Kamis, 12 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-24


                  Disaat suasana masih dalam keheningan, Raja Kharishma kembali membuka suaranya kepada Raja Wiranata. “Berikanlah lagi aku kesempatan lagi untuk menceritakan yang sesungguhnya, Yang Mulia!”, permintaan permohonannya menajamkan kepada Raja Wiranata. Raja Wiranata yang melihatnya pun langsung menganggukan kepalanya mempersilahkan. Dan Raja Kharishma kini akan segera menceroitakan apa yang telah sesungguhnya terjadi.
                Bahwa yang terjadi sesungguhnya hanya merupakan kesalah pahaman yang terlalu lama tuk disadari. Seorang prajurit yang dituduh sebagai mata-mata ialah bukan seorang prajurit biasa. Kedatangan seorang prajurit tersebut yang disangka merupakan seorang mata-mata karna telah mencoba untuk memata-matai perkebunan milik Raja Wiranata, itu tidaklah benar. Maksud kedatangannya yang sesungguhnya adalah hanya untuk melihat Tuan Putri dari Wigura.
Kemudian Raja kharishma melanjutkannya dengan memberitahukan siapakah jati diri dari seorang prajurit yang tak biasa itu. Jati diri dari seorang prajurit itu ternyata adalah anak kandungnya sendiri, Pangeran Karanu yang sengaja menyamarkan jati dirinya agar dapat melihat Tuan Putri dari Wigura. Tidak hanya itu, Pangeran dari Karita itu juga melayangkan sebuah tawaran perjodohan kepada Raja dari Wigura dengan mengatasnamakan Ayahnya.
Termasuk dengan sebuah tawaran peperangan karna Raja dari Wigura telah menolak sebuah tawaran perjodohan yang belum lama dilayangkannya. Pangeran dari Karita melakukan semua itu hanya ingin dapat memiliki Tuan Putri dari Wigura tersebut. Namun semua usahanya cepat diketahui oleh Raja Kharishma yang kemudian menghentikannya sebelum tindakan tidak masuk akalnya dari Putra kandungnya semakin jauh.
Setelah mendengarkan ceritanya itu, Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki menjadi berdiam hening dengan sedikit terkejut melihat keRaja Kharishma.
“Inilah maksudku yang paling utama mengajakmu untuk mengadakan persidangan kecil ini, Yang Mulia!” . Raja Kharishma memberitahukan maksudnya usainya menceritakan yang sesungguhnya kepada Raja Wiranata. Raja Gandaka berdiri dengan melihat ke Raja Wiranata.
“Yang Mulia, temanku! Tidakkah merupakan sebuah permainan yang tidak disengaja yang telah dilakukan oleh seorang Pangeran yang belum dewasa! (memberi salam permohonan) Aku memohon kepadamu terimalah cerita yang sesungguhnya ini dari Raja Kharishma!”. Mencoba mengakhiri, membujuk dengan sebuah perdamaiian.
Raja Wiranata pun melihat kepadanya mendengarkan kata permohonannya. Kemudian kembali hening memutarkan kedua bola matanya melihat kebawah. sedangkan Ratu Gandiki melihat ke Raja Gandaka dengan mengangguk kecil. Lalu kembali melihat ke Raja Wiranata yang masih hening sambil memikirkannya, membandingkan perkataan dari Raja Gandaka dan Raja Kharishma

BHARATAYUDHAserisatu

“Bagaimanapun juga anakmu telah lancang, Raja Kharishma!”, Raja Wiranata terbangun dari heningnya dengan berkata lantang mengarah ke Raja Kharishma. Mendengarnya yang berkata seperti itu, Ratu Gandiki menjadi reflek berdiri melihat Raja Wiranata dengan terkejut juga nafasnya terengah-rengah kecil. Sedangkan Raja Gandaka mengeratkan tangannya memberi salam permohionan, dan Raja Kharishma mulai memberi salam permintaan maaf kepadanya setelah mendengar perkataannya tadi.
“Maafkan kesalahan yang tidak senagja dilakukan oleh Anakku, Yang Mulia! Sungguh aku tidak mengetahui tindakannya itu, aku mengetahuinya ketika aku mendapatkan sebuah kiriman surat darimu! Dan disaat itu juga aku mendengar kejujurannya yang telah berperilaku curang terhadapku, juga terhadapmu Yang Mulia!”. Katanya meminta maaf sambil menjelaskan.
“Apakah hanya dengan kejujurannya kepadamu saja, dia tidak akan lagi mengusik ketentraman kehidupan dari Putriku?! Kau harus tau, Raja Kharisma, aku sangat sensitif bila ada yang ingin mengusik ketentraman kehidupan dari Putriku! “. Raja Wiranata menatap tajam berkata pelan namun menusuk kepada Raja Kharishma.
“Tidak akan lagi….?”. Raja Khariishma mencoba menenangkan, Raja Wiranata berdiri dari singgasananya melototkan tajam kedua bola matanya kepadanya.
“Tidak (memotongnya, membentak keras mengarah ke Raja Kharisma)! (lalu melanjutkannya bernada tegas secara peerlahan namun menajamkan) Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Sementara Anakmu belum mengatakannya kepadaku!”.
“Anakku mungkin telah menyukai Putrimu, lalu bagaimana bisa dia mempunyai pemikiran untuk merusak ketentraman kehidupan dari Putrimu, jika memang benar Anakku menyukai Putrimu dia tidak akan pernah melakukan itu?”. Raja Kharishma mencoba membuat Raja Wiranata sedikit memikirkan kata-katanya.
“Aku terima dengan baik perkataanmu itu!”. Raja Wiranata dengan menunjuk sambil melototkan kedua bola matanya pelan.
“Temanku, bagaimana jika kau coba saja menerima sebuah tawaran perjodohan itu! Sebab aku telah mengambil kesimpulan dari permasalahan ini! Permasalahan ini akan berakhir ketika Putrimu segera akan dinikahkan dengan Pangeran dari Karita!”. Raja Gandaka mengungkap sarannya mengejutkan Ratu Gandiki yang bersamanya.
 “Apa yang telah kau katakan? Sadarkah engkau, suamiku!”, kata hati Ratu Gandiki melihatnya resah karna keterkejutannya. Lalu ia teringat kembali saat Raja Gandaka mengajak kedua kakak iparnya untuk membujuk Raja wiranata agar menikahkan Putrinya dengan Pangeran dari Karita. Kemudian Ratu Gandiki melihat kembali ke Raja Wiranata yang saat itu terlihat seperti akan menyetujuinya dengan melihat ke Raja Gandaka.
“Raja Gandaka, aku masih belum bisa menyutujui apa yang telah kau sarankan padaku! Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya!”. Raja Wiranata menjelaskan pemikirannya kepada Raja Gandaka. Ratu gandiki sedikit merasa lega.
“Aku hanya menyampaikan saranku kepadamu, teman! Selanjutnya, aku serahkan semuanya padamu!”. Raja Gandaka bijak meluluhkan suasana.
“Baiklah! Duduklah kembali ditempatmu, kau juga Ratu Gandiki! Begitupun dengan kau,  Raja Kharishma! Karna aku juga akan duduk kembali disinggasanaku ini!”. Raja Wiranata mengakhiri dengan memerintahkan melihat mereka secara bergantian. Disambung dengan tertawa kecil.
Menyaksikan raja wiranata yang tertawa kecil, suasana yang tadinya tegang kini berubah menjadi sedikit penuh canda. Semua yang ikut serta menjadi ikut tersenyum. Beberapa saat kemudian, Raja Wiranata kembali berbicara dengan bijak namun tegas.
“Persidangan hari ini cukup sampai disini (melihat-lihat kepada mereka yang ikut serta didalam persidangan)! (kemudian menoleh ke Raja kharishma) Raja kharishma, dipersidangan selanjutnya kau harus mengikut sertakan juga Anakmu!”.
“Sesuai dengan perintahmu, Yang Mulia!”. Dengan berdiri, lalu duduk kembali. Raja Wiranata memberinya senyuman kemudian menoleh ke Raja Gandaka bersama Ratu Gandiki.
                “Temanku! Aku juga ingin kau mengikut sertakan Anakmu, Pangeran Bheeshma! Aku merindukan melihatnya melepaskan anak panah tepat pada titik pusarannya!”. Perintahnya sedikit memuji.
Raja Gandaka pun berdiri lalu mengangguk menerimanya, memberi senyuman kepada Raja Wiranata. Sedangkan Ratu Gandiki masih resah memikirkan apa yang akan terjadi pada persidangan selanjutnya. Lain halnya dengan Raja Gandaka, Raja Wiranata, juga Raja kharishma kini mulai tertawa bersama mengakhiri persidangan yang pertama.

BHARATAYUDHAserisatu

Pada malam harinya, Ratu Gandiki menulis sebuah surat untuk disampaikan kepada Pangeran Bheeshma yang masih berada diKerajaan Gapura. Ratu Gandiki memberitahukan jika ia bersama ketiga keluarganya akan menginap diKerajaan Wigura selama beberapa hari kedepan. Demi menuruti permintaan dari Raja Wiranata. Tak perlu menunggu waktu yang lama, surat itupun telah sampai keKerajaan Gapura juga telah berada ditangan Pangeran Bheeshma.
Dan kini diKerajaan Gapura Pangeran Bheeshma akan membukanya juga akan membaca surat tersebut dengan berbaring lemas ditempat tidurnya. Usainya membaca, ia memalingkah wajahnya melihat kejendela didalam ruangannya. Sementara disana, Tuan Putri Purindah sedang berada dikuil Dewa Shiwa didalam istananya. Disitu ia memberi salam kepada patung Dewa Shiwa lalu melihat keatas, melihat bulan purnama yang begitu tampak sempurna cahayanya.
Kemudian Tuan Putri Purindah berdoa dengan melihat kembali kepatung Dewa Shiwa didepannya. “Dewa Shiwa kau adalah Mahadewa! Aku didepanmu sedang merindukan Pangeran Bheeshmaku! Tidakkah juga dia disana merindukanku?”, pertanyaan gelisahnya ingin mengetahui masih melihat patung Dewa Shiwa sedikit sendu namun berharap. Dan kemudian Tuan Putri Purindah melanjutkan kata gelisahnya lagi masih didalam hati.
“Aku ingin melihat wajahnya, kehadirannya dimalam ini juga! Tepatnya disaat aku mulai menutup mataku didepanmu! Aku mohon berkatilah aku, Dewa!”, berdo’a dengan sedikit menuntut penuh harap. Setelah beberapa saat ia berdo’a, angin mulai berhembus kepadanya kencang seolah-olah permintaaannya didalam do’anya tadi telah diberkati oleh Dewa Shiwa. Merasakan hal itu, Tuan Putri Purindah mulai menutup kedua matanya lalu terjatuh menjadi tertidur seketika dengan tak sadarnya.
Dan disaat yang bersamaan, Pangeran Bheeshma disana, masih berbaring diruangannya juga tertidur dengan tiba-tiba sehabisnya merenung melihat kejendela didalam ruangannya.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar