Dikediamannya,
Yusra mendapat telepon dari Omahnya saat sedang bersantai dibalkon depan
rumahnya. Dan dirinya pun mengangkat telepon dari Omahnya menggunakan spiker
tanpa memegangnya melainkan hanya meletakkannya saja dimeja.
“Halo cucuku!
Bagaimana kabar dirimu disana?”, Omah menyapanya sembari menanyakan
kabarnya.
“Halo juga Omah! Yusra disini baik-baik saja!”,
jawabnya dengan santai melihat keponselnya.
“Apa kabar juga dengan pernikahanmu yang masih omah
tunggu, cucuku sayang? Omah sudah sering membayangkan bagaimana hari
pernikahanmu nanti!”, Omah menanyakan tentang pernikahannya. Yusra menghela
nafas lalu menjawabnya dengan yakin meskipun sedikit berbohong.
“Yusra, sudah mempunyai teman dekat disini omah! Dan
mungkin, Yusra bisa perlahan tuk mempersunting dirinya! Dan semoga saja,
pernikahan Yusra yang sering Omah bayangkan dapat Omah saksikan nanti!”, Yusra
berkata sedikit membahagiakannya walaupun sedikit berbohong.
“Sebuah kabar yang bagus, cucuku! Kalau begitu, Omah
akan mempercepat kakakmu pulang ke Indonesia! Lagipula tugasnya diluar negeri
sudah hampir selesai!”, Omah mempercayainya dan berniat akan menyuruh kakak
kandungnya untuk segera pulang.
“Kakak? Kalau boleh Yusra tau, apa tujuan Omah
mempercepat kakak untuk pulang ke Indonesia?”, tanya Yusra sedikit penasaran.
“Mungkin kakakmu bisa membantumu untuk mengurus
pernikahanmu, cucuku! Karna Omah takut tidak bisa datang ke Jakarta dalam waktu
dekat hanya untuk menghadiri pernikahanmu! Begitupula dengan mamamu!”, ungkap Omahnya
meluruskannya.
Kemudian Yusra menghela nafasnya lagi dan percakapan
keduanya pun berakhir. Dari situ Yusra berpikir kalau dirinya harus mengadakan
pernikahan lebih awal sebelum kedatangan kakak kandungnya kembali ke Indonesia.
Tetapi yang menjadi permasalahan dalam dirinya kini, darimana lagi dirinya bisa
mendapatkan seorang wanita agar rencananya itu berhasil. Mengapa Yusra berpikir
yang demikian? Itu karna Mirza dan Mora masih menyembunyikan sosok Yandra padanya.
Sementara ditempat lain. . . .
Eisya sedang menyendiri
dengan duduk didepan jendela samping didalam kamarnya. Ia sedang memikirkan
Mirza yang sedang bersama seorang gadis yang telah dilihatnya tadi, saat
sengaja melewati jalan rumah Mirza hanya untuk melihat keadaannya. Tadinya,
niatnya ingin menemui Mirza dengan alasan lain, namun menjadi terhenti dan
gagal ketika melihat seorang gadis lain ada bersama mirza. Gadis yang begitu
terlihat ceria saat masih bersama Mirza dan keponakannya yang belum
diketahuinya.
“Siapa lagi gadis
itu? Apakah karna dia telah gagal mendapatkannya dariku, lalu dia nekat mencari
gadis lain dan sudah mendapatkan yang dia mau? Ya, mungkin memang gadis itu wanitanya
saat ini!”, katanya berbisik lemas menyerah. Kemudian Eisya berpikir, kalau
dirinya kini bukanlah apa-apa dikehidupan Mirza. Baginya, yang terjadi pada
hari kemarin hanya untuk hari kemarin saja. Dan hari ini, esok, dan mungkin
seterusnya wanita itulah yang akan selalu menghibur Mirza.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malam harinya,
Yusra pergi kesebuah BAR yang sudah biasa dikunjunginya. Ia pergi ke BAR
tersebut hanya seorang diri. Sementara pada satu jam kemudian, Mirza
menyusulnya ke BAR tersebut setelah mendapat informasi dari salah-satu temannya
yang berprofesi sebagai pelayan diBAR tersebut. setibanya diBAR tersebut, Mirza
melihat Yusra telah duduk bersama wanita-wanita cantik didekatnya sambil
meminum minuman anggur dengan sedikit alkohol.
Kemudian Mirza
menyuruh wanita-wanita cantik itu untuk pergi sejenak dari kejauhan dan beralih
untuk duduk disampingnya. Sementara Yusra belum menyadarinya karna sudah
menjadi setengah mabuk, lalu mulai menyadarinya ketika Mirza menepuk pundaknya
dan telah duduk disampingnya. Yusra pun melihat kepadanya sambil meminum
minuman anggur miliknya, melihat biasa nan cuek.
“Sudah berapa
lama kau disini? Mengapa tak menghubungiku dulu, untuk mengajakku juga ketempat
ini?”, Mirza bertanya sembari menatap bertanya-tanya. Yusra tersenyum tidak
suka melihat kearah lain.
“Aku hanya ingin
menyelesaikan masalahku, dengan tenagaku sendiri saja!”, jawabnya bernadakan
jika dirinya sudah setengah mabuk.
“Masalah lo gak
akan pernah selesai! Selama lo sendiri masih melampiaskannya ditempat ini!
Please, pikirkan seseorang untuk mengalihkan pikiran lo untuk tidak lagi pergi
ketempat ini!”, Mirza memberi nasihat sekaligus sebuah pengertian untuknya.
“Gue tau, lo udah
lama suka sama Eisya! Lo mikirin dia, dan elo udah bisa berhenti dalam dunia
hitam ini! Tapi satu yang harus lo tau, gue gak bisa lepas dari dunia hitam
ini! Karna keluarga gue, gak ada satupun yang bisa pahami keinginan gue yang
sebenarnya!”, balas Yusra tampak semakin bernadakan orang yang akan mabuk
berat.
Usainya berkata
yang demikian, ia pun melihat wanita disebelah kanannya. Lalu ia menunjukkannya
pada Mirza sambil tertawa namun sangat menderita batinnya. “Lihatlah, mereka
hanya menyirami bunga lalu meninggalkannya! Kadang kalapun, mereka malah
memetiknya lalu mencampakannya!”, keluhannya mengakhir masih tertawa namun
sangat menderita batinnnya. Mirza yang merasa penderitaan telah hidup kembali
pada batin Yusra, mencoba membujuknya untuk pulang.
Beberapa saat kemudian. . . .
Akhirnya Mirza
berhasil membujuk Yusra untuk pulang dan kini sedang tertidur dikamarnya. Meskipun
beberapa saat yang lalu Yusra selalu berontak ketika Mirza berusaha membawanya
keluar dari BAR hingga masuk kedalam mobil miliknya. Melihat keadaannya yang
sudah seperti itu, Mirza langsung menghubungi Mora untuk mempercepat sebuah
momen pertemuan Yusra dengan Yandra. Mora pun langsung menyetujuinya.
Mirza melakukan yang demikian karna dirinya tidak
tega melihat Yusra melampiaskan depresinya kedunia hitam itu lagi. Dan Mirza
berniat akan berusaha untuk membuat Yusra menjadi seperti dirinya yang sudah
tidak lagi tergiur akan keindahan namun kelam pada dunia hitam itu.
Badung Location. . . .
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar