Jumat, 09 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 13)



                Disaat mereka masih bersama menikmati makanan, diluar pagar ada sosok Mellissa yang memperhatikan gerak-gerik dari mereka berlima. Yaitu tampak keceriaan dalam kebersamaan Vin dan Poosharm yang telah diketahui Mellissa. “Dan itu Putra Vin yang kedua!”, bisikkannya kecil saat pandangannya tertuju pada seorang remaja Putra bersama mereka. Sementara seorang remaja Putra yang belum diketahuinya baru saja terpandang kepadanya tenang.
                Dan Mellissa hanya tersenyum saat masih melihat kepadanya juga kemudian berbalik beranjak pergi meninggalkan. Sedangkan Putra Vikram hanya diam tanpa membahasnya bersama mereka berempat.
                “Putra Vikram, kuharap kau tidak akan pernah melepaskan mahkota kecil itu? Karna dengan kau memakainya, auramu terlihat begitu tampan amat bangsawan!”. Shafaq memujinya kembali dengan tertawa kecil usainya menyantap makanannya.
                “Tidak! Aku tidak pernah melepasnya, kecuali dalam keadaan darurat! Aku sangat nyaman memakainya! Bahkan lebih nyaman dari pelukan Ibunda!”. Putra Vikram mengatakannnya sambil mengejek melihat keIbundanya.
                “Setidaknya kau masih bersama Ibunda, Putraku!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya, menatap sayang padanya.
                “Tidak, aku tidak hanya bersama Ibunda! Tapi aku juga bersama Ayahanda!”. Putra Vikram mencoba melucu kepada mereka semua.
                Semua yang melihatnya juga mendengarnya pun menjadi tertawa secara cuma-cuma. Sedangkan Poosharm mencubit pipi kanan Putranya dengan kegemasannya. Saat mereka sudah berhenti sedikit dalam tawanya. Putra Vikram pun akan kembali berkata sesuatu dengan membiarkan Ibundanya mencubit pipi kanannnya dengan kegemasannya.
                “Ibunda, baru saja beberapa hari yang lalu telingaku ditarik dan dibawa berlari kecil bersamanya karna kejahilanku!”. Putra Vikram mulai bercerita, Poosharm melepaskan cubitannya dari pipi kanan darinya.
                “Terus, apa yang kau lakukan selanjutnya?”. Poosharm bertanya ingin meluruskannya, menatapnya.
                “Mau gak mau. Aku harus ikut berlari kecil bersamanya dengan telingaku masih ditarik olehnya!”. Vikram bercerita meluruskan dengan mengingatnya kembali, menatap ke Poosharm serius.
                “Apakah dia seorang gadis? Kalau memang dia seorang gadis, berarti gadis itu adalah cerminan dari Istriku!”. Arun menyambung dengan bertanya melihat ke Putra Vikram, lalu melihat ke Shafaq.
                “Arun hanya bernostalgia sedikit! Karna dulu aku selalu menarik telinganya suatu ketika dia telah meakukan sesuatu yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya, akan menimbulkan sebuah tanda tanya besar!”. Shafaq mengatakannya dengan melihat ke Arun, lalu melihat kemereka bertiga.             
“Wah, kalau begitu Om Arun sangat unik! Karna Om Arun bisaa melakukan sesuatu yang bisa membuat siapapun akan menjadi bertanya-tanya! Oyah, sesuatu apakah itu Om Arun!”. Putra Vikram memuji lalu bertanya. Mereka bertidga pun bersama melihat ke Arun dengan terkejut kecil. Sedangkan Arun hanya menatap Vikram dan akan memberi suatu penjelasan yang mengelak.
“Itu adalah sebuah hal bodoh yang ada kalanya aku harus melakukannya! Dan itu hanya diketahui oleh ku saja!”. Arun memberi penjelasan dengan canda namun sedikit mengelak. Putra Vikram pun menjadi tertawa kecil karnanya sambil menggelengkan kepalanya masih melihat ke Arun. Kemudian Shafaq, Poosharm dan Vin dapat bernafas lega setelah tadi sempat tegang bercampur rasa kebingungan harus memberi suatu penjelasan apa atas sebuah pertanyaan darinya.
                 
BHARATAYUDHAseritiga

                Pada saat jam pelajaran masih berlangsung, Ashghari diperintah gurunya untuk mengambil buku tugas miliknya dan juga milik teman-temannya karna akan dikoreksi bersama didalam kelas. Setibanya diruang guru, Ashghari mendapati dua KTP didepan pintu masuk ruang guru sesaat akan keluar dari dalam ruang guru tersebut dengan memegang buku tugas tigapuluh lima buah. Ashghari pun mengambil dua KTP tersebut lalu memasukkannya kesaku pada roknya. Kemudian beranjak pergi meninggalkan.
                Sementara pada jam istirahat, Ashghari sedang berdiri disamping tiang didepan kelasnya sambil diam-diam melihat siapa pemilik kedua KTP tersebut. Ashghari pun kini mulai membacanya, dan alangkah terkejutnya jika KTP tersebut adalah milik Pak Raf dan Pak Raj. Terlebih lagi saat ketika dirinya baru melihat jika foto pada kedua KTP tersebut adalah foto yang sama dengan foto kedua kakaknya dirumahnya. Begitupun dengan nama keduanya yang bertuliskan, Assyraf Pu Ma dan Assyraj Pu Ma.
                Setelahnya mengetahuinya, Ashghari menutup kedua KTP tersebut dengan menyembunyikannya pada kedua telapak tangannya yang mengapit tertutup rapat. Kemudian dilihatnya sosok Pak Raf yang sedang berjalan bersama Pak Raj disebelah kanannya dikejauhan. “Jika memang benar mereka berdua adalah kedua Kakakku? Maka berilah lagi jalan bagiku untuk membuktikannya Dewa!”, bisikkannya didalam hati masih meratapi kebersamaan Raf dan Raj yang masih dikejauhan.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Pada sore harinya sekitar pukul setengah empat, Ashghari baru saja melihat Pak Raf dan Pak Raj menaiki motor yang sama untuk pulang. Ashghari yang sudah mengetahui arah tujuannya pun berniat akan mencegahnya pada lokasi sebagai arah tujuan mereka berdua. Tak perlu menunggu lama, Ashghari kini telah berhasil menghentikannya didepan motor mereka berdua walaupun hampir saja tertabrak. Mereka berdua pun terdiam dalam keheningan melihat ke Ashghari.
                Perlahan Ashghari, menggeserkan mahkota kecilnya hingga menampakkan ubunn—ubunnya. Namun Raf lebih dulu turun dari motornya dengan merentangkan tangan kanannya dihadapan Raj. Sedangkan Ashghari yang tadinya melihat tajam ke Raj, kini berbalik melihat ke Raf.
                “Assyraf Pu Ma! Assyraj Pu Ma! Itu adalah nama sebenarnya dari kalian berdua! Jawab aku, siapa kalian berdua sebenarnya?”. Ashghari mengatakannya menajamkan begitupula tatapannya kepada mereka berdua.
                “Kau telah mengetahui nama kami berdua! Dan itulah nama kami berdua! Jadi untuk apa kami perjelaskan lagi!”. Raf menyahutnya bertatap tegas padanya masih merentangkan tangan kanannya dihadapan Raj.
                “Aku masih menghormati kalian berdua sebagai guruku! Tapi ingatlah, esok aku akan membuktikan sesuatu yang tak terduga dari dalam pikiran kalian berdua!”. Ashghari memberi kata ancamannya kepada mereka berdua lalu mundur tiga langkah dari mereka berdua kemudian berbalik beranjak cepat menjauhi.
                Sedangkan Raj dan Raf saling berpandangan bertanya-tanya, “Sudahlah kita pulang saja sekarang!”, Raf langsung berkata mengajaknya untuk pulang dengan menaiki motornya yang sama kembali.  

Dimalam harinya. . . .

                Ashghari sedang berdiri didepan jendela kamarnya memikirkan sebuah persiapan untuknya membuktikan tentang kebenaran pada Pak Raf dan Pak Raj. Sementara Vikram disana juga memikirkan mempersiapkan rencananya untuk menemukan saudaranya yang telah hilang lama. Dan disana juga Raizaa menjadi tergerak hatinya untuk mencari tau kembali tentang sosok Papanya yang tak kunjung menemuinya dan Mamahnya. Berhasikah mereka dalam rencananya? Simak saja cerita selanjutnya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar