Masih dirumah kediaman Mirza,
Yandra baru saja membuka pintu kamar Mirza sembari memasukinya secara diam-diam
setelah beberapa saat sebelumnya ia sibuk sendiri bermain dikolam renang
rumahnya. Yandra memasuki kamar Mirza hanya untuk mengambil bayi Cillo yang
sedari tadi bersama Mirza seorang. Namun tidak ditemuinya bayi Cillo sedang berada
dikamar itu, tetapi ia menemukan ponsel
milik Mirza dikasur tempat tidurnya.
Menemukan ponsel milik Mirza itu,
Yandra langsung duduk ditempat tidur Mirza sembari mengambil ponsel milik Mirza
mulai bingung harus melakukan apa pada ponsel milik Mirza itu. Terlebih lagi
ponsel milik Mirza sudah ada digenggaman tangannya. Kemudian terpikirkan
olehnya untuk menghubungi Yusra saja memakai nomor ponsel milik Mirza, sebab
bisa saja Yusra akan segera mengangkatnya dan dirinya bisa memberitahukan
sesuatu pada Yusra.
Dan Yandra yang sudah menyadari
pemikirannya itupun, mulai membuka daftar nomor telepon diponsel milik Mirza
tersebut. Ketika Yandra menemui nama kontak dari Yusra segera akan
menghubunginya lebih dulu, namun tiba-tiba saja Yusra telah menelepon lebih
dulu daripada dirinya hingga membuatnya menjadi panik sesaat. Tetapi itu tidak
berlangsung lama, Yandra mengangkatnya dengan menaruhkan ponsel milik Mirza
ditelinganya. Mencoba mendengarkannya dulu.
“Mirza, lo dimana gue udah stay
dilobby bandara nih!”, Yusra langsung menanyakan menyangka bahwa Mirza yang telah
mengangkat teleponnya. Dan Yandra langsung menyahutnya dengan sahutan yang berbalik
dari tanyanya.
“Haaloo Tuan Yusra! Saya sudah
melakukan sesuatu yang pernah anda perintahkan! Walaupun anda masih blokir
nomor ponsel saya, saya tetap bisa menghubungi anda bukan meski harus mencuri
ponsel milik Mirza!”, sahutnya menyindir halus. Yusra serius mendengarkannya
memilih bungkam, melihat kebawah hening. Mencoba memikirkan sesuatu. Sementara
Yandra akan berbicara lagi dengan semakin menyindirnya secara terbuka.
“Dan kini, tidak ada celah bagimu
untuk mengambil hak asuh bayi Cillo dariku! Kalaupun kau masih menuntutnya,
maka aku akan menuntut balik dengan memberi kesaksian berupa alasan kau telah
memintaku untuk melakukan program bayi tabung! Pilihan untuk diriku mempertahankan
hak asuh bayi Cillo! Karna dipengadilan, kecurangan tidak akan pernah menang
Yusra!”, sambung Yandra semakin menyindirnya secara terbuka membuat Yusra
bungkam tanpa kata.
Yusra disana yang sudah
mendengarkan, berbalik melihat keparkiran mobil yang tertampak, berharap Mirza
sudah tiba untuk menjemputnya. Masih berwajah serius mendiamkan Yandra yang
sudah dua kali berbicara padanya. “Sepertinya kau tidak perlu berlama-lama
menunggu kedatangan Mirza dibandara hanya tuk menjemputmu saja! Dan sekarang
perhatikan sekelilingmu, karna Mirza akan ada disitu tepat didepan matamu!”,
perkataan Yandra yang terakhir lalu memutuskannya.
Semetara Yusra baru menoleh kearah
kanannya dan seperti yang sempat dikatakan Yandra tadi, Mirza telah tiba untuk
menjemputnya masih berjalan menghampiri dirinya. Yusra yang sudah menyadari, baru
mengertipun memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya. Dan kini Mirza telah
berhenti didepannya, mereka berdua akan berbicara singkat.
“Dimana ponselmu, Mirza?”, Yusra
langsung menanyakan dengan melihat Mirza secara keseluruhan.
“Ada, dirumah!”, sahut Mirza
singkat melihat santai ke Yusra.
“Jadi kau hanya memasang alarm
untuk menjemputku! Tanpa membawa ponselmu kemari!?”, Yusra menanyakan lagi
menatap tanya ke Mirza. Mirza mengangguk masih melihat santai. “Sepertinya kau
harus memeriksa keberadaan ponsel milikmu lagi, dirumah kediamanmu sendiri
sepulang kau usai menjemputku! Sebab baru saja kudengar kalau ada seorang yang
mengaku telah mencoba mencuri ponselmu, hanya untuk berbicara padaku!”, Yusra
menjelaskan namun menyembunyikan seorang itu.
Mirza yang belum mengerti apa yang
telah Yusra katakan memilih diam sembari memikirkan, lalu menerima ajakan Yusra
beralih pergi menuju keparkiran untuk mengantarkan Yusra pulang kerumah
kediamannya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Dan kini Mirza sudah berada dirumah kediamannya sendiri, usainya
menjemput Yusra dibandara. Didalam rumah kediamannya, Mirza langsung menuju
kekamarnya sendiri. Sesampainya didalam kamarnya sendiri Mirza menuju ketempat
tidurnya, karna sebelum bergegas pergi dirinya telah meninggalkan ponselnya
ditempat tidurnya. Dan perkiraannya pun terbilang sangat benar, kemudian
mengambil ponsel tersebut lalu memeriksanya.
Sebab Mirza masih ingat dengan
perkataan dari Yusra tadi, yang mengatakan bahwa ada seorang yang telah mengaku
mencoba mencuri ponsel miliknya hanya untuk berbicara dengannya, Yusra. Setelah
memeriksa pada daftar panggilan, tertulis bahwa dirinya telah mencoba menelepon
Yusra tadi. Tanggal membuktikan tanggal pada hari ini, namun pada waktunya
membuktikan bahwa Mirza sudah tiba dibandara.
Sejenak Mirza kembali berpikir
siapakah yang telah berani berbuat yang demikian itu. Tak butuh waktu lama
untuk berpikir, Mirza sudah mengetahui siapa yang telah berani berbuat yang
demikian itu. Pikirannya kini tertuju pada Yandra, lalu dipikirnya lagi kalau
Yandra tidak mempunyai pulsa yang cukup untuk menghubungi Yusra. “Ya, bisa saja
seperti itu!”, bisik Mirza ketika baru mengetahui menatapi ponselnya.
Sementara disana dikediaman Yusra,
Omah sedang duduk dibalkon belakang atas rumahnya. Omah sedang menikmati
pemandangan didepannya, pemandangan dibelakang rumahnya seorang diri dimana
dibawahnya telah ada kolam renang. Omah berdiam ditempat itu sambil menunggu
Yusra mendatanginya, sementara Yusra baru saja keluar dari kamarnya usainya
mengganti pakaian. Dan kini Yusra akan pergi menuju kebalkon belakang atas
rumahnya, berniat akan menemui Omah.
Omah masih menunggu dirinya, lalu
teringat kembali tentang mimpi jika hari bahagia Yusra telah tiba. Didalam
mimpi itu Omah melihat mereka yang sangat dekat dengan Yusra tampak tidak siap,
ada yang mengeluh pesimis dan juga ada yang marah namun tidak dimengerti oleh
Omah. omah berpikir menanggapinya, semua itu hanyalah bunga tidur semata. Tidak
akan ada satu kejadian dari mimpi itu yang akan benar terjadi menjadi nyata.
Maka dari itu Omah berniat akan meminta sesuatu pada Yusra.
Dan kini Yusra telah muncul
dibaliknya, berjalan pelan tidak berisik lalu mendekap Omah dari belakang. Omah
yang sudah merasakan dekapannya pun menjadi senang seketika terlepas dari
pemikirannya tadi. Kemudian Yusra melepaskan dekapannya dengan langsung duduk
disampingnya. “Omah? Mengapa Omah berdiam sendiri disini? Sebelumnya Yusra
menanyakan keberadaan Omah, karna Omah tidak berada bersama mereka didalam!”,
Yusra menanyakan menatap tanya ke Omah.
Omah menjadi tersenyum seketika
lalu menoleh melihat ke Yusra. “Omah mau, kamu mempertemukan Clara dengan
Yandra! Sebelum perceraian kamu dilaksanakan, juga sebelum hari bahagiamu
dengan Clara tiba!”, pinta Omah seperti menuntutnya kembali. Yusra menjadi
terkejut hingga reflek berdiri masih menatap Omah terkejut. Omah pun ikut
berdiri mulai menatap tanya, menunggu Yusra menyahut kata permintaannya tadi.
“Entah mengapa, Yusra merasa tidak
percaya diri Omah! Bagaimana kalau, mereka berdua dipertemukan saja tanpa
menghadirkan aku diantara keduanya!”, Yusra menyahut menolak halus. Sebab Yusra
tidak ingin melihat tatapan dari Yandra yang mungkin tidak mengenakan
terhadapnya ketika apa yang Omah pinta padanya itu benar-benar terjadi. Omah
tersenyum kembali akan memberikan usul.
“Kalau begitu, hadirkan pula Mirza,
Eisya juga Mora pada pertemuan itu agar kamu bisa merasa percaya diri!”, Omah
meminta kedua kalinya menatap sedikit girang karna berpikir sudah memberi cara
untuk membuat Yusra merasa percaya diri ketika pertemuan itu terjadi. Namun
tidak bagi Yusra, justru ia merasa semakin tidak akan percaya diri. Dibalik
Omah, Yusra telah merasa kalau ketiga orang temannya sangat tidak menyetujui
hubungannya dengan Clara.
“Kabarkan pada mereka segera, dua
hari yang akan datang mereka harus datang kerumah ini!”, pinta Omah lagi
seperti semakin saja menuntutnya. Dan Yusra hanya tersenyum kecil menegarkan
dirinya sendiri lalu berpaling melihat kesamping menatapi pepohonan dibelakang
rumahnya. Sedangkan Omah sudah merasa puas mulai beranjak beralih memasuki
kedalam rumah.
“Tuhan, aku baru saja pulang!
Tetapi mengapa aku disambut dengan tuntutan yang begitu memberatkanku!”, bisik Yusra
keluhnya dihati masih menetap ditempatnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok harinya tepat pukul delapan
pagi, Yusra kembali bekerja seperti biasa dikantor perusahaannya sendiri. Dan
kini Yusra sedang duduk dikursi kerjanya sambil mengisi data pada beberapa
berkas kerjanya yang terhampar sedikit berantakan dimeja kerjanya. Kemudian ada
seorang wanita yang membuka pintu ruangannya. Seorang wanita itu adalah asisten
dirinya yang memiliki ruang tersendiri untuk mengoleksi semua bahan-bahan kerja
yang akan diperlukan Yusra pada setiap saat.
Maka dari itu ruang kerja Yusra
tertampak tidak banyak menyimpan bahan-bahan kerjanya yang mungkin bisa membuat
ruangannya terlihat ramai dan bisa pula tampak berantakan walau hanya sedikit saja.
Sangat disadari Yusra jika dirinya telah melakukan sesuatu sedikit spesial
terhadap asistennya itu. Kembali pada Yusra, kini ia telah menyerahkan beberapa
berkas kepada asistennya karna sudah mengisi data pada setiap berkasnya.
“Pak Yusra kenapa? Sepertinya mood
kerja pak Yusra hari ini sangat buruk daripada hari sebelumnya!?”, asisten itu
menanyakan berbahasa akrab sambil menyatukan beberapa berkas yang diterimanya.
Melihat ke Yusra sesekali. Yusra baru menyahutnya sembari mengingatkan. “Sangat
buruk dari hari sebelumnya, kapan? Bukankah selama tiga hari sebelumnya saya
tidak berada disini?”, menatap canda.
“Iya sih, tapi alangkah baiknya
pak Yusra bercerita kepada saya! Siapa tau saja saya bisa membantu!”, bujuk
asistennya menatap meyakinkannya. Yusra tertawa kecil masih menatapnya. Dan Yusra
menyahutnya kembali, “Saya cukup tau, kalau kamu bisa membantu! Tapi tidak
untuk masalahku yang sekarang! Karna masalahku yang sekarang, meminta diriku
sendiri untuk menyelesaikannya!”, katanya bijak mencoba menolak halus untuk
menceritakannya.
Asistennya itupun sudah mengerti
maksud dari Yusra, lalu menjadi tertawa kecil menatap sedikit kagum. “Saya
bangga mempunyai seorang Bos seperti pak Yusra!”, puji asisten itu kepadanya
dengan bangga. Kemudian Yusra mencoba menggodanya, “Kalau begitu, kamu lebih
kagum dengan pacarmu atau dengan saya?”, tanya Yusra memberi pilihan sok
serius. Lalu menjulurkan lidahnya kebawah mengejeknya. Asistennya itupun
membalasnya, “Terimakasih pak Yusra, terhormat!”.
Katanya menyindir sambil mengedipkan
mata kanannya. Setelah membalasnya asistennya itu berbalik pergi akan keluar
dari ruangan Yusra, membawa beberapa berkas yang telah diserahkan Yusra tadi kepadanya.
Dan kini Yusra merasa hatinya sedikit terhibur, namun tetap saja terbayang-bayang
dengan permintaan Omah yang sama saja berupa sebuah tuntutan padanya. Kemudian
terbesit dipemikirannya kalau dirinya harus segera memerangi keangkuhan Omah
bersama Yandra.
Sore harinya, Yandra sedang
berjalan-jalan ditaman yang sudah biasa ia kunjungi sebelumnya. Yandra memilih
menikmati waktu luangnya untuk berjalan-jalan dari sudut kesudut taman itu saja
seorang diri. Usianya masih muda sehingga membuatnya lebih sering menikmati
kesenangannya sendiri, tidak terlalu mementingkan buah hatinya dirumah
kediamannya. Dan kini Yandra mejadi terhenti dari langkahnya, karna ada seorang
anak kecil perempuan yang berhenti didepannya secara tiba-tiba.
Lalu anak kecil perempuan itu
memberikan mahkota dari rangkaian bunga berbentuk lingkaran berukuran sedang.
“Ambil mahkota rangkaian bunga ini, tante! Mamah ku disana juga memakainya!”,
pinta anak kecil perempuan itu menatap polos. Yandra menjatuhkan kedua lututnya
ketanah pelan, berlanjut duduk bersimpuh. “Jikalau begitu, pakaikan saja mahkota
itu dikepala tante!”, perintah Yandra menerimanya menatap senang.
Anak kecil itupun memakaikan
mahkota rangkaian bunga itu dikepala Yandra, lalu bergegas berbalik pergi
dengan tawanya melewati tikungan taman tempat Yandra berdiam. Semakin sore
pengunjung taman tersebut semakin ramai saja, dan itu membuat Yandra semakin
merasa ingin berlama-lama berdiam ditaman tersebut. Mahkota rangkaian bunga
yang sudah terpakai dikepalanya, ia seperti menebarkan pesonanya untuk
kesenangannya sendiri.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar