Malam hari pun tiba, sesuai dengan jam besuk ruangan
ICCU yang masih terbuka ayah dari Mirza dan Dokter Fachri mulai memasuki ruangan
tersebut untuk mengontrol kondisi Yandra. Dan kini Dokter Fachri memeriksa
nafasnya, detak jantungnya, juga nadinya. Kemudian Dokter Fachri meminta untuk
mengganti selang oksigen dengan yang hanya dipasang dikedua lubang hidungnya
Yandra, karna nafasnya sudah sedikit bagus sehingga tidak perlu memakai selang
oksigen yang menggunakan penutup.
“Apakah saya bisa berbicara dengannya sekarang?”,
tanya pak Mirzain kepadanya melihat ke Yandra.
“Kami masih memberikannya obat tidur! Dan kami akan mencoba
membangunkannya pada jam delapan esok pagi, demi merespon kerja otaknya!”,
penjelasan Dokter Fachri dengan wibawanya kembali.
Dan kemudian mereka bersama-sama beranjak pergi
keluar dari ruangan ICCU, namun ketika sudah berada diluar ruangan ICCU Dokter
Fachri berpamitan untuk pergi ke UGD karna ada pasien darurat. Disaat yang sama
baru saja muncul sosok Mirza yang sudah datang kembali ke Indonesia dengan
berjalan mencoba berdiri disampingnya. Ayahnya yang melihatnyapun langsung
memeluk dirinya, menyalurkan energi kecemasannya.
“Semuanya sudah baik-baik saja bukan, Ayah?”, tanya
Mirza masih dalam pelukan.
“Semuanya sudah menjadi lebih baik, anakku!”, sahut
ayahnya memberi jawaban dengan melepaskan pelukannya melihat kewajah Mirza.
Kemudian ayahnya melihat sosok Yusra dibalik Mirza,
ayahnya pun menyapa Yusra serta mengucapkan terimakasih karna telah
menyempatkan dirinya untuk menemani Mirza kerumah sakit. Yusra yang mendengar
kata terimakasihnya menjadi tersenyum sedikit canggung belum mengetahui sesuatu
yang sangat berhubungan dengan dirinya. Dan kini ayahnya mengajak Mirza dan
Yusra untuk pulang bersama dari rumah sakit tersebut.
Setelah mendengar ajakkan dari ayah Mirza itu, mereka
bertigapun mulai beranjak pergi untuk pulang kekediaman masing-masing. Dan ayah
Mirza akan kembali kerumah sakit pada esok hari sesuai dengan jam besuk ruang
ICCU.
Esok paginya. . . .
Yusra sedang melakukan sarapan pagi sebelum dirinya
akan kembali bekerja seperti semula dikantor perusahaannya. Ia belum menyadari
kalau Yandra belum pulang dari travelingnya. Dan kemudian dirinya teringat pada
janji Yandra yang akan pulang dari travelingnya bertepatan dengan jadwal
kepulangannya kembali ke Indonesia, saat ketika akan meminum segelas susunya menjadi
terhenti seketika.
“Bibi!”, sapanya dengan melihat ke asisten rumahnya
yang sedang membereskan makanannya didepannya. Asisten rumahnya menjadi
berhenti sesaat melihat tanya kepadanya. “Kemarin, adalah jadwal kepulanganku
kembali ke Indonesia! Dan dimana Yandra, mengapa dia melewati satu hari akan
janjinya untuk mengakhiri traveling kebeberapa kota masih di Indonesia?!”,
tanya Yusra sembari menjelaskannya.
“Bibi juga tidak tau, Tuan Yusra! Nyonya Yandra tidak
memberi kabar dari pertama dia sudah pergi traveling hingga sekarang!”, jawab
asisten rumahnya mengaku tidak tahu menahu. Yusra yang mendengarnya pun menagangguk
resah padanya lalu meminum segelas susunya hingga benar-benar habis. Kemudian
ia membuat prinsip untuk menghubungi Yandra ketika tiga hari sudah Yandra
mengingkari janjinya tentang kepulangannya dari traveling yang dilakukannya.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sementara disana, dirumah sakit Yandra baru dipindahkan
diruang ICU karna keadaannya yang sudah membaik berhasil melewati masa
kritisnya. Dan tepatnya pada pukul delapan pagi, Dokter Fachri membangunkannya
dengan memanggil namanya juga mencolek wajahnya pelan. Dan kemudian Yandra pun
terbangun dengan langsung melihat padanya. “Apa kabar Yandra? Apa yang kamu
keluhkan saat ini?”, tanya Dokter Fachri menanyakan kabar juga keluhan darinya.
“Fachri? Kepalaku masih terasa sakit!”, sahutnya
menyatakan keluhnya bernadakan masih dalam kelemahan.
“Kemarin kamu baru saja menjalani operasi dikepala!
Dan saat ini trauma dikepala yang kamu alami belum sepenuhnya hilang! Ikuti
saja keinginanmu untuk tidur kembali, karna obat bius yang aku berikan masih
bekerja dalam tubuhmu!”, penjelasan Dokter Fachri secara panjang lebar.
Yandra yang mendengar penjelasannya pun menjadi
tersenyum lalu tidur kembali. Dan pada satu jam kemudian Dokter Fachri akan
kembali mengontrol kesehatannya.
Satu jam kemudian. . . .
Satu jam telah berlalu, dan kini Dokter Fachri
kembali mengontrol kesehatan Yandra. Dan setelah memeriksa secara keseluruhan,
Yandra dinyatakan sangat stabil sehingga bisa dipindahkan dikamar biasa. Yandra
dipindahkan dikamar VIP sesuai kemauan dari pak Mirzain. Sementara disana
tepatnya dilobby rumah sakit, tampak Mirza bersama ayahnya sedang membicarakan
sesuatu. Ayahnya membicarakan kalau seorang wanita yang telah ditabraknya itu
adalah adik kandungnya.
Mirza pun menjadi bertanya-tanya hingga memberikan
sebuah tanya padanya. Mirza masih tidak mempercayai kata-kata dari ayahnya.
Karna setahu dirinya adiknya telah hilang dibawah oleh ibunya karna sebuah
kesalah pahaman, itu terjadi saat dirinya berusia empat tahun dan adiknya
berusia dua tahun. Dan kini mereka masuk kedalam rumah sakit menuju ruang VIP
dimana Yandra telah dipindahkan. Sedangkan Yandra didalam ruangan VIPnya
melihat keluar jendela, memikirkan sesuatu.
Setibanya disana, Mirza mengaku sangat terkejut
ketika melihat Yandra sedang terbaring dengan bersandar ditempat tidur ruang
VIP tersebut. Sedangkan Yandra baru saja terpandang ke ayahnya, karna Mirza
berdiam dibalik ayahnya sambil bertanya-tanya dalam hatinya. “Apa kabar nona?”,
tanya pak Mirzain mencoba akrab. Yandra menjawab kalau dirinya baik-baik saja
sekarang. “Ada sesuatu yang akan saya ceritakan padamu!”, buka pak Mirzain akan
menceritakan. Yandra mengangguk.
Kemudian diceritakannya kalau pak Mirzain adalah ayah
kandungnya. Seorang ayah kandungnya yang telah kehilangan putri kecilnya yang
baru berusia dua tahun, karna telah dibawa pergi oleh ibunya akibat dari
kesalah pahaman. Dan kini sudah dipertemukan kembali dengan insiden sebuah
kecelakaan yang telah membuka semua kebenaran, sebuah kebenaran bahwa Yandra
adalah putri kandung pak Mirzain yang telah lama hilang.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Yandra yang mendengarnya menjadi terkejut masih akan
menyimak cerita dari pak Mirzain kembali. Dan kemudian pak Mirzain mengatakan
bahwa dirinya datang kepadanya tidak hanya dengan seorang diri, tetapi bersama
dengan kakak kandung laki-lakinya. Disaat yang bersamaan, Mirza pun menunjukkan
dirinya kepada Yandra dan Yandra yang melihatnya pun menjadi semakin terkejut
hingga membuat dirinya menjadi pingsan.
Dan disaat itu juga seorang suster datang memasuki
ruangannya untuk memeriksanya, lalu akan membuatnya sadar kembali dari
pingsannya. Namun dengan tiba-tiba pak Mirzain mendapat sebuah telpon dari
kantornya yang memberitahukan kalau jam rapat kantornya akan segera tiba.
Kemudian dengan terpaksa pak Mirzain berpamitan meninggalkan keduanya yang
sebagai anak kandungnya. Ternyata takdir yang diterima Yandra adalah bertemu
dengan keluarga biologisnya.
Setelah beberapa saat kemudian. . . .
Yandra kini sudah kembali terbangun dari pingsannya,
kembali dilihatnya Mirza yang duduk disampingnya masih melihatnya
bertanya-tanya. “Mirza, aku baru saja menemukan jati diriku! Setelah lama aku
mencarinya!”, kata Yandra sedikit bahagia. Mirza memegang tangan darinya
sembari menciumnya penuh kasih. “Mirza, aku mohon, kamu jangan ceritakan ini
pada siapapun! Cukup aku, kamu, dan ayah saja yang mengetahui!”, pinta Yandra
secara tiba-tiba sehingga membuat Mirza berdiri dari duduknya.
“Mengapa harus seperti itu!”, tanyanya masih memegang
tangan Yandra.
“Sebagai seorang kakak, maka wajib untuk mematuhi
sebuah permintaan dari adiknya!”, jawab Yandra sedikit memakai teka-teki. Mirza
mengangguk menahan harunya.
Kemudian Mirza bertanya, “Dimana mama?”. Dan Yandra
menjawab bahwa ibu mereka telah meninggal sekitar empat belas tahun yang lalu
karna sakit keras sebelum Yandra diadopsi oleh ibu panti asuhan untuk
merawatnya yang hanya sebatang kara setelah kematian ibunya. Mirza yang sudah mendengar
ceritanya pun langsung memeluk Yandra dengan kasihnya.
“Setelah Sembilan belas tahun berpisah, sekarang kita
bertemu lagi! Tapi kenapa mama harus pergi lebih dulu!”, keluh Mirza amat sendu
masih memeluknya.
“Masih ada ayah, kak! Aku bahagia bisa bertemu ayah
dan kakak, setelah sekian lama aku mencari!”, sahut Yandra menenangkan.
Dokter Fachri yang melihat keduanya dari luar jendela
ruang VIP pun mengaku terharu, karna baru saja menyaksikan dua saudara kandung
yang sudah terpisah dan kini bertemu kembali dalam satu momen kebahagiaan. Lalu
dilihatnya Mirza mulai bercanda menjahili Yandra yang masih belum pulih dengan
tawanya. “Mereka sudah bersatu dalam keluarga kembali, hanya saja suami darinya
yang belum menghubunginya!”, bisik kecil Dokter Fachri yang masih memegang
ponsel milik Yandra.
Kemudian ia mulai beranjak pergi menuju ruangannya
sendiri untuk memeriksa ponsel Yandra. Setibanya disana, ponsel Yandra mengalami
kehabisan baterai. Dan Dokter Fachri pun mengisikan baterai ponsel Yandra
menggunakan chargernya sendiri agar suami Yandra bisa menghubunginya, pikirnya
seketika.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar