Usainya melakukan sholat dzuhur
berjama’ah. Kini Dhiya sedang makan siang, disuapi oleh Re Becca yang sebagai
ibunya. Re Becca begitu mengasihinya, bahkan bisa dibilang sama seperti seorang
ibu kandung dari Dhiya. Dhiya yang baru genap berusia tiga tahun, membuka
mulutnya saat Re Becca menyuapinya. Tatapan polosnya membuat Re Becca
menatapnya sayang, karna Dhiya sudah merupakan satu bagian dari hidupnya. Sebab
dari sejak masih bayi Dhiya telah berada dalam perawatannya.
“Subahanallah, tatapan polosnya
mengingatkanku tentang keikhlasanku dalam merawatnya. Matanya berbinar-binar,
mengingatkanku tatapan ketulusan yang pernah aku lihat dari Inairtif dulu. Ya
Allah dengan ini, aku meminta jangan pisahkan kami berdua.”, puji Re Becca
didalam hati menatapi Dhiya yang sedang mengunyah sambil memainkan boneka.
Kemudian memancing dirinya untuk bermain tanya jawab dengan putrinya itu.
“Dhiya, anak siapa?”, Re Becca
memulai menatap pesona berbahasa manja.
“Anak ami sama abi!”, tegas kecil
Dhiya menyahutnya sambil memainkan boneka.
“Nama besar dari keularga Dhiya,
siapa yah?”, Re Becca menanyakannya lagi masih berbahasa manja.
“Keluarga besar dari, eyang Shiraj
Mochtar!”, tegas kecil Dhiya kembali menyahutnya dengan melihat ke Re Becca.
“Selamanya, Dhiya akan terus
menjadi anak ami bukan?”, tanya lagi Re Becca berbahasa sedikit haru.
Dhiya menjadi menatap padanya
diam, sedikit bingung memikirkan. Lalu menjadi tertawa kecil mengangguk. Dan
disambungnya bernyanyi sebuah lagu anak-anak yang berlirikkan, “Satu, satu,
Dhiya sayang Ami. Dua, dua, juga sayang abi. Tiga,tiga, sayang omah disini.
Satu, dua, tiga, sayang semuanya.”. Dhiya menyanyikannya begitu girang sehingga
menghapus rasa haru pada Re Becca. Dan kini Re Becca memeluk putrinya itu
menunjukkan rasa kasih sayangnya yang begitu besar padanya.
Sementara disana, Inairtif sedang
duduk dikursi didalam kamarnya, dirumah kediaman kakak iparnya. Ia sedang
merindukan putrinya melihat foto putrinya yang masih bayi. “Tidak ada mantan
putri, aku selalu merindukannya.”, bisiknya kecil menatap haru pada foto
putrinya itu. namun daripada itu, ada hikmah yang sudah bisa diambilnya. Iya,
Inairtif sudah merasa sedikit bebas dari kesalahan yang telah tidak sengaja,
bahkan ada yang terlanjur disengaja olehnya pada Re Becca.
Dan kini ia hanya tinggal tuk
menceritakannya saja, ketika waktu sudah memintanya tuk bercerita mengenai
kesalahannya tersebut. “Aku siap, bila harus menceritakan apa yang sudah tiga
tahun aku pendam dari mereka, ya Allah.”, bisiknya lagi mengungkap kesiapannya.
Malam harinya. . . .
Bayu
sedang mengerjakan beberapa proposal diruang kerja, dirumah kediamannya
sendiri. ia sedang menyusun beberapa proposal tuk diserahkannya pada beberapa
mahasiswa disebuah fakultas kedokteran di Jakarta. Karna beberapa mahasiswa di fakultas
kedokteran akan mendapatkan pelatihan dari Dosennya. Tidak hanya Bayu, El Scant
juga sama dengannya, sedang menyusun beberapa proposal juga dirumah kediamannya
disana.
Dan
beberapa proposal yang sedang mereka berdua kerjakan. Akan menjadi tugas dari
beberapa mahasiswa dengan hanya menyimak, karna akan dipersentasekan oleh
seorang professor pada pelatihan esok. Dan pelatihan ini hanya diberlakukan
untuk mahasiswa yang baru saja lulus dalam ajaran baru ini. Pelatihan ini
dilakukan hanya untuk memberi pengetahuan awal sebelum beradaptasi dengan
lingkungan fakultas kedokteran.
Karna sudah menjadi tradisi pada
setiap penerimaan mahasiwa baru pada tiap tahunnya. Kembali pada mereka berdua,
pada esok paginya tepatnya pada pukul delapan beberapa mahasiswa akan mendatangi
mereka berdua untuk mengambil proposal yang masih disusun. Sebab tidak mudah
membuat proposal berjumlah tujuh hingga sepuluh lembar. Kemudian diprint
berjumlah puluhan lembar.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Paginya, sekitar pukul tujuh. El Scant
dan Bayu sudah berada di fakultas kedokteran, sekolah perkuliahan yang dulu
tempat belajar keduanya. Mereka sedang duduk bersama diruang multimedia,
menunggu beberapa mahasiswa mendatangi mereka berdua sesuai dengan ilmunya
masing-masing. Yaitu yang berminat mendalami ilmu Dokter Spesialis Anak juga
yang berminat mendalami ilmu Dokter Bedah. Sebelum mendapat kesuksesan bergelar
antara dua buah nama dari Dokter tersebut.
Dan kini waktu menunjukkan pukul
tujuh lewat tigapuluh, Bayu yang sudah mengetahuinya pun beralih beranjak ke tempat
duduknya yang telah disediakan. Sebab Bayu tergabung dalam khusus Dokter Bedah,
sementara El Scant tergabung dalam khusus Dokter Spesialis Anak. Dan kemudian ketika waktu sudah menunjukkan
pukul delapan pagi, semua Dokter yang ikut serta dalam pelatihan itu sudah
duduk rapi.
Semua Dokter yang ikut serta dalam
pelatihan itu, merupakan alumni dari fakultas kedokteran tersebut. Bahkan
professor yang akan mempersentasekannya pun, merupakan alumni dari fakultas
kedokteran tersebut juga. Kembali pada El Scant dan Bayu, serta para Dokter
lainnya. Mereka kini mulai didatangi rombongan mahasiswa untuk mengambil
proposal dari mereka semua. Suasana begitu terasa seperti sedang bernaung
bersama para Dokter, karna semua para Dokter memakai seragam Dokternya.
Penampilan para Dokter yang berseragam sama membuat para mahasiswa menjadi
semangat, ceria.
Pelatihan pun dilakukan, professor
Hafiz, adalah yang akan memulai persentase yang akan dijelaskannya dari para
Dokter yang sudah menyerahkan persentasenya masing-masing. Namun sebelumnya,
menyapa para Dokter yang telah berhasil lulus difakultas tersebut, disambung
dengan menyapa mahasiswa yang berjumlah Sembilan puluh lima orang. Sebenarnya,
jumlah mahasiswa yang berhasil masuk untuk belajar difakultas kedokteran ini
berjumlah tigaratus orang.
Namun dibagi menjadi empat
gelombang tuk melakukan pelatihan ini. Dan setiap pada gelombang selanjutnya
pelatihan ini dilakukan, mengundang Dokter yang berbeda tapi masih dengan
Dokter yang lulus dari fakultas tersebut. kembali pada pelatihan, usainya
professor Hafiz mengajak semuanya yang hadir berdo’a. Professor Hafiz pun
memulai persentasenya. Dan disaat persentasenya masih berjalan, setiap
mahasiswa boleh melakukan tanya jawab dengan para Dokter.
Suasana akan terasa lebih seru,
ketika tanya jawab itu mulai dilakukan oleh setiap mahasiswa. Dan tak jarang
ada canda kecil yang ikut serta mewarnai disaat persentase itu masih berlangsung,
dalam halnya melakukan tanya jawab juga penjelasan dari professor hafiz ketika
menjelaskan materi pada persentase yang sedang dijelaskannya. Pelatihan akan
berakhir pada jam dua belas siang, disudahi dengan akan melakukan sholat dzuhur
berjama’ah bagi yang beragama muslim dimusholla fakultas.
Dan ketika pelatihan sudah memasuki
akhir, professor Hafiz berkata permisi untuk berbagi memberitahukan siapa yang
menjadi inspirator, motivator dari sekian para Dokter yang hadir dalam pelatihan.
Pertama, professor Hafiz meminta tepukan tangan dari mereka semua untuk Bayu.
Semua pun memberikan tepukan meriah memberi senyum pada Bayu. Dan bayu berdiri
dari duduknya membalas senyuman kepada mereka semua.
Professor Hafiz akan mengajak Bayu
untuk menceritakan perjuangannya sebelum menjadi seorang Dokter Bedah seperti
sekarang ini. Dan inilah percakapan keduanya.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
“Dokter Bayu! Dulu dia bernama
Bayu bahkan masih berstatus mahasiswa di fakultas kedokteran ini! Dan bagaimana
perjalanan dirinya bisa mencapai pada gelarnya sekarang, Dokter Ahli Bedah
Bayuwangi! Itulah nama yang tertulis pada ruang tempat prakteknya dirumah sakit!”,
penjelasan professor Hafiz tegas melihat keseluruh mahasiswa. Lalu melihat ke
Bayu akan mempersilahkan tegas, “Dengan hormat, saya persilahkan kamu untuk
menceritakan singkat perjalanan panjang dan terkadang melelahkan itu!”.
“Assalamu’alaikum, selamat siang
semuanya!!”, sapa Bayu memulai melihat keseluruh mahasiswa dengan bahasa tegas
menampakkan cerianya. Semua mahasiswa pun menjawabnya dengan “Walaikumsalam”
dan “Selamat siang juga”. Setelah menerima balas sapa dari semua mahasiswa.
Bayu menjadi tertawa kecil menahan grogi lalu melihat ke professor Hafiz,
“Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih dengan hormat yang sangat besar kepada
bapak professor Hafiz.”, katanya tersenyum.
“Karna pada tahun saya masih
belajar difakultas kedokteran ini, bapak professor Hafiz yang sudah turut serta
dalam membimbing saya. Saya asli dari Banyuwangi, dan saya memulai sekolah saya
di fakultas kedokteran disini dengan cara merantau! Kenapa saya berani pergi
merantau ke Jakarta juga bersekolah di fakultas ternama ini, itu karna saya
berhasil mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjuti pendidikan di fakultas
kedokteran ini?!”, tuturnya tegas menceritakan awal mencari jati diri.
“Sewaktu
kecil, saya dikenalkan tentang ilmu agama. Karna Alhamdulillah, saya dilahirkan
dalam keluarga yang bisa dibilang begitu menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
Terutama pada almarhum ayah saya, yang selalu mengajarkan saya tentang tata
cara kehidupan yang dijalani oleh junjungan kita Nabi Muhammad Saw! Dan mungkin
kalian semua yang turut hadir dipelatihan ini, tidak menyangka kalau saya
sebenarnya takut sekali sama darah?”, Bayu melanjutkan ceritanya masih mencari
jati diri.
Semua mahasiswa juga para Dokter
menjadi tertawa, tersenyum bingung termasuk El Scant yang sudah mengetahui
ketakutan dari dirinya itu. “Darah itukan, warnanya merah! Berbau tidak sedap!
Bahkan pertama kali saya mencoba melakukan praktek dilab, tepatnya difakultas
ini lagi! Saya muntah-muntah dan saya menjadi down! Namun setelah beberapa
minggu saya sering melakukan praktek yang berhubungan dengan darah lagi, saya
terbiasa dan saya melihat darah itu seperti jus stroberi tapi basi!”.
Semua mahasiswa mejadi tertawa
sedikit ramai karna tuturan darinya salam menyambung ceritanya masih mencari
jati diri. “Baiklah, sekarang kita tinggalkan cerita itu! Karna saya mau
mengajak kalian untuk berbicara serius!”, Bayu berkata permisi tuk melanjutkan
cerita masih mencari jati diri. Semua mahasiswa mulai berekspresi hening,
tenang bersiap akan mendengarkan. Begitupula dengan para Dokter yang masih
menyimak.
“Saya adalah anak perantau, dan
saya sudah ceritakan tadi! Saya mantan dari kompetisi dalam ajang Hafiz Qur’an,
dan saya akan menceritakannya pada kalian!”, Bayu berkata permisi lagi membuat
mereka semua tersenyum kecil. “Ketika saya masih duduk dikelas dua SMA, saya
baru pertama masuk dalam kelas IPA! Setelah dua bulan saya belajar dikelas IPA,
saya mulai bingung!? Tapi kalian semua tidak tau apa yang membuat saya bingung,
karna saya baru akan menceritakannya!”, tuturnya melawak.
Mereka mulai tertawa berbisik
karna dibuat penasaran terus olehnya. “Dan begini ceritanya, disuatu hari saya
sedang melakukan sholat jum’at berjamaah disebuah masjid! Kala itu saya masih
tinggal di Banyuwangi, saya berkonsultasi dengan seorang ustad yang mengisi
khotbah! Saya benar berkonsultasi padanya setelah ustad tersebut selesai
berkhutbah! Agar para jamaah tidak merasa bosan karna mendengarkan saya yang
berkonsultasi lama dengan ustad tersebut!”, Bayu akan memulainya.
“Kala itu ustad bertanya padaku,
apa yang bisa kamu tunjukkan selain belajar mendalami ilmu disekolahmu? Saya
langsung saja menjawab, waktu masih madrasah saya aktif dalam mengikuti lomba
Tahfiz! Dan ustad tersebut bertanya lagi, apakah kamu tidak ingin menguji
keaktifanmu dalam mengikuti lomba Tahfidz hingga menjadi Hafiz? Sejenak
terlintas dipikiran saya, hikmah apakan yang bisa saya dapatkan ketika
mengikuti Hafiz yang dimaksud ustadz tersebut?”, tuturannya menanyakan.
Semua berdiam hening berhasrat
ingin mendengar cerita darinya lagi. “Dan hikmahnya adalah, cerita awalnya saya
pun mengikuti apa yang telah diusulkan ustad tersebut! Dan masya Allah saya
mendapat juara satu! Hingga pada akhirnya hikmah membuktikan pada saya, saya
berhasil meraih beasiswa dari lomba hafiz! Namun pada sebelumnya perjalanan
panjang harus saya lalui, butuh tiga tahun untuk selalu aktif mengikuti lomba
hafiz baru bisa saya menikmati beasiswa itu!”, bermotivasi.
Usainya bercerita singkat diakhiri
dengan memberi motivasi. Bayu meminta semuanya untuk meminum air mineral yang
sudah dibagikan, dan Bayu akan menceritakan tentang siapa yang telah menjadi
sebuah inspirator.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar