Ashghari yang saat itu juga baru
mengetahui jika Raizaa akan mencium bibirnya, dirinya langsung menahannya
dengan menyentuh bibir Raizaa dengan tangannya lalu menatapnya kembali sedikit
kaget.
“Telapak tanganku memang tidak
bisa untuk menggamparmu atas perintahmu tadi! Namun telapak tanganku ini telah
berhasil mencegah bibirmu untuk menciumku lagi!”, Asghari kembali berkata
dengan melepaskan tangannya dari menahan bibir Raizaa untuk menciumnya lagi.
“Periksa kembali, apakah ada
salah-satu dari barangmu yang hilang dari pandanganmu?”. Raizaa berkata tidak
nyambung.
Sedangkan Ashghari baru memeriksa
keadaan tasnya, lalu melihat ke Raizaa kembali yang sudah menunjukkan sebuah
gantungan didepan wajahnya sambil tersenyum mengejek. Ashghari pun mendesah
menggeleng kecil melihatnya.
“Kembalikan itu padaku? Itu
milikku!”. Pintanya setelah benar mengetahui.
“Berteman dulu denganku, dan
batalkan isi perjanjian dari suratmu itu?”. Raizaa berkata menantang lagi.
“Itu bukan perjanjian, tapi sebuah
perintah dariku?”. Ashghari berkata menegaskan.
“Tapi bukan untukku! Iya! Katakan
iya!”. Raizaa mengatakannya dengan berteriak.
“Iya!”, ashghari secara reflek
mengatakannya namun tetap bukan itu yang akan dia katakan sesungguhnya. “Oh
tidak!”, katanya lagi setelah menyadarinya. Sementara Raizaa pergi
meninggalkannya dengan berlari kencang membawa sebuah gantungan miliknya.
“Kejahilannya berhasil menahan sebuah gantungan kesanganku! Buat apa dia
menahan sebuah gantungan Barbie milik anak perempuan itu!”, bisiknya mendesah
meratapi Raizaa yang semakin jauh meninggalkan, membelakangi.
Pada keesokkan harinya. . . .
Ashghari
secara diam-diam membututi Pak Raj yang sedang berjalan disebuah taman bersama
Pak Raf. Dan ketika Pak Raf pergi sejenak meninggalkan Pak Raj seorang diri,
Ashghari mengingat kejadian pada masa lampau saat usianya baru dua tahun
kakaknya yang bernama Raj mengalami sebuah kesakitan yang misterius. Dan
Ashghari pun kini memegang mahkota kecilnya yang tak pernah terlepas dari
kepalanya sembari mengamati gerak-gerik Pak Raj masih bertahan ditempat itu.
Namun
ketika akan mencoba menggeserkan sedikit mahkota kecilnya dari menutupi
ubun-ubun kepalanya, tiba-tiba saja Pak Raf sudah datang bersamanya. Dan apa
yang akan dilakukan Ashghari pun terhenti lalu berbalik meninggalkan dengan
berjalan cepat sambil memikirkan. Disaatnya masih berjalan cepat meninggalkan,
tiba-tiba terdengar suara adzan dan langkahnya pun kembali terhenti melihat
kearah suara adzan itu berasal sambil menikmatinya.
Begitupula
dengan Vkram yang terbaring dikasurnya langsung membangunkan dirinya dengan
berlari lalu berdiam didepan jendela kamarnya melihat kearah suara adzan
tersebut menikmatinya hingga suara adzan itu berakhir dikumandangakan. Kemudian
ditempat yang berbeda, mereka berdua sama-sama tersenyum saat mendengar dua
kalimat terakhir dari suara adzan tersebut.
BHARATAYUDHAseritiga
Ashghari
sedang berjalan menyusuri lapangan basket disekolahnya menuju kelasnya. Ia
berjalan sambil memikirkan mimpinya malam tadi dengan melihat setengah kebawah
melangkah pelan tak seperti biasanya. Malam tadi, Ashghari bermimpi jika
dirinya bisa menyerang seseorang dengan hanya menggeserkan mahkota kecil
dikepalanya sedikit menampakkan ubun-ubunnya. Tapi sayang ia tidak dapat
mengenali wajah seseorang yang diserangnya itu. Karna seseorang tersebut
membelakanginya.
Ashghari
masih sama dengan keadaan yang tadi. Saat dirinya hampir saja menabrak tiang
didepannya tanpa kesadarannya lagi, mendadak ia menjadi shock. Ia merasa shock
bukan karna telah menabrak tiang tersebut, namun ada tangan seseorang yang
menahan keningnya agar tidak menabrak tiang tersebut. Ashghari pun menolehkan
kepalanya kekanan pada seseorang yang telah sedikit menyeamatkannya tadi.
“Kemarin
Pak Raf yang telah menjagaku diruang kesehatan! Dan pada pagi ini Pak Raj yang
telah sedikit menyelamatkanku? Sebenarnya Pak Raj, Pak Raf, siapa?”. Ashghari
mengungkap tanya dengan curiga namun tidak terlalu menunjukkannya. Pak Raj yang
ditanyakannya pun tersenyum.
“Kami
seorang guru sangat wajib untuk menyelamatkan siswa-siswinya ketika dalam
bahaya! Termasuk dengan kondisi pendidikannya, juga dengan kondisi nilai mata
pelajarannya!”. Pak Raj berkata mengujar prinsipnya sebagai seorang guru.
Semenara Pak Raf ada dibalik tiang diantara mereka berdua mendengarkan sekaligus
mencegah agar kejadian pada hari kemarin tidak terulang.
“Saya
hargai prinsip Pak Raj tersebut! Saya permisi dulu, selamat pagi Pak Raj!”,
Ashghari berkata mengakhiri dengan senyuman manja kepadanya. Pak Raj menggeleng
memberi senyuman juga mempersilahkannya. Kemudian Ashghari pergi kearah kirinya
menuju kelasnya, dan Pak Raj yang kini masih berdiam ditempat yang sama pun
melihatnya berjalan meninggalkan, membelakangi. “Selamat pagi Ashghari!”, bisiknya
Pak Raf didalam hati masih melihatnya.
Sementara
disana, Arun dan Shafaq berkunjung kerumah Vin. Dan kini mereka telah duduk
bersama ditaman depan rumah vin. Mereka duduk bersama disebuah meja bundar
menunggu kedatangan Poosharm dan Putranya Vikram. Tak perlu lama menunggu,
Poosharm dan Vikram pun datang dan juga duduk bersama mereka bertiga. Sementara
Arun dan Shafaq terdiam ketika baru saja mengetahui pasti tentang wajah dari
Putra Vikram.
Lalu mereka menjadi salah tingkah
dalam menerima salam saat Putra Vikram memberi salam pada keduanya. Poosharm
dan Vin menjadi tersenyum malu melihat keduanya, sedangkan Putra Vikram menjadi
aneh melihat pada keduanya.
“Kau sekarang sudah besar? Kau
sangat tampan bak seorang Pangeran dimasa itu?”. Arun menyapanya dengan
menyanjungnya halus, menatapinya mengamati.
“Apakah dia Pangeran Bheeshma? Dia
tidak kalah tampan dengan Pangeran Bheeshmaku dulu!”. Shafaq menyambung
menyapanya dengan bertanya dengan pujian.
“Dia sama seperti Putri kalian
berdua! Dimana wajahnya, fisiknya seperti menghidupkan diri kalian yang dulu! Berbahagialah
karna aku telah berhasil merawat Putraku Vikram sampai saat ini, juga setampan
ini!”. Vin menyambung mengungkap persamaan dipenuhi rasa bahagianya. Shafaq dan
Arun bersama melihat ke Vin dengan tersenyum malu.
“Shafaq, Arun, kapan kami bisa
bertemu dengan Putrimu? Kami sangat rindu dan kami ingin sekali bertemu
dengannya! Sudah cukup selama bertahun-tahun kami hanya bertemu lima kali saja
dengan Putrimu!”. Poosharm meminta kepastian untuk bisa bertemu dengan Putri
mereka berdua, menatap penuh harap.
“Tanyakan saja pada Arun, sifatnya
sama seperti Arun! Jujur saja, aku sering kali kebingungan jika berinteraksi
dengan Putriku itu?”. Shafaq berkata menyerahkannya ke Arun, melihat ke
Poosharm.
“Tahan dulu perdebatannya, sudah
tibanya kita semua untuk menikmati makanan!”, Vin menjedanya dulu karna telah
dilihatnya asisten rumahnya datang membawakan makanan. Dan perdebatan merekapun
menjadi berhenti sejenak demi menikmati makanan yang telah didihidangkan pada
mereka berlima.
BHARATAYUDHAseritiga
Disaat
mereka masih bersama menikmati makanan, diluar pagar ada sosok Mellissa yang
memperhatikan gerak-gerik dari mereka berlima. Yaitu tampak keceriaan dalam
kebersamaan Vin dan Poosharm yang telah diketahui Mellissa. “Dan itu Putra Vin
yang kedua!”, bisikkannya kecil saat pandangannya tertuju pada seorang remaja
Putra bersama mereka. Sementara seorang remaja Putra yang belum diketahuinya
baru saja terpandang kepadanya tenang.
Dan
Mellissa hanya tersenyum saat masih melihat kepadanya juga kemudian berbalik
beranjak pergi meninggalkan. Sedangkan Putra Vikram hanya diam tanpa
membahasnya bersama mereka berempat.
“Putra
Vikram, kuharap kau tidak akan pernah melepaskan mahkota kecil itu? Karna
dengan kau memakainya, auramu terlihat begitu tampan amat bangsawan!”. Shafaq
memujinya kembali dengan tertawa kecil usainya menyantap makanannya.
“Tidak!
Aku tidak pernah melepasnya, kecuali dalam keadaan darurat! Aku sangat nyaman
memakainya! Bahkan lebih nyaman dari pelukan Ibunda!”. Putra Vikram
mengatakannnya sambil mengejek melihat keIbundanya.
“Setidaknya
kau masih bersama Ibunda, Putraku!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya,
menatap sayang padanya.
“Tidak,
aku tidak hanya bersama Ibunda! Tapi aku juga bersama Ayahanda!”. Putra Vikram
mencoba melucu kepada mereka semua.
Semua
yang melihatnya juga mendengarnya pun menjadi tertawa secara cuma-cuma.
Sedangkan Poosharm mencubit pipi kanan Putranya dengan kegemasannya. Saat
mereka sudah berhenti sedikit dalam tawanya. Putra Vikram pun akan kembali
berkata sesuatu dengan membiarkan Ibundanya mencubit pipi kanannnya dengan
kegemasannya.
“Ibunda,
baru saja beberapa hari yang lalu telingaku ditarik dan dibawa berlari kecil
bersamanya karna kejahilanku!”. Putra Vikram mulai bercerita, Poosharm
melepaskan cubitannya dari pipi kanan darinya.
“Terus,
apa yang kau lakukan selanjutnya?”. Poosharm bertanya ingin meluruskannya,
menatapnya.
“Mau
gak mau. Aku harus ikut berlari kecil bersamanya dengan telingaku masih ditarik
olehnya!”. Vikram bercerita meluruskan dengan mengingatnya kembali, menatap ke
Poosharm serius.
“Apakah
dia seorang gadis? Kalau memang dia seorang gadis, berarti gadis itu adalah
cerminan dari Istriku!”. Arun menyambung dengan bertanya melihat ke Putra
Vikram, lalu melihat ke Shafaq.
“Arun
hanya bernostalgia sedikit! Karna dulu aku selalu menarik telinganya suatu
ketika dia telah meakukan sesuatu yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya,
akan menimbulkan sebuah tanda tanya besar!”. Shafaq mengatakannya dengan
melihat ke Arun, lalu melihat kemereka bertiga.
“Wah, kalau begitu Om Arun sangat
unik! Karna Om Arun bisaa melakukan sesuatu yang bisa membuat siapapun akan
menjadi bertanya-tanya! Oyah, sesuatu apakah itu Om Arun!”. Putra Vikram memuji
lalu bertanya. Mereka bertidga pun bersama melihat ke Arun dengan terkejut
kecil. Sedangkan Arun hanya menatap Vikram dan akan memberi suatu penjelasan
yang mengelak.
“Itu adalah sebuah hal bodoh yang
ada kalanya aku harus melakukannya! Dan itu hanya diketahui oleh ku saja!”.
Arun memberi penjelasan dengan canda namun sedikit mengelak. Putra Vikram pun
menjadi tertawa kecil karnanya sambil menggelengkan kepalanya masih melihat ke
Arun. Kemudian Shafaq, Poosharm dan Vin dapat bernafas lega setelah tadi sempat
tegang bercampur rasa kebingungan harus memberi suatu penjelasan apa atas
sebuah pertanyaan darinya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar