Jumat, 09 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 15)



                Pada malam harinya, Raizaa dikejutkan dengan kedatangan Ashghari yang baru saja membuka pintu kamarnya lalu berjalan memasuki kamarnya setelah menutup kembali pintu kamarnya. “Ashghari, darimana kau tau alamat rumahku?”, tegur tanyanya menatap penasaran dengan berdiri disamping meja belajarnya. Sedangkan Ashghari baru saja melihat kepadanya setelah beberapa saat pandangannya tertuju pada sebuah benda miliknya dimeja didekat tempat tidur Raizaa.
                “Dari teman baikmu! Dan aku memaksanya dengan memberikan nomorku padanya!”. Penjelasannya berbahasa jutek.
                “Darimana kau tau letak kamarku?”. Raizaa menyambung tanyanya berbahasa jutek pula.
                “Dari penjaga rumahmu yang bertugas didapur!”. Penjelasannya lagi masih jutek.
                “Tujuanmu apa datang kemari, memasuki kamar ini tanpa seizin pemiliknya!”. Ketiga kalinya Raizaa menyambung tanya masih berbahasa jutek.
                “Seperti yang telah kau ketahui, jika dikamar ini ada sesuatu yang memancingku untuk memasukinya!”. Jawabnya masih jutek lalu berjalan menuju kemeja didekat tempat tidurnya.
                Setibanya dimeja tersebut, Ashghari menjadi tersenyum kecil sambil mengambil barang miliknya. Ia pun menyentuh, meraba barang tersebut dengan girangnya. Namun ketika akan berbalik mendadak Raizaa akan merampas barang darinya secara tiba-tiba. Ashghari menjadi terkejut sehingga membuatnya terjatuh diatas kasur tempat tidur Raizaa, begitupula dengan Raizaa yang kini berada diatas tubuhnya dengan kedua tangan mereka masih memegang barang yang sama.
                “Mulus tapi tidak berhasil begitulah begitulah lo!”, bisik keji Raizaa secara halus saat masih saling bertatapan dengannya. Kemudian merampas barang tersebut hingga terlepas dari pegangan Ashghari. Namun ketika Raizaa akan membangunkan dirinya dan akan berdiri dengan berbalik, Ashghari dengan cepat merangkulnya disisi kanan darinya demi menggapai tangan Raizaa untuk merebut barang miliknya tersebut.
Raizaa pun menjadi terdiam seketika namun masih menjauhkan tangannya dari penggapaiian Ashghari. Sementara Ashghari masih berusaha untuk terus menggapai tangan Raizaa demi mengambil kembali barang miliknya. Sedangkan Raizaa baru saja melihat kewajahnya yang masih berekspresi tuk berusaha semakin akan merebutnya. Dan kemudian dengan tiba-tiba Raizaa mencium pipinya seketika tanpa basa-basi dulu.
Sementara Ashghari yang sudah merasakannya semakin merangkulnya terhadapnya seolah-olah sedang memanjakannya. Usainya melakukan yang demikian, kini Ashghari pun telah berhasil mengambil barang miliknya dari tangan Raizaa. Kemudian mencubit hebat pipi kanan Raizaa lalu melepaskannya dan Raizaa melepaskan ciumannya dengan rasa kaget sedikit kesakitan. “Kau berhasil menjebakku!”, Raizaa berkata mengeluh sambil memegang pipi kanannya yang memerah sedikit kesakitan.
Sementara Ashghari memberinya senyuman disambung dengan tawanya mengejek lalu berdiri menjatuhkan Raizaa terbaring ditempat tidurnya. Setelahnya menjatuhkan Raizaa hingga terbaring dikasur tempat tidurnya, Ashghari pun beranjak pergi keluar dari kamarnya untuk pulang tanpa berpamitan dengannya. Dan Raizaa yang sudah melihatnya hanya mendesah menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Gue masih kangen! kenapa lo harus pergi cepet sih?”, katanya didalam hati berbisik mendesahkan.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disuatu tempat, Vin menyempatkan dirinya untuk bertemu dengan Mellissa usainya menyelesaikan pekerjaannya pada sore nanti. Dan tanpa teramati olehnya, waktupun kini telah menunjukkan pukul tiga sore. Vin yang baru saja menyadari juga teringat dengan janjinya untuk segera bertemu Mellissa disuatu tempat, baru saja akan bersiap-siap usainya berhasil menyelesaikan tugas pekerjaannya.
                Selang beberapa waktu berjalan, Vin pun kini telah berada disuatu tempat yaitu disebuah Restaurant dengan duduk bersama Mellissa dengan saling berhadapan, saling berpandangan. Dan mereka akan berbicara sedikit serius.
                “sampai kapan kau akan terus menyembunyikan keberadaan Putraku?”. Vin menanyakan keberadaan Putranya.
                “Kemarin kulihat kau sedang berbahagia dengan Putramu yang lain!”. Singkat Mellissa mengungkap apa yang telah disaksikannya beberapa waktu lalu.
                “Tapi aku tidak henti-hentinya mengingat Putraku yang masih bersamamu? Begitupula dengan istriku?”. Vin mengungkap apa yang dirasakannya bersama istrinya sejak Putra pertamanya tidak bersamanya.
                “Jikalau kau menganggap dia baik sebagai istrmu? Lalu apakah arti diriku dimasa lalumu? Sebelum kau menjadikannya sebagai seorang istri bagimu?”. Mellissa mengungkap apa perbandingan dirinya sendiri dengan istrinya, mengulang yang tlah lalu. Vin menatapnya lemas sedikit terkejut. “Kau tau, aku dibawa pergi oleh Ayahku hanya sebentar saja!”, ungkapnya mengulang sekali lagi, Vin langsung menyambungnya tanpa menunggu sambungan kata darinya.
                “Sebentar, empat tahun kau menghilang! Sudah tidak ada media lagi untukku bisa menghubungimu? Empat tahun itu tidak sebentar! Bahkan saat hari pertama kau menghilang dariku, aku sudah mulai berputus asa! Jiwaku sakit, tapi hati menguatkanku untuk tetap bertahan meskipun harus meninggalkanmu dulu sejenak!”. Vin memberi penjelasan ketika Mellissa menghilang darinya secara tiba-tiba, menatap sedikit sedih.
                “Tapi mengapa kau harus menikah dengan wanita lain? Aku sungguh menyesal meninggalkanmu karna permintaan Ayahku, dan aku lebih menyesal lagi ketika aku….?”. ungkapnya tentang perasaannya pada saat itu, saat baru mengetahui jika Vin telah menikah dengan wanita lain. Lalu jadi berhenti karna tak kuasa melawan emosi kesedihannya hingga meneteskan airmata kanannya melihat kebawah.
                “Sudahlah, tidak ada gunanya lagi kita berbicara mengulang! Semuanya sudah terlewati!”. Vin menenangkannya dengan keluluhan dihatinya sambil mengusap airmata darinya.
                Kemudian Mellissa mengingat perhatian dari Raizaa kepadanya. Juga dengan Raizaa yang suka sekali bermanja dengannya, bercanda dengannya, dan dalam keadaan apapun Raizaa selalu menganggapnya selalu ada bersamanya. Kemudian Mellissa melihat kembali ke Vin usainya mengingat tentang perilaku Raizaa terhadapnya. Dan Mellissa akan mencurahkan isi hatinya yang sudah lama dipendamnya.
“Kasih sayang darimu, dapat aku rasakan saat Raizaa sedang bersamaku! Dari hanya seorang bayi yang kurampas dari pelukan Ibunya! Kini seorang bayi itu telah tumbuh menjadi seorang remaja yang begitu menyayangiku! Tolong jangan beritahu kebenaran ini padanya! Sungguh aku belum rela tuk melepasnya dari hidupku! Dia memang bukan anakku, bukan juga darah dagingku! Tapi dia sudah mendarah daging ditubuhku, dialah alasanku untuk tetap hidup dan aku tidak lagi menganggumu!”.
Vin yang sudah terlanjur mendengarnya pun menjadi haru dengan memegang wajah Mellissa menggunakan kedua telapak tangannya lembut. “Cintailah Putraku seperti kau mencintai diriku dulu! Dengan begitu, kau akan menjadi seorang Ibu yang hebat dimatanya! Begitupula dengan pandangannya!”, Vin kembali berkata menenangkan sambil memujinya sedikit. Dan Mellissa kini telah berhenti dari tangisnya dengan memberikan senyuman kepadanya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar