Pada malam harinya, Mirza sedang makan malam bersama
ayahnya dirumahnya. Disaat mereka masih menikmati makan malamnya, ayahnya
memberitahukan jika pada hari esok ayahnya akan pulang keluar negeri karna tugasnya
di Indonesia sudah berakhir. Mirza yang baru mengetahui keberangkatan ayahnya
keluar negeri pun memintanya untuk berpamitan kepada Yandra yang masih dirawat
dirumah sakit. Dan ayahnya menyetujui, akan menemui Yandra pada pukul delapan
esok pagi.
Sementara disana, Yusra menelepon Yandra dengan
memberitahukan kalau dirinya tidak bisa membesuknya karna ada jadwal lembur
dadakan. Dan berjanji akan membesuknya pada esok hari yang belum dikatakan
kapan waktunya.
Keesokkan harinya. . . .
Pada pukul delapan pagi, pak Mirzain yang sebagai
ayah kandung dari Yandra sudah tiba dirumah sakit dimana Yandra telah dirawat.
Ia baru saja memasuki ruangan ViP tempat Yandra dirawat dengan membawa sebuah
boneka Puca berukuran besar. Dengan bahagia Yandra pun menyambut kedatangan
ayahnya dengan memeluk boneka Puca yang baru diterimanya.
“Selamat pagi putri, ayah!”, sapa pak Mirzain dengan
ceria.
“Selamat pagi juga ayah!”, sahut sapanya masih
memeluk bonekanya.
“Ayah kesini, mau berpamitan denganmu! Karna ayah
akan kembali keluar negeri pada satu jam kemudian!”, kata pamitnya mulai
melihat serius.
“Kak Mir sudah menceritakan semuanya ayah! Ayah tidak
perlu sedih untuk kepergian ayah kembali keluar negeri!”, Yandra menenangkannya
masih dengan cerianya. Sedikit manja.
Kemudian pak Mirzain memeluk putrinya, Yandra dengan
sedikit haru dibenaknya karna harus berpisah kembali dengan putrinya yang baru
saja ditemuinya setelah lama kehilangan. “Ayah, setelah aku kehilangan mama,
sekarang aku mendapatkan ayah kembali! Tak peduli dengan ayah yang akan pergi
ke negeri orang lagi! Ayah jangan khawatir, karna disini masih ada Kak Mir yang
akan jagain aku!”, kata Yandra kembali menenangkan dengan memeluknya pula.
Selang beberapa jam berjalan, waktu kini sudah
menunjukkan pukul tiga sore, dan mengingat dirinya yang masih seorang diri
masih memeluk boneka Puca pemberian dari ayah kandungnya sebelum pergi keluar
negeri. Tiba-tiba datanglah Dokter Fachri bersama seorang suster untuk
memeriksa jahitan pada luka dikepalanya. Yandra yang melihatnya pun langsung
memberikan kepalanya, dan Dokter Fachri membuka perban dikepalanya demi melihat
kondisi luka dikepalanya apakah sudah kering atau belum.
Setelah memeriksanya Dokter Fachri menutup kembali
perban dikepalanya, lalu mengatakan jika pada hari esok jahitannya sudah bisa
dilepas. Sebab luka dikepalanya sudah setengah mengering dan itu karna obat
yang telah diberikan telah bekerja dengan sangat maksimal. Yandra yang
mendengarnya pun mejadi tersenyum sambil mengatakan, “Terus kapan Dokter Fachri
mempersilahkan aku untuk pulang! Udah bosen banget!”.
Dokter Fachri menjadi tersenyum padanya mengatakan,
“Kita lihat pada hari esok yah! Yang penting kamu harus semangat!”. Yandra
menjadi tertawa kecil begitupun dengan seorang suster bersama keduanya. Kemudian
Dokter Fachri menyuruh seorang suster yang bersamanya untuk melepaskan cairan
infus ditangan Yandra, namun tidak untuk jarum suntiknya. Sebab Yandra masih
perlu untuk diberikan obat suntik melalui jarum infus demi memulihkan luka
dikepalanya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malam harinya, Yusra baru bisa mengunjungi Yandra
dirumah sakit. Dan ia kini sedang menaiki lift rumah sakit kelantai atas tempat
ruangan VIP yang ditempati Yandra. Setibanya disana dengan memasuki ruangan VIP
Yandra, ditemuinya Yandra sudah tertidur dengan memeluk boneka Puca berukuran
besar. Bagaimana Yandra tidak tertidur menunggu kedatangannya, sebab sekarang
sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
Dan Yusra yang merasa lelah pun duduk dikursi disamping
tempat tidurnya, lalu merebahkan kepalanya dikasur disamping dirinya kemudian
menjadi tertidur seketika. Mereka berdua kini telah sama-sama tertidur dalam
kelelapannya masing-masing, dan Yusra tertidur dengan posisi masih duduk
dikursi hanya kepalanya saja yang rebahan dikasur tempat tidur Yandra.
Esok paginya. . . .
Sekitar pada pukul lima pagi, Yusra menjadi terbangun
dari tidurnya karna suara alarm diponselnya berbunyi. Dan dirinya yang sudah
terbangun mengetahuinya pun langsung beralih kekamar mandi didalam ruangan VIP
Yandra untuk mandi sebelum pergi kembali kekantor. Setelah beberapa saat
kemudian Yusra telah selesai dari mandinya dengan keluar dari dalam kamar mandi
tersebut, dengan sudah berpakaian rapi seperti semula namun rambutnya masih
basah beracak-acakan.
Yandra yang baru saja terbangun tak sengaja
melihatnya pun menjadi batuk-batuk mengejeknya. Sedangkan Yusra yang baru saja
menutup pintu kamar mandi tersebut mulai berjalan menujunya dengan merapikan
rambutnya menggunakan sisir kecil dari saku jasnya, melihatnya biasa. Dan
mereka akan saling bicara dengan saling melihat biasa satu sama lain.
“Sejak kapan kau ada disini?”, tanya Yandra ketika
melihatnya sudah berhenti disampingnya.
“Sejak kau sudah tertidur malam tadi!”, sahut Yusra
masih menyisir rambutnya.
“Kenapa cowo mukanya terlihat cool, saat dirinya
dalam keadaan basah seperti kamu ?”, tanya Yandra sedikit memujinya karna rasa
terpesonanya sedkit kepadanya.
“Mungkin karna itu mereka suka bermain hujan-hujanan,
agar terlihat cool bahkan lebih terlihat cool!”, Yusra menambahkan
pertanyaannya.
Usainya berkata, Yusra mengambil handuk kecil yang
telah dibawanya dari dalam tas kerjanya untuk mengeringkan wajahnya. Yandra
yang melihatnya pun akan berkata sedikit mengejeknya, “Alangkah baiknya jika
kamu tidak mengeringkan wajahmu! Biarkan tetap basah seperti itu!”. Yusra yang
masih mengeringkan wajahnya pun menjadi tertaawa kecil padanya mebalas katanya,
“Aku bukan anak TK lagi, nona Yandra!”, balas Yusra mencontoh panggilan seorang
Dokter untuk pasiennya.
Kemudian Yandra beralih memeluk bonekanya erat,
sementara Yusra beralih keruangan suster untuk mengambil air hangat karna
dirinya akan membuat susu sebagai pendamping makanan sarapan paginya. Sedangkan
Yandra menjadi senyum-senyum sendiri kembali membayangkan wajah Yusra yang basah
dari kamar mandi serta rambutnya sehingga membuat drinya menjadi sedikit
terpesona tak kuasa meniadakan rasa pesonanya.
Dan lalu secara tiba-tiba dilihatnya jika Yusra telah
kembali memasuki ruangan VIP nya dengan membawa segelas susu yang sudah siap
untuk diminum, dan Yusra berjalan menuju kearah tas kerjanya yang ada disamping
Yandra dengan mulai meminum segelas susunya. Usainya menghabiskan segelas
susunya, Yusra mengusap mulutnya sendiri menggunakan sapu tangannya lalu
memasukkan gelas minumannya kedalam tasnya. Dirinya sedang bersiap-siap untuk
pergi kekantor kembali.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Setelah dirasanya sudah siap semuanya, kini Yusra
berjalan lebih mendekati Yandra untuk berpamitan dengannya. Yandra yang masih
melihatnya menjadi mendadak hening menunggunya bicara. “Gue pergi dulu yah,
karna sudah dari malam tadi Gue ada disini temenin elo!”, kata pamitnya dengan
permisi. Kemudian dengan tiba-tiba Yandra mencium bibirnya usainya Yusra
berkata pamit padanya. Yusra yang merasakan ciumannya pun hanya diam membiarkannya
karna sudah menjadi terdiam pilu.
Kemudian Yandra melepaskan ciumannya masih melihat
padanya, sedangkan Yusra memberi senyum kecil namun sedikit segan lalu beranjak
pergi keluar ruangan VIP untuk pergi kekantor. Dan kini Yusra telah menyusuri
jalan menuju lobby rumah sakit dengan perasaan gelisah atas apa yang
disaksikannya tadi, sementara Yandra menjadi hening mulai merasa bingung
mengapa bisa ia mencium bibir Yusra seperti tadi.
Beberapa jam
kemudian, tepatnya pada pukul sebelas mendekati siang bolong. Dokter Fachri
baru memasuki ruangan VIP Yandra akan membuka jahitan pada luka dikepala Yandra
bersama dua orang susternya. Sedangkan Yandra kini menghadapkan tubuhnya
kesamping kearah jendela dengan memeluk bonekanya, dan Dokter Fachri baru akan
memulai membuka jahitan pada luka dikepalanya tersebut. Dalam masih tahap pengerjaannya,
Dokter Fachri mengajak bicara ke salah satu susternya.
“Sudah berapa kali perban dikepalanya diganti?”,
tanya Dokter Fachri ingin mengetahuinya lagi.
“Dalam waku tiga hari kami sudah mengganti perbannya sebanyak
dua kali, Dok!”, jawab salah-satu susternya mewakili seorang suster lainnya
yang membantu Dokter Fachri.
“Kalau tidak salah hari ini akan diganti yang ketiga
kalinya yah? Tapi ini lukanya sudah kering!”, tanya lagi Dokter Fachri sambil
memberitahukan.
“Iya, mungkin itu adalah efek dari obat yang kami
berikan sesuai dengan petunjuk Dokter! Obat yang selalu kami oleskan diwaktu
kami sedang mengganti perban dikepalanya!”, penjelasan salah-satu susternya
kembali mengiyakan.
Kemudian Dokter Fachri meminta alat untuk membuka
jahitan pada luka dikepala Yandra, usai dirinya membersihkan sisa obat
dijahitan pada luka dikepala Yandra tersebut. Dan kinipun Dokter Fachri akan
membuka jahitannya dengan pelan, sedangkan Yandra menikmatinya dengan perasaan
was-was. “Jangan tegang atuh, neng!”, kata Dokter Fachri menggodanya agar tidak
tegang. “Iya, Dokter Fachri! Aing mah selalu usaha untuk tetap kalem!”, sahut
Yandra sedikit canda menggunakan bahasa sunda.
Dokter Fachri pun kini sudah membuka jahitan pada
luka dikepalanya, dan sekarang tinggal memasang perban yang baru untuk
melindunginya dari bakteri. Sebab lukanya masih sensitif meskipun sudah kering.
Kemudian Dokter Fachri memerintahkannya untuk duduk tegak tidak bersandar, dan
Yandra melakukan perintahnya dengan dibantu oleh suster. Dan kini Yandra sudah
duduk tegak melihat ke Dokter Fachri.
“Terasa pusing atau tidak?”, tanya Dokter Fachri
ingin mengetahui.
“Iya, pusing sedikit!”, jawab Yandra mengiyakan.
“Kamu harus belajar duduk tegak ditempat tidur! Kamu
merasa pusing, karna kamu terlalu lama berbaring! Untuk penyakit dikepalamu,
semuanya sudah baik-baik saja! Hanya perlu belajar duduk agar terbiasa dan
tidak lagi merasa pusing!”, Dokter Fachri menjelaskan sekaligus memberi saran
padanya.
Usainya menjelaskan sekaligus memberi saran yang
demikian, Dokter Fachri berpamitan untuk pergi bersama kedua orang susternya.
Yandra yang sudah melihatnya pergi pun langsung menyandarkan tubuhnya kembali
serta merebahkan kepalanya demi menghilangkan rasa pusingnya sesaat.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar