Senin, 05 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 1)




                Poosharm, mengetahui jadwal home schooling Putra kesayangannya yang tidak lama lagi tepatnya pada  tujuh hari kedepan. Ia pun berniat untuk memberitahukannya kembali kepada Putranya yang kini sedang duduk didepan jendela kamarnya sendiri. Dan saat ketika Poosharm memberitahukannya mendadak dilihatnya wajah dari Putranya yang baru saja melihat kepada dirinya dalam keadaan murung.
Dan Poosharm akan mengajaknya untuk berbicara sedikit, dengan berdiri saling berhadapan dengannya.
                “Apa yang terjadi denganmu, Vikram? Bukankah beberapa waktu yang lalu kau bisa menerimanya? Tapi, mengapa sekarang kau seperti berubah tak bisa menerimanya?”. Poosharm bertanya cemas penuh tanda Tanya diwajahnya. Sedangkan Vikram masih melihatnya murung akan mencurahkan isi hatinya.
                “Sejujurnya aku telah berbohong, Ibunda! Awalnya aku yakin, aku akan bisa menerima sekolah non formal setelah keluar dari sekolah asrama! Tapi semakin lama aku meyakinkan, semakin aku tidak bisa, Ibunda! Aku suka sekali dalam bersosial, aku lebih baik bersekolah disekolah homogen kembali Ibunda!”. Vikram mencurahkan isi hatinya yang berupa sebuah keinginan darinya.
                “Tidak!!!!”, bentakan kecil Poosharm namun sangat menajamkan. Kemudian pergi meninggalkan tanpa berkata lagi. Sementara Vikram menjadi bingung lalu menutup kedua matanya, meneteskan airmata kesedihannya.  

Pada malam harinya. . . .

                Poosharm sedang duduk dibalkon depan atas rumahnya menunggu kepulangan Vin dari kantornya. Tak berapa lama kemudian, Vin pun kini telah pulang dari kantornya dan kini telah duduk disampingnya dalam sebuah kursi persegi panjang.
                “Aku dengar, kau sedang marahan dengan Vikram?”. Vin memulai dengan melihat Poosharm yang melihat lurus kedepan.
                “Dia menolak! Jadi aku sebagai Ibunya, sangat wajib untuk memarahinya! Kata remaja jaman sekarang, aku seperti diPHPin gitu?”. Poosharm menceritakannya, Vin menjadi tertawa kecil masih melihat kepadanya.
                “Vikram sudah menceritakan semuanya padaku! Putra kita, dia tidak berniat untuk membuat Ibunya merasa kecewa! Dia hanya sebatas mencurahkan keinginannya saja! Dan dia juga berkata sebagai kesimpulannya, “Semua terserah pada Ibunda”! Terus sekarang, apakah Ibunda dari Putra Vikram masih betah marahan atau, kita berdua sekarang pergi kekamarnya melihatnya yang mungkin sudah tertidur?!”. Vin menjelaskannya, sambil mengajaknya untuk pergi bersama menuju kamar Putra Vikram.
                Poosharm pun menjadi luluh karna bujukannya, kemudian melihat kepada Vin lalu berjalan bersama menuju kamar Putra Vikram. Sesampainya dikamar Putra Vikram, telah dilihatnya oleh mereka berdua jika Putra Vikram sudah tertidur begitu manisnya. Mengetahui keadaan Putranya yang sudah tertidur, Poosharm mencium keningnya penuh kasih sayang, begitupula dengan Vin yang menyusulnya mencium kening Putranya.
                “Raizaa!”, bisikkan kecil suara dari Poosharm karna teringat pada Putranya yang terdahulu. Vin pun langsung melihat kepadanya sesaat telah mendengarnya. Kemudian Vin juga teringat kembali saat mengetahui keberadaan Putranya Raizaa yang masih hidup bersama Mellissa. “Aku sering teringat Putraku yang terdahulu, saat ketika aku melihat wajah dari Putraku Vikram!”, bisikkan kecil suara dari Poosharm melihat wajah Putranya yang masih tertidur.
                Dan tanpa diketahui mereka berdua kalau Putra Vikram yang sudah tertidur belum sepenuhnya menjadi tertidur. Bersamaan dengan itu, Putra Vikram terlanjur telah mendengar jelas bisikkan kecil suara dari Poosharm tersebut. ‘’Aku memiliki seorang Kakak?”, sambung Vikram berbisik dihatinya masih dalam keadaan yang tadi.

BHARATAYUDHAseritiga

                Esoknya, Arun terburu-buru untuk menjemput Putrinya yang bernama Ashghari. Karna telah diketahuinya jika waktu sudah menunjukkan keterlambatannya untuk menjemput Putrinya tepatnya pada menit ketigapuluh. Sesampainya disekolah Putrinya, ia tidak menemukan Putrinya sedang menunggunya ditempat biasa Putrinya menunggu jemputan darinya. Arun pun sedikit merasa gelisah kemudian membuka pesan BBM dari Putrinya yang kini sudah memberitahukan keberadaannya.
                Masih berharap cemas, Arun langsung mengencangkan kendaraannya demi untuk cepat sampai kesebuah tempat dimana Putrinya sedang berada. Selang waktu berjalan, Arun pun menghentikan kendaraannya disebuah tempat tersebut. Kemudian menjadi terkejut ketika melihat Putrinya sedang berdiri didepan Masjid dengan membelakanginya. Dan kini Arun sudah berdiam lima langkah dibelakang Putrinya yang masih melihat juga menghadap ke Masjid membelakanginya.
                ‘’Putriku Ashghari, sedang apa kau disini?”. Arun mencoba menegurnya pelan.
                “Aku mendengarkan suara Adzan yang baru saja berhenti berkumandang, Ayah!”, Ashghari menyahutnya dengan masih membelakangi. Kemudian berbalik menghadapkan dirinya kepada Ayahnya yang masih berdiri menunggunya.
                “Dulu, ada seorang lelaki muslim yang tidak sengaja telah mengadzankanmu! Sebab yang dia kira bahwa kau adalah Putrinya! Dan itu Ayah ketahui saat tidak sengaja melihatmu sedang ditimang olehnya, tepatnya saat ketika kau sedang diadzankan pada kalimat terakhir dari adzan itu!”. Arun mengatakannya sambil mengingat peristiwa beberapa tahun yang lalu, saat Ashghari baru dilahirkan dirumah sakit bersalin.
                “Mungkin sebab itu juga, aku merasa begitu akrab ketika mendengar suara adzan yang telah dikumandangkan!”. Ashghari menyambungnya dengan berjalan kemudian berdiam didepan Ayahnya.
                “Lain kali, kau jangan kabur-kaburan lagi! Bila Ayah terlambat, tunggu saja Ayah ditempat biasa kau menunggu Ayah disekolahmu! Kecuali Ayah mengatakan jika Ayah tidak bisa untuk menjemputmu, baru kau boleh pulang sendiri kerumah!”. Arun mengatakan rasa cemasnya sambil mencubit pelan pipi Putrinya dengan senyuman.  
                 Setelah Arun menemukan Putrinya, dan juga mereka berdua sempat saling berbicara terbuka. Merekapun kini akan pulang bersama meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya dirumah, Arun memberitahukan kalau besok dirinya tidak bisa menjemputnya karna ada suatu kepentingan, dan Ashghari hanya mengatakan, “Iya”, tanpa menanyakannya lebih lanjut.

BHARATAYUDHAseritiga

                Esok harinya, sekitar jam Sembilan pagi. Arun, Shafaq, Vin, dan Poosharm sedang mengadakan sebuah rapat kecil-kecilan disebuah café. Dan mereka kini telah duduk bersama dalam sebuah bangku saling berhadapan. Karna tepat dihari ini Arun akan memberitahukan hasil dari penarawangannya selama bertahun-tahun lamanya untuk keturunan mereka masing-masing.
                “Pada hari ini, pada saat ini juga, aku akan memberitahukan apa yang aku rahasiakan pada tujuh belas tahun silam! Pertama, aku meminta keluhan dari salah-satu antara kalian bertiga! Adakah yang akan menyampaikan keluhannya lebih dulu dari kalian bertiga?”. Arun memulainya dengan permisi melihat ketiganya.
                “Aku, Arun! Aku ingin segera bertemu juga hidup kembali dengan Putraku yang terdahulu! Putraku Raizaa!”. Poosharm mendahulukan dirinya mengungkap kinginannya yang masih berlaku disetiap tahunnya. Melihat ke Arun penuh harap. Sedangkan Arun melihatnya dengan hanya tersenyum mengangguk.
                “Putramu yang kini masih hidup bersamamu, dan juga berdiam satu atap bersamamu, dia akan segera menjawab semua pertanyaan dari keinginanmu itu! Percayalah, kau hanya perlu bersabar untuk beberapa waktu!”. Arun menjelaskan menurut hasil penerawangannya yang sudah diketahuinya, Poosharm memberinya senyuman semakin berharap.
                ‘’Arun sungguh benar dalam penerawangannya! Putra kita yang bernama Raizaa, dia masih dalam keadaan baik-baik saja! Kalaupun Putra Vikram tidak sampai menemukan kita berdua dengan Putra Raizaa, maka aku yang akan lebih berusaha untuk itu! Lebih percayalah, Putra Raizaa akan secepatnya kembali kerumah kita!”. Vin menyambung sambil menjelaskan juga memberi pegertian kepada Poosharm.
Poosharm pun semakin tersenyum ketika mendengar kata darinya sambil melihat kedirinya. Mereka berempat kini sudah merasa lega, kemudian Shafaq memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman. Dan mereka berempat pun saling mencari makanan juga minuman pada menu masing-masing yang mereka ingini.

Sementara ditempat lain. . . .

                Ashghari, dia kini sedang berjalan disekitar lapangan basket disekolahnya setelahnya mengisi perut dikantin sekolahnya demi menghabiskan waktu istirahat dari jam belajarnya. Kemudian ia tidak sengaja melihat seorang siswa dengan wajah yang sama berdiri didepan pintu gerbang sekolah. Lebih parahnya lagi seorang siswa tersebut hanya melihatnya dari pintu gerbang sekolahnya. Ashghari pun mengerti dan berjalan cepat menghampiri seorang siswa itu.
Dan mereka akan berbicara saling berpandangan. “Lo ngapain disini? Lo lagi bolos, apaaaa?”, Tanya Ashghari sedikit menghakimi ketika telah berada didepan seorang siswa itu.
                “Gue, Raizaa!”. Seorang siswa membalas kata penghakimannya dengan membertahukan namanya, bernada tegas.
                “Oh, jadi nama lo Raizaa? Seorang siswa laki-laki yang bolos sedang berdiri didepan pintu gerbang sekolah orang!”. Ashghari membalasnya masih dengan sedikit menghakimi, begitupula dengan tatapannya.
                “Gak sia-sia gue buntutin lo, ternyata elo anak sekolah sini!”. Raizaa membalasnya kembali masih menegaskan.                
                “Tapi gue sia-sia banget, gue pikir setelah gue masuk kegedung sekolah gue, gue bakal lepas dari lo! Gue gak suka ketemu sama elo, dua kali ketemu dua kali juga tatapan dingin kaya gini! Mendingan lo pergi aja sekarang!”. Ashghari mengungkap kekesalannya lalu mencoba mengusirnya secara halus.
                “Jadi karna itu!? Dan elo mau tau jawabannya!”. Raizaa membalasnya masih menegaskannya semakin menjadi-jadi. Ashghari menjadi terdiam namun menajamkan tatapannya. “Itu karna gue gak suka bertemu sama orang asing! Salam, semoga Tuhan memberkati!”. Raizaa menjelaskannya masih dengan caranya yang tadi. Kemudian berbalik pergi meninggalkan, begitupula Ashghari yang juga pergi berbalik meninggalkan menuju kedalam gedung sekolahnya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar