Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *15*



Usainya melakukan sholat dzuhur berjama’ah. Kini Dhiya sedang makan siang, disuapi oleh Re Becca yang sebagai ibunya. Re Becca begitu mengasihinya, bahkan bisa dibilang sama seperti seorang ibu kandung dari Dhiya. Dhiya yang baru genap berusia tiga tahun, membuka mulutnya saat Re Becca menyuapinya. Tatapan polosnya membuat Re Becca menatapnya sayang, karna Dhiya sudah merupakan satu bagian dari hidupnya. Sebab dari sejak masih bayi Dhiya telah berada dalam perawatannya.
“Subahanallah, tatapan polosnya mengingatkanku tentang keikhlasanku dalam merawatnya. Matanya berbinar-binar, mengingatkanku tatapan ketulusan yang pernah aku lihat dari Inairtif dulu. Ya Allah dengan ini, aku meminta jangan pisahkan kami berdua.”, puji Re Becca didalam hati menatapi Dhiya yang sedang mengunyah sambil memainkan boneka. Kemudian memancing dirinya untuk bermain tanya jawab dengan putrinya itu.
“Dhiya, anak siapa?”, Re Becca memulai menatap pesona berbahasa manja.
“Anak ami sama abi!”, tegas kecil Dhiya menyahutnya sambil memainkan boneka.
“Nama besar dari keularga Dhiya, siapa yah?”, Re Becca menanyakannya lagi masih berbahasa manja.
“Keluarga besar dari, eyang Shiraj Mochtar!”, tegas kecil Dhiya kembali menyahutnya dengan melihat ke Re Becca.
“Selamanya, Dhiya akan terus menjadi anak ami bukan?”, tanya lagi Re Becca berbahasa sedikit haru.
Dhiya menjadi menatap padanya diam, sedikit bingung memikirkan. Lalu menjadi tertawa kecil mengangguk. Dan disambungnya bernyanyi sebuah lagu anak-anak yang berlirikkan, “Satu, satu, Dhiya sayang Ami. Dua, dua, juga sayang abi. Tiga,tiga, sayang omah disini. Satu, dua, tiga, sayang semuanya.”. Dhiya menyanyikannya begitu girang sehingga menghapus rasa haru pada Re Becca. Dan kini Re Becca memeluk putrinya itu menunjukkan rasa kasih sayangnya yang begitu besar padanya.
Sementara disana, Inairtif sedang duduk dikursi didalam kamarnya, dirumah kediaman kakak iparnya. Ia sedang merindukan putrinya melihat foto putrinya yang masih bayi. “Tidak ada mantan putri, aku selalu merindukannya.”, bisiknya kecil menatap haru pada foto putrinya itu. namun daripada itu, ada hikmah yang sudah bisa diambilnya. Iya, Inairtif sudah merasa sedikit bebas dari kesalahan yang telah tidak sengaja, bahkan ada yang terlanjur disengaja olehnya pada Re Becca.
Dan kini ia hanya tinggal tuk menceritakannya saja, ketika waktu sudah memintanya tuk bercerita mengenai kesalahannya tersebut. “Aku siap, bila harus menceritakan apa yang sudah tiga tahun aku pendam dari mereka, ya Allah.”, bisiknya lagi mengungkap kesiapannya.

Malam harinya. . . .

                Bayu sedang mengerjakan beberapa proposal diruang kerja, dirumah kediamannya sendiri. ia sedang menyusun beberapa proposal tuk diserahkannya pada beberapa mahasiswa disebuah fakultas kedokteran di Jakarta. Karna beberapa mahasiswa di fakultas kedokteran akan mendapatkan pelatihan dari Dosennya. Tidak hanya Bayu, El Scant juga sama dengannya, sedang menyusun beberapa proposal juga dirumah kediamannya disana.
                Dan beberapa proposal yang sedang mereka berdua kerjakan. Akan menjadi tugas dari beberapa mahasiswa dengan hanya menyimak, karna akan dipersentasekan oleh seorang professor pada pelatihan esok. Dan pelatihan ini hanya diberlakukan untuk mahasiswa yang baru saja lulus dalam ajaran baru ini. Pelatihan ini dilakukan hanya untuk memberi pengetahuan awal sebelum beradaptasi dengan lingkungan fakultas kedokteran.
Karna sudah menjadi tradisi pada setiap penerimaan mahasiwa baru pada tiap tahunnya. Kembali pada mereka berdua, pada esok paginya tepatnya pada pukul delapan beberapa mahasiswa akan mendatangi mereka berdua untuk mengambil proposal yang masih disusun. Sebab tidak mudah membuat proposal berjumlah tujuh hingga sepuluh lembar. Kemudian diprint berjumlah puluhan lembar.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Paginya, sekitar pukul tujuh. El Scant dan Bayu sudah berada di fakultas kedokteran, sekolah perkuliahan yang dulu tempat belajar keduanya. Mereka sedang duduk bersama diruang multimedia, menunggu beberapa mahasiswa mendatangi mereka berdua sesuai dengan ilmunya masing-masing. Yaitu yang berminat mendalami ilmu Dokter Spesialis Anak juga yang berminat mendalami ilmu Dokter Bedah. Sebelum mendapat kesuksesan bergelar antara dua buah nama dari Dokter tersebut.
Dan kini waktu menunjukkan pukul tujuh lewat tigapuluh, Bayu yang sudah mengetahuinya pun beralih beranjak ke tempat duduknya yang telah disediakan. Sebab Bayu tergabung dalam khusus Dokter Bedah, sementara El Scant tergabung dalam khusus Dokter Spesialis Anak.  Dan kemudian ketika waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, semua Dokter yang ikut serta dalam pelatihan itu sudah duduk rapi.
Semua Dokter yang ikut serta dalam pelatihan itu, merupakan alumni dari fakultas kedokteran tersebut. Bahkan professor yang akan mempersentasekannya pun, merupakan alumni dari fakultas kedokteran tersebut juga. Kembali pada El Scant dan Bayu, serta para Dokter lainnya. Mereka kini mulai didatangi rombongan mahasiswa untuk mengambil proposal dari mereka semua. Suasana begitu terasa seperti sedang bernaung bersama para Dokter, karna semua para Dokter memakai seragam Dokternya. Penampilan para Dokter yang berseragam sama membuat para mahasiswa menjadi semangat, ceria.
Pelatihan pun dilakukan, professor Hafiz, adalah yang akan memulai persentase yang akan dijelaskannya dari para Dokter yang sudah menyerahkan persentasenya masing-masing. Namun sebelumnya, menyapa para Dokter yang telah berhasil lulus difakultas tersebut, disambung dengan menyapa mahasiswa yang berjumlah Sembilan puluh lima orang. Sebenarnya, jumlah mahasiswa yang berhasil masuk untuk belajar difakultas kedokteran ini berjumlah tigaratus orang.
Namun dibagi menjadi empat gelombang tuk melakukan pelatihan ini. Dan setiap pada gelombang selanjutnya pelatihan ini dilakukan, mengundang Dokter yang berbeda tapi masih dengan Dokter yang lulus dari fakultas tersebut. kembali pada pelatihan, usainya professor Hafiz mengajak semuanya yang hadir berdo’a. Professor Hafiz pun memulai persentasenya. Dan disaat persentasenya masih berjalan, setiap mahasiswa boleh melakukan tanya jawab dengan para Dokter.
Suasana akan terasa lebih seru, ketika tanya jawab itu mulai dilakukan oleh setiap mahasiswa. Dan tak jarang ada canda kecil yang ikut serta mewarnai disaat persentase itu masih berlangsung, dalam halnya melakukan tanya jawab juga penjelasan dari professor hafiz ketika menjelaskan materi pada persentase yang sedang dijelaskannya. Pelatihan akan berakhir pada jam dua belas siang, disudahi dengan akan melakukan sholat dzuhur berjama’ah bagi yang beragama muslim dimusholla fakultas.
Dan ketika pelatihan sudah memasuki akhir, professor Hafiz berkata permisi untuk berbagi memberitahukan siapa yang menjadi inspirator, motivator dari sekian para Dokter yang hadir dalam pelatihan. Pertama, professor Hafiz meminta tepukan tangan dari mereka semua untuk Bayu. Semua pun memberikan tepukan meriah memberi senyum pada Bayu. Dan bayu berdiri dari duduknya membalas senyuman kepada mereka semua.
Professor Hafiz akan mengajak Bayu untuk menceritakan perjuangannya sebelum menjadi seorang Dokter Bedah seperti sekarang ini. Dan inilah percakapan keduanya.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

“Dokter Bayu! Dulu dia bernama Bayu bahkan masih berstatus mahasiswa di fakultas kedokteran ini! Dan bagaimana perjalanan dirinya bisa mencapai pada gelarnya sekarang, Dokter Ahli Bedah Bayuwangi! Itulah nama yang tertulis pada ruang tempat prakteknya dirumah sakit!”, penjelasan professor Hafiz tegas melihat keseluruh mahasiswa. Lalu melihat ke Bayu akan mempersilahkan tegas, “Dengan hormat, saya persilahkan kamu untuk menceritakan singkat perjalanan panjang dan terkadang melelahkan itu!”.
“Assalamu’alaikum, selamat siang semuanya!!”, sapa Bayu memulai melihat keseluruh mahasiswa dengan bahasa tegas menampakkan cerianya. Semua mahasiswa pun menjawabnya dengan “Walaikumsalam” dan “Selamat siang juga”. Setelah menerima balas sapa dari semua mahasiswa. Bayu menjadi tertawa kecil menahan grogi lalu melihat ke professor Hafiz, “Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih dengan hormat yang sangat besar kepada bapak professor Hafiz.”, katanya tersenyum.
“Karna pada tahun saya masih belajar difakultas kedokteran ini, bapak professor Hafiz yang sudah turut serta dalam membimbing saya. Saya asli dari Banyuwangi, dan saya memulai sekolah saya di fakultas kedokteran disini dengan cara merantau! Kenapa saya berani pergi merantau ke Jakarta juga bersekolah di fakultas ternama ini, itu karna saya berhasil mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjuti pendidikan di fakultas kedokteran ini?!”, tuturnya tegas menceritakan awal mencari jati diri.                         
    “Sewaktu kecil, saya dikenalkan tentang ilmu agama. Karna Alhamdulillah, saya dilahirkan dalam keluarga yang bisa dibilang begitu menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Terutama pada almarhum ayah saya, yang selalu mengajarkan saya tentang tata cara kehidupan yang dijalani oleh junjungan kita Nabi Muhammad Saw! Dan mungkin kalian semua yang turut hadir dipelatihan ini, tidak menyangka kalau saya sebenarnya takut sekali sama darah?”, Bayu melanjutkan ceritanya masih mencari jati diri.
Semua mahasiswa juga para Dokter menjadi tertawa, tersenyum bingung termasuk El Scant yang sudah mengetahui ketakutan dari dirinya itu. “Darah itukan, warnanya merah! Berbau tidak sedap! Bahkan pertama kali saya mencoba melakukan praktek dilab, tepatnya difakultas ini lagi! Saya muntah-muntah dan saya menjadi down! Namun setelah beberapa minggu saya sering melakukan praktek yang berhubungan dengan darah lagi, saya terbiasa dan saya melihat darah itu seperti jus stroberi tapi basi!”.
Semua mahasiswa mejadi tertawa sedikit ramai karna tuturan darinya salam menyambung ceritanya masih mencari jati diri. “Baiklah, sekarang kita tinggalkan cerita itu! Karna saya mau mengajak kalian untuk berbicara serius!”, Bayu berkata permisi tuk melanjutkan cerita masih mencari jati diri. Semua mahasiswa mulai berekspresi hening, tenang bersiap akan mendengarkan. Begitupula dengan para Dokter yang masih menyimak.
“Saya adalah anak perantau, dan saya sudah ceritakan tadi! Saya mantan dari kompetisi dalam ajang Hafiz Qur’an, dan saya akan menceritakannya pada kalian!”, Bayu berkata permisi lagi membuat mereka semua tersenyum kecil. “Ketika saya masih duduk dikelas dua SMA, saya baru pertama masuk dalam kelas IPA! Setelah dua bulan saya belajar dikelas IPA, saya mulai bingung!? Tapi kalian semua tidak tau apa yang membuat saya bingung, karna saya baru akan menceritakannya!”, tuturnya melawak.
Mereka mulai tertawa berbisik karna dibuat penasaran terus olehnya. “Dan begini ceritanya, disuatu hari saya sedang melakukan sholat jum’at berjamaah disebuah masjid! Kala itu saya masih tinggal di Banyuwangi, saya berkonsultasi dengan seorang ustad yang mengisi khotbah! Saya benar berkonsultasi padanya setelah ustad tersebut selesai berkhutbah! Agar para jamaah tidak merasa bosan karna mendengarkan saya yang berkonsultasi lama dengan ustad tersebut!”, Bayu akan memulainya.
“Kala itu ustad bertanya padaku, apa yang bisa kamu tunjukkan selain belajar mendalami ilmu disekolahmu? Saya langsung saja menjawab, waktu masih madrasah saya aktif dalam mengikuti lomba Tahfiz! Dan ustad tersebut bertanya lagi, apakah kamu tidak ingin menguji keaktifanmu dalam mengikuti lomba Tahfidz hingga menjadi Hafiz? Sejenak terlintas dipikiran saya, hikmah apakan yang bisa saya dapatkan ketika mengikuti Hafiz yang dimaksud ustadz tersebut?”, tuturannya menanyakan.
Semua berdiam hening berhasrat ingin mendengar cerita darinya lagi. “Dan hikmahnya adalah, cerita awalnya saya pun mengikuti apa yang telah diusulkan ustad tersebut! Dan masya Allah saya mendapat juara satu! Hingga pada akhirnya hikmah membuktikan pada saya, saya berhasil meraih beasiswa dari lomba hafiz! Namun pada sebelumnya perjalanan panjang harus saya lalui, butuh tiga tahun untuk selalu aktif mengikuti lomba hafiz baru bisa saya menikmati beasiswa itu!”, bermotivasi.
Usainya bercerita singkat diakhiri dengan memberi motivasi. Bayu meminta semuanya untuk meminum air mineral yang sudah dibagikan, dan Bayu akan menceritakan tentang siapa yang telah menjadi sebuah inspirator.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar