Disaat suasana masih dalam keheningan, Raja Kharishma kembali membuka suaranya kepada Raja Wiranata. “Berikanlah lagi aku kesempatan lagi untuk menceritakan yang sesungguhnya, Yang Mulia!”, permintaan permohonannya menajamkan kepada Raja Wiranata. Raja Wiranata yang melihatnya pun langsung menganggukan kepalanya mempersilahkan. Dan Raja Kharishma kini akan segera menceroitakan apa yang telah sesungguhnya terjadi.
Bahwa yang
terjadi sesungguhnya hanya merupakan kesalah pahaman yang terlalu lama tuk
disadari. Seorang prajurit yang dituduh sebagai mata-mata ialah bukan seorang
prajurit biasa. Kedatangan seorang prajurit tersebut yang disangka merupakan
seorang mata-mata karna telah mencoba untuk memata-matai perkebunan milik Raja
Wiranata, itu tidaklah benar. Maksud kedatangannya yang sesungguhnya adalah
hanya untuk melihat Tuan Putri dari Wigura.
Kemudian Raja kharishma melanjutkannya dengan
memberitahukan siapakah jati diri dari seorang prajurit yang tak biasa itu.
Jati diri dari seorang prajurit itu ternyata adalah anak kandungnya sendiri,
Pangeran Karanu yang sengaja menyamarkan jati dirinya agar dapat melihat Tuan
Putri dari Wigura. Tidak hanya itu, Pangeran dari Karita itu juga melayangkan
sebuah tawaran perjodohan kepada Raja dari Wigura dengan mengatasnamakan
Ayahnya.
Termasuk dengan sebuah tawaran peperangan karna Raja
dari Wigura telah menolak sebuah tawaran perjodohan yang belum lama
dilayangkannya. Pangeran dari Karita melakukan semua itu hanya ingin dapat
memiliki Tuan Putri dari Wigura tersebut. Namun semua usahanya cepat diketahui
oleh Raja Kharishma yang kemudian menghentikannya sebelum tindakan tidak masuk
akalnya dari Putra kandungnya semakin jauh.
Setelah mendengarkan ceritanya itu, Raja Gandaka
bersama Ratu Gandiki menjadi berdiam hening dengan sedikit terkejut melihat
keRaja Kharishma.
“Inilah maksudku yang paling utama mengajakmu untuk
mengadakan persidangan kecil ini, Yang Mulia!” . Raja Kharishma memberitahukan
maksudnya usainya menceritakan yang sesungguhnya kepada Raja Wiranata. Raja
Gandaka berdiri dengan melihat ke Raja Wiranata.
“Yang Mulia, temanku! Tidakkah merupakan sebuah
permainan yang tidak disengaja yang telah dilakukan oleh seorang Pangeran yang
belum dewasa! (memberi salam permohonan) Aku memohon kepadamu terimalah cerita
yang sesungguhnya ini dari Raja Kharishma!”. Mencoba mengakhiri, membujuk
dengan sebuah perdamaiian.
Raja Wiranata pun melihat kepadanya mendengarkan kata
permohonannya. Kemudian kembali hening memutarkan kedua bola matanya melihat
kebawah. sedangkan Ratu Gandiki melihat ke Raja Gandaka dengan mengangguk
kecil. Lalu kembali melihat ke Raja Wiranata yang masih hening sambil memikirkannya,
membandingkan perkataan dari Raja Gandaka dan Raja Kharishma
BHARATAYUDHAserisatu
“Bagaimanapun juga anakmu telah lancang, Raja
Kharishma!”, Raja Wiranata terbangun dari heningnya dengan berkata lantang
mengarah ke Raja Kharishma. Mendengarnya yang berkata seperti itu, Ratu Gandiki
menjadi reflek berdiri melihat Raja Wiranata dengan terkejut juga nafasnya terengah-rengah
kecil. Sedangkan Raja Gandaka mengeratkan tangannya memberi salam permohionan,
dan Raja Kharishma mulai memberi salam permintaan maaf kepadanya setelah
mendengar perkataannya tadi.
“Maafkan kesalahan yang tidak senagja dilakukan oleh
Anakku, Yang Mulia! Sungguh aku tidak mengetahui tindakannya itu, aku
mengetahuinya ketika aku mendapatkan sebuah kiriman surat darimu! Dan disaat
itu juga aku mendengar kejujurannya yang telah berperilaku curang terhadapku,
juga terhadapmu Yang Mulia!”. Katanya meminta maaf sambil menjelaskan.
“Apakah hanya dengan kejujurannya kepadamu saja, dia
tidak akan lagi mengusik ketentraman kehidupan dari Putriku?! Kau harus tau,
Raja Kharisma, aku sangat sensitif bila ada yang ingin mengusik ketentraman
kehidupan dari Putriku! “. Raja Wiranata menatap tajam berkata pelan namun
menusuk kepada Raja Kharishma.
“Tidak akan lagi….?”. Raja Khariishma mencoba
menenangkan, Raja Wiranata berdiri dari singgasananya melototkan tajam kedua
bola matanya kepadanya.
“Tidak
(memotongnya, membentak keras mengarah ke Raja Kharisma)! (lalu melanjutkannya
bernada tegas secara peerlahan namun menajamkan) Bagaimana bisa kau mengatakan
itu? Sementara Anakmu belum mengatakannya kepadaku!”.
“Anakku mungkin
telah menyukai Putrimu, lalu bagaimana bisa dia mempunyai pemikiran untuk
merusak ketentraman kehidupan dari Putrimu, jika memang benar Anakku menyukai
Putrimu dia tidak akan pernah melakukan itu?”. Raja Kharishma mencoba membuat
Raja Wiranata sedikit memikirkan kata-katanya.
“Aku terima
dengan baik perkataanmu itu!”. Raja Wiranata dengan menunjuk sambil melototkan kedua
bola matanya pelan.
“Temanku,
bagaimana jika kau coba saja menerima sebuah tawaran perjodohan itu! Sebab aku
telah mengambil kesimpulan dari permasalahan ini! Permasalahan ini akan
berakhir ketika Putrimu segera akan dinikahkan dengan Pangeran dari Karita!”.
Raja Gandaka mengungkap sarannya mengejutkan Ratu Gandiki yang bersamanya.
“Apa yang telah kau katakan? Sadarkah engkau,
suamiku!”, kata hati Ratu Gandiki melihatnya resah karna keterkejutannya. Lalu
ia teringat kembali saat Raja Gandaka mengajak kedua kakak iparnya untuk
membujuk Raja wiranata agar menikahkan Putrinya dengan Pangeran dari Karita.
Kemudian Ratu Gandiki melihat kembali ke Raja Wiranata yang saat itu terlihat
seperti akan menyetujuinya dengan melihat ke Raja Gandaka.
“Raja
Gandaka, aku masih belum bisa menyutujui apa yang telah kau sarankan padaku!
Aku masih butuh waktu untuk memikirkannya!”. Raja Wiranata menjelaskan
pemikirannya kepada Raja Gandaka. Ratu gandiki sedikit merasa lega.
“Aku hanya
menyampaikan saranku kepadamu, teman! Selanjutnya, aku serahkan semuanya
padamu!”. Raja Gandaka bijak meluluhkan suasana.
“Baiklah!
Duduklah kembali ditempatmu, kau juga Ratu Gandiki! Begitupun dengan kau, Raja Kharishma! Karna aku juga akan duduk
kembali disinggasanaku ini!”. Raja Wiranata mengakhiri dengan memerintahkan
melihat mereka secara bergantian. Disambung dengan tertawa kecil.
Menyaksikan
raja wiranata yang tertawa kecil, suasana yang tadinya tegang kini berubah
menjadi sedikit penuh canda. Semua yang ikut serta menjadi ikut tersenyum.
Beberapa saat kemudian, Raja Wiranata kembali berbicara dengan bijak namun
tegas.
“Persidangan
hari ini cukup sampai disini (melihat-lihat kepada mereka yang ikut serta didalam
persidangan)! (kemudian menoleh ke Raja kharishma) Raja kharishma,
dipersidangan selanjutnya kau harus mengikut sertakan juga Anakmu!”.
“Sesuai
dengan perintahmu, Yang Mulia!”. Dengan berdiri, lalu duduk kembali. Raja
Wiranata memberinya senyuman kemudian menoleh ke Raja Gandaka bersama Ratu
Gandiki.
“Temanku! Aku juga ingin kau mengikut sertakan Anakmu, Pangeran Bheeshma! Aku merindukan melihatnya melepaskan anak panah tepat pada titik pusarannya!”. Perintahnya sedikit memuji.
“Temanku! Aku juga ingin kau mengikut sertakan Anakmu, Pangeran Bheeshma! Aku merindukan melihatnya melepaskan anak panah tepat pada titik pusarannya!”. Perintahnya sedikit memuji.
Raja Gandaka
pun berdiri lalu mengangguk menerimanya, memberi senyuman kepada Raja Wiranata.
Sedangkan Ratu Gandiki masih resah memikirkan apa yang akan terjadi pada persidangan
selanjutnya. Lain halnya dengan Raja Gandaka, Raja Wiranata, juga Raja
kharishma kini mulai tertawa bersama mengakhiri persidangan yang pertama.
BHARATAYUDHAserisatu
Pada malam
harinya, Ratu Gandiki menulis sebuah surat untuk disampaikan kepada Pangeran
Bheeshma yang masih berada diKerajaan Gapura. Ratu Gandiki memberitahukan jika
ia bersama ketiga keluarganya akan menginap diKerajaan Wigura selama beberapa
hari kedepan. Demi menuruti permintaan dari Raja Wiranata. Tak perlu menunggu
waktu yang lama, surat itupun telah sampai keKerajaan Gapura juga telah berada
ditangan Pangeran Bheeshma.
Dan kini diKerajaan
Gapura Pangeran Bheeshma akan membukanya juga akan membaca surat tersebut
dengan berbaring lemas ditempat tidurnya. Usainya membaca, ia memalingkah
wajahnya melihat kejendela didalam ruangannya. Sementara disana, Tuan Putri
Purindah sedang berada dikuil Dewa Shiwa didalam istananya. Disitu ia memberi
salam kepada patung Dewa Shiwa lalu melihat keatas, melihat bulan purnama yang
begitu tampak sempurna cahayanya.
Kemudian Tuan
Putri Purindah berdoa dengan melihat kembali kepatung Dewa Shiwa didepannya.
“Dewa Shiwa kau adalah Mahadewa! Aku didepanmu sedang merindukan Pangeran
Bheeshmaku! Tidakkah juga dia disana merindukanku?”, pertanyaan gelisahnya ingin
mengetahui masih melihat patung Dewa Shiwa sedikit sendu namun berharap. Dan
kemudian Tuan Putri Purindah melanjutkan kata gelisahnya lagi masih didalam
hati.
“Aku ingin
melihat wajahnya, kehadirannya dimalam ini juga! Tepatnya disaat aku mulai
menutup mataku didepanmu! Aku mohon berkatilah aku, Dewa!”, berdo’a dengan
sedikit menuntut penuh harap. Setelah beberapa saat ia berdo’a, angin mulai
berhembus kepadanya kencang seolah-olah permintaaannya didalam do’anya tadi
telah diberkati oleh Dewa Shiwa. Merasakan hal itu, Tuan Putri Purindah mulai
menutup kedua matanya lalu terjatuh menjadi tertidur seketika dengan tak
sadarnya.
Dan disaat
yang bersamaan, Pangeran Bheeshma disana, masih berbaring diruangannya juga
tertidur dengan tiba-tiba sehabisnya merenung melihat kejendela didalam ruangannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar