Selasa, 10 Februari 2015

BHARATAYUDHAserisatu Part-18



DiKerajaan Wigura, Tuan Putri Purindah kembali kedatangan Gurunya, Guru yang belum lama mengajarinya atas permintaan dari Ayahnya. Dan kini Tuan Putri Purindah bersama Gurunya telah duduk bersama ditempat pelatihan Istananya dengan bersebelahan. Pandangan dari mereka pun sama-sama lurus kedepan.
“Selamat datang kembali Guru Kamspir! Apakah Guru akan membahas tentang keabadian hidupku lagi?”. Sapanya memulai sambil bertanya kepada Guru Kamspir.
“Benar, Muridku! Aku hanya mengabdi kepada Ayahmu agar kau tidak menyalahgunakan keabadian yang sudah telanjur mengallir didarahmu!”. Balasnya dengan tenang.
“Tetapi aku tidak mau keabadian ini masih mengalir didalam darahku! Aku ingin terbebas dari keabadian ini! (kemudian mengalihkan pandangannya mengarah ke Guru Kamspir) Aku ingin menjadi manusia yang sebenarnya!”. Keluhnya menggetarkan Guru Kamspir.
“Gerangan apakah yang membuatmu menjadi memberontak seperti ini, Muridku? Bukankah pada sebelumnya kau sudah bisa menerimanya!”. Bertanya dengan melihat ke Tuan Putri Purindah. Mereka kini saling berpandangan.
“Itu karna aku baru saja melihat seorang manusia yang sebenarnya, dia tidak memiliki sisi keabadian seperti yang sudah terlanjur ada pada diriku! Guru, bagaimana bisa aku berkhayal indah dalam menikmati keabadianku kelak, sementara aku tidak bisa menikmatinya bersama dirinya!”. Curahan hatinya menggetarkan Guru Kamspir kembali, menatap sedikit sendu dengan terbayang kebersamaannya bersama Pangeran Bheeshma.
“Muridku, aku pernah mengajari seorang murid sebelum aku mengajarimu! Dia telah menguasai keempat jenis ilmu spiritual dengan cepat! Dan didalam dirimu, aku seperti menemukan dirinya kembali! Kau telah mengingatkanku tentangnya!”. Curahan Hatinya ketika mengingat kembali Muridnya yang dahulu.
“Dan apakah seseorang yang kau ceritakan tadi bisa membebaskanku dari keabadian ini? Guru, aku sangat memohon untuk itu!”. Permintaannya seolah-olah tak dapat terelakkan.
Guru Kamspir pun menganggukan kepalanya menatapnya penuh keyakinan. Kemudian menceritakan siapa seseorang yang pernah menjadi muridnya. Namun yang dijelaskan sebagai pemula adalah tentang bagaimana cara melepaskan keabadian dengan melalui seseorang yang dibicarakannya tadi. Pertama, Tuan Putri Purindah harus mencari keberadaan seseorang yang dimaksud, seseorang yang masih dirahasiakan oleh Guru Kamspir.
Kedua, Tuan Putri Purindah harus bisa mengakrabkan dirinya kepada seseorang yang masih dirahasikan Gurunya itu. Agar bisa menerima perintahnya dengan baik. Ketiga, Tuan Putri Purindah harus bisa memerintahkan seseorang itu dengan menutup kedua matanya, lalu Tuan Putri Purindah harus menutupi wajah seseorang itu dengan kedua telapak tangannya. Dan keempat, Tuan Putri Purindah wajib membacakan sebuah mantra dari Gurunya didalam hati.
Setelah melakukan yang demikian, Tuan Putri Purindah sudah bisa melepaskan tangannya dari menutupi wajah seseorang itu. Kemudian memerintahkan seseorang itu untuk membuka matanya kembali. Disaat seseorang itu membuka matanya kembali, maka akan ada gumpalan asap keluar dari atas kepala Tuan Putri Purindah. Tetapi itu tidak menjamin dia akan terbebas dari keabadiannya. Tergantung pada warna gumpalan asap yang telah keluar dari atas kepalanya.
“Warna apa sajakah yang berhubungan dengan gumpalan asap yang Guru maksudkan itu?”. Tanyanya Tuan Putri Purindah dengan keseriusan.
“Warna Putih dan Abu-Abu! Jika warna dari gumpalan asap yang keluar dari atas kepalamu itu berwarna Putih, maka keabadianmu tetaplah ada! Dan jika berwarna Abu-Abu, maka kau bisa menikmati hidupmu dengan menjadi seorang manusia yang murni!”. Penjelasannya membuat Tuan Purindah sedikit merasa dilema.
Dan yang terakhir, sebuah perkataan dari Tuan Putri Purindah akan merupakan sebuah kutukan kepada seseorang yang menerimanya dari emosinya setelah mencoba melepaskan keabadiannya itu. Kemudian Guru Kamspir memberitahu jika Tuan Putri Purindah akan kembali hidup pada lima ratus tahun kemudian bila telah gagal dalam melepaskan sisi keabadiannya. Tubuhnya pun tidak boleh terluka, karna bila sudah terluka maka dia akan menemukan kematiannya sebagai manusia yang sebenarnya.
Tuan Putri Purindah begitu menyimaknya tanpa bertanya lagi. Saat nama Pangeran Bheeshma disebut oleh Guru Kamspir. Dia memasang tatapan biasa seolah-olah tidak pernah mengenalnya. Karna seseorang yang dirahasiakan tadi oleh Guru Kamspir, memang benar Pangeran Bheeshma. Tuan Putri Purindah pun mulai tersenyum kecil kepada Guru Kamspir seolah-olah menerimanya tanpa beban.

BHARATAYUDHAserisatu

                Disebuah taman diperbatasan, Pangeran Bheeshma sedang bermain-main bersama ketiga orang Tuan Putri yang kemarin datang keIstananya. Ternyata ketiga orang Tuan Putri itu adalah ketiga saudaranya yang merupakan anak dari kedua pamannya. Mereka bertiga mengunjungi kembali Istana Kerajaan Gapura karna sudah lama tidak bermain-main bersama Pangeran Bheeshma kurang lebih dua tahun lamanya. Karna mereka harus ikut bersama Ibu mereka keKerajaan lain karna ada suatu hal.
                Dan mereka bertiga disana bersama Pangeran Bheeshma sedang melakukan sebuah permainan yang menggunakan sebuah bola kecil berwarnakan merah. Siapa yang mendapatkan bola kecil berwarnakan merah tersebut maka diperbolehkan untuk mengejar kemudian melemparkannya kearah orang yang akan menjadi tawanannya. Dan bila bola kecil itu mengenakan tawanannya, maka tawanannya pun kalah dengan cuma-cuma. 

         Pertama, mereka bertiga sepakat untuk membentuk sebuah huruf “V”. Dengan formasi Tuan Putri berbaju merah dan Tuan Putri berbaju kuning berada didepan secara bersebelahan berjarak lima langkah dari samping kiri-kanannya, disusul dengan Tuan Putri berbaju putih berada ditengah dibelakang merekaberdua  berjarak lima langkah dari depan. Dan Pangeran Bheeshma yang kini memegang bola kecil berwarnakan merah dibelakang Tuan Putri berbaju putih.
Pangeran Bheeshma berada dibelakang Tuan Putri berbaju dengan meluruskan barisannya berjarak tiga langkah kebelakang. Melihat mereka bertiga yang sudah siap juga pandangan mereka yang kompak lurus kedepan, Pangeran Bheeshma pun melemparkan bola kecil itu sejauh mungkin kemudian mereka bertiga langsung mengejarnya dengan berlomba-lomba untuk mengambil bola kecil tersebut. Sementara Pangeran Bheeshma tetap ditempat melihat gerak-gerik usaha dari mereka bertiga.  
Usaha dari mereka bertiga demi mendapatkan bola kecil tersebut. Dan dilihatnya yang paling mendekati bola kecil tersebut adalah Tuan Putri berbaju merah dan Tuan Putri berbaju kuning. Tuan Putri yang berbaju merah bernamakan Putri Nanda, dan Tuan Putri yang berbaju kuning bernamakan  Putri Nandara, mereka berdua merupakan sepasang kakak adik kandung dan merukapan kedua Putri dari Pangeran Punka.
 Sedangkan Tuan Putri berbaju putih bernamakan Putri Nadira dan merupakan anak dari Pangeran Raika. Dan mereka bertiga saja yang pergi keIstana Gapura. Karna kedua Ibu mereka masih tinggal diIstana karna seorang kakek dari mereka bertiga yang sedang sakit keras selama bertahun-tahun. Kedua Ibu dari mereka bertiga  merupakan saudara kembar yang telah menjadi istri dari Pangeran Raika dan juga Pangeran Punka.
                Kini bola kecil itu telah berhasil didapatkan oleh Tuan Putri Nanda, secara spontan Tuan Putri Nandara pun langsung berlari menjauh darinya setelah mengetahui. Pangeran Bheeshma yang juga melihatnya dikejauhan masih ditempatnya, menjadi tertawa kecil karnanya. Sementara Tuan Putri Nadira terpusatkan perhatiannya kepada seseorang yang dipandangnya asing disudut dikejauhan sana. Ia telah  melihat seorang Putri yang berlari memasuki taman perbatasan lalu berhenti membelakangi.
                Tuan Putri Nadira semakin memperhatikan Putri asing itu dengan pertanyaan mengapa dia hanya seorang diri pergi ketaman diperbatasan ini. Dan tanpa disadari olehnya jika Pangeran Bheeshma kini sedang berjalan menuju kepadanya lalu menegurnya ketika telah sampai berada disampingnya, “Putri Nadira, apakah yang sedang kau lihat kini?”, menatap Tuan Putri Nadira dengan penasaran. Tuan Putri Nadira hanya menggelengkan kepalanya pandangannya masih mengarah keseorang Putri itu.

BHARATAYUDHAserisatu

                Mengetahui keadaan Tuan Putri  Nadira yang seperti itu, Pangeran Bheeshma pun mengikuti pandangan kedua matanya yang masih menuju keseseorang. Sementara seorang Putri yang dianggapnya asing itu tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya kebelakang seperti menghadap ke mereka berdua dikejauhan. Kemudian berdiam dengan memegang erat selendangnya dengan kedua tangannya penuh kebingungan melirik kesamping kebawah.
Pangeran Bheeshma yang kini telah melihatnya dikejauhan menjadi terkejut kecil namun tak menunjukannya. Sedangkan Tuan Putri Nadira yang mulai memalingkan pandangannya kepada Pangeran Bheeshma, dilihatnya wajah Pangeran Bheeshma yang terdiam kaku sedang melihat ke seorang Putri yang dianggapnya asing tersebut. “Pangeran Bheeshma, apakah yang telah kau lihat dari seorang Putri asing itu?”, tanya Tuan Putri Nadira bernada pelan sedikit mencurigai.
Pangeran Bheeshma hanya berdiam hening dengan pandangannya masih menuju ke seorang Putri asing tersebut. Setelah beberapa saat kemudian, Pangeran Bheeshma pun tersadar dan akan memalingkan pandangannya ke Tuan Putri Nadira. Namun ketika akan memalingkannya dengan berniat akan menjawab pertanyaan darinya, Tuan Putri Nadira lebih dulu berlari kecil menuju keseorang Putri asing tersebut.
Dan Pangeran Bheeshma merasa terlambat untuk melakukannya dan tidak sempat tuk  menghentikan langkah Tuan Putri Nadira yang masih menuju keseorang Putri asing itu yang juga sempat membuatnya menjadi terkejut kecil tadi.
                “Hey, mengapa kau hanya seorang diri disini! Dimana dayang-dayangmu?”, sapanya mencoba akrab setelah berada didekat seorang Putri asing tersebut. Seorang Putri asing itupun mengarahkan pandangannya kepadanya dengan wajah sedikit kebingungan. “Baiklah jika kau memilih berdiam dan tidak menjawap pertanyaanku! Aku kesini bersama ketiga saudaraku!”, Tuan Putri Nadira mengajaknya bicara kembali dengan menunjukan kearah ketiga saudaranya dikejauhan.
                Seorang Putri asing itupun mulai melihat apa yang ditunjukan oleh jari telunjuk tangannya, dan tiba-tiba terlihat olehnya jika sosok Pangeran Bheeshma kini sedang berjalan menuju kepadanya. Ia pun menjadi terkejut kecil namun tak menunjukannya, masih melihatnya menjadi  kaku. Lain halnya dengan Tuan Putri Nadira yang langsung menyambut Pangeran Bheeshma dengan rasa bahagianya. “Dan dia adalah saudaraku, Pangeran Bheeshma!”, dengan mencoba mengenalkannya kepada seorang Putri asing tersebut.
                Pangeran Bheeshma menjadi sedikit gugup ketika telah sampai dan berada diantara Tuan Putri Nadira bersama seorang Putri asing tersebut.
“Kalau begitu, perkenalkanlah dirimu teman!”. Tuan Putri Nadira kembali berbicara dengan melihatnya kembali.   
                 “A, aku, Putri Purindah!”. Katanya sedikit gugup melihat ke Tuan Putri Nadira.
                “Dan aku Putri Nadira!”. Dengan sedikit canda mencoba lebih akrab.
                Kemudian Tuan Putri Nadira tertawa kecil kepadanya dengan memegang kedua lengan Tuan Putri Purindah pelan kemudian bersama-sama saling bertatapan dengan sedikit canda mengakrabkan kebersamaan.

BHARATAYUDHAserisatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar