Dikediaman Arun,
Shafaq sedang melakukan pemujaan kepada kedua foto Pangeran kecilnya yang kini
sudah dewasa. Ia juga memberikan tilak pada kedua foto tersebut yang terpampang
berukuran besar. “Kalian berdua sekarang sudah tumbuh dewasa! Dan wajah kalian
berdua yang dewasa, seperti apa yang Ibu lihat kini, Ibu jadi semakin ingin
bertemu melihat kalian berdua secara tatap muka!”, bisikkannya kecil meratapi
foto kedua wajah Pangerannya yang sudah dewasa.
Setelah melakukan
yang demikian, Shafap pun berbalik akan segera meninggalkan. Namun menjadi terhenti
karna Arun tanpa diketahuinya telah pulang dari kantornya dengan berada tepat
didepannnya.
“Kau sudah
pulang?”, Shafaq menanyakannya dengan melakukan pemujaan terhadapnya lalu
memasangkan tilak dikeningnya. Arun tersenyum akan berbicara menjawabnya.
“Tugasku sudah
selesai, dan aku harus kembali lagi pada sore nanti!”. Shafaq tersenyum sembari
menyuapinya manisan dari pemujaannya. “Putri, eeem maksudku, Permaisuriku!
Apakah kau terlalu merindukan Raf dan Raj! Aku, baru saja mendapat kabar, kalau
mereka berdua bertugas disekolah Ashghari!”. Arun membaginya karna baru saja
mendapat kabar dari Raj sewaktu masih dikantornya tadi. Shafaq menjadi terkeut
kecil namun bahagia, memberinya senyuman lagi.
“Ashghari, Raf,
Raj, kini mereka telah dapat bersama dalam satu lokasi!? Pertanda apa ini??
Apakah Dewa akan menyatukan mereka dalam kebersamaan?? Ataukah memang….?”.
Shafaq berkata dengan bertanya. Kemudian menjadi terhenti saat teringat kembali
pada peristiwa kala kekuatan istimewa dari Ashghari berfungsi, empatbelas tahun
silam. Arun yang melihatnya seperti itupun langsung mendekapnya dengan sedikit
menenangkannya.
“Itu pasti akan
terjadi lagi! Pasti akan terulang lagi!”. Arun berkata membenarkan apa yang
telah dicemaskannya.
“Sampai kapan?
Aku juga ikut merasa sakit saat melihat Raj kesakitan karna kekuatan spiritual
itu! Meskipun aku tidak ikut merasakannya secara fisik!”. Shafaq mengatakan
keluhannya dari bebannya masih dalam dekapannya.
“Aku juga seperti
itu! Dan bila benar itu akan terjadi, aku yang akan mengalah! Agar Raj, tidak
sampai tidak sadarkan diri! Biarlah aku yang terihat tidak sadarkan diri!”.
Arun mengatakan rencana tentang pengorbanannya.
“Aku ingin
bertemu dengan kedua Pangeranku, aku ingin sekali membelai wajahnya! Menciumi
keningnya, seperti aku melakukannya diwaktu mereka berdua masih bersama kita!’.
Shafaq mengungkap keinginannya dengan meihat ke Arun, masih dalam dekapannya.
“Yakinlah, Dewa
akan memberkati keinginanmu itu!”, Arun memberinya nasehat untuk tetap optimis.
Kemudian Arun membelai wajahnya, menciumi keningnya seperti apa yang telah
diungkapkan Shafaq saat ingin bertemu dengan kedua Pangerannya.
BHARATAYUDHAseritiga
Disana, Vikram
sedang berjalan-jalan disebuah taman penuh bunga, tempat yang sering Poosharm
kunjungi dulu pada masanya masih menjadi mahasiswi. Dan ia kini berjalan-jalan
seorang diri kemudian menjadi terhenti saat merasakan ada seseorang yang
berjalan dibaliknya seperti mendekatinya. Dan ia pun kini melirikkan kedua matanya
kearah samping kanannya melihat pelan keseorang siswi yang sudah melihat aneh
dikepalanya.
Dan seorang siswi itupun berhenti disampingnya masih
melihat kepalanya. “Hey!’. Vikram menegurnya dingin mengejutkan seorang siswi
tersebut yang kini baru melihat kewajahnya. “Apa yang sedang kau lihat dari
diriku?”. Vikram menyambungnya dengan bertanya, beralih menatapnya dekat.
“Kau, seperti
keturunan dari bangsawan saja! Memakai sebuah tali berwarna emas melingkar
kepalamu! Dan juga, ada bulu merak ditali berwarna emas itu!”. Seorang siswi
itu mulai berkata, bertanya berlanjut menjelaskan.
“Dulu, aku suka
sekali menyamakan diriku dengan Kanha, alias Dewa Krishna!”. Vikram
menjelaskannya dengan mengulang masa lalunya.
“Dulu aku juga
pernah menyamakan dirku dengan Aisyah! Istri dari Nabi Muhammad!”. Seorang
siswi itu menyambungnya juga menjelaskan, lalu menjadi terdiam sendiri setelah
menyadari apa yang telah dikatakannya tadi.
“Apa kau beragama
Islam? Temanku juga Islam! Aku paham dengan penjelasanmu tadi!”. Vikram
menyambungnya lagi dengan tersenyum kecil masih menatapnya dekat.
“Tidak, aku sama
sepertimu! Beragama Hindu! Namaku saja Ashghari! Kecuali kakak Raf, dia baru
beragama Islam!”. Seorang siswi itu berkata menolak sambil menjelaskan, sedikit
bercerita. Melihat kearah lain menutupi kesalahannya dalam berbicara.
“Aku, Vikram! Kau
memalingkan wajahmu karna menutupi kesalahanmu bukan?”, Vikram mengungkap kata
hatinya masih menatapnya dekat. Seorang siswi itupun melihat kepadanya lagi
sambil tersenyum dengan terpaksa. ‘’Ini bukanlah tali, tapi rajutan dari
benang! Sama seperti bando yang sedang kau pakai itu!”, Vikram menyambung
katanya sekali lagi.
“Hehehe, iyah!
Aku, baru saja menyadarinya!”, seorang siswi itu berkata menyahutnya begitu
salah tingkah. Kemudian teringat kalau saat ini dirinya sedang ada janji dengan
seseorang, seseorang itu adalah Raizaa. Dengan cepat ia pun berlari
meninggalkan teman yang baru saja ditemuinya, Vikram. Dan Vikram hanya
melihatnya membiarkan sebab telah dilihatnya jika seorang siswi tersebut sedang
terburu-buru menuju kesuatu tempat.
“Siapa dia? Baru
kali ini aku melihat ada seseorang yang memakai penghias kepala seperti diriku!
Tadi dirinya berkata kalau aku seperti keturunan dari bangsawan saja! Sementara
aku, merasa kalau dia lebih bangsawan daripada diriku sendiri!”. Vikram berkata
seorang diri masih melihat seorang siswi itu berlari meninggalkannya menuju
kesuatu tempat, penuh tanda tanya disertai keanehan. Dan seorang siswi itu
adalah Ashghari.
BHARATAYUDHAseritiga
Setelah lama
berlari demi menuju kesuatu tempat, Ashghari pun kini telah berhenti disuatu
tempat dengan melihat-lihat disekitar mencari Raizaa yang telah membuat janji
dengannya untuk bertemu ditempat yang kini didiaminya. Kemudian memundurkan
langkahnya kebelakang tiga langkah masih melihat-lihat mencari kehadiran
Raizaa. “Hari ini, sekolah dia dan sekolah ku sama pulang lebih awal! Hari ini
hari jumat! Tapi dimanakah dia?”, keluhannya masih mencari.
Tiba-tiba
Ashghari mendadak seperti kehilangan keseimbangannya karna lepas dari
konsentrasinya ketika masih berdiri mencari. Dan saat akan terjatuh dengan
reflek melangkah maju kedepan, tiba-tiba ada seseorang yang menolongnya dari
samping kanannya dengan memegang kedua lengan tangannya. Ashghari pun menjadi
terdiam lalu berdiri pelan mengikuti seseorang yang telah menolongnya tadi yang
kini mendirikan dirinya pelan.
Ketika berhasil
untuk berdiri kembali, nafasnya pun menjadi ngos-ngosan lalu melihat kewajah
seseorang yang sudah membantunya tadi. Dan ternyata seseorang yang sudah
membantunya tadi adalah Raizaa. “Maaf, aku terlambat!”, Ashghari meminta maaf
masih melihatnya.
“Jangan pernah
lagi mencoba menjadi seorang atlet lari marathon! Baru gini aja Lo udah
ngos-ngosan! Gimana kalo Lo udah nyambung lari maratonnya!”. Raizaa
menasehatinya dengan sedikit menghakiminya, menatap dingin. Ashghari melepaskan
kedua tangan Raizaa yang masih memegang kedua lengannya.
“Gue pikir, Lo
bakal lembutin Gue disaat Lo tau Gue datang capek-capek kaya gini demi Lo! Lo
bener-bener gak bisa bersikap manis yah ke Gue!”. Ashghari meluapkan rasa
capeknya dengan sedikit amarahnya.
“Gue juga capek
nungguin Lo! Lo abis nyangkut kemana aja, darimana aja tadi? Setelah sejam
kemudian Lo baru muncul disini! Gue tadi sempet susul disekolahan Lo, tapi
mereka pada bilang Lo udah pulang!”. Raizaa lebih menjelaskan masih menatap
dingin.
“Batalin aja deh!
Gak apa-apa Gue pulang dalam keadaan yang begini! Bye!!!!”. Ashghari berkata
menyerah, lalu berbalik meninggalkan dengan berjalan menahan rasa sakitnya pada
kakinya.
Raizaa yang
melihatnya menyusulnya dengan berjalan cepat melewatinya. Sedangkan Ashghari
masih berjalan menahan sakitnya lalu berhenti untuk duduk sejenak melemaskan
kakinya. Dan dikejauhan, diam-diam Raizaa melihat keadaannya yang seperti itu lalu
menimbulkan rasa kasihan dibenaknya.
Pada malam harinya. . . .
Ashghari sedang
meluruskan kakinya ditempat tidurnya, karna masih dirasakannya rasa sakit pada sendi-sendi
dikakinya. Saat ketika akan berdiri akan menutup jendela kamarnya, tiba-tiba
saja menjadi kaget karna baru saja dilihatnya sosok Raizaa melompati jendela
kamarnya dari luar jendela. Ashghari pun menjadi terduduk ditempat tidurnya
dari berdirinya tadi. Sementara Raizaa berjalan mendekatinya lalu berdiam dihadapannya
sambil meatapnya gelisah namun tak terlihat oleh Ashghari.
“Ada apa kau
kesini? Mendadak kau sepeti maling yang siap akan menculikku!”, Ashghari
menegurnya dingin dengan menanyakannya, melihatnya murung.
“Untuk apa aku
melakukan kejahatan itu? Kau sama sekali tidak berharga bagiku!”, Raizaa
membalasnya dingin sedikit menghinanya dengan mengambilkan sebuah kursi untuk
Ashghari.
Kemudian ia menyuruh Ashghari untuk meluruskan kedua
kakinya dikursi tersebut. Ashghari pun mengikuti perintahnya merasa bingung dan
juga tidak mengerti apa yang akan Raizaa lakukan selanjutnya kepadanya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar