Kamis, 08 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 12)



Ashghari yang saat itu juga baru mengetahui jika Raizaa akan mencium bibirnya, dirinya langsung menahannya dengan menyentuh bibir Raizaa dengan tangannya lalu menatapnya kembali sedikit kaget.
“Telapak tanganku memang tidak bisa untuk menggamparmu atas perintahmu tadi! Namun telapak tanganku ini telah berhasil mencegah bibirmu untuk menciumku lagi!”, Asghari kembali berkata dengan melepaskan tangannya dari menahan bibir Raizaa untuk menciumnya lagi.
“Periksa kembali, apakah ada salah-satu dari barangmu yang hilang dari pandanganmu?”. Raizaa berkata tidak nyambung.
Sedangkan Ashghari baru memeriksa keadaan tasnya, lalu melihat ke Raizaa kembali yang sudah menunjukkan sebuah gantungan didepan wajahnya sambil tersenyum mengejek. Ashghari pun mendesah menggeleng kecil melihatnya.
“Kembalikan itu padaku? Itu milikku!”. Pintanya setelah benar mengetahui.
“Berteman dulu denganku, dan batalkan isi perjanjian dari suratmu itu?”. Raizaa berkata menantang lagi.
“Itu bukan perjanjian, tapi sebuah perintah dariku?”. Ashghari berkata menegaskan.
“Tapi bukan untukku! Iya! Katakan iya!”. Raizaa mengatakannya dengan berteriak.
“Iya!”, ashghari secara reflek mengatakannya namun tetap bukan itu yang akan dia katakan sesungguhnya. “Oh tidak!”, katanya lagi setelah menyadarinya. Sementara Raizaa pergi meninggalkannya dengan berlari kencang membawa sebuah gantungan miliknya. “Kejahilannya berhasil menahan sebuah gantungan kesanganku! Buat apa dia menahan sebuah gantungan Barbie milik anak perempuan itu!”, bisiknya mendesah meratapi Raizaa yang semakin jauh meninggalkan, membelakangi.

Pada keesokkan harinya. . . .

                Ashghari secara diam-diam membututi Pak Raj yang sedang berjalan disebuah taman bersama Pak Raf. Dan ketika Pak Raf pergi sejenak meninggalkan Pak Raj seorang diri, Ashghari mengingat kejadian pada masa lampau saat usianya baru dua tahun kakaknya yang bernama Raj mengalami sebuah kesakitan yang misterius. Dan Ashghari pun kini memegang mahkota kecilnya yang tak pernah terlepas dari kepalanya sembari mengamati gerak-gerik Pak Raj masih bertahan ditempat itu.
                Namun ketika akan mencoba menggeserkan sedikit mahkota kecilnya dari menutupi ubun-ubun kepalanya, tiba-tiba saja Pak Raf sudah datang bersamanya. Dan apa yang akan dilakukan Ashghari pun terhenti lalu berbalik meninggalkan dengan berjalan cepat sambil memikirkan. Disaatnya masih berjalan cepat meninggalkan, tiba-tiba terdengar suara adzan dan langkahnya pun kembali terhenti melihat kearah suara adzan itu berasal sambil menikmatinya.
                Begitupula dengan Vkram yang terbaring dikasurnya langsung membangunkan dirinya dengan berlari lalu berdiam didepan jendela kamarnya melihat kearah suara adzan tersebut menikmatinya hingga suara adzan itu berakhir dikumandangakan. Kemudian ditempat yang berbeda, mereka berdua sama-sama tersenyum saat mendengar dua kalimat terakhir dari suara adzan tersebut.

BHARATAYUDHAseritiga

                Ashghari sedang berjalan menyusuri lapangan basket disekolahnya menuju kelasnya. Ia berjalan sambil memikirkan mimpinya malam tadi dengan melihat setengah kebawah melangkah pelan tak seperti biasanya. Malam tadi, Ashghari bermimpi jika dirinya bisa menyerang seseorang dengan hanya menggeserkan mahkota kecil dikepalanya sedikit menampakkan ubun-ubunnya. Tapi sayang ia tidak dapat mengenali wajah seseorang yang diserangnya itu. Karna seseorang tersebut membelakanginya.
                Ashghari masih sama dengan keadaan yang tadi. Saat dirinya hampir saja menabrak tiang didepannya tanpa kesadarannya lagi, mendadak ia menjadi shock. Ia merasa shock bukan karna telah menabrak tiang tersebut, namun ada tangan seseorang yang menahan keningnya agar tidak menabrak tiang tersebut. Ashghari pun menolehkan kepalanya kekanan pada seseorang yang telah sedikit menyeamatkannya tadi.
                “Kemarin Pak Raf yang telah menjagaku diruang kesehatan! Dan pada pagi ini Pak Raj yang telah sedikit menyelamatkanku? Sebenarnya Pak Raj, Pak Raf, siapa?”. Ashghari mengungkap tanya dengan curiga namun tidak terlalu menunjukkannya. Pak Raj yang ditanyakannya pun tersenyum.
                “Kami seorang guru sangat wajib untuk menyelamatkan siswa-siswinya ketika dalam bahaya! Termasuk dengan kondisi pendidikannya, juga dengan kondisi nilai mata pelajarannya!”. Pak Raj berkata mengujar prinsipnya sebagai seorang guru. Semenara Pak Raf ada dibalik tiang diantara mereka berdua mendengarkan sekaligus mencegah agar kejadian pada hari kemarin tidak terulang.
                “Saya hargai prinsip Pak Raj tersebut! Saya permisi dulu, selamat pagi Pak Raj!”, Ashghari berkata mengakhiri dengan senyuman manja kepadanya. Pak Raj menggeleng memberi senyuman juga mempersilahkannya. Kemudian Ashghari pergi kearah kirinya menuju kelasnya, dan Pak Raj yang kini masih berdiam ditempat yang sama pun melihatnya berjalan meninggalkan, membelakangi. “Selamat pagi Ashghari!”, bisiknya Pak Raf didalam hati masih melihatnya.
                Sementara disana, Arun dan Shafaq berkunjung kerumah Vin. Dan kini mereka telah duduk bersama ditaman depan rumah vin. Mereka duduk bersama disebuah meja bundar menunggu kedatangan Poosharm dan Putranya Vikram. Tak perlu lama menunggu, Poosharm dan Vikram pun datang dan juga duduk bersama mereka bertiga. Sementara Arun dan Shafaq terdiam ketika baru saja mengetahui pasti tentang wajah dari Putra Vikram.
Lalu mereka menjadi salah tingkah dalam menerima salam saat Putra Vikram memberi salam pada keduanya. Poosharm dan Vin menjadi tersenyum malu melihat keduanya, sedangkan Putra Vikram menjadi aneh melihat pada keduanya.
“Kau sekarang sudah besar? Kau sangat tampan bak seorang Pangeran dimasa itu?”. Arun menyapanya dengan menyanjungnya halus, menatapinya mengamati.
“Apakah dia Pangeran Bheeshma? Dia tidak kalah tampan dengan Pangeran Bheeshmaku dulu!”. Shafaq menyambung menyapanya dengan bertanya dengan pujian.
“Dia sama seperti Putri kalian berdua! Dimana wajahnya, fisiknya seperti menghidupkan diri kalian yang dulu! Berbahagialah karna aku telah berhasil merawat Putraku Vikram sampai saat ini, juga setampan ini!”. Vin menyambung mengungkap persamaan dipenuhi rasa bahagianya. Shafaq dan Arun bersama melihat ke Vin dengan tersenyum malu.
“Shafaq, Arun, kapan kami bisa bertemu dengan Putrimu? Kami sangat rindu dan kami ingin sekali bertemu dengannya! Sudah cukup selama bertahun-tahun kami hanya bertemu lima kali saja dengan Putrimu!”. Poosharm meminta kepastian untuk bisa bertemu dengan Putri mereka berdua, menatap penuh harap.
“Tanyakan saja pada Arun, sifatnya sama seperti Arun! Jujur saja, aku sering kali kebingungan jika berinteraksi dengan Putriku itu?”. Shafaq berkata menyerahkannya ke Arun, melihat ke Poosharm.
“Tahan dulu perdebatannya, sudah tibanya kita semua untuk menikmati makanan!”, Vin menjedanya dulu karna telah dilihatnya asisten rumahnya datang membawakan makanan. Dan perdebatan merekapun menjadi berhenti sejenak demi menikmati makanan yang telah didihidangkan pada mereka berlima.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disaat mereka masih bersama menikmati makanan, diluar pagar ada sosok Mellissa yang memperhatikan gerak-gerik dari mereka berlima. Yaitu tampak keceriaan dalam kebersamaan Vin dan Poosharm yang telah diketahui Mellissa. “Dan itu Putra Vin yang kedua!”, bisikkannya kecil saat pandangannya tertuju pada seorang remaja Putra bersama mereka. Sementara seorang remaja Putra yang belum diketahuinya baru saja terpandang kepadanya tenang.
                Dan Mellissa hanya tersenyum saat masih melihat kepadanya juga kemudian berbalik beranjak pergi meninggalkan. Sedangkan Putra Vikram hanya diam tanpa membahasnya bersama mereka berempat.
                “Putra Vikram, kuharap kau tidak akan pernah melepaskan mahkota kecil itu? Karna dengan kau memakainya, auramu terlihat begitu tampan amat bangsawan!”. Shafaq memujinya kembali dengan tertawa kecil usainya menyantap makanannya.
                “Tidak! Aku tidak pernah melepasnya, kecuali dalam keadaan darurat! Aku sangat nyaman memakainya! Bahkan lebih nyaman dari pelukan Ibunda!”. Putra Vikram mengatakannnya sambil mengejek melihat keIbundanya.
                “Setidaknya kau masih bersama Ibunda, Putraku!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya, menatap sayang padanya.
                “Tidak, aku tidak hanya bersama Ibunda! Tapi aku juga bersama Ayahanda!”. Putra Vikram mencoba melucu kepada mereka semua.
                Semua yang melihatnya juga mendengarnya pun menjadi tertawa secara cuma-cuma. Sedangkan Poosharm mencubit pipi kanan Putranya dengan kegemasannya. Saat mereka sudah berhenti sedikit dalam tawanya. Putra Vikram pun akan kembali berkata sesuatu dengan membiarkan Ibundanya mencubit pipi kanannnya dengan kegemasannya.
                “Ibunda, baru saja beberapa hari yang lalu telingaku ditarik dan dibawa berlari kecil bersamanya karna kejahilanku!”. Putra Vikram mulai bercerita, Poosharm melepaskan cubitannya dari pipi kanan darinya.
                “Terus, apa yang kau lakukan selanjutnya?”. Poosharm bertanya ingin meluruskannya, menatapnya.
                “Mau gak mau. Aku harus ikut berlari kecil bersamanya dengan telingaku masih ditarik olehnya!”. Vikram bercerita meluruskan dengan mengingatnya kembali, menatap ke Poosharm serius.
                “Apakah dia seorang gadis? Kalau memang dia seorang gadis, berarti gadis itu adalah cerminan dari Istriku!”. Arun menyambung dengan bertanya melihat ke Putra Vikram, lalu melihat ke Shafaq.
                “Arun hanya bernostalgia sedikit! Karna dulu aku selalu menarik telinganya suatu ketika dia telah meakukan sesuatu yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya, akan menimbulkan sebuah tanda tanya besar!”. Shafaq mengatakannya dengan melihat ke Arun, lalu melihat kemereka bertiga.             
“Wah, kalau begitu Om Arun sangat unik! Karna Om Arun bisaa melakukan sesuatu yang bisa membuat siapapun akan menjadi bertanya-tanya! Oyah, sesuatu apakah itu Om Arun!”. Putra Vikram memuji lalu bertanya. Mereka bertidga pun bersama melihat ke Arun dengan terkejut kecil. Sedangkan Arun hanya menatap Vikram dan akan memberi suatu penjelasan yang mengelak.
“Itu adalah sebuah hal bodoh yang ada kalanya aku harus melakukannya! Dan itu hanya diketahui oleh ku saja!”. Arun memberi penjelasan dengan canda namun sedikit mengelak. Putra Vikram pun menjadi tertawa kecil karnanya sambil menggelengkan kepalanya masih melihat ke Arun. Kemudian Shafaq, Poosharm dan Vin dapat bernafas lega setelah tadi sempat tegang bercampur rasa kebingungan harus memberi suatu penjelasan apa atas sebuah pertanyaan darinya.
                 
BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar