Ternyata seorang
Putri yang dipandang asing oleh Tuan Putri Nadira juga sempat membuat Pangeran
Bheeshma menjadi terkejut kecil adalah Tuan Putri PUrindah. Dan kini Pangeran
Bheeshma hanya menatapi keduanya yang masih bercanda. Tiba-tiba Tuan Putri
Nadira menegur Pangeran Bheeshma mengingat kondisi langkahnya yang pelan saat
masih menuju kepadanya tadi.
“Saudaraku, tidak
biasanya kau melangkah pelan seperti yang kulihat tadi!”. Tanyanya ingin
mengetahui alasannya.
“Ternyata kau
sebegitunya memperhatikan langkah kakiku! Saudaraku yang ingin serba tau!”.
Pangeran Bheeshma menjawabnya santai melihat kepadanya.
Kemudian Tuan
Putri Nadira melihat kearah samping kanannya, dan dilihatnya kedua saudaranya
berlari cepat menujunya. “Oh…..tiiiidaaaaak!”, teriakannya sesaat mengetahui
dengan berbalik sambil berlari kecil meninggalkan Pangeran Bheeshma bersama
Tuan Putri Purindah demi menghindari kedua saudaranya. Disaat yang bersamaan,
Pangeran Bheeshma dan Tuan Putri Purindah membalikkan tubuhnya kebelakang melihat ke Tuan Putri Nadira yang masih
berlari menjauh.
Usainya melakukan
itu, Tuan Putri Purindah mengarahkan pandangannya ke Pangeran Bheeshma,
sedangkan Pangeran Bheeshma lebih dulu memandangnya tadi. Mereka berdua pun
kini saling berpandangan sedikit kaku. Disaat mereka berdua masih saling
berpandangan kaku, hembusan angin turut menerpa mereka dengan
melambai-lambaikan rambut dari Tuan Putri Purindah juga dari rambut Pangeran Bheeshma
yang dimana diatas telinganya masih terekatkan sehelai bulu merak.
Tuan Putri
Purindah pun melirikan matanya keatas melihat bulu merak diatas telinga kanan
Pangeran Bheeshma sedang bergoyang karna ditiup angin. Sedangkan Pangeran
Bheeshma masih menatap kedua matanya. Tiba-Tiba saja ada suara seorang Tuan
Putri datang mengusik kebersamaan mereka berdua sambil berkata, “Sudahlah
Pangeran, hentikan keheningan ini!”. Tuan Putri Purindah pun mendengar
perkataan seorang Tuan Putri yang datang dengan tiba-tiba dibalik Pangeran
Bheeshma.
Pangeran Bheeshma
yang juga mendengarnya, mencoba akan membalikkan tubuhnya untuk mengetahui
siapa seorang Tuan Putri yang telah berani menghentikannya dengan perintahnya.
Namun ketika akan berbalik, tiba-tiba saja tangan kanannya ditarik oleh seorang
Tuan Putri tersebut dengan membelakanginya dan membawanya berjalan cepat. Tersadar
akan hal itu, Pangeran Bheeshma menjulurkan tangan kirinya kepada Tuan Putri
Purindah yang masih berdiam melihatnya.
Kemudian Tuan
Putri Purindah berlari kecil mengejarnya dengan menggapai tangannya ikut
bersamanya. Sementara seorang Tuan Putri yang tadi belum menyadari jika dia
telah membawa dua orang sekaligus. Pangeran Bheeshma pun memberi senyuman
kepada Tuan Putri Purindah yang kini sudah menggenggam tangannya erat. Sedangkan Tuan
Putri Purindah yang melihatnya hanya menundukkan kepalanya melihat kebawah
masih ikut bersamanya.
Ditempat lain
masih ditaman diperbatasan, Tuan Putri Nanda bersama Tuan Putri Nadira duduk
bersama menunggu kedatangan saudaranya. Namun ketika melihat kedatangan
saudaranya yang semakin dekat, mereka berdua menjadi berdiri tegak dengan terkejut
hinga saudaranya itu sudah sampai dan kini telah berada didepannya. Karna
mereka melihat Tuan Putri Nadira sedang membawa dua orang sekaligus secara
berantai.
“Kenapa kau
membawa mereka seperti itu?”. Bentak kecil Tuan Putri Nanda kepada Tuan Putri
Nandara mengarah dibelakangnya. Tuan Putri Nandara terkejut menjadi bingung
membalikkan tubuhnya setengah kebelakang. Ternyata dirinya tanpa sadar telah
membawa Pangeran Bheeshma bersama seorang Putri yang kini bersamanya,
melihatnya.
“Maafkan aku,
Pangeran!”. Kata maaf Tuan Putri Nadira setelah mengetahuinya dengan melihat ke
Pangeran Bheeshma.
‘”Kakak, atas
dasar kejadian ini Putri Nandara harus dihukum!”. Tuan Putri Nanda
menyambungnya mengacaukan suasana.
“Dan (melucuti
selendang dari Tuan Putri Nandara) inilah hukumannya!”. Tuan Putri Nadira
melakukannya dengan tertawa kecil mengejek.
Tuan Putri Nanda pun menyusul dengan merebut
selendang dari tangan Putri Nadira lalu memutar-mutarkannya penuh canda.
Sedangkan Tuan Putri Nandara berusaha untuk mengambil selendang miliknya
kembali. Dan pemandangan sedikit ramai pun mulai tertampak jelas dari mereka
bertiga tidak memperdulikan Pangeran Bheeshma yang masih bersama Tuan Putri
Purindah diantara mereka bertiga.
BHARATAYUDHAserisatu
“Pangeran
Bheeshma!”, tegur Tuan Putri Purindah memanggilnya masih berdiri dibelakangnya
pelan. Pangeran Bheeshma mendengar tegurannyamemanggil namanya dan akan segera berbalik untuk melihatnya. Namun
Tuan Putri Purindah mendahulukan dirinya dengan melangkahkan kakinya dan kini
berdiam didepan Pangeran Bheeshma, menatapnya.
“Apakah ada yang
ingin kau bicarakan? Sehingga kau kini memilih tuk berdiam didepanku!”. Katanya
lembut menatap Tuan Putri Purindah.
“Aku hanya ingin mengajakmu melakukan sebuah
permainan, Pangeran! Kau hanya perlu menuruti perintahku saja!”. Penjelasannya
sederhana.
“Baiklah, perintahkan saja kepadaku sekarang,
Putri!”. Balasnya lembut menerima.
“Kau harus menutup kedua matamu sekarang!”. Perintah
pertamanya memulai permainan.
“(Pangeran Bheeshma menutup kedua matanya)
Eheeemb….!”. Mengangguk pelan.
“Kau tidak boleh membuka kedua matamu sebelum kau
menerima perintahku selanjutnya!”, perintahnya yang kedua. Kemudian Tuan Putri
Purindah menutupi wajah Pangeran Bheeshma dengan kedua telapak tangannya
lembut. Dan didalam hatinya ia membacakan sebuah mantra yang didapatkannya dari
Guru Kamspir. Setelah melakukannya, Tuan Putri Purindah melepaskan kedua
telapak tangannya dari menutupi wajah Pangeran Bheeshma perlahan.
“Katakan padaku, apa yang kau rasakan saat aku
menutupi wajahmu tadi, Pangeran!”. Pertanyaannya usai melepaskan kedua tangannya
dari menutupi wajah Pangeran Bheeshma tadi.
“Aku merasa kelembutan pada kedua telapak tanganmu!
Seperti telah terbukti kau tidak pernah bekerja didapur!”. Jawabnya sedikit
mengejek.
“Apakah hanya itu, Pangeran!”. Tanyanya kembali
menggoda.
“(menggelengkan kepala) Aku merasa diriku menyatu
dengan dirimu! Seperti ada yang memasuki diriku layaknya seorang penyusup! Dan
penyusup itu kini masih bersamaku dan belum juga memerintahkan ku untuk membuka
kedua mataku kembali!”. Ungkap kejujurannya menggoda.
“Bukalah kembali kedua matamu, Pangeran!”. Dengan
senyuman lebar memerintahkannya.
Pangeran Bheeshma
pun membuka matanya perlahan setelah mendengar perintahnya. Kemudian dilihatnya
gumpalan asap berwarna putih diatas kepala Tuan Putri Purindah. Pangeran
Bheeshma menjadi terkejut kecil kembali melihat ke Tuan Putri Purindah.
“Apa yang telah kau lakukan tadi, Putri!”. Tegurnya
sedikit cemas.
“Aku sudah berhasil, Pangeran! Dan kini aku ingin kau
mengejarku sebagai lanjutan dari permainannya!”. Jawabnya menyimpang
membingungkan pemikiran Pangeran Bheeshma.
Setelah mengatakan itu, Tuan Putri Purindah berbalik
arah dengan berlari kecil memancingnya. Sedangkan Pangeran Bheeshma yang masih
bingung pada pemikirannya mencoba mengalihkannya dengan mengejar cepat Tuan
Putri Purindah yang sudah setengah jauh meninggalkannya.
BHARATAYUDHAserisatu
Tuan Putri
Purindah masih berlari menjauhi Pangeran Bheeshma yang belum tampak
mendekatinya dengan gembira disuatu tempat masih disekitar ditaman perbatasan
itu. Dan tiba-tiba menjadi terhenti secara mengejutkan dirinya ketika tidak
sengaja mellihat rombongan orang-orang didepannya. Sementara Pangeran Bheeshma ditempat
lain masih berusaha untuk mencarinya, masih mengejarnya dengan melihat-lihat
disekitarnya.
Kemudian Tuan
Putri Purindah melihat-lihat disekitarnya seolah-olah sedang mencari seseorang
yang akan datang menghetikannya. “Pangeran Bheeshmaku! Pange….!”, panggilan
keluhnya didalam hati dan menjadi terhenti saat kedua tangannya telah dipegang
oleh dua orang yang merupakan prajurit dari rombongan orang-orang yang telah
ditemuinya tadi. Dan ternyata rombongan orang yang ditemuinya tadi adalah
merupakan orang-orang dari Istananya yang telah mencarinya kemana-mana.
Kini Tuan Putri
Purindah berusaha memberontak melepaskan kedua tangannya dari jeratan kedua prajuritnya
itu saat akan dibawa menuju tandunya. Dan ia pun berhasil melepaskan kedua
tangannya dari jeratan kedua prajuritnya itu dengan memberontak keras
sebelumnya. “Aku tidak mau pulang! Aku masih ingin bermain disini! Dengarkan
perintahku ini!”, katanya membentak keras sangat marah melihat kesemua
orang-orang dari Istananya yang telah berusaha untuk membawanya pulang.
Semua orang-orang
Istananya pun menjadi terdiam mulai hening seketika melihat kaku. Tiba-tiba
saja ada suara seseorang dari arah kejauhan dari arah belakang Tuan Putri
Purindah. “Bawa saja dia pulang dengan paksa! Jangan dengarkan perintah
keinginan manjanya!”, suara seseorang itu sangat berani memerintahkan
orang-orang Istananya untuk tidak mendengarkan perintahnya. Tuan Putri Purindah
pun merasa kesal membalikkan tubuhnya melihat kepada siapa yang berani
menentangnya.
Dan ternyata suara seseorang tersebut adalah suara dari
Pangeran Bheeshma yang kini masih berjalan cepat menujunya memakai wajah
sedikit merengut melihat kepadanya. Tuan Putri Purindah yang sudah mengetahui
karna kedatangannya kembali, menjadi terpusatkan perhatiannya kepada Pangeran
Bheeshma memakai tatapan yang penuh harap.
Dan menjadi sedikit lupa dengan mencoba menghentikan orang-orang dari Istananya
yang akan segera membawanya pulang.
“Tadi aku telah
mendengar, kalau kau tidak ingin kembali keIstanamu sekarang! Aku juga telah
mendengar, kau masih ingin bermain disi….?”. Pangeran Bheeshma mencoba membujuk
dengan menatapnya ketika telah berhenti disebelahnya. Namun Tuan Putri Purindah
langsung memotongnya masih dengan kemarahan.
“Aku adalah
seorang Putri dari Kerajaan Wigura! Aku sangat berhak untuk memerintahkan
mereka semua!”. Balasnya dengan memotong sambil menegaskan keras melihat ke Pangeran
Bheeshma.
“Kalau memang
benar begitu, maka perintahkan aku juga Putri! Aku yang akan menggantikanmu
untuk pulang keIstana Wigura! Kau tetap saja bermain disini sampai kau merasa
terpuaskan! Dan aku bisa bayangkan, jika kedatanganku kesana akan mendapatkan
luapan amarah dari Yang Mulia Raja Wiranata!”. Sambungnya memohon dengan
memasang wajah yang memelaskan. Kemudian beranjak menuju tandunya.
“Aku perintahkan
kau untuk berhenti! Dayang Naura, aku akan pulang bersama kalian semua
sekarang!”. Perintahnya menghalangi Pangeran Bheeshma dengan melihat
kedayangnya. Usainya memerintahkan, Tuan Putri Purindah beranjak ketandunya
mengacuhkan Pangeran Bheeshma disebelahnya. Dan kini mereka semua telah
berjalan pergi meninggalkan, sedangkan Pangeran Bheeshma masih berdiri
meratapinya lalu menyentuh bulu merak diatas telinga kanannya.
Esoknya, Kerajaan
Gapura mendapat sebuah kiriman surat dari Kerajaan Wigura. Surat dari Kerajaan
Wigura itupun kini telah sampai ditangan Raja Gandaka. Tanpa disangka, isi dari
surat tersebut sangat mengejutkan Raja Gandaka yang telah mengabarkan akan
terjadi sebuah peperangan yang dilayangkan oleh Kerajaan Karita kepada Kerajaan
Wigura. Raja Gandaka begitu bergetar sesaat membacanya karna terfikirkan bahwa
dia baru saja menjalin persahabatan dengan Raja Wiranata.
Salah-satu
permasalahan yang menyebabkan sebuah peperangan itu adalah ketika seorang
mata-mata dari Kerajaan Karita tertangkap sedang memata-matai perkebunan diKerajaan
Wigura. Dan itu dijadikan sebuah kesalahan yang sangat besar. Tidak hanya itu,
permasalahan yang kedua adalah saat Raja Wiranata menolak atas sebuah tawaran
perjodohan yang sempat dilayangkan oleh Kerajaan Karita kepadanya karna
Pangeran dari Kerajaan Karita terlanjur menyukai Tuan Putri dari Wigura.
Alasan mengapa
Raja Wiranata menolak sebuah tawaran perjodohan itu karna dipikirnya jika
Putrinya masih terlalu dini untuk mengenal sebuah pernikahan. Namun telah disalah
artikan oleh pihak dari Kerajaan Karita sehingga melayangkan sebuah peperangan
kepada Kerajaan Wigura. Setelahnya membaca isi surat tersebut, Raja Gandakan pun
beranjak pergi meninggalkan ruangannya menuju keruangan Ratu Gandiki dan berniat
untuk membaginya.
Dan kini mereka berdua telah duduk bersama diruangan Ratu
Gandiki. “Ratuku, aku ingin berbagi sesuatu kepadamu!”. Raja Gandaka memulai.
“Apa yang terjadi
pada dirimu, suamiku? Kegelisahan apa yang telah membuatmmu menjadi begini!”.
Sambungnya lembut melihat Raja Gandaka.
“Kegelisahan ini aku rasakan sesaat aku telah
membaca isi surat yang dikirimkan dari Kerajaan Wigura! Yang mengabarkan bahwa
ada sebuah tawaran peperangan dari Kerajaan Karita! Aku tidak mau sebuah
tawaran peperangan ini akan benar terjadi! Namun tetap tidak bisa dipungkiri kalau
kesalahan yang dibuat oleh Kerajaan Karita sangatlah besar kepada Kerajaan
Wigura!”. Raja Gandaka mulai membaginya dengan melihat gelisah ke Ratu Gandiki.
“mungkin kau
memang benar, suamiku! Tapi kau juga harus bisa mengalihkan itu dengan
mengadakan sebuah sidang untuk penyelasaiiannya!”. Ratu Gandiki mencoba memberi
nasehat meyakinkannya.
Setelah mendengar
nasihatnya itu, Raja Gandaka menjadi berdiri lalu memeluknya yang masih
terduduk. Ratu Gandiki pun membalas pelukannya dengan masih terduduk,
tersentuh. Kemudian dilihatnya sosok Pangeran Bheeshma dari arah luar pintu
ruangannya yang masih terbuka dan mungkin telah mendengar perbincangannya
bersama Raja Gandaka. Ratu Gandiki pun mendadak diam melihatnya bercampur cemas
apalagi ketika melihat Pangeran Bheeshma sudah beranjak meninggalkan.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar