Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-16



                Pada malam harinya, mereka berdua kembali untuk bertemu. Kini giliran Pangeran Bheeshma yang menunggunya dengan duduk diayunan seorang diri bertemankan kesunyian. Tak perlu menunggu lama, Tuan Putri Purindah kini telah datang sedang menuju kepadanya. Dan Pangeran Bheeshma menyuruhnya untuk menduduki pangkuannya sebelah kanannya, Tuan Putri Purindah pun menduduki pangkuan sebelah kanannya dengan jantungnya berdetak gelisah.
                Mereka berduapun kini bersama menduduki satu ayunan saling berpandangan dan akan saling berbicara.
                “Pangeran Bheeshma, malam kemarin yang telah aku lewati bersamamu merupakan malam yang kuanggap singkat namun telah menjadi yang terindah disemasa hidupku! Aku dan dirimu sama-sama terjaga yang begitu lama sehingga diantara kita tidak ada yang terbangun, sebelum matahari menyinari cahayanya!”. Tuan Putri Purindah mengulang peristiwa malam kemarin.
                “Kita bisa terjaga begitu lama, ketika kita benar-benar tenggelam dalam rasa lelah juga rasa mengantuk! Dan aku hanya mengalami peristiwa itu saat sedang bersamamu saja!”. Dengan senyuman memakai tatapan canda, disambung tawa kecil.
                “Ada benarnya juga apa yang kau katakan, Pangeran! Dan kebenarannya, kau telah mendekapku dibawah ketidak sadaranmu itu! Dan yang masih kuingat, bermula dari aku jatuh didadamu kemudian menjadi  tertidur!”. Balas kembali Tuan Putri Purindah membongkar, memakai tatapan canda.
                “Mak, sud, mu….? A, aku…..?”. Katanya gugup menatap terkejut. Tuan Putri Purindah memotong.
                “Kebenarannya adalah, kau telah mendekapku disaat kita berdua masih bersama terlelap dimalam itu! Dan yang lebih dulu menyadari semua itu adalah diriku! Karna aku yang terbangun lebih dulu! Bukan dirimu, Pangeran!”. Katanya dengan memotong, mengejek namun meyakinkan.
                Tuan Putri Purindah telah membongkarnya kembali, Pangeran Bheeshma pun kini menjadi semakin terkejut menjadi menatapnya kaku. Sedangkan Tuan Putri Purindah melihat-lihat disekitarnya  masih duduk dipangkuannya sambil menggoyangkan ayunannya (maju-mundur) pelan. Kemudian Tuan Putri Purindah menatapnya kembali merangkulnya dari samping kirinya masih menggoyangkan ayunannya ( maju-mundur) pelan. Kedua wajah merekapun berhadapan bertatap diam.
Pangeran Bheeshma memejamkan matanya sekali lalu membukanya kembali disaat  Tuan Putri Purindah semakin merangkulnya dengan menyandarkan keningnya dikening Pangeran Bheeshma. Keheningan diantara mereka berduapun mulai terjadi.

BHARATAYUDHAserisatu

                Setelah keheningan terjadi selama beberapa saat, Tuan Putri Purindah melepaskan keningnya dari kening Pangeran Bheeshma berniat akan mngajaknya bicara, karna dilihatnya tatapan Pangeran Bheeshma kini yang melihat kebawah seperti merenungkan sesuatu. “Pangeran Bheeshma!”, tegurnya lembut masih melihatnya yang merenung. Kemudian Pangeran Bheeshma mengalihkan tatapannya kepadanya dengan sedikit merenung dan berkata.
                “Bolehkan aku mengetahui peristiwa apa yang telah terjadi didalam dirimu, Putri!?”. Perintahnyai bercampur pertanyaan kepada Tuan Putri Purindah. Setelah teringat pada perkataan Ratu Gandiki beberapa waktu yang lalu disaat mengetahu dirinya telah bermalam bersama Tuan Putri Purindah. Tuan Putri Purindah hanya menunjukan raut wajahnya yang bertanya-tanya menatapnya karna tidak mengerti apa yang telah dikatakan Pangeran Bheeshma kepada dirinya tadi.
Tuan Putri Purindah pun  menghentikan goyangan dari ayunannya.“Haruskah aku menjelaskannya lagi, Putri? Tidakkah kau merasa sedikit mengerti apa yang telah aku katakan tadi kepadamu?!”, Pangeran Bheeshma kembali berkata semakit memperjelaskannya, mengulangnya. Tuan Putri Purindah semakin menatapnya dengan wajah yang semakin tidak mengerti dari perkataannya. Tiba-tiba Pangeran Bheessma melihat ada butiran debu dibahu kiri Tuan Putri Purindah.
Ketika akan meniupnya dengan mendekatkan bibirnya kebahu kiri Tuan Putri Purindah, tiba-tiba saja Tuan Putri Purindah menutup mulutnya dengan kelima jemari tangannya. Pangeran Bheeshma pun menjadi terhenti, sedangkan Tuan Putri Purindah memutarkan kelima jarinya kebawah menyentuh dagunya dengan mendekatkan wajahnya. “Diantara bagian tubuhmu, aku lebih menyukai bibirmu! Meskipun kau suka berkata konyol dan sulit untukku mengertikannya!”.
Ungkap Tuan Putri Purindah menatapi Pangeran Bheeshma yang masih melihat kebawah. Dan kemudian Tuan Putri Purindah menyentuh bibir Pangeran Bheeshma bagian atas kanannya, lalu mengemutnya perlahan. Sedangkan Pangeran Bheeshma hanya merasakannya, menariknya kedalam bibir bagian bawah Tuan Putri Purindah menahannya beberapa saat. Setelah Tuan Putri Purindah mengemut bibir bagian atasnya secara perlahan.
Pangeran Bheeshma melepaskan bibirnya sedikit mejauhkan bibirnya dengan melihat kewajah Tuan Putri Purindah kembali.
                “Kau mengatakan itu dengan keinginanmu menyentuh bibirku! Rasa menyukai dengan keinginan itu sangat berbeda!”. Pangeran Bheeshma menasehatinya sedikit.
                “Karna aku memiliki sesuatu yang berbeda padamu!”. Balas Tuan Putri Purindah dengan membalas tatapannya, kelima jemari tangannya masih menyentuh dagu bagian bawah Pangeran Bheeshma.
“Ibu Ratu Gandiki pernah berkata bahwa peristiwa yang terjadi dimalam kemarin, itu memang merupakan akibat dari rasa kelelahan! Atau…..justru memang ada alasan lain dibaliknya! Apakah alasan yang belum diketahui itu merupa….?”. Ungkapnya berbagi penuh keseriusan. Tuan Putri Purindah memotongnya.
“Perlu kau ketahui, Pangeran! Saat aku mengirimkan surat kepadamu mengajakmu untuk bertemu, disaat itu juga aku benar merindumu! Sementara kau, malah menertawainya seolah-olah kau memang benar tidak mengerti!”. Terbukanya menatap meyakinkan.
Dan lagi Pangeran Bheeshma mengalihkannya dengan canda. Ia menganggukan kepalanya pelan masih menatap Tuan Putri Purindah dengan senyuman lebar menampakan gigi bagian atasnya. “Taukah kau Putri, Aku, Pangeran Bheeshma sangat bangga karna telah dirindukan seorang Putri dari Wigura! Dan dia kini sedang bersamaku masih bertahan dipangkuanku!”, katanya seperti kembali merayu, menggoda. Tuan Putri Purindah pun ikut tersenyum lebar menampakan gigi bagian atasnya melihatnya.
Kemudian Tuan Putri Purindah menjatuhkan pelan kepalanya bersandar dilbahu kiri dari Pangeran Bheeshma dengan merangkulnya sekali lagi dari depan dengan memegang bahu sebelah kanan Pangeran Bheeshma. Tidak sampai dua menit setelah merangkulnya, Tuan Putri Purindah menjadi tertidur dalam dekapannya. Mengetahuinya yang tertidur, Pangeran Bheeshma akan menangkatnya menggendongnya dengan kedua tangannya dan akan membawanya keruangan Tuan Putri Purindah.
Sementara disudut sana, Ratu Gandiki telah tidak sengaja melihatnya yang masih menggendong Tuan Putri Purindah yang masih tertidur akan segera beranjak menuju kearahnya. Dengan cepat Ratu Gandiki bersembunyi dan kemudian melihat Pangeran Bheeshma yang kini telah melewatinya membelakanginya membawa Tuan Putri Purindah. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih belum menyadarinya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Setibanya diruangan Tuan Putri Purindah, Pangeran Bheeshma pun mulai membaringkan tubuh Tuan Putri Purindah perlahan agar tidak mengusik keterjagaannya yang masih tertidur. Setelah membaringkannya dengan sempurna, Pangeran Bheeshma memberi perintah dengan melihat ke Tuan Putri Purindah. “Dayang Naura, perintahkan dayangmu untuk melepaskan kelambunya segera! Agar Putri tidak diserang angin malam!”, perintah kehawatirannya.
                Dayang Naura pun menuruti perintahnya dengan memanggil semua dayangnya untuk melepaskan kelambu yang menggantung diatas tempat tidurnya. Dan mereka bersama-sama melepaskan kelambunya hingga tertutupi dengan rata. Pangeran Bheeshma yang melihatnya merasa sedikit tenang mengamatinya yang masih terjaga dalam tidurnya.

Beberapa saat kemudian . . . .

                Disaatnya masih dalam perjalanan menuju keruangannya dari ruangan Tuan Putri purindah, dirinya mendapati sebuah perintah jika Ratu Gandiki ingin berbicara kepada dirinya tepat diruangan Ratu Gandiki. Perintah tersebut didapatinya dari seorang prajurit yang telah menghentikan langkahnya tadi. Dan Pangeran Bheeshma pun langsung beranjak pergi berlawanan arah dari arahnya menuju keruangannya tadi.
Sesampainya disans, Pangeran Bheeshma mencoba mendekati Ratu Gandiki yang kini  membelakanginya.
                “Selamat malam Ibu!”, sapanya dibelakang Ratu Gandiki memberi salam. Ratu Gandiki membalikkan tubuhnya menghadapnya. “Ikuti Ibu!”, perintahnya tegas menuju  didepan tempat tidurnya. Pangeran Bheeshma mengikutinya hingga berdiri bersamanya didepan tempat tidurnya dan mereka akan berbicara dengan saling bertatapan.
                “Anakku, esok hari merupakan hari kepulangan kita semua kembali ke Gapura! Apakah yang sedang kau rasakan pada saat ini? Ketika Ibu baru saja dengan tiba-tiba memberitahukan hal ini padamu?”. Tanyanya perlahan sedikit curiga.
                “Aku, tentu aku sedang merasakan bahagia Ibu! Karna lebih menyenangkan tinggal diIstana sendiri!”. Jawaabnya sedikit gugup, mengelak.
                “Tidakkah kau terbayang akan ada yang hilang, ketika kau akan meinggalkan Kerajaan Wigura ini?! Anakku, kau terlihat berbeda saat sedang bersama Tuan Putri dari Wigura! Setiap Ibu melihatmu bersamanya, Ibu merasa ada sesuatu yang telah terjadi antara kau dan dia!”. Ungkap Ratu Gandiki mencurahkan isi pikirannya.
                Raut wajah dari Pangeran Bheeshma yang tadinya biasa saja, mendadak berubah menjadi sedikit sendu menundukan kepalanya setengah kebawah begitupun tatapannya. “Aku tidak tau, yang kudengar kini adalah suatu peringatan atau….?”, terhenti sejenak. Kemudian menegakkan kepalanya kembali menatap Ratu Gandiki, menyambung katanya kembali. “Namun juga tetap tidak bisa dipungkiri, kalau hubungan kami hanya seorang teman!”, sambungnya tegas meyakinkan kepada Ratu Gandiki.
                Ratu Gandiki telah melihat sebuah kebohongan dari kedua matanya, lalu terduduk ditempat tidurnya masih menatapinya. “Sejauh mana kau akan menganggap jika hubunganmu kepadanya hanya seorang teman? Sementara pemikiran Ibu menegaskan jika hubunganmu sangat berbeda dari anggapanmu itu, nak!”, curahannya semakin memancing kejujuran darinya. Sedangkan Pangeran Bheeshma menduduki dirinya dengan lemas berhadapan kepada Ratu Gandik, bersebelahan.
                Kemudian merebahkan kepalanya pelan dipangkuannya, “Aku lelah, Ibu! Biarkanlah aku tertidur dipangkuanmu malam ini!”, kata keluhnya dengan terbayang Tuan Putri Purindah yang tertidur diruangannya tadi. Dan Ratu Gandiki membelai rambutnya hingga Pangeran bheeshma menjadi tertidur karna terbuai dengan kasih sayangnya. “Aku tidak tau harus mengatakan apa? Aku belum sepenuhnya merasakan itu!”, bisikan pangeran Bheeshma didalam hatinya  sesaat akan mulai tertidur.
                Malam pun cepat berlalu,  dan kini waktu telah menunjukan pukul lima pagi. Diruangan Ratu Gandiki , semua keluaraga Kerajaan Gapura berkumpul diruangannya dengan berdiri membentuk sebuah lingkaran saling berhadapan. Mereka semua berkumpul untuk mendiskusikan tentang jalan mana yang akan dituju kepulangannya kembali keIstana Gapura. Lima jam sebelum kepulangannya nanti. Dan kini Raja Gandaka memulainya dengan menyapa masing-masing dari keluarganya.
                “Selamat pagi semua keluargaku!”. Sapanya memulai dengan melihat mereka secara bergantian. “Tentu kalian semua sudah mengetahui maksudku mengajak kalian semua untuk berkumpul disini  dan sepagi ini!”. Sambungnya menegaskan. Semua keluarganya menganggukan kepalanya pelan menerima memandanginya. Kemudian Pangeran Bheeshma mencoba menyambung perkataannya, menatapnya. 
“Tentu saja, Ayah! Bukankah Ayah ingin mengatakan kalau kita akan melewati sebuah jalan yang melewati Kerajaan Karita! Pernah aku mendengar Ayah, bila kita semua melewati sebuah jalan yang melewati Kerajaan Karita, maka kita semua akan lebih cepat sampai ke Kerajaan Gapura!”. Sambungnya menjelaskan panjang lebar maksud dari Raja Gandaka.
“Ayahmu baru saja seperti memberi kita semua teka-teki darinya! Dan kau sudah memperjelaskannya secara tidak langsung, Anakku!”. Ratu Gandiki menegurnya takjub, menatapnya bahagia.
                “Sungguh anugerah yang terindah karna yang kuasa telah menitipkan Pangeran Bheeshma kepada kita semua!”. Puji Pangeran Punka tersenyum dengan melihat ke Ratu Gandiki dan Raja Gandaka.
                 Pangeran Bheeshma melihat malu kepada mereka semua, dan itu tertampak dari senyumnya yang sedikit segan karna menahan rasa malunya atas pujian dari Pangeran Punka, pamannya. Sedangkan yang lainnya masih melihatnya bangga seakan-akan menggodanya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar