluar dari barisannya
dikejauhan. Tunisha dan kedua temannya yang sudah melihatnya pun menjadi
terkejut entah apa yang akan dilakukan Hito didepan sana. Dan kini Hito telah
tiba dan berdiri tegak dihadapan guru Cecilia.
“Aku
persembahkan beberapa penghargaan dari kecerdasanku dalam mengikuti lomba
cerdas cermat, untukmu guruku Cecilia! Terimakasih, karna ibu guruku Cecilia
telah menjadikan aku sebagai siswa terfavorit bagimu!”, kata Hito dengan tegas
dan lantang hingga dapat didengar semua yang hadir mengikuti upacara tersebut.
Kemudian Hito mengangkat tangannya memberi hormat padanya, dan lalu paduan
suara menyanyikan lagu Hymne Guru untuk guru Cecilia dan untuk guru lainnya
juga.
Dan
semuanya ikut bernyanyi disertai rasa haru karna melihat Hito yang sudah mulai
berbakti kepada guru Cecilia yang dulu amat dbencinya dan jarang sekali
dihormati olehnya. Dan setelah beberapa hari berjalan, Tunisha menerima
pertemanan darinya, tepatnya dilapangan basket sekolahnya. Yaitu dengan
menunjukkan jari kelingkingnya pada Hito, dan Hito yang melihatnya pun langsung
menggapai jari kelingking darinya dengan jari kelingking dirinya sendiri.
Sedangkan kedua temannya yang
kebetulan sudah bersama mereka, mulai menaburkan potongan kertas kecil pada
mereka berdua. Lalu menari-nari merayakan pertemanan mereka yang baru saja
dimulai. Dan pada akhirnya Tunisha telah berhasil mengubah pemikiran Hito yang
awalnya membenci guru Cecilia, kini menjadi berteman dan menghargai pengabdian
guru Cecilia dalam mengajarnya.
(,,) selesai (‘’)