Pada sore harinya, Yandra sedang berenang setelah
hujan berhenti pada tiga puluh menit yang lalu. Sementara didalam rumah didekat
pintu menuju kolam renang tersebut, terlihat Yusra sedang berjalan menuju
kearah kolam renang dengan membawa sebuah piring yang berisi buah-buahan. Sedangkan
Yandra kini berhenti dari berenangnya sejenak memegang tangga kolam renang
menaiki anak tangganya kedua dari ubin dasar kolam renang itu.
Dan lalu dilihatnya ada kaki yang sudah berdiri
dihadapannya, langkahnya pun terhenti pada dua anak tangga dari ubin dasar pada
kolam itu. Ketika mencoba melihat keatas tuk memastikannya, ternyata yang sudah
berdiri dihadapannya itu adalah Yusra yang santai memakan buah. Dalam sekejap
mereka berdua menjadi saling berpandangan, namun dihentikan dengan buah pisang
yang jatuh dari piring ditangannya. Sebab Yusra menaruh buah pisang tersebut
dipinggir sekali pada piringnya.
Yusra pun berniat akan mengambil buah pisang
tersebut. Namun saat akan menyentuh buah pisang tersebut, tangannya tanpa
sengaja menyentuh tangan Yandra. Sebab Yandra telah lebih dulu mengambil buah
pisangnya sembari mencoba merebut darinya. Dan kini Yusra baru saja melihat ke
Yandra yang sudah memandangnya lebih dulu. Yusra melihatnya dengan memakai
tatapan bertanya-tanya, sedangkan Yandra menatapnya seperti akan bertindak.
Masih dalam keadaan yang sama saat ketika Yandra akan
mengangkat tangannya dari sentuhan tangan Yusra dengan mengambil buah pisang
itu. Yusra menahannya tidak memperbolehkannya. Namun Yandra memakai cara lain
dengan menolak Yusra kebelakang menggunakan sebelah tangannya dan buah pisang
itupun berhasil didapatinya. Dan kini Yandra menjadi duduk ditangga kolam
renang itu dengan membuka kulit pisangnya berlanjut memakannya.
Sementara Yusra duduk dengan bersandar dipegangan
tangga kolam renang, membelakanginya diarah kiri darinya. Dan mereka kini duduk
dengan saling membelakangi.
“Tidak ada yang boleh memakan buah pisang ini, selain
diriku sendiri!”, Yandra berkata menggoda Yusra yang masih dalam keadaan
tenang. Yusra yang mendengarnya pun menolehkan kepalanya melihat kepadanya akan
menyahutnya.
“Tenang saja, aku tidak akan berani melawan perintah dari
seorang ibu monyet!”, sahutnya dengan mengejek. lalu kembali melihat kedepan.
Yandra yang mulai merasa sahutan darinya telah
menyinggung dirinya, diam-diam ia turun dari duduknya pada anak tangga tersebut
akan menjahili Yusra. Dalam hitungan satu, dua, tiga, Yandra langsung menarik
lengan Yusra keras hingga membuat Yusra tercebur dikolam tersebut. Dengan
senang hati dengan kepuasannya Yandra menjadi tertawa nakal, kemudian menjadi
terhenti saat dirasanya Yusra memegang pinggulnya yang masih didalam air.
Kemudian dilihatnya Yusra mengeluarkan kepalanya dari
dalam air tersebut dengan mengusap-ngusap wajahnya, berdiri tegak. “Apa kau
tidak bisa berenang?”, tanyanya memakai wajah sedikit merasa bersalah. Yusra
berhent dari mengusap-ngusap wajahnya melihat kepadanya tanpa menjawab
pertanyaan darinya. “Eeeemb, whatever!”, sambung lagi Yandra akan pergi
darinya. Namun Yusra menahannya dengan memegang pinggulnya kembali. Dan mereka
kembali menjadi saling bertatapan.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Masih dalam keadaan yang seperti itu, Yusra akan melemparkan
sebuah tanya padanya. Yusra berkata tanya, “Mau kemana?”. Yandra membalas, “Aku
mulai merasa lapar!”, dengan memegang kedua tangan Yusra dengan kedua tangannya
berniat akan melepaskan. Dan Yusra berkata lagi, “Urusan kita belum selesai!”,
katanya pelan namun membuat Yandra menjadi sedikit was-was. Tidak hanya itu
saja, Yandra kembali dibuatnya menjadi terdiam membisu sedikit tak berdaya.
Kemudian Yusra menarik tubuhnya dengan kedua tangannya
untuk berenang dengan menyelam lebih dulu. Posisi tubuh Yandra dibawah tubuh
Yusra, sedangkan Yusra terlihat sedang berenang memakai gaya kupu-kupu. Dan Yandra
memegang bahunya karna merasa takut menyelam lebih dalam. Yusra pun kini
mengeluarkan kepalanya dari selamnya untuk mengambil udara, lalu menarik tubuh
Yandra kembali dengan berbalik hingga tubuh Yandra diatas tubuhnya sendiri,
memegang pinggulnya.
Yandra yang menyadarinya pun langsung mengeluarkan
kepalanya untuk mengambil udara. Usainya mengambil udara Yandra menarik kerah
baju Yusra dengan menariknya keatas hanya tuk membebaskannya dari
selamnya. Dan kini mereka telah berdiri
bersama sangat dekat, berhadapan.
“Indah bukan menyelam denganku?!”, tanya Yusra
melihat biasa.
“Aku kurang bisa mengatur nafas dalam menyelam
seperti tadi!”, Yandra bercurah melihat sedikit cemas.
Dan Yusra hanya tertawa mendengar katanya. Kemudian
kembali menyelam bersama dengan Yusra merangkulnya lalu berenang menuju
ketangga kolam. Dan kinipun mereka telah sampai ketangga kolam dengan memegang
pegangan tangga yang berbeda, begitupun mengeluarkan kepala mereka dari air.
Yandra langsung mengambil buah pisang untuk menenangkan dirinya sendiri,
sedangkan Yusra mengambil buah lemon yang dicampur dengan gula.
“Yah, pisangnya abis! Harusnya aku yang memakan buah
pisang itu!”, Yusra berkata manja menggodanya melihat Yandra yang sedang
mengunyah.
“Hem, masa pisang makan pisang!”, jawab Yandra
mengejeknya menatap canda.
Yusra yang mendengarnya menjadi kaget masih melihat padanya,
lalu pergi meninggalkan dengan cueknya. Sementara Yandra baru menaiki tangga
akan meninggalkan kolam renang dengan berdiri membawa piringnya. Lalu ia
menyempatkan untuk memakan buah lemon dicampur gula. Namun ketika akan
memakannya dengan gigitan yang kedua Yusra datang kembali padanya sembari
memegang tangannya secara tiba-tiba lalu memakan buah lemon bercampur gula itu
darinya.
Tidak hanya itu saja, Yusra juga merebut buah lemon
bercampur gula itu dari tangannya dan pergi kembali dengan cueknya. “Oalah….”,
katan kecil Yandra mengeluhkan setelah melihatnya.
Beberapa hari kemudian. . . .
Hari
keberangkatan Eisya keluar negeri demi menghadiri pernikahan kakak kandungnya pun
sudah tiba, tepatnya pada hari ini. Dan kini ia sedang berpamitan dengan Mora
dilobby bandara. Kemudian pergi memasuki kedalam bandara usainya berpamitan
dengan sahabatnya itu. Dan ketika sudah berada didalam bandara, ia menyempatkan
dirinya untuk melihat kejendela sebelah kirinya. Dan secara tiba-tiba
terlihatlah sosok Mirza yang berdiam melihat dirinya.
Eisya yang masih
melihatnya karna sudah mengetahuinya pun berusaha konsisten dengan langkahnya
untuk pergi, memalingkan pandangannya kearah lain. Sementara Mirza yang
melihatnya sudah seperti itu baru memundurkan langkahnya lalu berbalik pergi
meninggalkan. Dirinya kini merasa puas karna sudah melihat wajah kekasih
hatinya tuk yang terakhir sebelum pergi meninggalkannya seorang diri. Ternyata
rencana yang ilakukan Mirza adalah seperti apa yang telah dilakukannya itu.
Dan tidak ada yang mengetahui pertemuan mereka berdua
yang terakhir sebelum berpisah.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar