Senin, 05 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 4)



                 “Lebih baik kau pulang saja sekarang! Sebelum orang tuaku mengetahui keberadaanmu dikamar anak gadisnya!”. Ashghari berkata mengusirnya halus.
                “Aku hanya ingin melihat keadaanmu saja! Setelah siang tadi, aku melihatmu seperti menahan kesakitan….?”. Belum sepenuhnya Raizaa mengujarnya dengan melihat kedua kakinya, Ashghari langsung memotongnya.
                “Cukup! Gak usah pake sapaan aku, kau, saya, atau anda! Lo gak usah sok care deh!”. Ashghari menghakiminya menajamkan melihat jahat. Raizaa baru saja melihat kepadanya biasa.
                Mereka berduapun kini menjadi saling bertatapan dingin. Namun ketika Raizaa akan berbalik melangkah menuju jendela untuk keluar meninggalkan, tiba-tiba menjadi terhenti saat mendengar suara gemuruh petir kemudian menurunkan hujan sangat deras. Begitupula dengan Ashghari yang juga mendengarnya setengah terkejut mengusik ketenangan dirinya. “Mengapa badai harus datang, disaat aku menyuruhmu untuk pulang!”, Ashghari berkata mengeluhkan melihat kejendela.            
                Raizaa menunduk lemas tak bisa membalas perkataan darinya. Sedangkan Ashghari menurunkan kakinya dari kursi tersebut berniat akan menutup jendela kamarnya sendiri. Namun ketika akan melewati Raizaa yang masih menunduk lemas, mendadak Ashghari kehilangan keseimbangannya lagi. Dan Ashghari kembali terselamatkan dari jatuhnya karna Raizaa cepat menolonganya dengan menangkapnya.
                “Aku terjatuh lagi! Keseimbanganku terganggu lagi! Dan ini semua karna kau! Eeeemb, maksud gue semua ini karna lo! Lo sama sekali gak hargain gue siang tadi!”. Asghari berkata mengeluh masih menghakiminya, menatapnya sedikit kebencian.
                “Maaf, gue gak tau kalo pada akhirnya lo bakal seperti ini!”. Raizaa berkata meminta maaf melihatnya penuh rasa bersalah.
Kemudian mereka saling bertatapan kembali dengan Raizaa berusaha untuk membangunkannya kembali dengan berdiri dari jatuhnya. Lalu Raizaa beralih menutup rapat jendela kamarnya dan akan berkata kembali. “Bolehkah aku untuk tidur disini semalam! Aku akan tidur dikursi sofa ini! Dan aku janji, aku akan pulang sebelum ayam berkokok!”, Raizaa berkata memohon dengan melihatnya kembali. Ashghari hanya mengangguk mempersilahkan kepadanya.
Raizaa pun menjadi tersenyum bahagia lalu beralih kekursi sofa tersebut dengan langsung berbaring menutup kedua matanya untuk tidur. Sedangkan Ashghari baru saja berbalik beralih ketempat tidurnya untuk tidur juga. Dan malam ini pun mereka lewati bersama dalam kelelapan yang begitu damai.       

Sementara pada pagi harinya. . . .

                Jam alaramnya pun berbunyi, dan Ashghari terbangun dari tidurnya dengan melihat kearah dimana tempat Raizaa telah tertidur dikamarnya tepatnya dikursi sofanya. Kemudian menjadi tersenyum saat mengetahui kalau Raizaa benar menepati janjinya. Dan kinipun Ashghari membangunkan dirinya akan bersiap-siap untuk bersekolah.

BHARATAYUDHAseritiga

                Vikram, ia masih bertanya-tanya terhadap seorang siswi yang sempat ditemuinya pada hari kemarin. Dan iapun kini akan membaginya dengan Ibundanya dikantor tempat Ibundanya bekerja. Dan mereka berdua kini telah berada dicafe masih dikantor tersebut dengan duduk berhadapan saling berpandangan.
                “Ibunda, kemarin aku tidak sengaja bertemu dengan seorang siswi! Dia berkata jika aku seperti keturunan dari bangsawan, setelahnya dia mengamati penghias dikepalaku ini?”. Vikram memulainya, langsung membaginya tanpa basa-basi.
                “Apa kau sudah mengetahui nama seorang siswi tersebut?”. Poosharm bertanya. Vikram menggeleng.
                “Aku hanya mengenalkan namaku saja, Ibunda! Tanpa dia mengenalkan balik namanya sendiri!”. Vikram membaginya kembali menyampaikan keluhannya.
                “Lantas, apa yang membuatmu menjadi bertanya-tanya seperti ini!”. Poosharm bertanya dengan menatapnya sambil mengamati.
                “Aku merasa, jika dia lebih bangsawan daripada diriku sendiri, Ibunda! Sebab aku melihat dia juga memakai penghias kepala yang sama!”. Vikram menjelaskan alasan dari rasa bertanya-tanya dalam dirinya.
                “Kau memang keturunan dari bangsawan, Vikram! Ayahmu dulu adalah seorang Pangeran, dan juga sudah mejadi seorang Raja dimasa kehidupannya dulu!”. Poosharm menjelaskannya sedikit memberi keterangan tentang jati diri Ayahnya, Vin.
                “Jadi, apakah memang benar yang telah dkatakan oleh siswi itu?”. Vikram bertanya kembali semakin ingin mengetahui. Poosharm tersenyum mengangguk.
                “Perlu kau ketahui, Vikram! Jika didunia ini ada dua orang keturunan bangsawan! Yaitu dirimu dan seorang gadis! Suatu hari, Ibunda akan membawamu kepadanya! Karna seorang gadis itu adalah anak kandung dari teman baik Ibunda juga Ayahanda!”. Poosharm berkata sambil merencanakannya.
                “Baiklah Ibunda, aku permisi dulu karna jadwal belajar home schooling segera tiba! Selamat bekerja kembali Ibunda!”. Vikram mengatakan permisi untuk pulang dengan berdiri memberinya senyuman manja.
                Poosharm yang melihat kesopanan Putranya pun ikut memberi senyuman kepadanya, membalas senyumannya. Dan kini mereka berdua terpisah saat Vikram sudah berbalik beranjak pergi meninggalkan.  

Sementara ditempat lain. . . .

                Raj, ia sedang berdiri santai dilapangan basket melihat para siswanya memainkan bola basket dengan lincahnya. Kemudian ia terpandang pada sosok Ashghari dikejauhan disekitar lapangan basket tersebut. Telah dilihatnya, Ashghari begitu ceria bermain bersama teman-temannya. Dan tiba-tiba saja ia melihat ada pancaran cahaya berwarna merah menyinari fisik Ashghari. Raj pun menjadi terkejut kemudian berbalik memalingkan pandangannya.
                “Astaga, apa yang sedang kulihat tad!”, keluhannya bertanya-tanya setelah melihat yang demikian. Kemudian berbalik melihat ke Ashghari lagi, “Pancaran cahaya merah itu sudah tidak terlihat lagi!”, keluhannya yang kedua sedikit kelegaan dibenaknya. Sedangkan Ashghari yang masih sedang bermain bersama teman-temannya seperti merasakan ada yang menyetrum dirinya. Namun itu tidak dipikirkannya tetapi malah melalukannya karna ketidak pekaannya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Beberapa saat telah berlalu, dan kini Ashghari kembali menggunakan kendaraan Taxi untuk pulang kerumahnya. Karna selama beberapa hari kedepan Ayahnya tidak bisa menjemputnya seperti biasa karna banyak tawaran pekerjaan. Setibanya dirumahnya, Ashghari dihentikan oleh Ibunya saat akan menaiki tangga menuju kamarnya. Dan kinipun mereka berdua saling berpandangan, juga berhadapan sangat dekat.
                “Selamat siang Ibu Shafaq!”. Ashghari memberi salam.
                “Selamat siang juga Putriku Ashghari! Sebelum kau menaiki tangga menuju kamarmu, Ibu mau meminta suatu penjelasan lebih dulu darimu!”. Shafaq masih menghentikannya, menatap tegas. Ashghari mengangguk menatap biasa. “Kau sedang bermalam dengan siapa pada malam tadi, Putriku?”. Tanyanya mengejutkan Ashghari seketika.
                “A, aku….?”. belum sempat Ashghari akan menjelaskan. Shafaq langsung memotongnya dengan amarahnya.
                “Bassss (cukup)!!!! Kuch na kahe (jangan katakan sesuatu)!!!!! Ibu sungguh amat terkejut saat menemukan sebuah tangga dibawah jendela kamarmu! Dan Ibu juga tidak sengaja menemukan Jacket yang masih menggantung dijendela kamarmu, tepatnya disamping sebuah tangga tersebut!”. Shafaq meluapkan emosinya, membentaknya keras lalu bernada kecil dengan mengingat masa lalunya bersama Pangeran Bheeshma saat bermalam bersamanya pada masa kehidupannya dulu.
                “Kemarin, hujan sangat deras Ibu! Dia terpaksa tidur dikamarku, dia tidur dikursi sofa! Karna, dia datang kekamarku hanya ingin melihat keadaanku yang mengeluhkan sakit pada sendi-sendi dikakiku!”. Ashghari baru bisa menjelaskannya dengan rasa was-was.
                “Baasssssss (cukup)!!!!! Sudah cukup!!!!! Kau kembalikan saja Jacket itu kepadanya!!!!!”. Shafaq berkata membentaknya keras lalu berbalik meninggalkannya. Sedangkan Ashghari masih melihatnya diam sedikit bergemetar.
                Setelah perdebatan itu terjadi, kini Ashghari sudah berada dikamarnya dengan memegang jacket yang dimaksud oleh ibunya tadi. Dirinya merasa sedih masih bergemetar, lalu memegang erat jacket tersebut. “Kemana harus ku cari? Dimana harus ku tunggu? Aku sama sekali tidak memiliki kontaknya!”, keluhannya ketika menyadari kalau dirinya dengan Raizaa hanya bertemu tanpa bertukar nomor handphone dan sebagainya.
                Esoknya, Ashghari pergi menuju kesuatu tempat usainya pulang sekolah. Ia sedang berusaha untuk cepat sampai kesekolah diamana Raizaa bersekolah. Dan sesampainya disana, Ashghari tidak menemukan Raizaa melainkan menumukan seorang siswa yang merupakan teman baik Raizaa. Dan kini telah didengarnya jika Raizaa sudah pulang lebih dulu dijemput oleh mama kesayangannya dari teman baik Raizaa itu.
                Ashghari pun mengangguk dengan memberi senyuman mengucapkan “Terima kasih” kepada teman baik Raizaa itu lalu memasuki kendaraan mobil Taxinya lagi untuk segera pulang kerumahnya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar