Pada malam
harinya, mereka berdua kembali untuk bertemu. Kini giliran Pangeran Bheeshma
yang menunggunya dengan duduk diayunan seorang diri bertemankan kesunyian. Tak
perlu menunggu lama, Tuan Putri Purindah kini telah datang sedang menuju
kepadanya. Dan Pangeran Bheeshma menyuruhnya untuk menduduki pangkuannya
sebelah kanannya, Tuan Putri Purindah pun menduduki pangkuan sebelah kanannya
dengan jantungnya berdetak gelisah.
Mereka berduapun
kini bersama menduduki satu ayunan saling berpandangan dan akan saling berbicara.
“Pangeran
Bheeshma, malam kemarin yang telah aku lewati bersamamu merupakan malam yang kuanggap
singkat namun telah menjadi yang terindah disemasa hidupku! Aku dan dirimu
sama-sama terjaga yang begitu lama sehingga diantara kita tidak ada yang
terbangun, sebelum matahari menyinari cahayanya!”. Tuan Putri Purindah
mengulang peristiwa malam kemarin.
“Kita bisa
terjaga begitu lama, ketika kita benar-benar tenggelam dalam rasa lelah juga
rasa mengantuk! Dan aku hanya mengalami peristiwa itu saat sedang bersamamu
saja!”. Dengan senyuman memakai tatapan canda, disambung tawa kecil.
“Ada benarnya juga
apa yang kau katakan, Pangeran! Dan kebenarannya, kau telah mendekapku dibawah
ketidak sadaranmu itu! Dan yang masih kuingat, bermula dari aku jatuh didadamu
kemudian menjadi tertidur!”. Balas
kembali Tuan Putri Purindah membongkar, memakai tatapan canda.
“Mak, sud, mu….?
A, aku…..?”. Katanya gugup menatap terkejut. Tuan Putri Purindah memotong.
“Kebenarannya
adalah, kau telah mendekapku disaat kita berdua masih bersama terlelap dimalam
itu! Dan yang lebih dulu menyadari semua itu adalah diriku! Karna aku yang
terbangun lebih dulu! Bukan dirimu, Pangeran!”. Katanya dengan memotong,
mengejek namun meyakinkan.
Tuan Putri
Purindah telah membongkarnya kembali, Pangeran Bheeshma pun kini menjadi
semakin terkejut menjadi menatapnya kaku. Sedangkan Tuan Putri Purindah
melihat-lihat disekitarnya masih duduk
dipangkuannya sambil menggoyangkan ayunannya (maju-mundur) pelan. Kemudian Tuan
Putri Purindah menatapnya kembali merangkulnya dari samping kirinya masih
menggoyangkan ayunannya ( maju-mundur) pelan. Kedua wajah merekapun berhadapan
bertatap diam.
Pangeran Bheeshma memejamkan matanya sekali lalu
membukanya kembali disaat Tuan Putri
Purindah semakin merangkulnya dengan menyandarkan keningnya dikening Pangeran
Bheeshma. Keheningan diantara mereka berduapun mulai terjadi.
BHARATAYUDHAserisatu
Setelah keheningan
terjadi selama beberapa saat, Tuan Putri Purindah melepaskan keningnya dari
kening Pangeran Bheeshma berniat akan mngajaknya bicara, karna dilihatnya
tatapan Pangeran Bheeshma kini yang melihat kebawah seperti merenungkan
sesuatu. “Pangeran Bheeshma!”, tegurnya lembut masih melihatnya yang merenung. Kemudian
Pangeran Bheeshma mengalihkan tatapannya kepadanya dengan sedikit merenung dan
berkata.
“Bolehkan aku mengetahui
peristiwa apa yang telah terjadi didalam dirimu, Putri!?”. Perintahnyai bercampur
pertanyaan kepada Tuan Putri Purindah. Setelah teringat pada perkataan Ratu
Gandiki beberapa waktu yang lalu disaat mengetahu dirinya telah bermalam
bersama Tuan Putri Purindah. Tuan Putri Purindah hanya menunjukan raut wajahnya
yang bertanya-tanya menatapnya karna tidak mengerti apa yang telah dikatakan
Pangeran Bheeshma kepada dirinya tadi.
Tuan Putri Purindah pun menghentikan goyangan dari ayunannya.“Haruskah
aku menjelaskannya lagi, Putri? Tidakkah kau merasa sedikit mengerti apa yang
telah aku katakan tadi kepadamu?!”, Pangeran Bheeshma kembali berkata semakit memperjelaskannya,
mengulangnya. Tuan Putri Purindah semakin menatapnya dengan wajah yang semakin
tidak mengerti dari perkataannya. Tiba-tiba Pangeran Bheessma melihat ada
butiran debu dibahu kiri Tuan Putri Purindah.
Ketika akan meniupnya dengan mendekatkan bibirnya
kebahu kiri Tuan Putri Purindah, tiba-tiba saja Tuan Putri Purindah menutup
mulutnya dengan kelima jemari tangannya. Pangeran Bheeshma pun menjadi
terhenti, sedangkan Tuan Putri Purindah memutarkan kelima jarinya kebawah
menyentuh dagunya dengan mendekatkan wajahnya. “Diantara bagian tubuhmu, aku
lebih menyukai bibirmu! Meskipun kau suka berkata konyol dan sulit untukku
mengertikannya!”.
Ungkap Tuan Putri Purindah menatapi Pangeran Bheeshma
yang masih melihat kebawah. Dan kemudian Tuan Putri Purindah menyentuh bibir
Pangeran Bheeshma bagian atas kanannya, lalu mengemutnya perlahan. Sedangkan
Pangeran Bheeshma hanya merasakannya, menariknya kedalam bibir bagian bawah
Tuan Putri Purindah menahannya beberapa saat. Setelah Tuan Putri Purindah
mengemut bibir bagian atasnya secara perlahan.
Pangeran Bheeshma melepaskan bibirnya sedikit mejauhkan
bibirnya dengan melihat kewajah Tuan Putri Purindah kembali.
“Kau mengatakan
itu dengan keinginanmu menyentuh bibirku! Rasa menyukai dengan keinginan itu sangat
berbeda!”. Pangeran Bheeshma menasehatinya sedikit.
“Karna aku
memiliki sesuatu yang berbeda padamu!”. Balas Tuan Putri Purindah dengan
membalas tatapannya, kelima jemari tangannya masih menyentuh dagu bagian bawah
Pangeran Bheeshma.
“Ibu Ratu Gandiki pernah berkata bahwa peristiwa yang
terjadi dimalam kemarin, itu memang merupakan akibat dari rasa kelelahan!
Atau…..justru memang ada alasan lain dibaliknya! Apakah alasan yang belum
diketahui itu merupa….?”. Ungkapnya berbagi penuh keseriusan. Tuan Putri
Purindah memotongnya.
“Perlu kau ketahui, Pangeran! Saat aku mengirimkan
surat kepadamu mengajakmu untuk bertemu, disaat itu juga aku benar merindumu!
Sementara kau, malah menertawainya seolah-olah kau memang benar tidak
mengerti!”. Terbukanya menatap meyakinkan.
Dan lagi Pangeran Bheeshma mengalihkannya dengan
canda. Ia menganggukan kepalanya pelan masih menatap Tuan Putri Purindah dengan
senyuman lebar menampakan gigi bagian atasnya. “Taukah kau Putri, Aku, Pangeran
Bheeshma sangat bangga karna telah dirindukan seorang Putri dari Wigura! Dan dia
kini sedang bersamaku masih bertahan dipangkuanku!”, katanya seperti kembali
merayu, menggoda. Tuan Putri Purindah pun ikut tersenyum lebar menampakan gigi
bagian atasnya melihatnya.
Kemudian Tuan Putri Purindah menjatuhkan pelan
kepalanya bersandar dilbahu kiri dari Pangeran Bheeshma dengan merangkulnya sekali
lagi dari depan dengan memegang bahu sebelah kanan Pangeran Bheeshma. Tidak
sampai dua menit setelah merangkulnya, Tuan Putri Purindah menjadi tertidur
dalam dekapannya. Mengetahuinya yang tertidur, Pangeran Bheeshma akan
menangkatnya menggendongnya dengan kedua tangannya dan akan membawanya
keruangan Tuan Putri Purindah.
Sementara disudut sana, Ratu Gandiki telah tidak
sengaja melihatnya yang masih menggendong Tuan Putri Purindah yang masih tertidur
akan segera beranjak menuju kearahnya. Dengan cepat Ratu Gandiki bersembunyi
dan kemudian melihat Pangeran Bheeshma yang kini telah melewatinya membelakanginya
membawa Tuan Putri Purindah. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih belum
menyadarinya.
BHARATAYUDHAserisatu
Setibanya
diruangan Tuan Putri Purindah, Pangeran Bheeshma pun mulai membaringkan tubuh Tuan
Putri Purindah perlahan agar tidak mengusik keterjagaannya yang masih tertidur.
Setelah membaringkannya dengan sempurna, Pangeran Bheeshma memberi perintah dengan
melihat ke Tuan Putri Purindah. “Dayang Naura, perintahkan dayangmu untuk
melepaskan kelambunya segera! Agar Putri tidak diserang angin malam!”, perintah
kehawatirannya.
Dayang Naura pun
menuruti perintahnya dengan memanggil semua dayangnya untuk melepaskan kelambu
yang menggantung diatas tempat tidurnya. Dan mereka bersama-sama melepaskan
kelambunya hingga tertutupi dengan rata. Pangeran Bheeshma yang melihatnya
merasa sedikit tenang mengamatinya yang masih terjaga dalam tidurnya.
Beberapa saat kemudian . . . .
Disaatnya masih
dalam perjalanan menuju keruangannya dari ruangan Tuan Putri purindah, dirinya
mendapati sebuah perintah jika Ratu Gandiki ingin berbicara kepada dirinya
tepat diruangan Ratu Gandiki. Perintah tersebut didapatinya dari seorang
prajurit yang telah menghentikan langkahnya tadi. Dan Pangeran Bheeshma pun
langsung beranjak pergi berlawanan arah dari arahnya menuju keruangannya tadi.
Sesampainya disans, Pangeran Bheeshma mencoba
mendekati Ratu Gandiki yang kini membelakanginya.
“Selamat malam
Ibu!”, sapanya dibelakang Ratu Gandiki memberi salam. Ratu Gandiki membalikkan
tubuhnya menghadapnya. “Ikuti Ibu!”, perintahnya tegas menuju didepan tempat tidurnya. Pangeran Bheeshma
mengikutinya hingga berdiri bersamanya didepan tempat tidurnya dan mereka akan
berbicara dengan saling bertatapan.
“Anakku, esok
hari merupakan hari kepulangan kita semua kembali ke Gapura! Apakah yang sedang
kau rasakan pada saat ini? Ketika Ibu baru saja dengan tiba-tiba memberitahukan
hal ini padamu?”. Tanyanya perlahan sedikit curiga.
“Aku, tentu aku
sedang merasakan bahagia Ibu! Karna lebih menyenangkan tinggal diIstana
sendiri!”. Jawaabnya sedikit gugup, mengelak.
“Tidakkah kau
terbayang akan ada yang hilang, ketika kau akan meinggalkan Kerajaan Wigura
ini?! Anakku, kau terlihat berbeda saat sedang bersama Tuan Putri dari Wigura!
Setiap Ibu melihatmu bersamanya, Ibu merasa ada sesuatu yang telah terjadi antara
kau dan dia!”. Ungkap Ratu Gandiki mencurahkan isi pikirannya.
Raut wajah dari
Pangeran Bheeshma yang tadinya biasa saja, mendadak berubah menjadi sedikit
sendu menundukan kepalanya setengah kebawah begitupun tatapannya. “Aku tidak
tau, yang kudengar kini adalah suatu peringatan atau….?”, terhenti sejenak.
Kemudian menegakkan kepalanya kembali menatap Ratu Gandiki, menyambung katanya
kembali. “Namun juga tetap tidak bisa dipungkiri, kalau hubungan kami hanya
seorang teman!”, sambungnya tegas meyakinkan kepada Ratu Gandiki.
Ratu Gandiki telah
melihat sebuah kebohongan dari kedua matanya, lalu terduduk ditempat tidurnya
masih menatapinya. “Sejauh mana kau akan menganggap jika hubunganmu kepadanya
hanya seorang teman? Sementara pemikiran Ibu menegaskan jika hubunganmu sangat
berbeda dari anggapanmu itu, nak!”, curahannya semakin memancing kejujuran darinya.
Sedangkan Pangeran Bheeshma menduduki dirinya dengan lemas berhadapan kepada
Ratu Gandik, bersebelahan.
Kemudian
merebahkan kepalanya pelan dipangkuannya, “Aku lelah, Ibu! Biarkanlah aku
tertidur dipangkuanmu malam ini!”, kata keluhnya dengan terbayang Tuan Putri
Purindah yang tertidur diruangannya tadi. Dan Ratu Gandiki membelai rambutnya
hingga Pangeran bheeshma menjadi tertidur karna terbuai dengan kasih sayangnya.
“Aku tidak tau harus mengatakan apa? Aku belum sepenuhnya merasakan itu!”,
bisikan pangeran Bheeshma didalam hatinya sesaat akan mulai tertidur.
Malam pun cepat
berlalu, dan kini waktu telah menunjukan
pukul lima pagi. Diruangan Ratu Gandiki , semua keluaraga Kerajaan Gapura berkumpul
diruangannya dengan berdiri membentuk sebuah lingkaran saling berhadapan.
Mereka semua berkumpul untuk mendiskusikan tentang jalan mana yang akan dituju
kepulangannya kembali keIstana Gapura. Lima jam sebelum kepulangannya nanti.
Dan kini Raja Gandaka memulainya dengan menyapa masing-masing dari keluarganya.
“Selamat pagi
semua keluargaku!”. Sapanya memulai dengan melihat mereka secara bergantian.
“Tentu kalian semua sudah mengetahui maksudku mengajak kalian semua untuk
berkumpul disini dan sepagi ini!”.
Sambungnya menegaskan. Semua keluarganya menganggukan kepalanya pelan menerima memandanginya.
Kemudian Pangeran Bheeshma mencoba menyambung perkataannya, menatapnya.
“Tentu saja, Ayah! Bukankah Ayah ingin mengatakan
kalau kita akan melewati sebuah jalan yang melewati Kerajaan Karita! Pernah aku
mendengar Ayah, bila kita semua melewati sebuah jalan yang melewati Kerajaan
Karita, maka kita semua akan lebih cepat sampai ke Kerajaan Gapura!”.
Sambungnya menjelaskan panjang lebar maksud dari Raja Gandaka.
“Ayahmu baru saja seperti memberi kita semua
teka-teki darinya! Dan kau sudah memperjelaskannya secara tidak langsung,
Anakku!”. Ratu Gandiki menegurnya takjub, menatapnya bahagia.
“Sungguh anugerah
yang terindah karna yang kuasa telah menitipkan Pangeran Bheeshma kepada kita
semua!”. Puji Pangeran Punka tersenyum dengan melihat ke Ratu Gandiki dan Raja
Gandaka.
Pangeran Bheeshma melihat malu kepada mereka
semua, dan itu tertampak dari senyumnya yang sedikit segan karna menahan rasa
malunya atas pujian dari Pangeran Punka, pamannya. Sedangkan yang lainnya masih
melihatnya bangga seakan-akan menggodanya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar