Rabu, 20 Januari 2016

Badung Location. . . . #24



Malam hari pun tiba, sesuai dengan jam besuk ruangan ICCU yang masih terbuka ayah dari Mirza dan Dokter Fachri mulai memasuki ruangan tersebut untuk mengontrol kondisi Yandra. Dan kini Dokter Fachri memeriksa nafasnya, detak jantungnya, juga nadinya. Kemudian Dokter Fachri meminta untuk mengganti selang oksigen dengan yang hanya dipasang dikedua lubang hidungnya Yandra, karna nafasnya sudah sedikit bagus sehingga tidak perlu memakai selang oksigen yang menggunakan penutup.
“Apakah saya bisa berbicara dengannya sekarang?”, tanya pak Mirzain kepadanya melihat ke Yandra.
“Kami masih memberikannya obat tidur! Dan kami akan mencoba membangunkannya pada jam delapan esok pagi, demi merespon kerja otaknya!”, penjelasan Dokter Fachri dengan wibawanya kembali.
Dan kemudian mereka bersama-sama beranjak pergi keluar dari ruangan ICCU, namun ketika sudah berada diluar ruangan ICCU Dokter Fachri berpamitan untuk pergi ke UGD karna ada pasien darurat. Disaat yang sama baru saja muncul sosok Mirza yang sudah datang kembali ke Indonesia dengan berjalan mencoba berdiri disampingnya. Ayahnya yang melihatnyapun langsung memeluk dirinya, menyalurkan energi kecemasannya.
“Semuanya sudah baik-baik saja bukan, Ayah?”, tanya Mirza masih dalam pelukan.
“Semuanya sudah menjadi lebih baik, anakku!”, sahut ayahnya memberi jawaban dengan melepaskan pelukannya melihat kewajah Mirza.
Kemudian ayahnya melihat sosok Yusra dibalik Mirza, ayahnya pun menyapa Yusra serta mengucapkan terimakasih karna telah menyempatkan dirinya untuk menemani Mirza kerumah sakit. Yusra yang mendengar kata terimakasihnya menjadi tersenyum sedikit canggung belum mengetahui sesuatu yang sangat berhubungan dengan dirinya. Dan kini ayahnya mengajak Mirza dan Yusra untuk pulang bersama dari rumah sakit tersebut.
Setelah mendengar ajakkan dari ayah Mirza itu, mereka bertigapun mulai beranjak pergi untuk pulang kekediaman masing-masing. Dan ayah Mirza akan kembali kerumah sakit pada esok hari sesuai dengan jam besuk ruang ICCU.

Esok paginya. . . .

Yusra sedang melakukan sarapan pagi sebelum dirinya akan kembali bekerja seperti semula dikantor perusahaannya. Ia belum menyadari kalau Yandra belum pulang dari travelingnya. Dan kemudian dirinya teringat pada janji Yandra yang akan pulang dari travelingnya bertepatan dengan jadwal kepulangannya kembali ke Indonesia, saat ketika akan meminum segelas susunya menjadi terhenti seketika.
“Bibi!”, sapanya dengan melihat ke asisten rumahnya yang sedang membereskan makanannya didepannya. Asisten rumahnya menjadi berhenti sesaat melihat tanya kepadanya. “Kemarin, adalah jadwal kepulanganku kembali ke Indonesia! Dan dimana Yandra, mengapa dia melewati satu hari akan janjinya untuk mengakhiri traveling kebeberapa kota masih di Indonesia?!”, tanya Yusra sembari menjelaskannya.
“Bibi juga tidak tau, Tuan Yusra! Nyonya Yandra tidak memberi kabar dari pertama dia sudah pergi traveling hingga sekarang!”, jawab asisten rumahnya mengaku tidak tahu menahu. Yusra yang mendengarnya pun menagangguk resah padanya lalu meminum segelas susunya hingga benar-benar habis. Kemudian ia membuat prinsip untuk menghubungi Yandra ketika tiga hari sudah Yandra mengingkari janjinya tentang kepulangannya dari traveling yang dilakukannya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Sementara disana, dirumah sakit Yandra baru dipindahkan diruang ICU karna keadaannya yang sudah membaik berhasil melewati masa kritisnya. Dan tepatnya pada pukul delapan pagi, Dokter Fachri membangunkannya dengan memanggil namanya juga mencolek wajahnya pelan. Dan kemudian Yandra pun terbangun dengan langsung melihat padanya. “Apa kabar Yandra? Apa yang kamu keluhkan saat ini?”, tanya Dokter Fachri menanyakan kabar juga keluhan darinya.
“Fachri? Kepalaku masih terasa sakit!”, sahutnya menyatakan keluhnya bernadakan masih dalam kelemahan.
“Kemarin kamu baru saja menjalani operasi dikepala! Dan saat ini trauma dikepala yang kamu alami belum sepenuhnya hilang! Ikuti saja keinginanmu untuk tidur kembali, karna obat bius yang aku berikan masih bekerja dalam tubuhmu!”, penjelasan Dokter Fachri secara panjang lebar.
Yandra yang mendengar penjelasannya pun menjadi tersenyum lalu tidur kembali. Dan pada satu jam kemudian Dokter Fachri akan kembali mengontrol kesehatannya.

Satu jam kemudian. . . .

Satu jam telah berlalu, dan kini Dokter Fachri kembali mengontrol kesehatan Yandra. Dan setelah memeriksa secara keseluruhan, Yandra dinyatakan sangat stabil sehingga bisa dipindahkan dikamar biasa. Yandra dipindahkan dikamar VIP sesuai kemauan dari pak Mirzain. Sementara disana tepatnya dilobby rumah sakit, tampak Mirza bersama ayahnya sedang membicarakan sesuatu. Ayahnya membicarakan kalau seorang wanita yang telah ditabraknya itu adalah adik kandungnya.
Mirza pun menjadi bertanya-tanya hingga memberikan sebuah tanya padanya. Mirza masih tidak mempercayai kata-kata dari ayahnya. Karna setahu dirinya adiknya telah hilang dibawah oleh ibunya karna sebuah kesalah pahaman, itu terjadi saat dirinya berusia empat tahun dan adiknya berusia dua tahun. Dan kini mereka masuk kedalam rumah sakit menuju ruang VIP dimana Yandra telah dipindahkan. Sedangkan Yandra didalam ruangan VIPnya melihat keluar jendela, memikirkan sesuatu.
Setibanya disana, Mirza mengaku sangat terkejut ketika melihat Yandra sedang terbaring dengan bersandar ditempat tidur ruang VIP tersebut. Sedangkan Yandra baru saja terpandang ke ayahnya, karna Mirza berdiam dibalik ayahnya sambil bertanya-tanya dalam hatinya. “Apa kabar nona?”, tanya pak Mirzain mencoba akrab. Yandra menjawab kalau dirinya baik-baik saja sekarang. “Ada sesuatu yang akan saya ceritakan padamu!”, buka pak Mirzain akan menceritakan. Yandra mengangguk.
Kemudian diceritakannya kalau pak Mirzain adalah ayah kandungnya. Seorang ayah kandungnya yang telah kehilangan putri kecilnya yang baru berusia dua tahun, karna telah dibawa pergi oleh ibunya akibat dari kesalah pahaman. Dan kini sudah dipertemukan kembali dengan insiden sebuah kecelakaan yang telah membuka semua kebenaran, sebuah kebenaran bahwa Yandra adalah putri kandung pak Mirzain yang telah lama hilang.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Yandra yang mendengarnya menjadi terkejut masih akan menyimak cerita dari pak Mirzain kembali. Dan kemudian pak Mirzain mengatakan bahwa dirinya datang kepadanya tidak hanya dengan seorang diri, tetapi bersama dengan kakak kandung laki-lakinya. Disaat yang bersamaan, Mirza pun menunjukkan dirinya kepada Yandra dan Yandra yang melihatnya pun menjadi semakin terkejut hingga membuat dirinya menjadi pingsan.
Dan disaat itu juga seorang suster datang memasuki ruangannya untuk memeriksanya, lalu akan membuatnya sadar kembali dari pingsannya. Namun dengan tiba-tiba pak Mirzain mendapat sebuah telpon dari kantornya yang memberitahukan kalau jam rapat kantornya akan segera tiba. Kemudian dengan terpaksa pak Mirzain berpamitan meninggalkan keduanya yang sebagai anak kandungnya. Ternyata takdir yang diterima Yandra adalah bertemu dengan keluarga biologisnya.

Setelah beberapa saat kemudian. . . .

Yandra kini sudah kembali terbangun dari pingsannya, kembali dilihatnya Mirza yang duduk disampingnya masih melihatnya bertanya-tanya. “Mirza, aku baru saja menemukan jati diriku! Setelah lama aku mencarinya!”, kata Yandra sedikit bahagia. Mirza memegang tangan darinya sembari menciumnya penuh kasih. “Mirza, aku mohon, kamu jangan ceritakan ini pada siapapun! Cukup aku, kamu, dan ayah saja yang mengetahui!”, pinta Yandra secara tiba-tiba sehingga membuat Mirza berdiri dari duduknya.
“Mengapa harus seperti itu!”, tanyanya masih memegang tangan Yandra.
“Sebagai seorang kakak, maka wajib untuk mematuhi sebuah permintaan dari adiknya!”, jawab Yandra sedikit memakai teka-teki. Mirza mengangguk menahan harunya.
Kemudian Mirza bertanya, “Dimana mama?”. Dan Yandra menjawab bahwa ibu mereka telah meninggal sekitar empat belas tahun yang lalu karna sakit keras sebelum Yandra diadopsi oleh ibu panti asuhan untuk merawatnya yang hanya sebatang kara setelah kematian ibunya. Mirza yang sudah mendengar ceritanya pun langsung memeluk Yandra dengan kasihnya.
“Setelah Sembilan belas tahun berpisah, sekarang kita bertemu lagi! Tapi kenapa mama harus pergi lebih dulu!”, keluh Mirza amat sendu masih memeluknya.
“Masih ada ayah, kak! Aku bahagia bisa bertemu ayah dan kakak, setelah sekian lama aku mencari!”, sahut Yandra menenangkan.
Dokter Fachri yang melihat keduanya dari luar jendela ruang VIP pun mengaku terharu, karna baru saja menyaksikan dua saudara kandung yang sudah terpisah dan kini bertemu kembali dalam satu momen kebahagiaan. Lalu dilihatnya Mirza mulai bercanda menjahili Yandra yang masih belum pulih dengan tawanya. “Mereka sudah bersatu dalam keluarga kembali, hanya saja suami darinya yang belum menghubunginya!”, bisik kecil Dokter Fachri yang masih memegang ponsel milik Yandra.
Kemudian ia mulai beranjak pergi menuju ruangannya sendiri untuk memeriksa ponsel Yandra. Setibanya disana, ponsel Yandra mengalami kehabisan baterai. Dan Dokter Fachri pun mengisikan baterai ponsel Yandra menggunakan chargernya sendiri agar suami Yandra bisa menghubunginya, pikirnya seketika.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar