Poosharm,
mengetahui jadwal home schooling Putra kesayangannya yang tidak lama lagi
tepatnya pada tujuh hari kedepan. Ia pun
berniat untuk memberitahukannya kembali kepada Putranya yang kini sedang duduk
didepan jendela kamarnya sendiri. Dan saat ketika Poosharm memberitahukannya
mendadak dilihatnya wajah dari Putranya yang baru saja melihat kepada dirinya
dalam keadaan murung.
Dan Poosharm akan mengajaknya untuk berbicara
sedikit, dengan berdiri saling berhadapan dengannya.
“Apa yang terjadi
denganmu, Vikram? Bukankah beberapa waktu yang lalu kau bisa menerimanya? Tapi,
mengapa sekarang kau seperti berubah tak bisa menerimanya?”. Poosharm bertanya
cemas penuh tanda Tanya diwajahnya. Sedangkan Vikram masih melihatnya murung
akan mencurahkan isi hatinya.
“Sejujurnya aku
telah berbohong, Ibunda! Awalnya aku yakin, aku akan bisa menerima sekolah non
formal setelah keluar dari sekolah asrama! Tapi semakin lama aku meyakinkan,
semakin aku tidak bisa, Ibunda! Aku suka sekali dalam bersosial, aku lebih baik
bersekolah disekolah homogen kembali Ibunda!”. Vikram mencurahkan isi hatinya
yang berupa sebuah keinginan darinya.
“Tidak!!!!”,
bentakan kecil Poosharm namun sangat menajamkan. Kemudian pergi meninggalkan
tanpa berkata lagi. Sementara Vikram menjadi bingung lalu menutup kedua matanya,
meneteskan airmata kesedihannya.
Pada malam harinya. . . .
Poosharm sedang
duduk dibalkon depan atas rumahnya menunggu kepulangan Vin dari kantornya. Tak berapa
lama kemudian, Vin pun kini telah pulang dari kantornya dan kini telah duduk
disampingnya dalam sebuah kursi persegi panjang.
“Aku dengar, kau
sedang marahan dengan Vikram?”. Vin memulai dengan melihat Poosharm yang
melihat lurus kedepan.
“Dia menolak!
Jadi aku sebagai Ibunya, sangat wajib untuk memarahinya! Kata remaja jaman
sekarang, aku seperti diPHPin gitu?”. Poosharm menceritakannya, Vin menjadi
tertawa kecil masih melihat kepadanya.
“Vikram sudah
menceritakan semuanya padaku! Putra kita, dia tidak berniat untuk membuat
Ibunya merasa kecewa! Dia hanya sebatas mencurahkan keinginannya saja! Dan dia
juga berkata sebagai kesimpulannya, “Semua terserah pada Ibunda”! Terus
sekarang, apakah Ibunda dari Putra Vikram masih betah marahan atau, kita berdua
sekarang pergi kekamarnya melihatnya yang mungkin sudah tertidur?!”. Vin
menjelaskannya, sambil mengajaknya untuk pergi bersama menuju kamar Putra
Vikram.
Poosharm pun menjadi
luluh karna bujukannya, kemudian melihat kepada Vin lalu berjalan bersama
menuju kamar Putra Vikram. Sesampainya dikamar Putra Vikram, telah dilihatnya
oleh mereka berdua jika Putra Vikram sudah tertidur begitu manisnya. Mengetahui
keadaan Putranya yang sudah tertidur, Poosharm mencium keningnya penuh kasih
sayang, begitupula dengan Vin yang menyusulnya mencium kening Putranya.
“Raizaa!”,
bisikkan kecil suara dari Poosharm karna teringat pada Putranya yang terdahulu.
Vin pun langsung melihat kepadanya sesaat telah mendengarnya. Kemudian Vin juga
teringat kembali saat mengetahui keberadaan Putranya Raizaa yang masih hidup
bersama Mellissa. “Aku sering teringat Putraku yang terdahulu, saat ketika aku
melihat wajah dari Putraku Vikram!”, bisikkan kecil suara dari Poosharm melihat
wajah Putranya yang masih tertidur.
Dan tanpa
diketahui mereka berdua kalau Putra Vikram yang sudah tertidur belum sepenuhnya
menjadi tertidur. Bersamaan dengan itu, Putra Vikram terlanjur telah mendengar
jelas bisikkan kecil suara dari Poosharm tersebut. ‘’Aku memiliki seorang
Kakak?”, sambung Vikram berbisik dihatinya masih dalam keadaan yang tadi.
BHARATAYUDHAseritiga
Esoknya, Arun
terburu-buru untuk menjemput Putrinya yang bernama Ashghari. Karna telah
diketahuinya jika waktu sudah menunjukkan keterlambatannya untuk menjemput
Putrinya tepatnya pada menit ketigapuluh. Sesampainya disekolah Putrinya, ia
tidak menemukan Putrinya sedang menunggunya ditempat biasa Putrinya menunggu
jemputan darinya. Arun pun sedikit merasa gelisah kemudian membuka pesan BBM
dari Putrinya yang kini sudah memberitahukan keberadaannya.
Masih berharap
cemas, Arun langsung mengencangkan kendaraannya demi untuk cepat sampai
kesebuah tempat dimana Putrinya sedang berada. Selang waktu berjalan, Arun pun
menghentikan kendaraannya disebuah tempat tersebut. Kemudian menjadi terkejut
ketika melihat Putrinya sedang berdiri didepan Masjid dengan membelakanginya.
Dan kini Arun sudah berdiam lima langkah dibelakang Putrinya yang masih melihat
juga menghadap ke Masjid membelakanginya.
‘’Putriku
Ashghari, sedang apa kau disini?”. Arun mencoba menegurnya pelan.
“Aku mendengarkan
suara Adzan yang baru saja berhenti berkumandang, Ayah!”, Ashghari menyahutnya
dengan masih membelakangi. Kemudian berbalik menghadapkan dirinya kepada
Ayahnya yang masih berdiri menunggunya.
“Dulu, ada
seorang lelaki muslim yang tidak sengaja telah mengadzankanmu! Sebab yang dia
kira bahwa kau adalah Putrinya! Dan itu Ayah ketahui saat tidak sengaja
melihatmu sedang ditimang olehnya, tepatnya saat ketika kau sedang diadzankan
pada kalimat terakhir dari adzan itu!”. Arun mengatakannya sambil mengingat
peristiwa beberapa tahun yang lalu, saat Ashghari baru dilahirkan dirumah sakit
bersalin.
“Mungkin sebab
itu juga, aku merasa begitu akrab ketika mendengar suara adzan yang telah
dikumandangkan!”. Ashghari menyambungnya dengan berjalan kemudian berdiam
didepan Ayahnya.
“Lain kali, kau
jangan kabur-kaburan lagi! Bila Ayah terlambat, tunggu saja Ayah ditempat biasa
kau menunggu Ayah disekolahmu! Kecuali Ayah mengatakan jika Ayah tidak bisa untuk
menjemputmu, baru kau boleh pulang sendiri kerumah!”. Arun mengatakan rasa
cemasnya sambil mencubit pelan pipi Putrinya dengan senyuman.
Setelah Arun menemukan Putrinya, dan juga
mereka berdua sempat saling berbicara terbuka. Merekapun kini akan pulang
bersama meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya dirumah, Arun memberitahukan
kalau besok dirinya tidak bisa menjemputnya karna ada suatu kepentingan, dan
Ashghari hanya mengatakan, “Iya”, tanpa menanyakannya lebih lanjut.
BHARATAYUDHAseritiga
Esok
harinya, sekitar jam Sembilan pagi. Arun, Shafaq, Vin, dan Poosharm sedang
mengadakan sebuah rapat kecil-kecilan disebuah café. Dan mereka kini telah
duduk bersama dalam sebuah bangku saling berhadapan. Karna tepat dihari ini
Arun akan memberitahukan hasil dari penarawangannya selama bertahun-tahun lamanya
untuk keturunan mereka masing-masing.
“Pada
hari ini, pada saat ini juga, aku akan memberitahukan apa yang aku rahasiakan
pada tujuh belas tahun silam! Pertama, aku meminta keluhan dari salah-satu
antara kalian bertiga! Adakah yang akan menyampaikan keluhannya lebih dulu dari
kalian bertiga?”. Arun memulainya dengan permisi melihat ketiganya.
“Aku,
Arun! Aku ingin segera bertemu juga hidup kembali dengan Putraku yang terdahulu!
Putraku Raizaa!”. Poosharm mendahulukan dirinya mengungkap kinginannya yang
masih berlaku disetiap tahunnya. Melihat ke Arun penuh harap. Sedangkan Arun
melihatnya dengan hanya tersenyum mengangguk.
“Putramu
yang kini masih hidup bersamamu, dan juga berdiam satu atap bersamamu, dia akan
segera menjawab semua pertanyaan dari keinginanmu itu! Percayalah, kau hanya
perlu bersabar untuk beberapa waktu!”. Arun menjelaskan menurut hasil
penerawangannya yang sudah diketahuinya, Poosharm memberinya senyuman semakin
berharap.
‘’Arun
sungguh benar dalam penerawangannya! Putra kita yang bernama Raizaa, dia masih
dalam keadaan baik-baik saja! Kalaupun Putra Vikram tidak sampai menemukan kita
berdua dengan Putra Raizaa, maka aku yang akan lebih berusaha untuk itu! Lebih
percayalah, Putra Raizaa akan secepatnya kembali kerumah kita!”. Vin menyambung
sambil menjelaskan juga memberi pegertian kepada Poosharm.
Poosharm pun semakin tersenyum
ketika mendengar kata darinya sambil melihat kedirinya. Mereka berempat kini
sudah merasa lega, kemudian Shafaq memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman.
Dan mereka berempat pun saling mencari makanan juga minuman pada menu
masing-masing yang mereka ingini.
Sementara ditempat lain. . . .
Ashghari, dia
kini sedang berjalan disekitar lapangan basket disekolahnya setelahnya mengisi
perut dikantin sekolahnya demi menghabiskan waktu istirahat dari jam
belajarnya. Kemudian ia tidak sengaja melihat seorang siswa dengan wajah yang
sama berdiri didepan pintu gerbang sekolah. Lebih parahnya lagi seorang siswa
tersebut hanya melihatnya dari pintu gerbang sekolahnya. Ashghari pun mengerti
dan berjalan cepat menghampiri seorang siswa itu.
Dan mereka akan berbicara saling berpandangan. “Lo
ngapain disini? Lo lagi bolos, apaaaa?”, Tanya Ashghari sedikit menghakimi
ketika telah berada didepan seorang siswa itu.
“Gue, Raizaa!”.
Seorang siswa membalas kata penghakimannya dengan membertahukan namanya,
bernada tegas.
“Oh, jadi nama lo
Raizaa? Seorang siswa laki-laki yang bolos sedang berdiri didepan pintu gerbang
sekolah orang!”. Ashghari membalasnya masih dengan sedikit menghakimi,
begitupula dengan tatapannya.
“Gak sia-sia gue
buntutin lo, ternyata elo anak sekolah sini!”. Raizaa membalasnya kembali masih
menegaskan.
“Tapi gue sia-sia
banget, gue pikir setelah gue masuk kegedung sekolah gue, gue bakal lepas dari
lo! Gue gak suka ketemu sama elo, dua kali ketemu dua kali juga tatapan dingin
kaya gini! Mendingan lo pergi aja sekarang!”. Ashghari mengungkap kekesalannya
lalu mencoba mengusirnya secara halus.
“Jadi karna itu!?
Dan elo mau tau jawabannya!”. Raizaa membalasnya masih menegaskannya semakin
menjadi-jadi. Ashghari menjadi terdiam namun menajamkan tatapannya. “Itu karna
gue gak suka bertemu sama orang asing! Salam, semoga Tuhan memberkati!”. Raizaa
menjelaskannya masih dengan caranya yang tadi. Kemudian berbalik pergi
meninggalkan, begitupula Ashghari yang juga pergi berbalik meninggalkan menuju
kedalam gedung sekolahnya.
BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:
Posting Komentar