Rabu, 13 Juli 2016

METAMORFOSA *14*



Esok harinya, El Scant membawa bayinya kerumah sakit. Dan kini El Scant sedang menimang bayinya didepan pintu ruang prakteknya, karna jam prakteknya telah usai. Ditengah masih menimang bayinya, tiba-tiba saja dilihatnya jika Bayu sedang berjalan menujunya bahkan sudah tak jauh jaraknya denganya. Kemudian dilihatnya pula bayinya tersenyum padanya, bersamaan dengan Bayu sudah berhenti didepanya.
Bayu menyampaikan bahwa hari ini ada sebuah rapat yang wajib dilakukan oleh semua para tim Dokter dengan kepala rumah sakit, memakai senyuman. El Scant sudah mendengarnya dan meminta Bayu untuk pergi dahulu, maksudya ia akan menyusul saja. Bayu pun memberi senyuman menerimanya, lalu pergi meninggalkan. Sementara El Scant mulai merasa heran dengan senyuman dari bayinya. Sebab sekilas dirinya teringat dengan senyuman dari Bayu yang baru saja ketika melihat lagi bayinya terseyum.
Namun itu tidak menimbulkan kecurigaan padanya. Bahkan ia menjadi lupa dengan rasa herannya itu. Saat ketika Re Becca membuka pintu ruang prakteknya, keluar dari dalam ruang prakteknya lalu mengambil bayinya itu darinya.

Pada sore harinya. . . .

Disebuah taman, Inairtif sedang berjalan-jalan seorang diri. Namun ketika sampai pada pertengahan, tiba-tiba ada hembusan angin sangat kencang yang berhembus mengarah padanya. Sehingga sebuah selendang yang ia tudungkan pada kepalanya menjadi melayang kebelakang, terbawa oleh hembusan angin tersebut. Seketika Inairtif menjadi terkejut dalam menyadarinya, lalu membalikkan tubuhnya kebelakang ingin mengetahui keberadaan selendangnya.
Sementara Bayu yang berada dibelakang dirinya, tidak jauh dari keberadaan dirinya. menekukkan tangan kanannya karna menggapai sebuah selendang berwarna merah menyala. Selendang itu menutupi separuh tangan kanannya. Dan Inairtif yang sudah melihat keberadaan Bayu didekatnya itu, baru melangkah perlahan akan menghampirinya tuk mengambil selendang miliknya kembali. Sedangkan Bayu menjadi hening melihat keselendang yang masih dipegangnya itu.
Dan kini Inairtif sudah berdiam didekatnya, berjarak tiga langkah darinya. Lalu ia menyapa, “Dokter Bayu?”, sapanya tanya hingga membuat Bayu menjadi terkejut kecil langsung melihat padanya. Lalu keduanya menjadi saling berpandangan diam beberapa saat. Namun secara diam-diam, mereka berdua telah saling berbisik mengungkap dihati.
“Dulu kami bertemu, lalu kami terpisah terpaut dua tahun, dikemudian hari kami bertemu lagi? Ingin rasanya selalu bersamanya ya Allah?”, Bayu berbisik mengungkap tanya dihatinya.
“Dokter Bayu, aku datang dengan penampilanku berbeda. Kini aku berpakaian syar’I serta dengan hijabnya. Inilah caraku tuk memulihkan kesucianku.”, Inairtif berbisik mengungkap alasannya memilih tuk berpenampilan syar’i.
Dan kemudian secara tiba-tiba ada suara yang memanggil Inairtif dibalik diri Inairtif sendiri, dikejauhan sana. Seseorang yang merupakan kakak ipar dirinya telah memerintahkannya untuk pulang. Inairtif pun menolehkan kepalanya kebelakang lalu mengangguk. Lalu melihat ke Bayu kembali, sedangkan Bayu masih memandanginya diam kemudian menudungkan selendang itu dikepala Inairtif. Inairtif yang melihatnya menjadi haru seketika.
“Assalamu’alaikum!!”, Inairtif berucap salam sebelum pergi berbahasa tegas haru. “Walaikumsalam, sebelumnya, ahlan wa sahlan ya ukhti!!”, balas Bayu tegas kecil ikut merasa haru. Dan Inairtif memberi senyuman pamitnya lalu berbalk pergi meninggalkan, begitupun juga dengan Bayu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tiga tahun kemudian. . . .

Sudah tiga tahun berlalu, usia dari Dhiya Shiraj pun kini sudah genap tiga tahun. Dhiya Shiraj telah tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, berparas cantik serta aktif dalam berbicara. Namun ada sesuatu yang akan terasa oleh El Scant, dari sisi tidak suka serta yang disukai dari putrinya itu. yaitu terhadap tempat dan murattal ayat-ayat suci al-Qur’an pada putrinya itu. Sebab sebuah tanya besar akan terjadi pada El Scant, yang akan didapatinya dari putrinya itu, Dhiya Shiraj.
Suatu hari, El Scant dan Re Becca membawa putrinya itu ke sebuah mall. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, putrinya begitu senang dan tenang saat keduanya membawanya ke sebuah mall. Namun pada saat ini, mereka berdua akan dikejutkan dengan putrinya yang aktif dalam berbicara. Tetapi mereka berdua akan menganggapnya suatu hal yang biasa. Dan itu terjadi saat berada dalam perjalanan menuju pulang dengan menggunakan kendaraan mobil.
Dhiya, ia masih duduk tenang didalam mobil yang masih berjalan itu. Pandangannya tertuju ke arah kanan, bukan kekosongan yang sedang ia pandang tetapi sebuah taman. Diingatnya kembali, bahwa pada tahun-tahun sebelumnya ia sering melintasi taman tersebut sehabis berjalan-jalan disebuah mall. Kemudian pandangannya beralih menjadi melihat ke El Scant yang sedang menyetir. Dhiya pun akan mulai berbicara mencoba mengungkap.
“Abi, kita sering melintasi taman itu sehabis pulang dari mall! Abi, Dhiya merasa suka pada taman itu! Abi dulu suka ya pergi ketaman itu?”, tanya Dhiya menegaskan suaranya yang lembut kekanak-kanakan. El Scant tersenyum masih menyetir melihat lurus kedepan.
“Tidak. Abi tidak suka. Ada apa Dhiya?”, tanya El Scant balik usainya menjawab.
“Kok, Dhiya merasa kalau abi dulu suka pergi ketaman itu?”, tanya lagi Dhiya tegas menatapnya tanya disertai bingung.
El Scant menjadi tertawa kecil fokus pada menyetirnya. Sedangkan Re Becca menyambung, “Dhiya sayang, mungkin abi pernah mengunjungi taman itu. Tetapi abi kurang menyukai untuk berkunjung ditaman itu.”, Re Becca menyambung dengan bahasa lembutnya melihat lurus kedepan. Dhiya yang sudah melihat Re Becca juga mendengar kata darinya. Berdiam bingung mencoba melalukan apa yang masih ingin ditanyakannya lagi.
Sementara disana, Bayu dirumah kediamannya sedang berdiam ditaman samping rumah. Ia sedang mengingat Inairtif, yang menghilang lagi dan kini sudah memasuki tahun ketiga. “Kalau aku genapkan, sudah lima tahun kami terpisah. Dua tahun tuk yang pertama, dan tiga tahun tuk yang kedua.”, bisik keluhnya melihat keatas langit yang berawan tenang. Lalu ia merasa bahwa ia telah merindu bahkan sebelumnya ia terus merindu.
Dan Bayu menggambarkan bahwa dirinya tidak sombong dalam bersaudara, karna sesama muslim itu bersaudara. Pikirannya tuk menghibur dirinya sendiri, dikala rindu datang terasa sepi seperti saat ini. Dan disana, Inairtif baru saja keluar dari bandara Soekarno Hatta bersama kakak iparnya dan Raffisa. Mereka bertiga baru pulang dari Mesir setelah tiga tahun menetap disana karna kakak iparnya telah menandatangani kontrak tuk bekerja disana.
Akankah Bayu akan dipertemukan lagi dengan Inairtif, karna selama tiga tahun berjalan Bayu tidak sedikitpun tertarik pada wanita-wanita yang pernah dijumpainya. Karna setiap kali Bayu merasa tertarik pada seorang dari wanita-wanita yang pernah dijumpainya, Bayu selalu teringat pada dosanya yang belum kelar terhadap Inairtif. Sebab itulah, Bayu sering merindu pada sosok Inairtif bahkan bisa dibilang bahwa ia masih menunggu Inairtif berbicara terkait dengan dosanya yang belum kelar itu.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Dirumah sakit, Bayu sedang bermain game diponselnya. Ia sedang asik memainkan game diponselnya sambil menikmati waktu luangnya. Saking asiknya bermain game, ia tidak sadar bahkan tidak melihat bahwa El Scant baru saja membuka pintu ruang prakteknya lalu berjalan mendekati dirinya. Kemudian ia baru tersadar, ketika El Scant sudah duduk manis didepan meja kerjanya. Melihat padanya biasa namun raut wajahnya terlihat sedang menunggu.
“Assalamu’alaiku, kenapa gak kabar-kabarin mampir kemari?”, tanya Bayu baru melihatnya sambil mengakhiri permainan gamenya. Menaruh ponselnya dimeja kerjanya. “Gue, gak enak aja ganggu keasikan lo bermain game!!”, sahut El Scant menegaskan kecil. Bayu menjadi tertawa kecil melihatnya. “Masih ada waktu luang nih! Yuk, kita kekantin bareng!”, ajak El Scant masih menegaskannya. Bayu menjadi tertawa kecil lagi namun menggeleng.
“Yaudah deh! Kita ke mall aja!”, ajak El Scant lagi menegaskan lemas.
“Gue bukan anak mall! Gue juga kurang suka kesana, boring maaaan!!!!”, Bayu mencoba menyindir El Scant.
“Serius, lo kurang suka perg ke mall?”, tanya El Scant karna teringat pada putrinya.
“Gue, lebih suka pergi ketempat terbuka, karna gue bisa bebas berekspresi! Contohnya ditaman mana aja!”, Bayu menceritakan tempat yang disukainya. Pelan tapi menegaskan.
El Scant semakin teringat pada putrinya yang berkata, “Abi, kita sering melintasi taman itu sehabis pulang dari mall! Abi, Dhiya merasa suka pada taman itu! Abi dulu suka ya pergi ketaman itu?”. lalu disambungnya dengan putrinya yang berkata, “Kok, Dhiya merasa kalau abi dulu suka pergi ketaman itu?”. El Scant mengingatnya tanpa sadar telah membuatnya jatuh dalam lamunan menatap hening ke Bayu. Kemudian dengan tiba-tiba Bayu menepukkan tangannya hingga membuat El Scant sadar kembali.
Dan El Scant yang sudah menerima tepukan darinya, hanya tertawa kecil menyembunyikan tanya yang belum dimengerti olehnya. Tak berapa lama, suara adzan menandakan sholat jum’at telah tiba. Dan kini keduanya bersama mulai beranjak dari tempat menuju keluar, untuk melakukan sholat jum’at berjamaah dimasjid terdekat. Masih berada didaerah sekitar rumah sakit.
          
Sementara disana. . . .

Dirumah kediaman El Scant, Dhiya dan ibu dari El Scant sedang duduk bersama diruang keluarga. Mereka akan bercakap-cakap dengan tanya jawab. Seperti yang secara rutin dilakukan oleh mereka demi melatih keaktifan Dhiya dalam berbicara. Dan kini ibu dari El Scant akan memulai tanya jawab dengan cucu tunggalnya itu.
“Tadi Dhiya abis ngapain sih? Kayanya serius banget?!”, ibu dari El Scant memulainya dengan manja. Melihat manja padanya pula.
“Kata abi, Dhiya bagus kalau mendengarkan surat al-kahfi pada hari jum’at. Dhiya juga suka mendengar murattalnya, Omah.”, tuturnya menyahut lembut. Melihat ke Omah, polos.
“Alhamdulillah, nanti besar Dhiya mau jadi apa?”, tanya lagi omahnya. Semakin melihat manja.
“Mau jadi Dokter seperti abi!”, jawabnya singkat lembut namun menegaskan kecil.
Ibu dari El Scant yang sebagai omahnya, menjadi tertawa kagum. Lalu mengajaknya untuk pergi mendatangi Re Becca, karna sudah tiba waktunya untuk melakukan sholat dzuhur berjama’ah. Dan kini mereka berduapun sudah beranjak menaiki tangga, karna mereka berdua akan melakukan sholat dzuhur berjama’ah dilantai atas.

METAMORFOSA
“Surga yang Terlewati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar