Tiga puluh menit kemudian, Tuan Putri Purindah kembali memasuki
ruangannya dengan membuka pintu ruangannya pelan. Lalu ditemuinya sosok
Pangeran Bheeshma yang kini telah bersandar ditempat tidurnya disisi kanan.
Pangeran Bheeshma terlihat begitu menungunya untuk kembali, dan Tuan Putri
Purindah kini juga telah bersandar kembali ditempat tidurnya disisi kiri dengan
kembali meluruskan kedua kakinya. Kemudian mereka bersama-sama menegakkan
kepalanya lurus kedepan.
“Mengapa kau
harus berlari saat aku mengejarmu tadi? Aku sama sekali tidak berniat akan
membalasmu dengan menyakitimu! Sungguh aku tidak bisa menerima langkah kakimu
yang harus menata kembali layaknya seorang balita!”. Keluhan Pangeran Bheeshma
sedikit keras.
“Itu merupakan
salah-satu kebiasaanku! Aku sering berlari saat aku sedang bermain bersama
dayang-dayangku!”. Melihat Pangeran Bheeshma disisi kanannya.
“Putri! Perlu kau
ketahui kedatanganku disini hanya untuk mengetahui keadaanmu saja! Apakah kau
baik saja atau….? ( terhenti lalu melihat ke Tuan Putri Purindah disebelah
kirinya) Ternyata kau masih kesakitan saat kau melangkahkan kakimu!”. Memakai
wajah sedikit khawatir.
“Mungkin ini yang
kedua kalinya aku mendapat perhatian darimu, Pangeran!”. Kata tersentuhnya
dengan menatap sedikit haru kepadanya disambung tawa kecil.
“Sudah selarut
ini kau masih bisa tertawa seperti itu! Apakah kau sudah lupa dengan rasa sakit
dikedua kakimu itu?”. Pangeran Bheeshma berkata dengan wajah sedikit heran.
“Pangeran, hanya
ada satu alasan yang bisa membuatku tertawa dimalam selarut ini! Dan alasan
itu….?”. Tiba-tiba terhenti saat menatapi wajah dari Pangeran Bheeshma yang
semakin mengantuk juga matanya yang mulai sayu.
“Kau jangan
tersinggung, Putri! Aku belum memerintahkanmu untuk berhenti dalam bercerita!
Hanya saja….?”. Katanya memanjakannya, Tuan Putri Purindah memotong bicaranya.
“ Tidak,
pangeran! Aku rasa sudah cukup! Dan sekarang kau tidurlah ditempat tidurku ini!
Karna kau terlihat begitu mengantuk!”. Perintahnya tegas dengan memotong,
memberi perhatian mempersilahkannya.
Pangeran Bheeshma
pun melebarkan senyumannya kepadanya, lalu mengangguk sambil menutup kedua
matanya pelan. Sedangkan Tuan Putri Purindah yang melihatnya, mendekatkan
dirinya kepadanya untuk membetulkan posisi tidur kepala dari Pangeran Bheeshma.
Setelah itu, Tuan Putri Purindah memasangkan selimut menutupi tubuh dari
Pangeran Bheeshma agar tidak kedinginan. Dan tiba-tiba Tuan Putri Purindah
terjatuh didada sebelah kiri dari Pangeran Bheeshma tertidur seketika.
BHARATAYUDHAserisatu
Dipagi yang masih buta berhiaskan embun pada bunga-bunga
ditamannya, juga dengan cahaya yang masih berwarna gelap kebiru-biruan, mereka
berdua masih tertidur pulas dengan posisi seperti sedang berdekapan. Posisi
tidur Pangeran Bheeshma kini berubah menghadap ke Tuan Putri Purindah dengan
tangan kanannya memegang pinggang Tuan Putri Purindah. Sementara Tuan Putri
Purndah masih dalam posisi kepalanya bersandar direbahan dada sebelah kiri Pangeran
Bheeshma.
Tuan Putri Purindah bersandar membelakanginya,
sedangkan Pangeran Bheeshma seperti mendekapnya erat dari belakangnya. Telapak
tangan sebelah kanannya pun menggenggam dengan mengepit diatas jemari tangan
sebelah kanan Pangeran Bheeshma. Mereka berdua terlihat tertidur dengan posisi
yang begitu mesra. Apalagi mereka telah menghabiskan waktu tidur malam mereka
tanpa terbangun sekalipun, alias tertidur begitu pulasnya.
Layaknya sepasang kekasih tidur bersama karna telah
memiliki sebuah ikatan pernikahan. Beberapa saat kemudian, Tuan Putri Purindah
mulai terbangun dari keterjagaan tidurnya. Ia merasa seperti sedang menggenggam
tangan seseorang, lalu melihat keatasnya yang terlihat wajah Pangeran Bheeshma
yang masih terjaga dalam tidurnya. Menyadari tubuhnya yang masih bersandar ke
Pangeran Bheeshma, Tuan Putri Purindah pun membangunkan dirinya pelan juga
melepaskan kepitan tangannya.
Ia melakukannya begitu pelan agar tidak megusik
keterjagan Pangeran Bheeshma yang masih tertidur. Tak lama kemudian, Pangeran
Bheeshma menjadi terbangun dari tidurnya dengan membuka matanya pelan melihat
Tuan Putri Purindah yang tersenyum dihadapan wajahnya dengan berbaring
menghadapnya.
“Pangeran, keterjagaan yang terjadi pada kita malam
tadi tidak akan pernah didapatkan kembali! Karna malam tadi, kau dan aku tidak
merasa terbangun sekalipun dalam keterjagaan dalam tidur menghabiskan sang
malam!”. Tuan Putri Purindah menceritakan peristiwa malam tadi.
“Mungkin aku yang terlalu lelah, dan juga begitu
mengantuk! Hingga aku terlalu lama untuk terbangun dari keterjagaan dalam
tidurku menghabiskan malam!”. Sambung Pangeran Bheeshma menatapinya.
Usai berkata, Pangeran Bheeshma membangunkan dirinya
lalu berdiri menghadap Tuan Putri Purindah yang juga mulai membangunkan dirinya
dengan duduk ditempat tidurnya. “Selamat Pagi!!”, ucapan selamat pagi dari
Pangeran Bheeshma kepadanya. Tuan Putri Purindah hanya melihatnya bahagia
disertai senyuman. Kemudian Pangeran Bheeshma membalikkan tubuhnya menuju kejendela
didalam ruangan Tuan Putri Purindah.
Lalu melompati jendela tersebut yang dimana telah
menjadi tempatnya untuk memasuki menemui Tuan Putri Purindah pada malam tadi. Saat
masih didalam perjalanan menuju ruangannya, tiba-tiba saja Pangeran Bheeshma
menjadi terhenti karna melihat Ratu
Gandiki yang langsung menariknya keras lalu menyeretnya memasuki ruangannya.
Sesampainya memasuki didalam ruangannya, Ratu Gandiki menghadapkan keras
Pangeran Bheeshma padanya.
Dan memegang kuat lengan Pangeran Bheeshma dengan
kedua tangannya. Pangeran Bheeshma pun merasa sedikit kesakitan namun hanya
berdiam menatap terkejut kepada Ratu Gandiki.
“Jelaskan kepada
Ibu, semalam kau bermalam dimana? Mengapa kau tidak ada diruanganmu malam
tadi!”. Ratu Gandiki menayainya dengan curiga menatapnya.
“Aku, aku tidak
sengaja bermalam diruangan Put….?”. Jawabnya sedikit gugup menatap segan kepada
Ratu Gandiki. Ratu Gandiki memotongnya.
“Kalian berdua
masih terlalu muda, diusia kalian mudah sekali bergejolak yang tidak, tidak!
Ibu tidak ingin sesuatu yang Ibu takutkan sudah dilakukan oleh kalian berdua!
Ibu tidak sengaja melihat kau baru saja melompati jendela dari ruangan Tuan
Putri didalam istana ini!”. Ungkap Ratu Gandiki memakai bentakan kecil,
melepaskan keras pegangannya.
“(Berlutut
menundukkan kepalanya) Tidak,Ibu! Aku pergi menemuinya hanya berniat untuk
mengetahui keadannya! Sebab salah-satu dayangnya memberitahukan, jika Putri
sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya! Dan itu murni dari kesalahanku!”.
Bantahan jujurnya merasa bersalah, bergemetar.
“Anakku, semua
Ibu akan mengkhawatirkan anaknya bila mengetahui jika anaknya telah bermalam
bersama teman lawan jenisnya! Begitupula dengan kau yang telah menghabiskan malammu
bersamanya! Apa yang sebenarnya yang telah kau lakukan bersamanya, Anakku!”. Ratu
Gandiki membentaknya keras masih melihatnya yang masih tertunduk.
“(Kembali berdiri
menatap Ratu Gandiki, masih menatap segan) Tidak, Ibu! Sebelum aku tertidur,
kami berdua sempat saling bicara. Kemudian dia menyuruhku untuk tidur karna dia
melihat keadaannku yang sudah begitu mengantuk! Setelah aku benar-benar
tertidur, aku merasa kalau kami tidak melakukan apa yang kini Ibu takutkan!
Kami berdua sama-sama terjaga, sampai-sampai kami berdua tidak terbangun dari
malam yang mungkin tidak singkat itu, Ibu!”. Penjelasannya dengan sedikit
tenang namun tetap segan.
“Mungkin benar
apa yang kau katakan, kau begitu mengantuk! Karna kau tidak bisa menahan rasa
kantukmu diatas jam Sembilan malam! Tapi bagaimana jika ada suatu alasan yang
lain! Apakah kau juga berpikir yang demikian juga, Anakku?”. Mengatakannya
lembut meyakinkan.
Pangeran Bheeshma
yang mendengar perkataannnya, menunduk merenungkannya. Sedangkan Ratu Gandiki
tiba-tiba mulai terfikirkan tentang persahabatan
antara suaminya bersama Raja Wigura yang baru saja terjalin. Dan juga
terfikirkan kalau ia tidak mau melihat mereka berdua kembali berselisih karna
ulah Putranya bersama Putri Wigura. Dan mungkin sebab itulah juga Ratu Gandiki
memilih untuk menghakiminya seorang diri dengan berbicara empat mata bersama
Putranya saja.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar