Senin, 09 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-14



              Tiga puluh menit kemudian, Tuan Putri Purindah kembali memasuki ruangannya dengan membuka pintu ruangannya pelan. Lalu ditemuinya sosok Pangeran Bheeshma yang kini telah bersandar ditempat tidurnya disisi kanan. Pangeran Bheeshma terlihat begitu menungunya untuk kembali, dan Tuan Putri Purindah kini juga telah bersandar kembali ditempat tidurnya disisi kiri dengan kembali meluruskan kedua kakinya. Kemudian mereka bersama-sama menegakkan kepalanya lurus kedepan.
                “Mengapa kau harus berlari saat aku mengejarmu tadi? Aku sama sekali tidak berniat akan membalasmu dengan menyakitimu! Sungguh aku tidak bisa menerima langkah kakimu yang harus menata kembali layaknya seorang balita!”. Keluhan Pangeran Bheeshma sedikit keras.
                “Itu merupakan salah-satu kebiasaanku! Aku sering berlari saat aku sedang bermain bersama dayang-dayangku!”. Melihat Pangeran Bheeshma disisi kanannya.
                “Putri! Perlu kau ketahui kedatanganku disini hanya untuk mengetahui keadaanmu saja! Apakah kau baik saja atau….? ( terhenti lalu melihat ke Tuan Putri Purindah disebelah kirinya) Ternyata kau masih kesakitan saat kau melangkahkan kakimu!”. Memakai wajah sedikit khawatir.
                “Mungkin ini yang kedua kalinya aku mendapat perhatian darimu, Pangeran!”. Kata tersentuhnya dengan menatap sedikit haru kepadanya disambung tawa kecil.
                “Sudah selarut ini kau masih bisa tertawa seperti itu! Apakah kau sudah lupa dengan rasa sakit dikedua kakimu itu?”. Pangeran Bheeshma berkata dengan wajah sedikit heran.
                “Pangeran, hanya ada satu alasan yang bisa membuatku tertawa dimalam selarut ini! Dan alasan itu….?”. Tiba-tiba terhenti saat menatapi wajah dari Pangeran Bheeshma yang semakin mengantuk juga matanya yang mulai sayu.
                “Kau jangan tersinggung, Putri! Aku belum memerintahkanmu untuk berhenti dalam bercerita! Hanya saja….?”. Katanya memanjakannya, Tuan Putri Purindah memotong bicaranya.
                “ Tidak, pangeran! Aku rasa sudah cukup! Dan sekarang kau tidurlah ditempat tidurku ini! Karna kau terlihat begitu mengantuk!”. Perintahnya tegas dengan memotong, memberi perhatian mempersilahkannya.
                Pangeran Bheeshma pun melebarkan senyumannya kepadanya, lalu mengangguk sambil menutup kedua matanya pelan. Sedangkan Tuan Putri Purindah yang melihatnya, mendekatkan dirinya kepadanya untuk membetulkan posisi tidur kepala dari Pangeran Bheeshma. Setelah itu, Tuan Putri Purindah memasangkan selimut menutupi tubuh dari Pangeran Bheeshma agar tidak kedinginan. Dan tiba-tiba Tuan Putri Purindah terjatuh didada sebelah kiri dari Pangeran Bheeshma tertidur seketika.

BHARATAYUDHAserisatu

Dipagi yang masih buta berhiaskan embun pada bunga-bunga ditamannya, juga dengan cahaya yang masih berwarna gelap kebiru-biruan, mereka berdua masih tertidur pulas dengan posisi seperti sedang berdekapan. Posisi tidur Pangeran Bheeshma kini berubah menghadap ke Tuan Putri Purindah dengan tangan kanannya memegang pinggang Tuan Putri Purindah. Sementara Tuan Putri Purndah masih dalam posisi kepalanya bersandar direbahan dada sebelah kiri Pangeran Bheeshma.
Tuan Putri Purindah bersandar membelakanginya, sedangkan Pangeran Bheeshma seperti mendekapnya erat dari belakangnya. Telapak tangan sebelah kanannya pun menggenggam dengan mengepit diatas jemari tangan sebelah kanan Pangeran Bheeshma. Mereka berdua terlihat tertidur dengan posisi yang begitu mesra. Apalagi mereka telah menghabiskan waktu tidur malam mereka tanpa terbangun sekalipun, alias tertidur begitu pulasnya.
Layaknya sepasang kekasih tidur bersama karna telah memiliki sebuah ikatan pernikahan. Beberapa saat kemudian, Tuan Putri Purindah mulai terbangun dari keterjagaan tidurnya. Ia merasa seperti sedang menggenggam tangan seseorang, lalu melihat keatasnya yang terlihat wajah Pangeran Bheeshma yang masih terjaga dalam tidurnya. Menyadari tubuhnya yang masih bersandar ke Pangeran Bheeshma, Tuan Putri Purindah pun membangunkan dirinya pelan juga melepaskan kepitan tangannya.
Ia melakukannya begitu pelan agar tidak megusik keterjagan Pangeran Bheeshma yang masih tertidur. Tak lama kemudian, Pangeran Bheeshma menjadi terbangun dari tidurnya dengan membuka matanya pelan melihat Tuan Putri Purindah yang tersenyum dihadapan wajahnya dengan berbaring menghadapnya.
“Pangeran, keterjagaan yang terjadi pada kita malam tadi tidak akan pernah didapatkan kembali! Karna malam tadi, kau dan aku tidak merasa terbangun sekalipun dalam keterjagaan dalam tidur menghabiskan sang malam!”. Tuan Putri Purindah menceritakan peristiwa malam tadi.        
“Mungkin aku yang terlalu lelah, dan juga begitu mengantuk! Hingga aku terlalu lama untuk terbangun dari keterjagaan dalam tidurku menghabiskan malam!”. Sambung Pangeran Bheeshma menatapinya.
Usai berkata, Pangeran Bheeshma membangunkan dirinya lalu berdiri menghadap Tuan Putri Purindah yang juga mulai membangunkan dirinya dengan duduk ditempat tidurnya. “Selamat Pagi!!”, ucapan selamat pagi dari Pangeran Bheeshma kepadanya. Tuan Putri Purindah hanya melihatnya bahagia disertai senyuman. Kemudian Pangeran Bheeshma membalikkan tubuhnya menuju kejendela didalam ruangan Tuan Putri Purindah.
Lalu melompati jendela tersebut yang dimana telah menjadi tempatnya untuk memasuki menemui Tuan Putri Purindah pada malam tadi. Saat masih didalam perjalanan menuju ruangannya, tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma menjadi terhenti  karna melihat Ratu Gandiki yang langsung menariknya keras lalu menyeretnya memasuki ruangannya. Sesampainya memasuki didalam ruangannya, Ratu Gandiki menghadapkan keras Pangeran Bheeshma padanya.
Dan memegang kuat lengan Pangeran Bheeshma dengan kedua tangannya. Pangeran Bheeshma pun merasa sedikit kesakitan namun hanya berdiam menatap terkejut kepada Ratu Gandiki.
                “Jelaskan kepada Ibu, semalam kau bermalam dimana? Mengapa kau tidak ada diruanganmu malam tadi!”. Ratu Gandiki menayainya dengan curiga menatapnya.
                “Aku, aku tidak sengaja bermalam diruangan Put….?”. Jawabnya sedikit gugup menatap segan kepada Ratu Gandiki. Ratu Gandiki memotongnya.
                “Kalian berdua masih terlalu muda, diusia kalian mudah sekali bergejolak yang tidak, tidak! Ibu tidak ingin sesuatu yang Ibu takutkan sudah dilakukan oleh kalian berdua! Ibu tidak sengaja melihat kau baru saja melompati jendela dari ruangan Tuan Putri didalam istana ini!”. Ungkap Ratu Gandiki memakai bentakan kecil, melepaskan keras pegangannya.
                “(Berlutut menundukkan kepalanya) Tidak,Ibu! Aku pergi menemuinya hanya berniat untuk mengetahui keadannya! Sebab salah-satu dayangnya memberitahukan, jika Putri sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya! Dan itu murni dari kesalahanku!”. Bantahan jujurnya merasa bersalah, bergemetar.
                “Anakku, semua Ibu akan mengkhawatirkan anaknya bila mengetahui jika anaknya telah bermalam bersama teman lawan jenisnya! Begitupula dengan kau yang telah menghabiskan malammu bersamanya! Apa yang sebenarnya yang telah kau lakukan bersamanya, Anakku!”. Ratu Gandiki membentaknya keras masih melihatnya yang masih tertunduk.
                “(Kembali berdiri menatap Ratu Gandiki, masih menatap segan) Tidak, Ibu! Sebelum aku tertidur, kami berdua sempat saling bicara. Kemudian dia menyuruhku untuk tidur karna dia melihat keadaannku yang sudah begitu mengantuk! Setelah aku benar-benar tertidur, aku merasa kalau kami tidak melakukan apa yang kini Ibu takutkan! Kami berdua sama-sama terjaga, sampai-sampai kami berdua tidak terbangun dari malam yang mungkin tidak singkat itu, Ibu!”. Penjelasannya dengan sedikit tenang namun tetap segan.
                “Mungkin benar apa yang kau katakan, kau begitu mengantuk! Karna kau tidak bisa menahan rasa kantukmu diatas jam Sembilan malam! Tapi bagaimana jika ada suatu alasan yang lain! Apakah kau juga berpikir yang demikian juga, Anakku?”. Mengatakannya lembut meyakinkan.
                Pangeran Bheeshma yang mendengar perkataannnya, menunduk merenungkannya. Sedangkan Ratu Gandiki tiba-tiba mulai  terfikirkan tentang persahabatan antara suaminya bersama Raja Wigura yang baru saja terjalin. Dan juga terfikirkan kalau ia tidak mau melihat mereka berdua kembali berselisih karna ulah Putranya bersama Putri Wigura. Dan mungkin sebab itulah juga Ratu Gandiki memilih untuk menghakiminya seorang diri dengan berbicara empat mata bersama Putranya saja.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar