DiKerajaan Wigura, Tuan Putri Purindah kembali
kedatangan Gurunya, Guru yang belum lama mengajarinya atas permintaan dari Ayahnya.
Dan kini Tuan Putri Purindah bersama Gurunya telah duduk bersama ditempat
pelatihan Istananya dengan bersebelahan. Pandangan dari mereka pun sama-sama
lurus kedepan.
“Selamat datang kembali Guru Kamspir! Apakah Guru
akan membahas tentang keabadian hidupku lagi?”. Sapanya memulai sambil bertanya
kepada Guru Kamspir.
“Benar, Muridku! Aku hanya mengabdi kepada Ayahmu
agar kau tidak menyalahgunakan keabadian yang sudah telanjur mengallir
didarahmu!”. Balasnya dengan tenang.
“Tetapi aku tidak mau keabadian ini masih mengalir
didalam darahku! Aku ingin terbebas dari keabadian ini! (kemudian mengalihkan pandangannya
mengarah ke Guru Kamspir) Aku ingin menjadi manusia yang sebenarnya!”. Keluhnya
menggetarkan Guru Kamspir.
“Gerangan apakah yang membuatmu menjadi memberontak
seperti ini, Muridku? Bukankah pada sebelumnya kau sudah bisa menerimanya!”.
Bertanya dengan melihat ke Tuan Putri Purindah. Mereka kini saling
berpandangan.
“Itu karna aku baru saja melihat seorang manusia yang
sebenarnya, dia tidak memiliki sisi keabadian seperti yang sudah terlanjur ada
pada diriku! Guru, bagaimana bisa aku berkhayal indah dalam menikmati
keabadianku kelak, sementara aku tidak bisa menikmatinya bersama dirinya!”.
Curahan hatinya menggetarkan Guru Kamspir kembali, menatap sedikit sendu dengan
terbayang kebersamaannya bersama Pangeran Bheeshma.
“Muridku, aku pernah mengajari seorang murid sebelum
aku mengajarimu! Dia telah menguasai keempat jenis ilmu spiritual dengan cepat!
Dan didalam dirimu, aku seperti menemukan dirinya kembali! Kau telah
mengingatkanku tentangnya!”. Curahan Hatinya ketika mengingat kembali Muridnya
yang dahulu.
“Dan apakah seseorang yang kau ceritakan tadi bisa
membebaskanku dari keabadian ini? Guru, aku sangat memohon untuk itu!”.
Permintaannya seolah-olah tak dapat terelakkan.
Guru Kamspir pun menganggukan kepalanya menatapnya
penuh keyakinan. Kemudian menceritakan siapa seseorang yang pernah menjadi
muridnya. Namun yang dijelaskan sebagai pemula adalah tentang bagaimana cara
melepaskan keabadian dengan melalui seseorang yang dibicarakannya tadi.
Pertama, Tuan Putri Purindah harus mencari keberadaan seseorang yang dimaksud,
seseorang yang masih dirahasiakan oleh Guru Kamspir.
Kedua, Tuan Putri Purindah harus bisa mengakrabkan
dirinya kepada seseorang yang masih dirahasikan Gurunya itu. Agar bisa menerima
perintahnya dengan baik. Ketiga, Tuan Putri Purindah harus bisa memerintahkan
seseorang itu dengan menutup kedua matanya, lalu Tuan Putri Purindah harus
menutupi wajah seseorang itu dengan kedua telapak tangannya. Dan keempat, Tuan
Putri Purindah wajib membacakan sebuah mantra dari Gurunya didalam hati.
Setelah melakukan yang demikian, Tuan Putri Purindah
sudah bisa melepaskan tangannya dari menutupi wajah seseorang itu. Kemudian
memerintahkan seseorang itu untuk membuka matanya kembali. Disaat seseorang itu
membuka matanya kembali, maka akan ada gumpalan asap keluar dari atas kepala
Tuan Putri Purindah. Tetapi itu tidak menjamin dia akan terbebas dari
keabadiannya. Tergantung pada warna gumpalan asap yang telah keluar dari atas
kepalanya.
“Warna apa sajakah yang berhubungan dengan gumpalan
asap yang Guru maksudkan itu?”. Tanyanya Tuan Putri Purindah dengan keseriusan.
“Warna Putih dan Abu-Abu! Jika warna dari gumpalan
asap yang keluar dari atas kepalamu itu berwarna Putih, maka keabadianmu tetaplah
ada! Dan jika berwarna Abu-Abu, maka kau bisa menikmati hidupmu dengan menjadi
seorang manusia yang murni!”. Penjelasannya membuat Tuan Purindah sedikit
merasa dilema.
Dan yang terakhir, sebuah perkataan dari Tuan Putri
Purindah akan merupakan sebuah kutukan kepada seseorang yang menerimanya dari
emosinya setelah mencoba melepaskan keabadiannya itu. Kemudian Guru Kamspir
memberitahu jika Tuan Putri Purindah akan kembali hidup pada lima ratus tahun
kemudian bila telah gagal dalam melepaskan sisi keabadiannya. Tubuhnya pun
tidak boleh terluka, karna bila sudah terluka maka dia akan menemukan
kematiannya sebagai manusia yang sebenarnya.
Tuan Putri Purindah begitu menyimaknya tanpa bertanya
lagi. Saat nama Pangeran Bheeshma disebut oleh Guru Kamspir. Dia memasang
tatapan biasa seolah-olah tidak pernah mengenalnya. Karna seseorang yang
dirahasiakan tadi oleh Guru Kamspir, memang benar Pangeran Bheeshma. Tuan Putri
Purindah pun mulai tersenyum kecil kepada Guru Kamspir seolah-olah menerimanya
tanpa beban.
BHARATAYUDHAserisatu
Disebuah taman diperbatasan,
Pangeran Bheeshma sedang bermain-main bersama ketiga orang Tuan Putri yang
kemarin datang keIstananya. Ternyata ketiga orang Tuan Putri itu adalah ketiga
saudaranya yang merupakan anak dari kedua pamannya. Mereka bertiga mengunjungi
kembali Istana Kerajaan Gapura karna sudah lama tidak bermain-main bersama
Pangeran Bheeshma kurang lebih dua tahun lamanya. Karna mereka harus ikut
bersama Ibu mereka keKerajaan lain karna ada suatu hal.
Dan mereka bertiga
disana bersama Pangeran Bheeshma sedang melakukan sebuah permainan yang
menggunakan sebuah bola kecil berwarnakan merah. Siapa yang mendapatkan bola
kecil berwarnakan merah tersebut maka diperbolehkan untuk mengejar kemudian melemparkannya
kearah orang yang akan menjadi tawanannya. Dan bila bola kecil itu mengenakan
tawanannya, maka tawanannya pun kalah dengan cuma-cuma.
Pertama, mereka bertiga sepakat untuk membentuk sebuah huruf “V”.
Dengan formasi Tuan Putri berbaju merah dan Tuan Putri berbaju kuning berada didepan
secara bersebelahan berjarak lima langkah dari samping kiri-kanannya, disusul
dengan Tuan Putri berbaju putih berada ditengah dibelakang merekaberdua berjarak lima langkah dari depan. Dan Pangeran
Bheeshma yang kini memegang bola kecil berwarnakan merah dibelakang Tuan Putri
berbaju putih.
Pangeran Bheeshma berada dibelakang Tuan Putri
berbaju dengan meluruskan barisannya berjarak tiga langkah kebelakang. Melihat
mereka bertiga yang sudah siap juga pandangan mereka yang kompak lurus kedepan,
Pangeran Bheeshma pun melemparkan bola kecil itu sejauh mungkin kemudian mereka
bertiga langsung mengejarnya dengan berlomba-lomba untuk mengambil bola kecil
tersebut. Sementara Pangeran Bheeshma tetap ditempat melihat gerak-gerik usaha dari
mereka bertiga.
Usaha dari mereka bertiga demi mendapatkan bola kecil
tersebut. Dan dilihatnya yang paling mendekati bola kecil tersebut adalah Tuan
Putri berbaju merah dan Tuan Putri berbaju kuning. Tuan Putri yang berbaju
merah bernamakan Putri Nanda, dan Tuan Putri yang berbaju kuning bernamakan Putri Nandara, mereka berdua merupakan
sepasang kakak adik kandung dan merukapan kedua Putri dari Pangeran Punka.
Sedangkan Tuan
Putri berbaju putih bernamakan Putri Nadira dan merupakan anak dari Pangeran
Raika. Dan mereka bertiga saja yang pergi keIstana Gapura. Karna kedua Ibu
mereka masih tinggal diIstana karna seorang kakek dari mereka bertiga yang
sedang sakit keras selama bertahun-tahun. Kedua Ibu dari mereka bertiga merupakan saudara kembar yang telah menjadi
istri dari Pangeran Raika dan juga Pangeran Punka.
Kini bola kecil
itu telah berhasil didapatkan oleh Tuan Putri Nanda, secara spontan Tuan Putri
Nandara pun langsung berlari menjauh darinya setelah mengetahui. Pangeran
Bheeshma yang juga melihatnya dikejauhan masih ditempatnya, menjadi tertawa
kecil karnanya. Sementara Tuan Putri Nadira terpusatkan perhatiannya kepada
seseorang yang dipandangnya asing disudut dikejauhan sana. Ia telah melihat seorang Putri yang berlari memasuki
taman perbatasan lalu berhenti membelakangi.
Tuan Putri Nadira
semakin memperhatikan Putri asing itu dengan pertanyaan mengapa dia hanya
seorang diri pergi ketaman diperbatasan ini. Dan tanpa disadari olehnya jika
Pangeran Bheeshma kini sedang berjalan menuju kepadanya lalu menegurnya ketika
telah sampai berada disampingnya, “Putri Nadira, apakah yang sedang kau lihat
kini?”, menatap Tuan Putri Nadira dengan penasaran. Tuan Putri Nadira hanya
menggelengkan kepalanya pandangannya masih mengarah keseorang Putri itu.
BHARATAYUDHAserisatu
Mengetahui
keadaan Tuan Putri Nadira yang seperti
itu, Pangeran Bheeshma pun mengikuti pandangan kedua matanya yang masih menuju
keseseorang. Sementara seorang Putri yang dianggapnya asing itu tiba-tiba saja
membalikkan tubuhnya kebelakang seperti menghadap ke mereka berdua dikejauhan.
Kemudian berdiam dengan memegang erat selendangnya dengan kedua tangannya penuh
kebingungan melirik kesamping kebawah.
Pangeran Bheeshma yang kini telah melihatnya
dikejauhan menjadi terkejut kecil namun tak menunjukannya. Sedangkan Tuan Putri
Nadira yang mulai memalingkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma, dilihatnya
wajah Pangeran Bheeshma yang terdiam kaku sedang melihat ke seorang Putri yang
dianggapnya asing tersebut. “Pangeran Bheeshma, apakah yang telah kau lihat
dari seorang Putri asing itu?”, tanya Tuan Putri Nadira bernada pelan sedikit
mencurigai.
Pangeran Bheeshma hanya berdiam hening dengan pandangannya
masih menuju ke seorang Putri asing tersebut. Setelah beberapa saat kemudian,
Pangeran Bheeshma pun tersadar dan akan memalingkan pandangannya ke Tuan Putri
Nadira. Namun ketika akan memalingkannya dengan berniat akan menjawab
pertanyaan darinya, Tuan Putri Nadira lebih dulu berlari kecil menuju keseorang
Putri asing tersebut.
Dan Pangeran Bheeshma merasa terlambat untuk melakukannya
dan tidak sempat tuk menghentikan
langkah Tuan Putri Nadira yang masih menuju keseorang Putri asing itu yang juga
sempat membuatnya menjadi terkejut kecil tadi.
“Hey, mengapa kau hanya seorang diri disini! Dimana dayang-dayangmu?”,
sapanya mencoba akrab setelah berada didekat seorang Putri asing tersebut.
Seorang Putri asing itupun mengarahkan pandangannya kepadanya dengan wajah
sedikit kebingungan. “Baiklah jika kau memilih berdiam dan tidak menjawap
pertanyaanku! Aku kesini bersama ketiga saudaraku!”, Tuan Putri Nadira
mengajaknya bicara kembali dengan menunjukan kearah ketiga saudaranya
dikejauhan.
Seorang Putri
asing itupun mulai melihat apa yang ditunjukan oleh jari telunjuk tangannya,
dan tiba-tiba terlihat olehnya jika sosok Pangeran Bheeshma kini sedang
berjalan menuju kepadanya. Ia pun menjadi terkejut kecil namun tak
menunjukannya, masih melihatnya menjadi kaku. Lain halnya dengan Tuan Putri Nadira
yang langsung menyambut Pangeran Bheeshma dengan rasa bahagianya. “Dan dia
adalah saudaraku, Pangeran Bheeshma!”, dengan mencoba mengenalkannya kepada seorang
Putri asing tersebut.
Pangeran Bheeshma
menjadi sedikit gugup ketika telah sampai dan berada diantara Tuan Putri Nadira
bersama seorang Putri asing tersebut.
“Kalau begitu, perkenalkanlah dirimu teman!”. Tuan
Putri Nadira kembali berbicara dengan melihatnya kembali.
“A, aku, Putri Purindah!”. Katanya sedikit
gugup melihat ke Tuan Putri Nadira.
“Dan aku Putri
Nadira!”. Dengan sedikit canda mencoba lebih akrab.
Kemudian Tuan
Putri Nadira tertawa kecil kepadanya dengan memegang kedua lengan Tuan Putri
Purindah pelan kemudian bersama-sama saling bertatapan dengan sedikit canda
mengakrabkan kebersamaan.
BHARATAYUDHAserisatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar