Disebuah sekolah terfavorit dikota istimewa, ada cerita menarik dengan keempat muridnya. Yaitu dengan dua orang siswi dan dua orang siswa. Dimana dua orang siswa dan seorang siswinya berteman sejak pertama kali betemu dalam sekolah tersebut, dan seorang siswinya lagi adalah seorang siswi baru yang baru saja memasuki sekolah tersebut. Bagaimanah kisah keempatnya? Mari simak bersama pada alur cerita berikut ini.
Disebuah kota istimewa. . . .
Tepatnya
disekolah terfavorit diJogjakarta, terjadi pertemuan seorang siswi dengan dua
orang siswa disebuah kantin saat bersama menjalani masa orientasi siswa atau
biasa dikenal dengan singkatan kata “MOS”. Mereka bertiga masing-masing bernama
Gabriella, Ayasha, dan Vik. Dan kini pun mereka bertiga dikantin sedang berdiri
bersama saling berhadapan membentuk sebuah persegi tiga tanpa disengaja.
Kemudian dimulai dengan Vik yang mengenalkan dirinya kepada Gabriella.
“Hai,
salam murid baru! Gue, Vikyar Dinar!”, Vik mengenalkan dirinya dengan
mengulurkan tangannya ke Gabriella sembari mengajaknya berjabat tangan. Dan
Gabriella pun menjabat tangannya sembari mengenalkan dirinya juga.
“Gue,
Gabriella panggil saja, Ella!”, kata pengenalan diri darinya masih berjabat
tangan dengannya.
“Kamu
beragama, Kristen?”, tanya Vik masih berjabat tangan dengannya menatap tanya.
Ella menggeleng menatap biasa. “Katolik?”, tanyanya sekali lagi. Ella masih
menggeleng, kemudian menjadi tersenyum karna melihat wajah Vik yang mulai
terlihat bingung.
“Gabriella
Amna Naura! Itu nama panjang gue! Dan gue beragama islam!”, Ella memberi
penjelasan lalu bersama saling melepaskan tangan mereka berdua yang telah lama
berjabat tangan.
Kemudian seorang siswa yang masih bersama
mereka berdua mulai mengenalkan dirinya juga kepada Ella. Karna dirinya sudah
berkenalan dengan Vik bahkan sudah menjadi seorang teman. “Hey kamu, namaku
Ayasha Alvaro!”, dengan menunjukkan kelima jarinya mengajak Ella untuk
bertepuk. Ella yang sudah terlanjur melihatnya pun langsung menepukkan
tangannya padanya sambil tertawa kecil. Dan dari situlah mereka bertiga memulai
sebuah pertemanan yang menjadi sebuah persahabatan kekal.
Maksud dari persahabatan kekal
adalah mereka bertiga tetap bersahabat selama masih bersekolah disekolah
tervaforit itu, dan mungkin sampai mereka kuliah, kerja, ataupun sampai
masing-masing mempunyai keluarga kecil kelak.
Dua tahun kemudian. . . .
Sudah
genap dua tahun Ella, Vik, juga Ayasha telah bersahabat. Dan kini mereka duduk
dikelas tiga, disebuah ruang kelas yang sama setelah pada kelas sebelumnya
mereka bertiga tak pernah duduk dalam ruangan kelas yang sama. Dan mereka
bertiga kini menjadi semakin dekat, hampir tidak ada sebuah pertengkaran yang
mungkin harus memisahkan persahabatan ketiganya. Dan itu karna didorong oleh sifat mereka yang
sama-sama jarang sekali ada keseriusan untuk segala hal bila sedang bersama.
Kecuali
untuk pribadi masing-masing seperti dalam belajar, masalah tersendiri yang tak
perlu dibagi pada siapapun untuk penyelesaiiannya. Terlebih lagi saat ini
mereka telah bersama duduk diruang kelas tiga yang sama, tak jarang mereka
bertiga saling berdiskusi jika ada pembahasan pelajaran yang masih sulit
dicerna oleh diantara ketiganya. Pertemanan, persahabatan, yang mereka jalani
sudah dua tahun ini memang sangat indah bukan!?
Jujur
saja, pertemanan dan persahabatan mereka bertiga patut dicontoh dan diberi pangkat
sebagai tiga orang murid yang berhasil dalam segala hal. Itu didasari karna
mereka selalu aktif dalam bidang akademik ataupun dalam bidang non akademik.
Lalu bagaimanakah jadinya bila diantaranya mulai mengenal cinta? Asmara yang
mungkin akan mulai menggoda pribadi masing-masing? Ataupun mendapat seorang
teman baru? Apakah mereka masih berbagi atau malah memilih merahasiakannya?
Untuk
mengetahui jawabannya langsung yuk simak pada cerita selanjutnya. Dimana
beberapa pertanyaan yang tertulis akan kalian dapatkan pada cerita selanjutnya
berikut ini.
mengejar “CINTA’’ sehari
Disuatu
pagi saat masih berjalan memasuki lapangan sekolah dan sudah membelakangi
gerbang sekolah, tiba-tiba saja Ayasha menjadi terhenti langkahnya karna
mendengar suara mobil yang baru saja berhenti didepan pintu gerbang sekolahnya.
Ayasha pun berbalik ingin melihat siapakah pemilik mobil itu yang masih berdiam
didepan pintu gerbang sekolahnya. Kemudian dirinya menjadi berdiri tegak, diam
membisu penuh tanya menanti siapakah pemilik mobil itu tanpa menghiraukan sekitarnya.
Sementara
itu, pintu mobil yang mulai diamatinya itu baru saja terbuka dan terlihatlah
seorang siswi berpakaian seragam sekolah yang sama mengeluarkan dirinya dari
mobil tersebut. “Siapa dia? Baru kali ini aku melihat seorang siswi berwajahkan
seperti dirinya disekolah ini?!”, tanyanya dalam hati mulai memerhatikan siswi
itu yang mulai berjalan memasuki lapangan sekolahnya bersama seorang lelaki
dewasa.
Ayasha masih memerhatikannya
sedikit terpaku karna pesonanya, sedangkan siswi itu melihatnya cuek ketika
terpandang pada dirinya. Kemudian ia mendengar bisikkan dari sekitarnya yang
mengatakan kalau seorang siswi itu adalah seorang murid pindahan dari kota
Bandung yang akan menetap bersekolah disekolahnya. Setelah mendengar bisikkan
dari sekitarnya itu Ayasha pun langsung beranjak menuju keruang kelasnya.
Saat jam istirahat masih
berlangsung, Vik memilih bersantai dikantin seorang diri sambil menuliskan
sesuatu pada selembar tisu dimeja kantin yang kini sedang didudukinya. Ia
menuliskan, “Pemandangan paling indah ialah saat aku tidak sengaja memandangmu!
Tarian itu, lambaiaan tangan itu yang memegang sebuah kertas berhasil memancing
langkahku untuk berhenti sejenak hanya ingin lebih melihatmu! Dan tempat itu,
diaula sekolah disanalah aku, asmaraku seperti berkembang biak!”.
Begitulah bunyi tulisannya bila
telah disuarakan olehnya. dirinya menuliskan tulisan tersebut disebuah tisu
dengan diiringi membayangi kembali saat dirinya tidak sengaja melihat seorang
siswi perempuan sedang melakukan latihan diaula membelakanginya. Dan saat itu
juga ia merasakan sebuah keterpakuan yang hebat. Dan ketika saat mengetahui
jika seorang siswi yang sedang diperhatikannya itu berbalik kearahnya, iapun
mendadak menjadi terkejut lalu berbalik membelakangi, mengalihkannya.
Entah wajah siapa yang telah
membuatnya menjadi seperti itu. Dan kejadian itu telah terjadi saat dirinya
masih duduk dikelas dua, dan anehnya pula ia baru menulis tulisan indah
tersebut pada setahun kemudian tepatnya diwaktu sekarang ini. Usainya
menyelesaikan tulisannya sendiri sembari membayanginya, mengulangnya dirinya
pun berkata sesuatu dihatinya masih memperhatikan tulisannya. “Selama ini,
hanya pribadiku saja yang mengetahui!”.
Kemudian dengan tiba-tiba vik
meninggalkan tulisannya itu beralih
menuju toilet karna perutnya begitu terasa mulas. Dan kini tulisan indahnya
diatas tisu putih itupun menjadi tak bertuan. Sementara itu, Ayasha sedang
berada dilapangan basket dengan memainkan bola basket dikedua tangannya,
menunduk melihat bola basket tersebuat diselimuti rasa bingung dihatinya. Lalu
secara tiba-tiba ia melemparkan bola basket yang tadi masih dikedua tangannya
kearah depan secara sembarangan.
Dan lalu disaksikannya bola basket
yang dilemparnya tadi hampir saja menghantam wajah seorang siswi yang telah
dilihatnya pagi tadi. Sementara seorang siswi itu menjadi terhenti dari
langkahnya karna mengetahui bola basket telah melesat dekat disamping wajahnya.
Ayasha yang masih menyadarinya pun menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak
tangannya berbalik arah membelakangi seorang siswi tersebut.
Sedangkan seorang siswi itu
terlanjur melihatnya dan akan segera beranjak menghampirinya. Bagaimana tidak
seorang siswi itu beranjak akan menghampiri dirinya, karna hanya dirinyalah
yang terlihat berdiam dilapangan basket tersebut. Sementara Ayasha baru
menurunkan kedua telapak tangannya dari menutupi wajahnya secara perlahan. Lalu
didengarnya suara batuk yang disengaja dibalik dirinya. Kemudian secara bersamaan,
siswi itu dan dirinya saling menghadap satu sama lain.
Namun siswi itu memandangnya curiga
dan Ayasha memandangnya biasa namun sedikit tanya. Dan berperang dalam
pandangan dingin pun mulai terjadi. “Siapa namamu?”, Ayasha mengalihkannya
sedikit demi ingin mengetahui namanya. Siswi itu langsung menjawabnya sembari
menegaskan masih dengan tatapan curiganya, “Aku, namaku, Mutiara Anastasia!”.
Setelah dirinya mendapat tanggapan dari siswi itu, dirinya pun menunjukkan
isyarat bermaksudkan kata, “Ok”, menggunakan jemarinya.
Usainya menunjukkannya, Ayasha pun
pergi meninggalkannya seorang diri. Sedangkan siswi itu masih berdiam
melihatnya dengan sedikit rasa aneh kepadanya.
mengejar “CINTA” sehari
tidak
terasa, Mutiara Anastasia atau biasa akrab disapa Ara sudah genap tiga minggu
telah resmi menjadi murid disekolah terfavorit diJogjakarta ini. Dan Ara
terlihat begitu baik, ramah dalam bersosialisasi bersama teman-teman barunya.
Diwaktunya sedang berada diaula sekolah ikut serta dalam latihan, tidak sengaja
dirinya terpandang pada sosok Ayasha sedang berjalan melihat dirinya lebih
dulu.
Ara pun mengikuti pandangannya
dengan masih memandanginya hingga Ayasha memalingkan pandangannya melawan arah.
“Ayasha, itu adalah sebuah nama yang dia kenalkan padaku!”, katanya berbisik
kecil masih memandangi Ayasha yang semakin jauh. Selang waktu berjalan, kini Ayasha
sedang duduk bersama Vik diruang kelasnya. Mereka berdua sedang belajar karna
ketika bel masuk telah dibunyikan maka mereka berdua harus siap menghadapi
ulangan harian.
Mereka berdua mempunyai suatu
kesamaan dalam belajar. Mereka berdua jarang sekali terlihat bahkan tampak
belajar seharian dirumah. Dan mereka berdua menjadikan ruang kelas disekolah
merekalah tempat belajar mereka dengan serius. Kalau memang harus belajar
dirumah, itupun karna terpaksa, atau sangat mendadak sekali. Dan yang
terpenting adalah bila ada tugas pekerjaan rumah atau biasa dikenal dengan
sebutan “PR”. Sungguh cara belajar keduanya sangat unik bukan!?
Disaat mereka berdua masih asiknya
menyimak, membaca materi yang akan menjadi bahan ulangan nanti. Ayasha
mengambil kesempatan untuk sejenak melihat kearah luar kelas demi melumpuhkan
rasa jenuhnya dalam menatap buku. Lalu secara tiba-tiba ditemuinya siswi yang
bernama Mutiara Anastasia itu ada didepan matanya sedang melihat kearah atas
sembari membaca nama ruang kelasnya. Ayasha pun menjadi kaget sedikit
menggebu-gebu.
Sedangkan siswi itu baru
melirikkan matanya kepadanya, dan dalam sejenak mereka berdua kembali
berpandangan dingin namun rasa ingin menyapa ada dikeinginan keduanya. Tanpa
disadari Ayasha, Vik baru saja juga melihat ke siswi itu dengan santai.
Sedangkan siswi itu yang mulai menyadarinya pun memalingkan pandangannya ke
Vik. Kemudian disaat yang bersamaan, Ayasha yang baru menyadari akan
memalingkan pandangannya kebelakang. Dan siswi itu mulai beranjak pergi.
Kini Ayasha telah sempurna
mengalihkan pandangannya ke Vik. Karna kepada Vik lah yang ia curigai yang
telah berhasil membuat siswi itu memalingkan pandangannya darinya. Kemudian
dilihatnya jika Vik menjadi tersenyum masih melihat kearah yang sama. Dan itu semakin
membuat Ayasha menjadi curiga sehingga kembali menatap bukunya untuk belajar
tanpa melihat kearah luar kelasnya sekali lagi. Sementara Vik semakin tersenyum
karna melihat Ella bersandar ditiang menunggu jam masuk.
Namun ketika dirasanya Ella akan
melihat kearahnya, Vik cepat memalingkan pandangannya dengan menatap bukunya
kembali melanjutkan belajarnya. Sedangkan Ella yang baru melihatnya bersama
Ayasha, mulai berbisik dihatinya sambil menikmati hembusan udara diluar ruang kelas. “Vikyar, entah rasa nyaman apa
yang aku rasakan saat bersama kamu! Bahkan, saat kita bertiga sedang bersama
pun, aku rasa beda sama rasa nyaman yang telah lama aku rasakan dari Ayasha!”.
Setelahnya berbisik singkat
dihatinya, wajahnya pun menjadi murung, lalu menunduk sejenak tuk menutupinya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Pada
saat jam pulang sekolah, Vik dihentikan langkahnya oleh seorang siswi dibalik
dirinya yang telah memanggil namanya secara tegas. Dan kini siswi yang telah
menghentikannya itu telah berada disampingnya, menghadapnya. Sedangkan Vik
hanya menolehkan kepalanya kearahnya saja. “Gue Ara! Anak baru yang sudah genap
tiga minggu sekolah disini!”, ia mengenalkan dirinya langsung. Vik pun
menyahutnya dengan bertanya, “Sebuah alasan apa yang telah membuatmu datang
menghampiriku?”.
Mendengar
sahutan juga tanya darinya itu, Ara pun langsung menceritakan apa yang telah
dilakukan Ayasha kepadanya sewaktu dilapangan basket. Dan Ara mengaku kalau
dirinya perlu sebuah pertanggung jawaban dari Ayasha. Karna baginya Ayasha
telah sedikit memperlakukan dirinya secara tidak hormat tanpa disengaja
olehnya. Vik yang sudah paham akan cerita keluhnya darinya itupun menjanjikan
bahwa besok Ayasha akan bertanggung jawab untuknya. Itu janjinya pada Ara.
mengejar “CINTA” sehari
Esoknya, tepatnya
dipagi hari diruang kelas Vik meminta Ayasha untuk bertanggung jawab atas
perilakunya kepada Ara. Ketika Ayasha menanyakan alasannya, Vik menceritakan
kembali apa yang telah diujar oleh Ara padanya, terkait pada permasalahan ini.
Kemudian Ayasha berkata menolaknya karna baginya itu tidak perlu dilakukan.
Namun Vik membujuknya dengan alasan demi membahagiakan keinginan Ara kepada
Ayasha, Ayasha pun berbalik akan melakukannya namun secara terpaksa.
Masih terikat
pada jam belajar sekolah, dan saat ini adalah jam istirahat sekolah. Begitupula
Vik dan Ara sudah menunggu kedatangan Ayasha ditembok belakang sekolah. Mereka
berdua sedang berdiri bersama berdekatan, namun kesibukkan yang mereka lakukan
berbeda. Ara memainkan ponselnya dan Vik menulis sesuatu ditembok belakang
sekolah menggunakan batu. Kemudian Ara mencoba menjahilinya dengan berusaha
mengambil batu ditangan Vik sambil mengejeknya.
Lalu dengan
tiba-tiba Ayasha muncul ada bersama mereka berdua tanpa disadari keduanya.
Karna keduanya masih sibuk bercanda bersama. Ayasha menjadi terdiam melihat
keduanya yang masih belum melihat ke dirinya yang kini mulai merasa cemburu
pada keduanya, terutama pada Vik. Karna pikirnya jika Ara lebih santai bila
bersama Vik dibanding bersama dirinya sendirinya. Dan kini pula Ayasha mengaku
kalah pada Vik yang sudah membuat Ara menjadi tersenyum didepan matanya.
Namun ketika akan
memundurkan dirinya dua langkah, tiba-tiba ia merasa telah menabrak seseorang
dibelakang dirinya sendiri. Namun ketika akan berbalik, seseorang itu lebih
dulu melangkah memajukan dirinya lalu berdiam disampingnya melihat padanya
pula. Dan seseorang itu adalah Ella, teman yang sudah lama menjadi sahabatnya.
Mengetahui hal itu, Ayasha pun berkata dengan berbisik kecil, begitupula dengan
Ella kepadanya masih berpandangan diam.
“Sedang apa kau
disini?”, tanya Ayasha padanya. Ella menjawab, “Kau lupa, kau yang mengajakku
untuk bersamamu kesin?!”, ujarnya sembari mengingatkan. Sebelum Ayasha pergi
menemui Vik dan Ara, ia lebih dulu mengajak Ella untuk pergi bersamanya demi
meningkatkan rasa percaya dirinya menghadapi Vik dan Ara. Meskipun yang
sebenarnya, Ayasha tidak sanggup melihat keduanya bercanda seperti tadi.
Dan juga Ella memilih bersembunyi dibalik tubuh
Ayasha karna tidak sanggup melihat Vik yang begitu dekat dengan Ara didepan
matanya. Setelah Ayasha dan Ella saling berkata dengan berbisik, juga
berpandangan diam kini mulai mengalihkan pandangannya kepada Vik dan Ara. Sedangkan
Vik dan Ara sudah melihat keduanya pada beberapa saat yang lalu. Pandangan Vik
hanya tertuju pada Ella, dan pandangan Ara tertuju pada Ayasha dan Ella sedikit
bingung.
Vik yang mulai menyadari kalau Ella baru saja
memandanginya pula, ia langsung mengalihkan pandangannya kebawah melihat kearah
lain. Sementara Ara mulai mengatakan sesuatu kepada Ayasha. Ara mengatakan
dengan keras, tegasnya jika Ayasha harus bisa mengumpulkan tiga poin dalam
menghadapi tim basket disekolahnya demi melunasi tangung jawab darinya
untuknya. Ayasha pun menjadi terkejut lalu memilih mengangguk saja menerimanya
disertai tatapan yang begitu lemas.
Mendengar
permintaan dari Ara untuk Ayasha itu, Ella merasa jika Ayasha telah mendapat
tekanan dari Ara. Dan Ella pun menolehkan pandangannya kepadanya sambil
memanggil namanya masih dengan berbisik, “Ayashaaaa!”. Mendengar namanya
dipanggil olehnya, Ayasha pun menolehkan pandangannya kepadanya juga, “Bawa aku
pergi dari sini!”, perintahnya kepada Ella masih berbisik kecil. Kemudian
pandangan keduanya menjadi haru lalu berpegangan tangan dan berbalik pergi
bersama.
mengejar “CINTA” sehari
Esoknya, Ayasha
benar akan bertanding dengan tim basket disekolahnya meskipun dirinya
mengetahui sangat sulit untuk melumpuhkan tim basket sekolahnya itu. Tim basket
sekolahnya terdiri dari 6 regu, dan yang diperbolehkan memasukkan bola basket
ke ring adalah kapten tim basket tersebut dan Ayasha saja. Tugas dari kelima
orang lainnya hanya membantu mereka dalam menggiring bola basketnya saja. Dan
peraturan permainannya itu telah diatur dari Ara langsung tanpa ada campur
tangan dari siapapun.
Kini
pertandiangan pun sudah dimulai pada jam pulang sekolah, dan hampir setengah
dari siswa(i) menyempatkan dirinya untuk menonton pertandingan tersebut. Begitu
pula dengan Ara, Ella, dan Vik yang juga menonton berdiam dilainan arah.
Sebagai poin pembuka, dihasilkan oleh kapten tim basket. Mengetahui itu, Ara
berdoa dihatinya dengan menggenggam tangannya yang telah disembunyikannya dibelakang
tubuhnya.
“Please shoot for me!”, kata dihatinya saat melihat
Ayasha akan memasukkan bola basket ke ring. Namun yang diharapkannya telah
gagal tuk yang pertama kalinya Ayasha mencoba memasukkan bola basket ke ring.
Dan kini Ayasha telah tertinggal tiga poin, dan itu membuatnya semakin berusaha
untuk memasukkan bola basket ke ring. Berkat usahanya itu yang terus mencoba,
Ayasha berhasil mendapatkan dua poin. Hanya tinggal satu poin saja yang harus
didapatkannya.
Disaat dirinya telah wajib bahkan harus mendapatkan
satu poin lagi, dirinya mulai mendapatkan kesulitan yang begitu berat. Karna
semakin sedikit poin yang harus ia dapatkan, semakin ketat juga permainannya.
Terlebih lagi sang kapten basket disekolahnya sangat pandai mengatur formasi
untuk membuatnya sulit untuk melewatinya. Dan kesulitan itupun dirasakannya
saat bola basket sudah berada ditangannya
namun kebingungan harus melewati jalan mana demi memasukkan bola ke
ring.
Kemudian didengarnya suara Ella yang memanggil
namanya, secara spontan Ayasha pun menolehkan kepalanya mengarah ke Ella yang
telah menunjukkan sebuah kotak berbentuk hati berwarna merah. Ara yang
melihatnya menjadi bingung, sedangkan Vik menatap curiga sedikit amarah
terhadap Ella. Usainya sejenak melihat Ella, Ayasha pun mulai berusaha untuk
melewati arah jalan yang ia pilih dengan
mencoba sedikit memakai cara kapten tim basket yang pernah disaksikannya.
Alhasil
iapun berhasil memasukkan bola basket ke ring sekaligus mendapatkan tiga poin
yang telah dijanjikannya pada pertandingan ini. Usainya mendapatkan
keberhasilannya ia berjalan dengan melihat-lihat disekitarnya yang bertepuk
tangan untuknya meratap sayu. Ella yang melihatnya pun menjadi melangkah maju
tiga langkah masih memegang sebuah kotak berbentuk hati berwarna merah
tersebut. Begitupula dengan Vik yang merasakannya kalau Ayasha sangat merasa
lelah.
Kemudian langkahnya menjadi terhenti saat ketika
melihat Ara beranjak menghampirinya. “Your fight is my fight!”, puji Ara ketika
sudah berdiam dihadapannya, melihatnya haru. Dan Ayasha hanya memberinya
senyuman disertai rasa kelelahan didirinya. Lalu dilihatnya ada Ella yang
datang padanya sembari menunjukkan sebuah kotak berbentuk hati padanya. “Give
her!”, perintahnya kepada Ella untuk memberikanya kepada Ara. Dan Ella pun
langsung memberikannya pada Ara.
Sebuah kotak berbentuk hati itupun sudah berada
ditangan Ara, dan ketika Ara membuka kotak tersebut terbaca isi dari kotak
tersebut yang brtuliskan, “Kau ada disini, hatiku!”. Sementara teman-temannya
yang masih menonton mulai menyorakinya dengan mengatakan, “Terima”,
berkali-kali sambil tertawa ria. Ara pun merasa gelisah meihat-lihat teman
sekitarnya yang terus menyoraki sekaligus menggodanya.
Tak mau mengulur waktu lebih lama lagi, Ara langsung menjawab,
“Aku mau mencoba menjadi kekasih hatimu!”. Ayasha yang terlanjur mendengarnya
pun menjadi tersenyum bahagia menatapnya tajam. Sedangkan Ara menjadi malu-malu
untuk menatapnya balik karna begitu merasa bahagia. Begitupula dengan
teman-teman disekitarnya yang semakin menggoda keduanya. Dan Ella yang masih
menyaksikannya ikut merasa bahagia melihat keduanya namun sedang menahan gundah
dihatinya.
Sebab dirinya sempat membayangkan kalau dirinya juga
mengungkapkan sesuatu kepada Vik tentang perasaannya. Sementara masih dikejauhan
Vik melihat mereka bertiga sedikit dingin namun tetap merasa ikut bahagia.
Mengejar “CINTA” sehari
Setelah beberapa
bulan lamanya berjalan, masa tuk meninggalkan sekolah SMA pun benar terjadi.
Ujian telah mereka lewati begitupula pada bulan-bulan sebelumnya. Dan hari ini
adalah hari kelulusan bagi mereka yang telah bersekolah, mengabdi untuk belajar
disekolah terfavorit dikota istimewa ini. Menurut hasil yang diterima dari
departemen pendidikan, sekolah terfavorit yang telah didiami Vik, Ayasha, Ella,
juga Ara menjadi sekolah yang terbaik pada tahun ini.
Kini semua murid
disekolah terfavorit tersebut sedang berbahagia sambil memainkan pilox
warna-warni demi melengkapi rasa bahagia karna keberhasilannya dalam belajar.
Begitupula dengan Ayasha yang mengajarkan cara menggiring bola basket kepada
Ara. Mereka berdua terlihat begitu mesra. Kemudian Ayasha mencuri kesempatan
dengan menyemprotkan pilox dibaju seragam Ara dibagian belakang dengan
menggambarnya berupa lekungan sebuah hati.
Ara yang sudah
mengetahuinya pun menjadi tersenyum malu lalu menggenggam tangannya erat.
Sementara itu, ditempat lain Vik sedang asik bermain pilox bersama
teman-temannya sambil bercanda ria. Lalu tiba-tiba perhatiannya tertuju pada
Ella yang sedang menggoyang-goyangkan pilox miliknya. Sedangkan Ella yang masih
menggoyang-goyangkan piloxnya itu menjadi jenuh dan melemparkannya, membuangnya
sembarang.
Lalu dilanjutinya dengan mengambil selembar tisu
putih yang warnanya sudah sedikit usang. Tanpa disadarinya karna menikmati tisu
putih tersebut dalam pandangan matanya, Vik muncul dibalik dirinya dengan
melihat kepadanya secara diam-diam. Namun menjadi terkejut ketika melihat tisu
putih yang masih dipegang oleh Ella. “Ya ampun? Ella?”, kata keluh kaget
hatinya ketika mengetahuinya. Sementara Ella melipat tisu putih itu lalu tidak
sengaja melihat Vik disampingnya.
“Bacakan lagi padaku? Apa isi tulisan pada tisu putih
itu?”, perintah Vik setelah mengetahui menatap curiga padanya. Ella pun
terpaksa membacakannya dengan nada suara yang terbata-bata. “Itu milikku! Sudah
lama milikku itu hilang, dan sekarang aku temui milikku itu lagi sedang berada
ditanganmu!?”, penjelasan Vik mengejutkannya dan Ella malah menggeleng resah. “Aku
menyimpannya untukku! Karna aku terus membayangi kalau tulisan ini memang
untukku!”, Ella membuka rahasianya.
Kemudian Vik mencoba menyerangnya dengan berkata,
“Tidak mungkin kamu menyimpannya kalau….?, namun telah dipotong oleh Ella. Ella
memotongnya dengan mengatakan, “Aku menyukai tulisan ini! Itu saja alasan
kenapa, mengapa aku….?”. Vik membalas memotongnya balik dengan mengatakan,
“Bahkan aku lebih menyukaimu!”, potongnya penuh ketegasan disertai tatapan
kedua matanya sambil membuat gambar berupa lekungan hati dilapangan tepatnya
dihadapan Ella.
Vik memang tidak pernah terlihat mengejar Ella, dia
selalu bersikap seperti biasanya setiap bersama Ella. Dan hari ini, Vik telah
mengejar cinta sehari pada Ella yang telah lama menganggunya dalam soal asmara
dalam satu kesempatan yang begitu mendukungnya. dan setelahnya mengambarkan
lekungan hati itu, Vik pun berkata sesuatu padanya. “Biarlah aku mengejar cinta
sehari saja! Sebab aku tidak mau berakhir sampai digedung sekolah ini!”,
katanya sedikit merayu.
“Tetaplah bersamaku, Vik! Aku menyayangimu lebih dari
seorang sahabat!”, ujarnya mengungkap perasaanya menatap penuh cinta. Disaat
mereka saling berpandangan penuh kemesraan, tiba-tiba saja dihujani bunga-bunga
oleh kedua sahabat mereka yaitu Ayasha dan Ara. Ayasha dan Ara begitu mengerti
akan perasaan mereka berdua sehingga tak henti-hentinya mereka berdua menghujani
bunga-bunga pada keduanya. Dan kemudian mereka berempat menari-nari bersama
penuh keceriaan.
Sebenarnya, pada saat Ayasha dan Vik sedang belajar
bersama didalam ruang kelas, yang membuat Vik tersenyum bukanlah karna
kehadiran Ara tetapi karna kehadiran Ella tepat dibalik Ara yang sedang
bersandar ditiang sekolah sambil menunggu jam masuk didepan ruang kelasnya.
Hingga kini Ayasha tidak dapat mengetahui kebenaran akan hal itu karna dorongan
dari rasa cemburu buta pada Vik yang terlanjur dicurigainya.
Ternyata seorang siswi itu adalah Ella yang dibayangi
Vik saat sedang membuat tulisan indah pada tisu putih itu dikantin sekolahnya beberapa
waktu yang lalu. Dan sebenarnya juga Ella melihat saat Vik sedang membuat
tulisan indahnya pada tisu putih dikantin sekolahnya. Ketika Ella melihat Vik
pergi meninggalkan mejanya dikantin, saat itu pula Ella mendatangi meja Vik
dikantin dan dengan diam-diam mengambil tisu putih itu lalu menyimpannya untuk
dirinya sendiri.
Dan beginilah
akhir dari kisah mereka berempat yang berujung bahagia. Meskipun ada beberapa
kejadian yang sebenarnya yang terjadi secara tersembunyi, dan tidak ada
diantara mereka berempat yang menceritakannya kembali. Karna mereka berempat
telah berpikir, yang lalu biarlah berlalu dan kini biarlah bahagia dulu yang
mereka rasakan. Sungguh perjalanan yang menarik dari mereka berempat.
Mengejar “CINTA” sehari
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar