Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-19



                Ternyata seorang Putri yang dipandang asing oleh Tuan Putri Nadira juga sempat membuat Pangeran Bheeshma menjadi terkejut kecil adalah Tuan Putri PUrindah. Dan kini Pangeran Bheeshma hanya menatapi keduanya yang masih bercanda. Tiba-tiba Tuan Putri Nadira menegur Pangeran Bheeshma mengingat kondisi langkahnya yang pelan saat masih menuju kepadanya tadi.
                “Saudaraku, tidak biasanya kau melangkah pelan seperti yang kulihat tadi!”. Tanyanya ingin mengetahui alasannya.
                “Ternyata kau sebegitunya memperhatikan langkah kakiku! Saudaraku yang ingin serba tau!”. Pangeran Bheeshma menjawabnya santai melihat kepadanya.
                Kemudian Tuan Putri Nadira melihat kearah samping kanannya, dan dilihatnya kedua saudaranya berlari cepat menujunya. “Oh…..tiiiidaaaaak!”, teriakannya sesaat mengetahui dengan berbalik sambil berlari kecil meninggalkan Pangeran Bheeshma bersama Tuan Putri Purindah demi menghindari kedua saudaranya. Disaat yang bersamaan, Pangeran Bheeshma dan Tuan Putri Purindah membalikkan tubuhnya kebelakang  melihat ke Tuan Putri Nadira yang masih berlari menjauh.
                Usainya melakukan itu, Tuan Putri Purindah mengarahkan pandangannya ke Pangeran Bheeshma, sedangkan Pangeran Bheeshma lebih dulu memandangnya tadi. Mereka berdua pun kini saling berpandangan sedikit kaku. Disaat mereka berdua masih saling berpandangan kaku, hembusan angin turut menerpa mereka dengan melambai-lambaikan rambut dari Tuan Putri Purindah juga dari rambut Pangeran Bheeshma yang dimana diatas telinganya masih terekatkan sehelai bulu merak.
                Tuan Putri Purindah pun melirikan matanya keatas melihat bulu merak diatas telinga kanan Pangeran Bheeshma sedang bergoyang karna ditiup angin. Sedangkan Pangeran Bheeshma masih menatap kedua matanya. Tiba-Tiba saja ada suara seorang Tuan Putri datang mengusik kebersamaan mereka berdua sambil berkata, “Sudahlah Pangeran, hentikan keheningan ini!”. Tuan Putri Purindah pun mendengar perkataan seorang Tuan Putri yang datang dengan tiba-tiba dibalik Pangeran Bheeshma.
                Pangeran Bheeshma yang juga mendengarnya, mencoba akan membalikkan tubuhnya untuk mengetahui siapa seorang Tuan Putri yang telah berani menghentikannya dengan perintahnya. Namun ketika akan berbalik, tiba-tiba saja tangan kanannya ditarik oleh seorang Tuan Putri tersebut dengan membelakanginya dan membawanya berjalan cepat. Tersadar akan hal itu, Pangeran Bheeshma menjulurkan tangan kirinya kepada Tuan Putri Purindah yang masih berdiam melihatnya.
                Kemudian Tuan Putri Purindah berlari kecil mengejarnya dengan menggapai tangannya ikut bersamanya. Sementara seorang Tuan Putri yang tadi belum menyadari jika dia telah membawa dua orang sekaligus. Pangeran Bheeshma pun memberi senyuman kepada Tuan Putri Purindah yang kini sudah  menggenggam tangannya erat. Sedangkan Tuan Putri Purindah yang melihatnya hanya menundukkan kepalanya melihat kebawah masih ikut bersamanya.
                Ditempat lain masih ditaman diperbatasan, Tuan Putri Nanda bersama Tuan Putri Nadira duduk bersama menunggu kedatangan saudaranya. Namun ketika melihat kedatangan saudaranya yang semakin dekat, mereka berdua menjadi berdiri tegak dengan terkejut hinga saudaranya itu sudah sampai dan kini telah berada didepannya. Karna mereka melihat Tuan Putri Nadira sedang membawa dua orang sekaligus secara berantai.
                “Kenapa kau membawa mereka seperti itu?”. Bentak kecil Tuan Putri Nanda kepada Tuan Putri Nandara mengarah dibelakangnya. Tuan Putri Nandara terkejut menjadi bingung membalikkan tubuhnya setengah kebelakang. Ternyata dirinya tanpa sadar telah membawa Pangeran Bheeshma bersama seorang Putri yang kini bersamanya, melihatnya.
                “Maafkan aku, Pangeran!”. Kata maaf Tuan Putri Nadira setelah mengetahuinya dengan melihat ke Pangeran Bheeshma.
                ‘”Kakak, atas dasar kejadian ini Putri Nandara harus dihukum!”. Tuan Putri Nanda menyambungnya mengacaukan suasana.
                “Dan (melucuti selendang dari Tuan Putri Nandara) inilah hukumannya!”. Tuan Putri Nadira melakukannya dengan tertawa kecil mengejek.
                 Tuan Putri Nanda pun menyusul dengan merebut selendang dari tangan Putri Nadira lalu memutar-mutarkannya penuh canda. Sedangkan Tuan Putri Nandara berusaha untuk mengambil selendang miliknya kembali. Dan pemandangan sedikit ramai pun mulai tertampak jelas dari mereka bertiga tidak memperdulikan Pangeran Bheeshma yang masih bersama Tuan Putri Purindah diantara mereka bertiga.

BHARATAYUDHAserisatu

                “Pangeran Bheeshma!”, tegur Tuan Putri Purindah memanggilnya masih berdiri dibelakangnya pelan. Pangeran Bheeshma mendengar tegurannyamemanggil namanya dan  akan segera berbalik untuk melihatnya. Namun Tuan Putri Purindah mendahulukan dirinya dengan melangkahkan kakinya dan kini berdiam didepan Pangeran Bheeshma, menatapnya.
                “Apakah ada yang ingin kau bicarakan? Sehingga kau kini memilih tuk berdiam didepanku!”. Katanya lembut menatap Tuan Putri Purindah.
“Aku hanya ingin mengajakmu melakukan sebuah permainan, Pangeran! Kau hanya perlu menuruti perintahku saja!”. Penjelasannya sederhana.
“Baiklah, perintahkan saja kepadaku sekarang, Putri!”. Balasnya lembut menerima.
“Kau harus menutup kedua matamu sekarang!”. Perintah pertamanya memulai permainan.
“(Pangeran Bheeshma menutup kedua matanya) Eheeemb….!”. Mengangguk pelan.
“Kau tidak boleh membuka kedua matamu sebelum kau menerima perintahku selanjutnya!”, perintahnya yang kedua. Kemudian Tuan Putri Purindah menutupi wajah Pangeran Bheeshma dengan kedua telapak tangannya lembut. Dan didalam hatinya ia membacakan sebuah mantra yang didapatkannya dari Guru Kamspir. Setelah melakukannya, Tuan Putri Purindah melepaskan kedua telapak tangannya dari menutupi wajah Pangeran Bheeshma perlahan.                                     
“Katakan padaku, apa yang kau rasakan saat aku menutupi wajahmu tadi, Pangeran!”. Pertanyaannya usai melepaskan kedua tangannya dari menutupi wajah Pangeran Bheeshma tadi.
“Aku merasa kelembutan pada kedua telapak tanganmu! Seperti telah terbukti kau tidak pernah bekerja didapur!”. Jawabnya sedikit mengejek.
“Apakah hanya itu, Pangeran!”. Tanyanya kembali menggoda.
“(menggelengkan kepala) Aku merasa diriku menyatu dengan dirimu! Seperti ada yang memasuki diriku layaknya seorang penyusup! Dan penyusup itu kini masih bersamaku dan belum juga memerintahkan ku untuk membuka kedua mataku kembali!”. Ungkap kejujurannya menggoda.
“Bukalah kembali kedua matamu, Pangeran!”. Dengan senyuman lebar memerintahkannya.
 Pangeran Bheeshma pun membuka matanya perlahan setelah mendengar perintahnya. Kemudian dilihatnya gumpalan asap berwarna putih diatas kepala Tuan Putri Purindah. Pangeran Bheeshma menjadi terkejut kecil kembali melihat ke Tuan Putri Purindah.
“Apa yang telah kau lakukan tadi, Putri!”. Tegurnya sedikit cemas.
“Aku sudah berhasil, Pangeran! Dan kini aku ingin kau mengejarku sebagai lanjutan dari permainannya!”. Jawabnya menyimpang membingungkan pemikiran Pangeran Bheeshma.
Setelah mengatakan itu, Tuan Putri Purindah berbalik arah dengan berlari kecil memancingnya. Sedangkan Pangeran Bheeshma yang masih bingung pada pemikirannya mencoba mengalihkannya dengan mengejar cepat Tuan Putri Purindah yang sudah setengah jauh meninggalkannya.

BHARATAYUDHAserisatu

                Tuan Putri Purindah masih berlari menjauhi Pangeran Bheeshma yang belum tampak mendekatinya dengan gembira disuatu tempat masih disekitar ditaman perbatasan itu. Dan tiba-tiba menjadi terhenti secara mengejutkan dirinya ketika tidak sengaja mellihat rombongan orang-orang didepannya. Sementara Pangeran Bheeshma ditempat lain masih berusaha untuk mencarinya, masih mengejarnya dengan melihat-lihat disekitarnya.
                Kemudian Tuan Putri Purindah melihat-lihat disekitarnya seolah-olah sedang mencari seseorang yang akan datang menghetikannya. “Pangeran Bheeshmaku! Pange….!”, panggilan keluhnya didalam hati dan menjadi terhenti saat kedua tangannya telah dipegang oleh dua orang yang merupakan prajurit dari rombongan orang-orang yang telah ditemuinya tadi. Dan ternyata rombongan orang yang ditemuinya tadi adalah merupakan orang-orang dari Istananya yang telah mencarinya kemana-mana.
                Kini Tuan Putri Purindah berusaha memberontak melepaskan kedua tangannya dari jeratan kedua prajuritnya itu saat akan dibawa menuju tandunya. Dan ia pun berhasil melepaskan kedua tangannya dari jeratan kedua prajuritnya itu dengan memberontak keras sebelumnya. “Aku tidak mau pulang! Aku masih ingin bermain disini! Dengarkan perintahku ini!”, katanya membentak keras sangat marah melihat kesemua orang-orang dari Istananya yang telah berusaha untuk membawanya pulang.    
                Semua orang-orang Istananya pun menjadi terdiam mulai hening seketika melihat kaku. Tiba-tiba saja ada suara seseorang dari arah kejauhan dari arah belakang Tuan Putri Purindah. “Bawa saja dia pulang dengan paksa! Jangan dengarkan perintah keinginan manjanya!”, suara seseorang itu sangat berani memerintahkan orang-orang Istananya untuk tidak mendengarkan perintahnya. Tuan Putri Purindah pun merasa kesal membalikkan tubuhnya melihat kepada siapa yang berani menentangnya.
                Dan ternyata suara seseorang tersebut adalah suara dari Pangeran Bheeshma yang kini masih berjalan cepat menujunya memakai wajah sedikit merengut melihat kepadanya. Tuan Putri Purindah yang sudah mengetahui karna kedatangannya kembali, menjadi terpusatkan perhatiannya kepada Pangeran Bheeshma memakai tatapan yang penuh harap.  Dan menjadi sedikit lupa dengan mencoba menghentikan orang-orang dari Istananya yang akan segera membawanya pulang.
                “Tadi aku telah mendengar, kalau kau tidak ingin kembali keIstanamu sekarang! Aku juga telah mendengar, kau masih ingin bermain disi….?”. Pangeran Bheeshma mencoba membujuk dengan menatapnya ketika telah berhenti disebelahnya. Namun Tuan Putri Purindah langsung memotongnya masih dengan kemarahan.
                “Aku adalah seorang Putri dari Kerajaan Wigura! Aku sangat berhak untuk memerintahkan mereka semua!”. Balasnya dengan memotong sambil menegaskan keras melihat ke Pangeran Bheeshma.
                “Kalau memang benar begitu, maka perintahkan aku juga Putri! Aku yang akan menggantikanmu untuk pulang keIstana Wigura! Kau tetap saja bermain disini sampai kau merasa terpuaskan! Dan aku bisa bayangkan, jika kedatanganku kesana akan mendapatkan luapan amarah dari Yang Mulia Raja Wiranata!”. Sambungnya memohon dengan memasang wajah yang memelaskan. Kemudian beranjak menuju tandunya.
                “Aku perintahkan kau untuk berhenti! Dayang Naura, aku akan pulang bersama kalian semua sekarang!”. Perintahnya menghalangi Pangeran Bheeshma dengan melihat kedayangnya. Usainya memerintahkan, Tuan Putri Purindah beranjak ketandunya mengacuhkan Pangeran Bheeshma disebelahnya. Dan kini mereka semua telah berjalan pergi meninggalkan, sedangkan Pangeran Bheeshma masih berdiri meratapinya lalu menyentuh bulu merak diatas telinga kanannya.
                Esoknya, Kerajaan Gapura mendapat sebuah kiriman surat dari Kerajaan Wigura. Surat dari Kerajaan Wigura itupun kini telah sampai ditangan Raja Gandaka. Tanpa disangka, isi dari surat tersebut sangat mengejutkan Raja Gandaka yang telah mengabarkan akan terjadi sebuah peperangan yang dilayangkan oleh Kerajaan Karita kepada Kerajaan Wigura. Raja Gandaka begitu bergetar sesaat membacanya karna terfikirkan bahwa dia baru saja menjalin persahabatan dengan Raja Wiranata.
                Salah-satu permasalahan yang menyebabkan sebuah peperangan itu adalah ketika seorang mata-mata dari Kerajaan Karita tertangkap sedang memata-matai perkebunan diKerajaan Wigura. Dan itu dijadikan sebuah kesalahan yang sangat besar. Tidak hanya itu, permasalahan yang kedua adalah saat Raja Wiranata menolak atas sebuah tawaran perjodohan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaan Karita kepadanya karna Pangeran dari Kerajaan Karita terlanjur menyukai Tuan Putri dari Wigura.
                Alasan mengapa Raja Wiranata menolak sebuah tawaran perjodohan itu karna dipikirnya jika Putrinya masih terlalu dini untuk mengenal sebuah pernikahan. Namun telah disalah artikan oleh pihak dari Kerajaan Karita sehingga melayangkan sebuah peperangan kepada Kerajaan Wigura. Setelahnya membaca isi surat tersebut, Raja Gandakan pun beranjak pergi meninggalkan ruangannya menuju keruangan Ratu Gandiki dan berniat untuk membaginya.
Dan kini mereka berdua telah duduk bersama diruangan Ratu Gandiki. “Ratuku, aku ingin berbagi sesuatu kepadamu!”. Raja Gandaka memulai.
                “Apa yang terjadi pada dirimu, suamiku? Kegelisahan apa yang telah membuatmmu menjadi begini!”. Sambungnya lembut melihat Raja Gandaka.
                  “Kegelisahan ini aku rasakan sesaat aku telah membaca isi surat yang dikirimkan dari Kerajaan Wigura! Yang mengabarkan bahwa ada sebuah tawaran peperangan dari Kerajaan Karita! Aku tidak mau sebuah tawaran peperangan ini akan benar terjadi! Namun tetap tidak bisa dipungkiri kalau kesalahan yang dibuat oleh Kerajaan Karita sangatlah besar kepada Kerajaan Wigura!”. Raja Gandaka mulai membaginya dengan melihat gelisah ke Ratu Gandiki.
                “mungkin kau memang benar, suamiku! Tapi kau juga harus bisa mengalihkan itu dengan mengadakan sebuah sidang untuk penyelasaiiannya!”. Ratu Gandiki mencoba memberi nasehat meyakinkannya.
                Setelah mendengar nasihatnya itu, Raja Gandaka menjadi berdiri lalu memeluknya yang masih terduduk. Ratu Gandiki pun membalas pelukannya dengan masih terduduk, tersentuh. Kemudian dilihatnya sosok Pangeran Bheeshma dari arah luar pintu ruangannya yang masih terbuka dan mungkin telah mendengar perbincangannya bersama Raja Gandaka. Ratu Gandiki pun mendadak diam melihatnya bercampur cemas apalagi ketika melihat Pangeran Bheeshma sudah beranjak meninggalkan.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar