Senin, 05 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 3)


 
                Dikediaman Arun, Shafaq sedang melakukan pemujaan kepada kedua foto Pangeran kecilnya yang kini sudah dewasa. Ia juga memberikan tilak pada kedua foto tersebut yang terpampang berukuran besar. “Kalian berdua sekarang sudah tumbuh dewasa! Dan wajah kalian berdua yang dewasa, seperti apa yang Ibu lihat kini, Ibu jadi semakin ingin bertemu melihat kalian berdua secara tatap muka!”, bisikkannya kecil meratapi foto kedua wajah Pangerannya yang sudah dewasa.
                Setelah melakukan yang demikian, Shafap pun berbalik akan segera meninggalkan. Namun menjadi terhenti karna Arun tanpa diketahuinya telah pulang dari kantornya dengan berada tepat didepannnya.
                “Kau sudah pulang?”, Shafaq menanyakannya dengan melakukan pemujaan terhadapnya lalu memasangkan tilak dikeningnya. Arun tersenyum akan berbicara menjawabnya.
                “Tugasku sudah selesai, dan aku harus kembali lagi pada sore nanti!”. Shafaq tersenyum sembari menyuapinya manisan dari pemujaannya. “Putri, eeem maksudku, Permaisuriku! Apakah kau terlalu merindukan Raf dan Raj! Aku, baru saja mendapat kabar, kalau mereka berdua bertugas disekolah Ashghari!”. Arun membaginya karna baru saja mendapat kabar dari Raj sewaktu masih dikantornya tadi. Shafaq menjadi terkeut kecil namun bahagia, memberinya senyuman lagi.
                “Ashghari, Raf, Raj, kini mereka telah dapat bersama dalam satu lokasi!? Pertanda apa ini?? Apakah Dewa akan menyatukan mereka dalam kebersamaan?? Ataukah memang….?”. Shafaq berkata dengan bertanya. Kemudian menjadi terhenti saat teringat kembali pada peristiwa kala kekuatan istimewa dari Ashghari berfungsi, empatbelas tahun silam. Arun yang melihatnya seperti itupun langsung mendekapnya dengan sedikit menenangkannya.
                “Itu pasti akan terjadi lagi! Pasti akan terulang lagi!”. Arun berkata membenarkan apa yang telah dicemaskannya.
                “Sampai kapan? Aku juga ikut merasa sakit saat melihat Raj kesakitan karna kekuatan spiritual itu! Meskipun aku tidak ikut merasakannya secara fisik!”. Shafaq mengatakan keluhannya dari bebannya masih dalam dekapannya.
                “Aku juga seperti itu! Dan bila benar itu akan terjadi, aku yang akan mengalah! Agar Raj, tidak sampai tidak sadarkan diri! Biarlah aku yang terihat tidak sadarkan diri!”. Arun mengatakan rencana tentang pengorbanannya.
                “Aku ingin bertemu dengan kedua Pangeranku, aku ingin sekali membelai wajahnya! Menciumi keningnya, seperti aku melakukannya diwaktu mereka berdua masih bersama kita!’. Shafaq mengungkap keinginannya dengan meihat ke Arun, masih dalam dekapannya.
                “Yakinlah, Dewa akan memberkati keinginanmu itu!”, Arun memberinya nasehat untuk tetap optimis. Kemudian Arun membelai wajahnya, menciumi keningnya seperti apa yang telah diungkapkan Shafaq saat ingin bertemu dengan kedua Pangerannya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disana, Vikram sedang berjalan-jalan disebuah taman penuh bunga, tempat yang sering Poosharm kunjungi dulu pada masanya masih menjadi mahasiswi. Dan ia kini berjalan-jalan seorang diri kemudian menjadi terhenti saat merasakan ada seseorang yang berjalan dibaliknya seperti mendekatinya. Dan ia pun kini melirikkan kedua matanya kearah samping kanannya melihat pelan keseorang siswi yang sudah melihat aneh dikepalanya.
Dan seorang siswi itupun berhenti disampingnya masih melihat kepalanya. “Hey!’. Vikram menegurnya dingin mengejutkan seorang siswi tersebut yang kini baru melihat kewajahnya. “Apa yang sedang kau lihat dari diriku?”. Vikram menyambungnya dengan bertanya, beralih menatapnya dekat.
                “Kau, seperti keturunan dari bangsawan saja! Memakai sebuah tali berwarna emas melingkar kepalamu! Dan juga, ada bulu merak ditali berwarna emas itu!”. Seorang siswi itu mulai berkata, bertanya berlanjut menjelaskan.
                “Dulu, aku suka sekali menyamakan diriku dengan Kanha, alias Dewa Krishna!”. Vikram menjelaskannya dengan mengulang masa lalunya.
                “Dulu aku juga pernah menyamakan dirku dengan Aisyah! Istri dari Nabi Muhammad!”. Seorang siswi itu menyambungnya juga menjelaskan, lalu menjadi terdiam sendiri setelah menyadari apa yang telah dikatakannya tadi.
                “Apa kau beragama Islam? Temanku juga Islam! Aku paham dengan penjelasanmu tadi!”. Vikram menyambungnya lagi dengan tersenyum kecil masih menatapnya dekat.
                “Tidak, aku sama sepertimu! Beragama Hindu! Namaku saja Ashghari! Kecuali kakak Raf, dia baru beragama Islam!”. Seorang siswi itu berkata menolak sambil menjelaskan, sedikit bercerita. Melihat kearah lain menutupi kesalahannya dalam berbicara.
                “Aku, Vikram! Kau memalingkan wajahmu karna menutupi kesalahanmu bukan?”, Vikram mengungkap kata hatinya masih menatapnya dekat. Seorang siswi itupun melihat kepadanya lagi sambil tersenyum dengan terpaksa. ‘’Ini bukanlah tali, tapi rajutan dari benang! Sama seperti bando yang sedang kau pakai itu!”, Vikram menyambung katanya sekali lagi.
                “Hehehe, iyah! Aku, baru saja menyadarinya!”, seorang siswi itu berkata menyahutnya begitu salah tingkah. Kemudian teringat kalau saat ini dirinya sedang ada janji dengan seseorang, seseorang itu adalah Raizaa. Dengan cepat ia pun berlari meninggalkan teman yang baru saja ditemuinya, Vikram. Dan Vikram hanya melihatnya membiarkan sebab telah dilihatnya jika seorang siswi tersebut sedang terburu-buru menuju kesuatu tempat.
                “Siapa dia? Baru kali ini aku melihat ada seseorang yang memakai penghias kepala seperti diriku! Tadi dirinya berkata kalau aku seperti keturunan dari bangsawan saja! Sementara aku, merasa kalau dia lebih bangsawan daripada diriku sendiri!”. Vikram berkata seorang diri masih melihat seorang siswi itu berlari meninggalkannya menuju kesuatu tempat, penuh tanda tanya disertai keanehan. Dan seorang siswi itu adalah Ashghari.

BHARATAYUDHAseritiga

                Setelah lama berlari demi menuju kesuatu tempat, Ashghari pun kini telah berhenti disuatu tempat dengan melihat-lihat disekitar mencari Raizaa yang telah membuat janji dengannya untuk bertemu ditempat yang kini didiaminya. Kemudian memundurkan langkahnya kebelakang tiga langkah masih melihat-lihat mencari kehadiran Raizaa. “Hari ini, sekolah dia dan sekolah ku sama pulang lebih awal! Hari ini hari jumat! Tapi dimanakah dia?”, keluhannya masih mencari.
                Tiba-tiba Ashghari mendadak seperti kehilangan keseimbangannya karna lepas dari konsentrasinya ketika masih berdiri mencari. Dan saat akan terjatuh dengan reflek melangkah maju kedepan, tiba-tiba ada seseorang yang menolongnya dari samping kanannya dengan memegang kedua lengan tangannya. Ashghari pun menjadi terdiam lalu berdiri pelan mengikuti seseorang yang telah menolongnya tadi yang kini mendirikan dirinya pelan.
                Ketika berhasil untuk berdiri kembali, nafasnya pun menjadi ngos-ngosan lalu melihat kewajah seseorang yang sudah membantunya tadi. Dan ternyata seseorang yang sudah membantunya tadi adalah Raizaa. “Maaf, aku terlambat!”, Ashghari meminta maaf masih melihatnya.
                “Jangan pernah lagi mencoba menjadi seorang atlet lari marathon! Baru gini aja Lo udah ngos-ngosan! Gimana kalo Lo udah nyambung lari maratonnya!”. Raizaa menasehatinya dengan sedikit menghakiminya, menatap dingin. Ashghari melepaskan kedua tangan Raizaa yang masih memegang kedua lengannya.
                “Gue pikir, Lo bakal lembutin Gue disaat Lo tau Gue datang capek-capek kaya gini demi Lo! Lo bener-bener gak bisa bersikap manis yah ke Gue!”. Ashghari meluapkan rasa capeknya dengan sedikit amarahnya.
                “Gue juga capek nungguin Lo! Lo abis nyangkut kemana aja, darimana aja tadi? Setelah sejam kemudian Lo baru muncul disini! Gue tadi sempet susul disekolahan Lo, tapi mereka pada bilang Lo udah pulang!”. Raizaa lebih menjelaskan masih menatap dingin.
                “Batalin aja deh! Gak apa-apa Gue pulang dalam keadaan yang begini! Bye!!!!”. Ashghari berkata menyerah, lalu berbalik meninggalkan dengan berjalan menahan rasa sakitnya pada kakinya.
                Raizaa yang melihatnya menyusulnya dengan berjalan cepat melewatinya. Sedangkan Ashghari masih berjalan menahan sakitnya lalu berhenti untuk duduk sejenak melemaskan kakinya. Dan dikejauhan, diam-diam Raizaa melihat keadaannya yang seperti itu lalu menimbulkan rasa kasihan dibenaknya.

Pada malam harinya. . . .

                Ashghari sedang meluruskan kakinya ditempat tidurnya, karna masih dirasakannya rasa sakit pada sendi-sendi dikakinya. Saat ketika akan berdiri akan menutup jendela kamarnya, tiba-tiba saja menjadi kaget karna baru saja dilihatnya sosok Raizaa melompati jendela kamarnya dari luar jendela. Ashghari pun menjadi terduduk ditempat tidurnya dari berdirinya tadi. Sementara Raizaa berjalan mendekatinya lalu berdiam dihadapannya sambil meatapnya gelisah namun tak terlihat oleh Ashghari.
                “Ada apa kau kesini? Mendadak kau sepeti maling yang siap akan menculikku!”, Ashghari menegurnya dingin dengan menanyakannya, melihatnya murung.
                “Untuk apa aku melakukan kejahatan itu? Kau sama sekali tidak berharga bagiku!”, Raizaa membalasnya dingin sedikit menghinanya dengan mengambilkan sebuah kursi untuk Ashghari.
Kemudian ia menyuruh Ashghari untuk meluruskan kedua kakinya dikursi tersebut. Ashghari pun mengikuti perintahnya merasa bingung dan juga tidak mengerti apa yang akan Raizaa lakukan selanjutnya kepadanya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar