Kamis, 21 Januari 2016

Badung Location. . . . #38



Dikediaman Mirza, Eisya telah menyiapkan beberapa makanan dalam menyambut kedatangannya. Dan itu berhasil membuat Mirza merasa kaget. Dan kemudian mereka berdua makan bersama dengan memakai lilin kecil sebagai penghias tambahan agar terlihat romantis. Semenjak mereka berdua sudah menjadi pasangan kekasih, Eisya selalu menunjukkan keromantisan dirinya. Lain dengan Mirza yang jarang sekali menunjukkan keromantisannya pada Eisya.
Namun dibalik itu, Mirza begitu menyimpan cinta yang dalam pada Eisya. Hingga dirinya berani untuk mengajak Eisya segera bertunangan dengannya. Dan hari pertunangan yang telah mereka rencanakanpun mulai semakin dekat, yang akan dilaksanakan diluar negeri dimana keluarga besar Eisya berkumpul.

Pada malam harinya. . . .

                Yusra dikediamannya mendatangi kamar Yandra berniat akan menanyakan sesuatu. Sementara Yandra dikamarnya sedang membaca novel yang baru dibeli olehnya dengan berdiri disamping tempat tidurnya. Dan kemudian ditemuinya jika Yusra memasuki kamarnya berlanjut menghampiri serta akan berdiri dihadapannya, tanpa menutup pintu kamar Yandra dahulu.
“Yusra?”, sapa Yandra sedikit tanya. Melihat santai.
“Hey? Kamu masih bisa santai sementara suasana sebentar lagi akan menjadi kacau!”, Yusra mengingatkannya dengan menegurnya. Melihat sedikit cemas.
“Didalam novel yang sedang aku baca ini, belum ada cerita yang kacau didalamnya!”, sanggah Yandra masih santai karna tidak mengerti maksud dari perkataan Yusra.
“Oyah? Lebih tegang mana cerita yang kacau dalam novel baru milikmu itu, dengan hilangnya surat perjanjian pernikahan diatas matrai dari ruang kerjaku masih dirumah ini?!”, Yusra membuka mengungkap pertanyaannya. Yandra mulai menatap tegang padanya.
Dan lalu Yandra melirikkan kedua matanya kearah pintu kamarnya yang masih terbuka, berlanjut menunjukkannya kepada Yusra dengan menggunakan tangannya sendiri. Yusra yang mulai mengertipun ikut melihat apa yang ditunjukkan Yandra padanya. “Pintu itu masih terbuka Yusra! Kecilkan volume suaramu! Karna kalau tidak, maka siapa saja yang melintas didepannya akan cepat mengetahuinya!”, beritahu Yandra kepadanya.
“Aku sudah mengerti walaupun baru saja menyadarinya!”, balas Yusra pandangannya masih tertuju pada pintu kamar Yandra tersebut. Kemudian mengalihkan pandangannya dengan melihat kewajah Yandra, dan Yandra baru saja melihat kepadanya mulai menatap biasa. “Kau harus cepat mencarinya Yusra! Karna bagaimanapun, surat perjanjian pernikahan diatas matrai itu telah diserahkan padamu dan kau juga telah menyimpannya bukan!?”, bisik kecil Yandra menegaskan, tatapannya juga.
Setelah mendengar kata darinya, Yusra mengangkat kedua tangannya seolah-olah sedikit menyerah tidak bisa menjanjikannya, memakai tatapan bermain-main. Kemudian berjalan mundur akan berbalik pergi meninggalkan. Sedangkan Yandra masih melihatnya memakai tatapan tegas, diam, hingga Yusra benar pergi keluar dari kamarnya dengan menutup pintu kamarnya kembali.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Esok harinya, Yusra bersama Yandra pergi menuju kesebuah pameran. Pameran yang digelar bersamaan dengan hari bebas kerja, yaitu pada hari minggu. Sementara disana, Mirza dan Eisya sudah menunggu kedatangan mereka berdua dipameran tersebut. Pameran tersebut diadakan diruang terbuka, yaitu memakai sebuah taman bermain. Dan berisi bazar berupa barang-barang unik yang sudah siap dipamerkan juga ada yang sudah siap untuk diperjual belikan.
Tak berapa lama kemudian, Yusra dan Yandra pun tiba dipameran tersebut dengan memakai pakaian couple bergambar Ice Cream. Pakaian couple yang dikenakan Yusra berwarna biru dan Yandra berwarna merah muda. Sedangkan Mirza dan Eisya memakai pakaian berwarna merah maroon, pakaian sekolah khas korea. Lalu dimanakah Mora? Apakah dirinya juga ikut serta bersama mereka yang sudah berada dipameran tersebut?!
Yupz, Mora memang ikut serta dan kini dirinya sedang berjalan-jalan sendiri dengan berpakaian kotak-kotak berwarna merah. Dan kini Mora sedang berhenti disuatu tempat masih didalam pameran tersebut, ia berhenti ditempat yang memamerkan aneka bunga. Lalu ia menyempatkan dirinya untuk mengambil buket bunga berwarna merah berukuran sedang. “Aku suka banget sama bunga warna merah! Seperti bunga mawar, bunga kembang sepatu, ataupun sebagainya!”, bisiknya memuji.
Ketika mulai menghadapkan dirinya kearah kanan, ia melihat ada sebuah pemotretan keliling. Dimana telah dilihatnya jika ada beberapa orang yang rela mengantri untuk berfoto. Dan Morapun kini beranjak sedikit untuk mengantri berfoto dengan bunga yang masih dipegangnya. Tak perlu lama menunggu, kini giliran dirinya yang akan berfoto. Kemudian dengan cepat Mora berpose dengan menunjukkan buket bunga digenggaman kedua tangannya.
Memakai gaya candid dengan kedua matanya sengaja terpejam bahagia serta memakai senyuman lepas dibibirnya. Usainya melakukan foto dengan pose candid tersebut, kini Mora menunggu hasil fotonya yang berukuran besar sedang dicetak. Dan dengan hanya mengeluarkan uang tigapuluh ribu ia dapat mengambil hasil cetakan dari fotonya tadi. Setelah dirinya sudah mendapatkan fotonya, kini beranjak akan mengembalikan buket bunga yang sudah dipinjamnya itu.
Namun ketika sudah sampai ditempat pameran aneka bunga tersebut, dan juga sudah akan menaruhnya tiba-tiba saja ada yang menahannya dengan memegang bucket bunga yang masih berada digenggam tangannya. Dan ketika mencoba melihat kewajah orang yang telah menahannya itu, sontak Mora menjadi terkejut sehingga dirinya menjadi mundur tiga langkah kebelakang dengan reflek melepaskan bucket bunganya. Ternyata orang itu adalah Fachri yang muncul secara tiba-tiba.
“Sedang apa kau disini? Mengapa kau seperti seseorang yang sudah beberapa hari belakangan ini telah mengangguku, dengan kemisteriusannya?”, tanya Mora sedikit tegas masih dengan keterkejutannya. Menatap dingin.
“Bukankah ini tempat umum! Jadi tidak ada salahnya aku menyempatkan diriku untuk pergi kepameran ini, hanya demi memanfaatkan waktu luangku saja!”, sahut Fachri memberitahukannya lalu pergi menuju tempat pameran aneka bunga.
Mora yang melihatnya pun menjadi hening seketika, kemudian berbalik pergi berniat akan menemui Mirza dan Eisya ditempat lain masih didalam pameran tersebut. Dan kebersamaan keduanya berlalu dengan cuma-cuma.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sementara ditempat lain masih dipameran itu, Yusra duduk bersama Yandra dibangku taman menunggu kedatangan Eisya juga Mirza. Tak berapa lama menunggu dalam keheningan, mereka berdua baru menemui Mirza bersama Eisya yang sedang berlari didepannya. Yusra yang sudah melihat merekapun langsung berteriak memanggil nama keduanya, sedangkan Yandra hanya duduk melihat keduanya. Dan kemudian Yusra dan Yandra berlari kecil menghampiri keduanya.
“Lama banget sih?”, tanya Mirza ketika sudah berdiri bersama melihat Yusra dan Yandra.
“Idih? Kok malah lo yang bertanya?”, sanggah Yandra melihat ke Mirza.
“Harusnya gue yang bertanya, ituuuu?”, sambung Yusra dengan tiba-tiba melihat ke Mirza.
“Ciyeee kompakan niyeeee!”, Eisya menyambung mengejek Yusra dan Yandra. Melihat mereka berdua.
“Katanya mau lari? Ayo lari!”, sambung Yandra kembali mengalihkan pembicaraan melihat kemereka semua.
Kemudian lagi mereka sama-sama berlari kecil saling berpandangan satu dengan yang lainnya. Lalu mereka menjadi terhenti seketika saat melihat Yandra berhenti dari lari kecilnya. Dan itu karna Yandra baru tersadar bahwa dirinya sedang mengandung satu bulan setengah hingga tak baik jika harus berlari kecil. “Gue, gue balik aja duduk ditempat yang tadi! Entah mengapa, gue, merasa cape aja gitu?!”, katanya lagi mengelak.
Mirza yang mendengarnya pun menawarkan Yusra untuk menemaninya. Namun Yandra menolaknya dengan cuma-cuma meminta Yusra untuk tetap berlari kecil bersama mereka berdua. “Yandra, sebenarnya kami sedang bermain lari-larian! Jadi yakin nih, kamu gak mau ikutan?”, tegur Yusra memberitahu. Namun Yandra menggeleng memakai senyuman palsu, dan mereka kinipun mulai berlari kecil bersama meninggalkan Yandra sendiri.
Sementara ditempat lain, Mora tidak sengaja melihat Mirza, Eisya juga Yusra sedang berlari kecil bersama. Kemudian ia mencoba tuk mengejar ketiganya dengan berlari kecil pula. Namun tiba-tiba menjadi terhenti karna tali sepatunya mendadak lepas dari ikatannya, dan Morapun kini membungkukkan tubuhnya sembari membetulkan tali sepatunya. Dan ketika akan berlari kembali usainya membetulkan tali sepatunya, tiba-tiba saja Fachri menunjukkan bunga dari sisi kanannya.
“Aku tau, kamu pasti sangat menyukai bucket bunga mawar ini kan?”, sapa Fachri melihat biasa masih menunjukkannya.          
“Aku, hanya laper mata kok!”, sanggah Mora mulai melihat bingung.
“Bo….doh! Terima saja dulu bucket bunga mawar ini!”, perintah Fachri sedikit memaksa. Mulai menatap dingin sedikit.
“Baru kali ini aku mendengar seorang Dokter telah berkata frontal seperti kamu!”, Mora menyindirnya sembari mengambil bunga yang ditunjukkan padanya.
Fachri pun menjadi tersenyum padanya, setelah melihat bunga yang ditunjukkannya diambil oleh Mora. Dan dalam sekejap mereka saling berpandangan, Fachri masih dengan senyumnya yang mulai menggoda jiwa Mora. Lalu Mora menundukkan kepalanya melihat kebawah tak sanggup menahannya, sedangkan Fachri berbisik “Ayo kita kejar mereka, mereka sudah sedikit jauh loh!”, ajak Fachri. Mora pun melihat kembali ke Fachri yang sudah berlari lebih dulu, dan lalu Mora menyusulnya.

Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar