Disaat
mereka masih bersama menikmati makanan, diluar pagar ada sosok Mellissa yang
memperhatikan gerak-gerik dari mereka berlima. Yaitu tampak keceriaan dalam
kebersamaan Vin dan Poosharm yang telah diketahui Mellissa. “Dan itu Putra Vin
yang kedua!”, bisikkannya kecil saat pandangannya tertuju pada seorang remaja
Putra bersama mereka. Sementara seorang remaja Putra yang belum diketahuinya
baru saja terpandang kepadanya tenang.
Dan
Mellissa hanya tersenyum saat masih melihat kepadanya juga kemudian berbalik
beranjak pergi meninggalkan. Sedangkan Putra Vikram hanya diam tanpa
membahasnya bersama mereka berempat.
“Putra
Vikram, kuharap kau tidak akan pernah melepaskan mahkota kecil itu? Karna
dengan kau memakainya, auramu terlihat begitu tampan amat bangsawan!”. Shafaq
memujinya kembali dengan tertawa kecil usainya menyantap makanannya.
“Tidak!
Aku tidak pernah melepasnya, kecuali dalam keadaan darurat! Aku sangat nyaman
memakainya! Bahkan lebih nyaman dari pelukan Ibunda!”. Putra Vikram
mengatakannnya sambil mengejek melihat keIbundanya.
“Setidaknya
kau masih bersama Ibunda, Putraku!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya,
menatap sayang padanya.
“Tidak,
aku tidak hanya bersama Ibunda! Tapi aku juga bersama Ayahanda!”. Putra Vikram
mencoba melucu kepada mereka semua.
Semua
yang melihatnya juga mendengarnya pun menjadi tertawa secara cuma-cuma.
Sedangkan Poosharm mencubit pipi kanan Putranya dengan kegemasannya. Saat
mereka sudah berhenti sedikit dalam tawanya. Putra Vikram pun akan kembali
berkata sesuatu dengan membiarkan Ibundanya mencubit pipi kanannnya dengan
kegemasannya.
“Ibunda,
baru saja beberapa hari yang lalu telingaku ditarik dan dibawa berlari kecil
bersamanya karna kejahilanku!”. Putra Vikram mulai bercerita, Poosharm
melepaskan cubitannya dari pipi kanan darinya.
“Terus,
apa yang kau lakukan selanjutnya?”. Poosharm bertanya ingin meluruskannya,
menatapnya.
“Mau
gak mau. Aku harus ikut berlari kecil bersamanya dengan telingaku masih ditarik
olehnya!”. Vikram bercerita meluruskan dengan mengingatnya kembali, menatap ke
Poosharm serius.
“Apakah
dia seorang gadis? Kalau memang dia seorang gadis, berarti gadis itu adalah
cerminan dari Istriku!”. Arun menyambung dengan bertanya melihat ke Putra
Vikram, lalu melihat ke Shafaq.
“Arun
hanya bernostalgia sedikit! Karna dulu aku selalu menarik telinganya suatu
ketika dia telah meakukan sesuatu yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya,
akan menimbulkan sebuah tanda tanya besar!”. Shafaq mengatakannya dengan
melihat ke Arun, lalu melihat kemereka bertiga.
“Wah, kalau begitu Om Arun sangat
unik! Karna Om Arun bisaa melakukan sesuatu yang bisa membuat siapapun akan
menjadi bertanya-tanya! Oyah, sesuatu apakah itu Om Arun!”. Putra Vikram memuji
lalu bertanya. Mereka bertidga pun bersama melihat ke Arun dengan terkejut
kecil. Sedangkan Arun hanya menatap Vikram dan akan memberi suatu penjelasan
yang mengelak.
“Itu adalah sebuah hal bodoh yang
ada kalanya aku harus melakukannya! Dan itu hanya diketahui oleh ku saja!”.
Arun memberi penjelasan dengan canda namun sedikit mengelak. Putra Vikram pun
menjadi tertawa kecil karnanya sambil menggelengkan kepalanya masih melihat ke
Arun. Kemudian Shafaq, Poosharm dan Vin dapat bernafas lega setelah tadi sempat
tegang bercampur rasa kebingungan harus memberi suatu penjelasan apa atas
sebuah pertanyaan darinya.
BHARATAYUDHAseritiga
Pada
saat jam pelajaran masih berlangsung, Ashghari diperintah gurunya untuk
mengambil buku tugas miliknya dan juga milik teman-temannya karna akan
dikoreksi bersama didalam kelas. Setibanya diruang guru, Ashghari mendapati dua
KTP didepan pintu masuk ruang guru sesaat akan keluar dari dalam ruang guru
tersebut dengan memegang buku tugas tigapuluh lima buah. Ashghari pun mengambil
dua KTP tersebut lalu memasukkannya kesaku pada roknya. Kemudian beranjak pergi
meninggalkan.
Sementara
pada jam istirahat, Ashghari sedang berdiri disamping tiang didepan kelasnya
sambil diam-diam melihat siapa pemilik kedua KTP tersebut. Ashghari pun kini
mulai membacanya, dan alangkah terkejutnya jika KTP tersebut adalah milik Pak
Raf dan Pak Raj. Terlebih lagi saat ketika dirinya baru melihat jika foto pada
kedua KTP tersebut adalah foto yang sama dengan foto kedua kakaknya dirumahnya.
Begitupun dengan nama keduanya yang bertuliskan, Assyraf Pu Ma dan Assyraj Pu
Ma.
Setelahnya
mengetahuinya, Ashghari menutup kedua KTP tersebut dengan menyembunyikannya pada
kedua telapak tangannya yang mengapit tertutup rapat. Kemudian dilihatnya sosok
Pak Raf yang sedang berjalan bersama Pak Raj disebelah kanannya dikejauhan.
“Jika memang benar mereka berdua adalah kedua Kakakku? Maka berilah lagi jalan
bagiku untuk membuktikannya Dewa!”, bisikkannya didalam hati masih meratapi
kebersamaan Raf dan Raj yang masih dikejauhan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Pada
sore harinya sekitar pukul setengah empat, Ashghari baru saja melihat Pak Raf
dan Pak Raj menaiki motor yang sama untuk pulang. Ashghari yang sudah
mengetahui arah tujuannya pun berniat akan mencegahnya pada lokasi sebagai arah
tujuan mereka berdua. Tak perlu menunggu lama, Ashghari kini telah berhasil
menghentikannya didepan motor mereka berdua walaupun hampir saja tertabrak.
Mereka berdua pun terdiam dalam keheningan melihat ke Ashghari.
Perlahan
Ashghari, menggeserkan mahkota kecilnya hingga menampakkan ubunn—ubunnya. Namun
Raf lebih dulu turun dari motornya dengan merentangkan tangan kanannya
dihadapan Raj. Sedangkan Ashghari yang tadinya melihat tajam ke Raj, kini
berbalik melihat ke Raf.
“Assyraf
Pu Ma! Assyraj Pu Ma! Itu adalah nama sebenarnya dari kalian berdua! Jawab aku,
siapa kalian berdua sebenarnya?”. Ashghari mengatakannya menajamkan begitupula
tatapannya kepada mereka berdua.
“Kau
telah mengetahui nama kami berdua! Dan itulah nama kami berdua! Jadi untuk apa
kami perjelaskan lagi!”. Raf menyahutnya bertatap tegas padanya masih
merentangkan tangan kanannya dihadapan Raj.
“Aku
masih menghormati kalian berdua sebagai guruku! Tapi ingatlah, esok aku akan
membuktikan sesuatu yang tak terduga dari dalam pikiran kalian berdua!”.
Ashghari memberi kata ancamannya kepada mereka berdua lalu mundur tiga langkah
dari mereka berdua kemudian berbalik beranjak cepat menjauhi.
Sedangkan
Raj dan Raf saling berpandangan bertanya-tanya, “Sudahlah kita pulang saja
sekarang!”, Raf langsung berkata mengajaknya untuk pulang dengan menaiki
motornya yang sama kembali.
Dimalam harinya. . . .
Ashghari
sedang berdiri didepan jendela kamarnya memikirkan sebuah persiapan untuknya
membuktikan tentang kebenaran pada Pak Raf dan Pak Raj. Sementara Vikram disana
juga memikirkan mempersiapkan rencananya untuk menemukan saudaranya yang telah
hilang lama. Dan disana juga Raizaa menjadi tergerak hatinya untuk mencari tau
kembali tentang sosok Papanya yang tak kunjung menemuinya dan Mamahnya. Berhasikah
mereka dalam rencananya? Simak saja cerita selanjutnya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar