Esok harinya, El Scant membawa
bayinya kerumah sakit. Dan kini El Scant sedang menimang bayinya didepan pintu
ruang prakteknya, karna jam prakteknya telah usai. Ditengah masih menimang
bayinya, tiba-tiba saja dilihatnya jika Bayu sedang berjalan menujunya bahkan
sudah tak jauh jaraknya denganya. Kemudian dilihatnya pula bayinya tersenyum
padanya, bersamaan dengan Bayu sudah berhenti didepanya.
Bayu menyampaikan bahwa hari ini
ada sebuah rapat yang wajib dilakukan oleh semua para tim Dokter dengan kepala
rumah sakit, memakai senyuman. El Scant sudah mendengarnya dan meminta Bayu
untuk pergi dahulu, maksudya ia akan menyusul saja. Bayu pun memberi senyuman
menerimanya, lalu pergi meninggalkan. Sementara El Scant mulai merasa heran
dengan senyuman dari bayinya. Sebab sekilas dirinya teringat dengan senyuman
dari Bayu yang baru saja ketika melihat lagi bayinya terseyum.
Namun itu tidak menimbulkan
kecurigaan padanya. Bahkan ia menjadi lupa dengan rasa herannya itu. Saat
ketika Re Becca membuka pintu ruang prakteknya, keluar dari dalam ruang
prakteknya lalu mengambil bayinya itu darinya.
Pada sore harinya. . . .
Disebuah taman, Inairtif sedang
berjalan-jalan seorang diri. Namun ketika sampai pada pertengahan, tiba-tiba
ada hembusan angin sangat kencang yang berhembus mengarah padanya. Sehingga
sebuah selendang yang ia tudungkan pada kepalanya menjadi melayang kebelakang,
terbawa oleh hembusan angin tersebut. Seketika Inairtif menjadi terkejut dalam
menyadarinya, lalu membalikkan tubuhnya kebelakang ingin mengetahui keberadaan
selendangnya.
Sementara Bayu yang berada
dibelakang dirinya, tidak jauh dari keberadaan dirinya. menekukkan tangan
kanannya karna menggapai sebuah selendang berwarna merah menyala. Selendang itu
menutupi separuh tangan kanannya. Dan Inairtif yang sudah melihat keberadaan
Bayu didekatnya itu, baru melangkah perlahan akan menghampirinya tuk mengambil
selendang miliknya kembali. Sedangkan Bayu menjadi hening melihat keselendang
yang masih dipegangnya itu.
Dan kini Inairtif sudah berdiam
didekatnya, berjarak tiga langkah darinya. Lalu ia menyapa, “Dokter Bayu?”,
sapanya tanya hingga membuat Bayu menjadi terkejut kecil langsung melihat
padanya. Lalu keduanya menjadi saling berpandangan diam beberapa saat. Namun
secara diam-diam, mereka berdua telah saling berbisik mengungkap dihati.
“Dulu kami bertemu, lalu kami terpisah
terpaut dua tahun, dikemudian hari kami bertemu lagi? Ingin rasanya selalu
bersamanya ya Allah?”, Bayu berbisik mengungkap tanya dihatinya.
“Dokter Bayu, aku datang dengan penampilanku
berbeda. Kini aku berpakaian syar’I serta dengan hijabnya. Inilah caraku tuk
memulihkan kesucianku.”, Inairtif berbisik mengungkap alasannya memilih tuk
berpenampilan syar’i.
Dan kemudian secara tiba-tiba ada
suara yang memanggil Inairtif dibalik diri Inairtif sendiri, dikejauhan sana.
Seseorang yang merupakan kakak ipar dirinya telah memerintahkannya untuk
pulang. Inairtif pun menolehkan kepalanya kebelakang lalu mengangguk. Lalu
melihat ke Bayu kembali, sedangkan Bayu masih memandanginya diam kemudian
menudungkan selendang itu dikepala Inairtif. Inairtif yang melihatnya menjadi
haru seketika.
“Assalamu’alaikum!!”, Inairtif
berucap salam sebelum pergi berbahasa tegas haru. “Walaikumsalam, sebelumnya,
ahlan wa sahlan ya ukhti!!”, balas Bayu tegas kecil ikut merasa haru. Dan
Inairtif memberi senyuman pamitnya lalu berbalk pergi meninggalkan, begitupun
juga dengan Bayu.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tiga tahun kemudian. . . .
Sudah tiga tahun berlalu, usia
dari Dhiya Shiraj pun kini sudah genap tiga tahun. Dhiya Shiraj telah tumbuh
menjadi seorang anak yang cerdas, berparas cantik serta aktif dalam berbicara.
Namun ada sesuatu yang akan terasa oleh El Scant, dari sisi tidak suka serta
yang disukai dari putrinya itu. yaitu terhadap tempat dan murattal ayat-ayat
suci al-Qur’an pada putrinya itu. Sebab sebuah tanya besar akan terjadi pada El
Scant, yang akan didapatinya dari putrinya itu, Dhiya Shiraj.
Suatu hari, El Scant dan Re Becca
membawa putrinya itu ke sebuah mall. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya,
putrinya begitu senang dan tenang saat keduanya membawanya ke sebuah mall.
Namun pada saat ini, mereka berdua akan dikejutkan dengan putrinya yang aktif
dalam berbicara. Tetapi mereka berdua akan menganggapnya suatu hal yang biasa.
Dan itu terjadi saat berada dalam perjalanan menuju pulang dengan menggunakan
kendaraan mobil.
Dhiya, ia masih duduk tenang
didalam mobil yang masih berjalan itu. Pandangannya tertuju ke arah kanan, bukan
kekosongan yang sedang ia pandang tetapi sebuah taman. Diingatnya kembali,
bahwa pada tahun-tahun sebelumnya ia sering melintasi taman tersebut sehabis
berjalan-jalan disebuah mall. Kemudian pandangannya beralih menjadi melihat ke
El Scant yang sedang menyetir. Dhiya pun akan mulai berbicara mencoba
mengungkap.
“Abi, kita sering melintasi taman
itu sehabis pulang dari mall! Abi, Dhiya merasa suka pada taman itu! Abi dulu
suka ya pergi ketaman itu?”, tanya Dhiya menegaskan suaranya yang lembut
kekanak-kanakan. El Scant tersenyum masih menyetir melihat lurus kedepan.
“Tidak. Abi tidak suka. Ada apa
Dhiya?”, tanya El Scant balik usainya menjawab.
“Kok, Dhiya merasa kalau abi dulu suka
pergi ketaman itu?”, tanya lagi Dhiya tegas menatapnya tanya disertai bingung.
El Scant menjadi tertawa kecil
fokus pada menyetirnya. Sedangkan Re Becca menyambung, “Dhiya sayang, mungkin
abi pernah mengunjungi taman itu. Tetapi abi kurang menyukai untuk berkunjung
ditaman itu.”, Re Becca menyambung dengan bahasa lembutnya melihat lurus
kedepan. Dhiya yang sudah melihat Re Becca juga mendengar kata darinya. Berdiam
bingung mencoba melalukan apa yang masih ingin ditanyakannya lagi.
Sementara disana, Bayu dirumah
kediamannya sedang berdiam ditaman samping rumah. Ia sedang mengingat Inairtif,
yang menghilang lagi dan kini sudah memasuki tahun ketiga. “Kalau aku genapkan,
sudah lima tahun kami terpisah. Dua tahun tuk yang pertama, dan tiga tahun tuk
yang kedua.”, bisik keluhnya melihat keatas langit yang berawan tenang. Lalu ia
merasa bahwa ia telah merindu bahkan sebelumnya ia terus merindu.
Dan Bayu menggambarkan bahwa
dirinya tidak sombong dalam bersaudara, karna sesama muslim itu bersaudara.
Pikirannya tuk menghibur dirinya sendiri, dikala rindu datang terasa sepi
seperti saat ini. Dan disana, Inairtif baru saja keluar dari bandara Soekarno
Hatta bersama kakak iparnya dan Raffisa. Mereka bertiga baru pulang dari Mesir
setelah tiga tahun menetap disana karna kakak iparnya telah menandatangani
kontrak tuk bekerja disana.
Akankah Bayu akan dipertemukan
lagi dengan Inairtif, karna selama tiga tahun berjalan Bayu tidak sedikitpun
tertarik pada wanita-wanita yang pernah dijumpainya. Karna setiap kali Bayu
merasa tertarik pada seorang dari wanita-wanita yang pernah dijumpainya, Bayu selalu
teringat pada dosanya yang belum kelar terhadap Inairtif. Sebab itulah, Bayu
sering merindu pada sosok Inairtif bahkan bisa dibilang bahwa ia masih menunggu
Inairtif berbicara terkait dengan dosanya yang belum kelar itu.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Dirumah sakit, Bayu sedang bermain
game diponselnya. Ia sedang asik memainkan game diponselnya sambil menikmati
waktu luangnya. Saking asiknya bermain game, ia tidak sadar bahkan tidak
melihat bahwa El Scant baru saja membuka pintu ruang prakteknya lalu berjalan
mendekati dirinya. Kemudian ia baru tersadar, ketika El Scant sudah duduk manis
didepan meja kerjanya. Melihat padanya biasa namun raut wajahnya terlihat
sedang menunggu.
“Assalamu’alaiku, kenapa gak
kabar-kabarin mampir kemari?”, tanya Bayu baru melihatnya sambil mengakhiri
permainan gamenya. Menaruh ponselnya dimeja kerjanya. “Gue, gak enak aja ganggu
keasikan lo bermain game!!”, sahut El Scant menegaskan kecil. Bayu menjadi
tertawa kecil melihatnya. “Masih ada waktu luang nih! Yuk, kita kekantin
bareng!”, ajak El Scant masih menegaskannya. Bayu menjadi tertawa kecil lagi
namun menggeleng.
“Yaudah deh! Kita ke mall aja!”,
ajak El Scant lagi menegaskan lemas.
“Gue bukan anak mall! Gue juga
kurang suka kesana, boring maaaan!!!!”, Bayu mencoba menyindir El Scant.
“Serius, lo kurang suka perg ke
mall?”, tanya El Scant karna teringat pada putrinya.
“Gue, lebih suka pergi ketempat
terbuka, karna gue bisa bebas berekspresi! Contohnya ditaman mana aja!”, Bayu
menceritakan tempat yang disukainya. Pelan tapi menegaskan.
El Scant semakin teringat pada
putrinya yang berkata, “Abi, kita sering melintasi taman itu sehabis pulang
dari mall! Abi, Dhiya merasa suka pada taman itu! Abi dulu suka ya pergi
ketaman itu?”. lalu disambungnya dengan putrinya yang berkata, “Kok, Dhiya
merasa kalau abi dulu suka pergi ketaman itu?”. El Scant mengingatnya tanpa
sadar telah membuatnya jatuh dalam lamunan menatap hening ke Bayu. Kemudian
dengan tiba-tiba Bayu menepukkan tangannya hingga membuat El Scant sadar
kembali.
Dan El Scant yang sudah menerima
tepukan darinya, hanya tertawa kecil menyembunyikan tanya yang belum dimengerti
olehnya. Tak berapa lama, suara adzan menandakan sholat jum’at telah tiba. Dan
kini keduanya bersama mulai beranjak dari tempat menuju keluar, untuk melakukan
sholat jum’at berjamaah dimasjid terdekat. Masih berada didaerah sekitar rumah
sakit.
Sementara disana. . . .
Dirumah kediaman El Scant, Dhiya
dan ibu dari El Scant sedang duduk bersama diruang keluarga. Mereka akan
bercakap-cakap dengan tanya jawab. Seperti yang secara rutin dilakukan oleh
mereka demi melatih keaktifan Dhiya dalam berbicara. Dan kini ibu dari El Scant
akan memulai tanya jawab dengan cucu tunggalnya itu.
“Tadi Dhiya abis ngapain sih?
Kayanya serius banget?!”, ibu dari El Scant memulainya dengan manja. Melihat
manja padanya pula.
“Kata abi, Dhiya bagus kalau
mendengarkan surat al-kahfi pada hari jum’at. Dhiya juga suka mendengar
murattalnya, Omah.”, tuturnya menyahut lembut. Melihat ke Omah, polos.
“Alhamdulillah, nanti besar Dhiya
mau jadi apa?”, tanya lagi omahnya. Semakin melihat manja.
“Mau jadi Dokter seperti abi!”,
jawabnya singkat lembut namun menegaskan kecil.
Ibu dari El Scant yang sebagai
omahnya, menjadi tertawa kagum. Lalu mengajaknya untuk pergi mendatangi Re
Becca, karna sudah tiba waktunya untuk melakukan sholat dzuhur berjama’ah. Dan
kini mereka berduapun sudah beranjak menaiki tangga, karna mereka berdua akan
melakukan sholat dzuhur berjama’ah dilantai atas.
METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar