Rabu, 20 Januari 2016

Badung Location. . . . #26



Pada malam harinya, Mirza sedang makan malam bersama ayahnya dirumahnya. Disaat mereka masih menikmati makan malamnya, ayahnya memberitahukan jika pada hari esok ayahnya akan pulang keluar negeri karna tugasnya di Indonesia sudah berakhir. Mirza yang baru mengetahui keberangkatan ayahnya keluar negeri pun memintanya untuk berpamitan kepada Yandra yang masih dirawat dirumah sakit. Dan ayahnya menyetujui, akan menemui Yandra pada pukul delapan esok pagi.
Sementara disana, Yusra menelepon Yandra dengan memberitahukan kalau dirinya tidak bisa membesuknya karna ada jadwal lembur dadakan. Dan berjanji akan membesuknya pada esok hari yang belum dikatakan kapan waktunya.

Keesokkan harinya. . . .

Pada pukul delapan pagi, pak Mirzain yang sebagai ayah kandung dari Yandra sudah tiba dirumah sakit dimana Yandra telah dirawat. Ia baru saja memasuki ruangan ViP tempat Yandra dirawat dengan membawa sebuah boneka Puca berukuran besar. Dengan bahagia Yandra pun menyambut kedatangan ayahnya dengan memeluk boneka Puca yang baru diterimanya.
“Selamat pagi putri, ayah!”, sapa pak Mirzain dengan ceria.
“Selamat pagi juga ayah!”, sahut sapanya masih memeluk bonekanya.
“Ayah kesini, mau berpamitan denganmu! Karna ayah akan kembali keluar negeri pada satu jam kemudian!”, kata pamitnya mulai melihat serius.
“Kak Mir sudah menceritakan semuanya ayah! Ayah tidak perlu sedih untuk kepergian ayah kembali keluar negeri!”, Yandra menenangkannya masih dengan cerianya. Sedikit manja.
Kemudian pak Mirzain memeluk putrinya, Yandra dengan sedikit haru dibenaknya karna harus berpisah kembali dengan putrinya yang baru saja ditemuinya setelah lama kehilangan. “Ayah, setelah aku kehilangan mama, sekarang aku mendapatkan ayah kembali! Tak peduli dengan ayah yang akan pergi ke negeri orang lagi! Ayah jangan khawatir, karna disini masih ada Kak Mir yang akan jagain aku!”, kata Yandra kembali menenangkan dengan memeluknya pula.
Selang beberapa jam berjalan, waktu kini sudah menunjukkan pukul tiga sore, dan mengingat dirinya yang masih seorang diri masih memeluk boneka Puca pemberian dari ayah kandungnya sebelum pergi keluar negeri. Tiba-tiba datanglah Dokter Fachri bersama seorang suster untuk memeriksa jahitan pada luka dikepalanya. Yandra yang melihatnya pun langsung memberikan kepalanya, dan Dokter Fachri membuka perban dikepalanya demi melihat kondisi luka dikepalanya apakah sudah kering atau belum.
Setelah memeriksanya Dokter Fachri menutup kembali perban dikepalanya, lalu mengatakan jika pada hari esok jahitannya sudah bisa dilepas. Sebab luka dikepalanya sudah setengah mengering dan itu karna obat yang telah diberikan telah bekerja dengan sangat maksimal. Yandra yang mendengarnya pun mejadi tersenyum sambil mengatakan, “Terus kapan Dokter Fachri mempersilahkan aku untuk pulang! Udah bosen banget!”.
Dokter Fachri menjadi tersenyum padanya mengatakan, “Kita lihat pada hari esok yah! Yang penting kamu harus semangat!”. Yandra menjadi tertawa kecil begitupun dengan seorang suster bersama keduanya. Kemudian Dokter Fachri menyuruh seorang suster yang bersamanya untuk melepaskan cairan infus ditangan Yandra, namun tidak untuk jarum suntiknya. Sebab Yandra masih perlu untuk diberikan obat suntik melalui jarum infus demi memulihkan luka dikepalanya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Malam harinya, Yusra baru bisa mengunjungi Yandra dirumah sakit. Dan ia kini sedang menaiki lift rumah sakit kelantai atas tempat ruangan VIP yang ditempati Yandra. Setibanya disana dengan memasuki ruangan VIP Yandra, ditemuinya Yandra sudah tertidur dengan memeluk boneka Puca berukuran besar. Bagaimana Yandra tidak tertidur menunggu kedatangannya, sebab sekarang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Dan Yusra yang merasa lelah pun duduk dikursi disamping tempat tidurnya, lalu merebahkan kepalanya dikasur disamping dirinya kemudian menjadi tertidur seketika. Mereka berdua kini telah sama-sama tertidur dalam kelelapannya masing-masing, dan Yusra tertidur dengan posisi masih duduk dikursi hanya kepalanya saja yang rebahan dikasur tempat tidur Yandra.

Esok paginya. . . .

Sekitar pada pukul lima pagi, Yusra menjadi terbangun dari tidurnya karna suara alarm diponselnya berbunyi. Dan dirinya yang sudah terbangun mengetahuinya pun langsung beralih kekamar mandi didalam ruangan VIP Yandra untuk mandi sebelum pergi kembali kekantor. Setelah beberapa saat kemudian Yusra telah selesai dari mandinya dengan keluar dari dalam kamar mandi tersebut, dengan sudah berpakaian rapi seperti semula namun rambutnya masih basah beracak-acakan.
Yandra yang baru saja terbangun tak sengaja melihatnya pun menjadi batuk-batuk mengejeknya. Sedangkan Yusra yang baru saja menutup pintu kamar mandi tersebut mulai berjalan menujunya dengan merapikan rambutnya menggunakan sisir kecil dari saku jasnya, melihatnya biasa. Dan mereka akan saling bicara dengan saling melihat biasa satu sama lain.
“Sejak kapan kau ada disini?”, tanya Yandra ketika melihatnya sudah berhenti disampingnya.
“Sejak kau sudah tertidur malam tadi!”, sahut Yusra masih menyisir rambutnya.
“Kenapa cowo mukanya terlihat cool, saat dirinya dalam keadaan basah seperti kamu ?”, tanya Yandra sedikit memujinya karna rasa terpesonanya sedkit kepadanya.
“Mungkin karna itu mereka suka bermain hujan-hujanan, agar terlihat cool bahkan lebih terlihat cool!”, Yusra menambahkan pertanyaannya.
Usainya berkata, Yusra mengambil handuk kecil yang telah dibawanya dari dalam tas kerjanya untuk mengeringkan wajahnya. Yandra yang melihatnya pun akan berkata sedikit mengejeknya, “Alangkah baiknya jika kamu tidak mengeringkan wajahmu! Biarkan tetap basah seperti itu!”. Yusra yang masih mengeringkan wajahnya pun menjadi tertaawa kecil padanya mebalas katanya, “Aku bukan anak TK lagi, nona Yandra!”, balas Yusra mencontoh panggilan seorang Dokter untuk pasiennya.
Kemudian Yandra beralih memeluk bonekanya erat, sementara Yusra beralih keruangan suster untuk mengambil air hangat karna dirinya akan membuat susu sebagai pendamping makanan sarapan paginya. Sedangkan Yandra menjadi senyum-senyum sendiri kembali membayangkan wajah Yusra yang basah dari kamar mandi serta rambutnya sehingga membuat drinya menjadi sedikit terpesona tak kuasa meniadakan rasa pesonanya.
Dan lalu secara tiba-tiba dilihatnya jika Yusra telah kembali memasuki ruangan VIP nya dengan membawa segelas susu yang sudah siap untuk diminum, dan Yusra berjalan menuju kearah tas kerjanya yang ada disamping Yandra dengan mulai meminum segelas susunya. Usainya menghabiskan segelas susunya, Yusra mengusap mulutnya sendiri menggunakan sapu tangannya lalu memasukkan gelas minumannya kedalam tasnya. Dirinya sedang bersiap-siap untuk pergi kekantor kembali.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Setelah dirasanya sudah siap semuanya, kini Yusra berjalan lebih mendekati Yandra untuk berpamitan dengannya. Yandra yang masih melihatnya menjadi mendadak hening menunggunya bicara. “Gue pergi dulu yah, karna sudah dari malam tadi Gue ada disini temenin elo!”, kata pamitnya dengan permisi. Kemudian dengan tiba-tiba Yandra mencium bibirnya usainya Yusra berkata pamit padanya. Yusra yang merasakan ciumannya pun hanya diam membiarkannya karna sudah menjadi terdiam pilu.
Kemudian Yandra melepaskan ciumannya masih melihat padanya, sedangkan Yusra memberi senyum kecil namun sedikit segan lalu beranjak pergi keluar ruangan VIP untuk pergi kekantor. Dan kini Yusra telah menyusuri jalan menuju lobby rumah sakit dengan perasaan gelisah atas apa yang disaksikannya tadi, sementara Yandra menjadi hening mulai merasa bingung mengapa bisa ia mencium bibir Yusra seperti tadi.   
 Beberapa jam kemudian, tepatnya pada pukul sebelas mendekati siang bolong. Dokter Fachri baru memasuki ruangan VIP Yandra akan membuka jahitan pada luka dikepala Yandra bersama dua orang susternya. Sedangkan Yandra kini menghadapkan tubuhnya kesamping kearah jendela dengan memeluk bonekanya, dan Dokter Fachri baru akan memulai membuka jahitan pada luka dikepalanya tersebut. Dalam masih tahap pengerjaannya, Dokter Fachri mengajak bicara ke salah satu susternya.
“Sudah berapa kali perban dikepalanya diganti?”, tanya Dokter Fachri ingin mengetahuinya lagi.
“Dalam waku tiga hari kami sudah mengganti perbannya sebanyak dua kali, Dok!”, jawab salah-satu susternya mewakili seorang suster lainnya yang membantu Dokter Fachri.
“Kalau tidak salah hari ini akan diganti yang ketiga kalinya yah? Tapi ini lukanya sudah kering!”, tanya lagi Dokter Fachri sambil memberitahukan.
“Iya, mungkin itu adalah efek dari obat yang kami berikan sesuai dengan petunjuk Dokter! Obat yang selalu kami oleskan diwaktu kami sedang mengganti perban dikepalanya!”, penjelasan salah-satu susternya kembali mengiyakan.
Kemudian Dokter Fachri meminta alat untuk membuka jahitan pada luka dikepala Yandra, usai dirinya membersihkan sisa obat dijahitan pada luka dikepala Yandra tersebut. Dan kinipun Dokter Fachri akan membuka jahitannya dengan pelan, sedangkan Yandra menikmatinya dengan perasaan was-was. “Jangan tegang atuh, neng!”, kata Dokter Fachri menggodanya agar tidak tegang. “Iya, Dokter Fachri! Aing mah selalu usaha untuk tetap kalem!”, sahut Yandra sedikit canda menggunakan bahasa sunda.
Dokter Fachri pun kini sudah membuka jahitan pada luka dikepalanya, dan sekarang tinggal memasang perban yang baru untuk melindunginya dari bakteri. Sebab lukanya masih sensitif meskipun sudah kering. Kemudian Dokter Fachri memerintahkannya untuk duduk tegak tidak bersandar, dan Yandra melakukan perintahnya dengan dibantu oleh suster. Dan kini Yandra sudah duduk tegak melihat ke Dokter Fachri.
“Terasa pusing atau tidak?”, tanya Dokter Fachri ingin mengetahui.
“Iya, pusing sedikit!”, jawab Yandra mengiyakan.
“Kamu harus belajar duduk tegak ditempat tidur! Kamu merasa pusing, karna kamu terlalu lama berbaring! Untuk penyakit dikepalamu, semuanya sudah baik-baik saja! Hanya perlu belajar duduk agar terbiasa dan tidak lagi merasa pusing!”, Dokter Fachri menjelaskan sekaligus memberi saran padanya.
Usainya menjelaskan sekaligus memberi saran yang demikian, Dokter Fachri berpamitan untuk pergi bersama kedua orang susternya. Yandra yang sudah melihatnya pergi pun langsung menyandarkan tubuhnya kembali serta merebahkan kepalanya demi menghilangkan rasa pusingnya sesaat.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar