Menjelang satu hari pernikahan dari Yusra dengan
Clara, semua keluarga Yusra menjadi sedikit sibuk mempersiapkan semuanya dipagi
hari. Bagaimana mereka yang sebagai keluarga besarnya tidak menjadi sedikit
sibuk, karna tepat pada hari esok akan dilaksanakannya sebuah pernikahan dari
Yusra dikediaman Yusra sendiri. Kesibukkan semakin tertampak dikediamannya saat
hari sudah berganti menjadi siang, sore dan bahkan memasuki malam.
Dan kini malam pun tiba, kakak
ipar dari Yusra membantu memasak hidangan untuk disediakan pada hari esok
bersama beberapa pembantu tambahan. Makanan yang akan disediakan pada hari esok
ada empat buah macam makanan. Yaitu makanan nasi lengkap, ayam kremes, pecel
lele dan siomay. Dan separuh dari keempat buah macam makanan tersebut sudah
tersimpan dimeja didalam dapur. Aroma sedap dari keempat buah macam makanan
tersebut pun mulai tercium pada setiap sudut rumah.
Tidak hanya kakak iparnya saja,
Omah juga ikut melakukan persiapan dengan membuat kerajinan tangan kecil
sebagai souvenir untuk acara pada hari esok. Omah membuat kerajinan tangan
kecil tersebut diruang keluarga, hanya seorang diri tidak tertampak Cherish dan
Ferish yang mungkin bisa mengganggunya. Karna Cherish dan Ferish sedang bersama
Yuska, kakak kandung Yusra. Mereka sedang melakukan sesuatu dihalaman rumah.
Sementara itu, dimanakah Yusra
sedang berdiam. Tampak tidak ada Yusra berkeliaran didalam rumah. Diruang tamu,
ruang keluarga, ruang dapur bahkan didalam kamarnya sendiri pun tidak tertampak
dirinya. Dan ternyata Yusra sedang berada dibalkon atas depan rumahnya,
berpakaian kaos oblong dengan celana pendek melihat kesibukkan kak Yuska
bersama Cherish dan Ferish. Dilihatnya mereka bertiga bergembira saat masih
memasang janur kuning.
Ditambah lagi dengan Cherish dan
Ferish yang tertawa girang dalam guraunya. Yusra sudah menyadari betul, kalau
semua orang dirumahnya telah sibuk bersama demi menyambut hari bahagianya besok
tetapi tidak untuk dirinya. “Kalau saja pada pernikahanku dulu sibuknya seperti
ini, maka akan terasa suasana kekeluargaannya!”, bisiknya menatapi kak Yuska
bersama Cherish dan Ferish. Kemudian Yusra menggenggam buah kalungnya yang
berupa sebuah cincin pernikahannya dengan Yandra.
Lalu tidak sengaja melihat sebuah
cincin tunangannya dengan Clara dijemarinya pada tangan yang telah menggenggam
sebuah cincin pernikahannya dengan Yandra dulu. “Aku tidak tau, harus
melepaskan yang mana? Karna cincin yang kugenggam kini, adalah seorang yang
paling aku cintai sejak lama! Dan cincin yang masih melingkar dijemariku,
adalah seorang dari ambisi Omah!”, bisiknya lagi menatapi kedua buah cincin
tersebut. usainya berbisik, Yusra beralih memasuki kedalam rumah.
Dan kini Yusra telah berada
dikamarnya, ia sedang duduk disisi kiri tempat tidurnya dengan kedua kakinya
menggantung menghadap kejendela kamarnya. Ia tidak berani menunjukkan dirinya
kepada siapapun, sebab ia begitu sedang bersedih menyambut hari bahagianya esok
dan memilih menyendiri demi menenangkan dirinya sendiri. Kemudian dirasanya ada
yang membelai rambutnya dari sisi kanan dirinya, hingga membuat dirinya
menolehkan kepalanya akan segera mengetahui.
Ternyata yang membelai rambutnya
itu adalah mamahnya sendiri yang sudah duduk bersamanya menatap kasih padanya.
“Esok, adalah hari bahagiamu! Dan siapa yang membuatmu begitu terbebani seperti
ini, Yusra?”, tanya mamahnya menaruh curiga masih membelai rambutnya. Seketika
tangisan Yusra pun menjadi pecah, nafasnya menjadi terengah-engah mulai
dibanjiri cucuran airmata diwajahnya. Itu karna Yusra sudah tidak sanggup
menahan gejolaknya ingin menangis.
“Kembalikan Yusra pada keluarga
kecil Yusra, mamah! Kembalikan Yusra pada mereka!”, pintanya begitu memohon
mulai histeris. Dua kalimat itu terus diulangnya hingga tak peduli kalau
mamahnya sudah mendekapnya tuk menenangkannya. Yusra masih saja mengulang dua
kalimat tadi, dan kini membuat mamahnya menjadi terdiam hingga meneteskan
airmatanya masih mendekapnya. Namun sayangnya mamahnya belum mengerti maksud
dari dua kalimat yang masih dikatakan Yusra.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
sementara disana, Mirza dan Eisya
menjemput Mora di gereja. Mereka berdua sedang menunggu Mora dengan tatapan
lesuh memendam sesuatu. Tak berapa lama menunggu, Mora pun terlihat baru saja keluar
dari pintu masuk gereja dengan berjalan akan menghampiri keduanya. Sesampainya
Mora didepan mereka dengan berhenti seketika, Mirza langsung bercurahkan
sesuatu.
“Aku tidak siap, untuk menghadiri
acara pada hari esok! Terlebih lagi, tante yang sebagai mamah dari Yusra
memintaku untuk membawa keponakanku, Mirzara dan juga Yandra!”, ungkap Mirza
sambil meneteskan airmatanya melihat Eisya dan Mora.
“Bagaimana kalau Yusra telah
melihat kedatangan kita bertiga, yang membawa mereka menghadiri hari bahagianya?”,
tanya Eisya menyambungnya melihat Mirza dan Mora.
Mirza dan Eisya mulai merasa
bingung, bahkan bimbang dibenak mereka berdua mulai membuncah diri keduanya
sedikit keras perlahan. Mirza dan Eisya memang sudah tidak bisa menghalaunya
lagi, namun tidak bagi Mora. Mora mengatakan firasatnya pada mereka, “Aku yakin
semuanya akan berbalik pada hari esok! Yusra akan menyebutkan sebuah nama dari
orang lain! Percayalah pada firasatku ini!”, memakai tatapan dan bahasa begitu
meyakinkan terhadap keduanya.
Sementara dirumah kediaman Mirza,
Yandra sedang duduk dikursi sofa didalam kamarnya. Ia sedang merenung sambil
berbisik lirih, “Belum lama aku melahirkan seorang putranya, dan kini alat ini
telah menunjukkan hasil positif padaku!?”, bisik lirih Yandra baru mengetahui
berusaha tuk mengerti seorang diri.
Esok harinya. . . .
Hari bahagia yang telah
dinanti-nanti keluarga besar Yusra pun tiba, tepatnya pada hari ini. Kini semua
tamu undangan sudah hadir, suasana rumah menjadi ramai serta hangat sebab
sebentar lagi akan dilakukannya sebuah ijab qabul dari pengantin pria. Dan
kinipula kedua pengantin, Yusra dan Clara sudah duduk berdampingan didepan pak
penghulu. Sebuah kain putih telah ditudungkan pada keduanya, hanya tinggal
mengucapkan ijab qabul saja dengan memakai satu nafas.
Susana mulai menjadi hening,
hikmat dan semua orang tertuju pada mereka berdua yang sebagai sepasang
pengantin pada hari ini. Namun saat ijab qabul baru saja dilakukan dengan pak
penghulu yang dahulu menuntunnya untuk mengucapkan ijab qabul, Yusra mengikuti
apa yang telah pak penghulu ucapkan sebelumnya secara terbalik. Yusra telah
sengaja mengucapkan, “Saya terima nikahnya Yandra alias Mirzara dengan
seperangkat alat sholat, kembali!”.
Sontak Clara menjadi terkejut
langsung menolehkan kepalanya melihat Yusra tak menyangkanya. Begitupun dengan
keluarga dari mereka berdua, para tamu undangan dan tak tertinggal dengan
ketiga temannnya kecuali Yandra. Sebab Yandra tidak bisa menghadiri
pernikahannya karna ada suatu hal yang lain bahkan lebih penting daripada yang
demikian itu. Semua mata kini tertuju padanya seolah-olah mereka sedang
bertanya-tanya mengapa Yusra bisa melakukan yang demikian itu.
Sementara Yusra hanya berdiam
melihat hening kebawah, tak peduli dengan Clara yang masih menatap tanya
padanya. Dan kemudian Omah yang tidak sanggup menahan rasa malunya karna Yusra,
menjadi pingsan seketika. Omah telah mengalami shock berat setelah menyaksikan
ijab qabul yang tak seharusnya terjadi seperti itu. Apa yang sudah terlanjur
terjadi, maka biarkanlah terjadi. Sebab apa yang sudah terlanjur terjadi tidak
bisa dicegah dan akan menjadi satu kenangan pahit atau manis sekalipun.
Dan kini setelah menyaksikan
kejadian itu, Omah menjadi terbangun dengan terduduk seketika berwajahkan
sedikit pucat. Ia masih shock dengan kejadian yang telah terlanjur menimpanya
sembari disaksikannya tadi. Kemudian mulai melihat-lihat disekitarnya, lalu
melihat baju yang tengah ia kenakan. “Baju tidur….?”, tanyanya dan baru saja
mengetahui kalau apa yang sudah terjadi padanya juga disaksikannya tadi adalah
sebuah mimpi dari tidurnya saja. Waktu kini menunjukkan pukul lima pagi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Omah masih terbayang-bayang dengan
kejadian apa yang telah disaksikannya dari mimpinya tadi. Bahkan saat melakukan
sarapan pagi bersama, Omah sesekali melihat ke kursi tempat duduk Yusra dengan
perasaan luluh berhasrat ingin menanyakan sesuatu padanya ketika sudah pulang
nanti. Sebab Omah kini mulai merasa bingung bercampur aneh terhadap Yusra,
karna orang-orang terdekat Yusra yang sudah dikenalnya seperti menceritakan
sesuatu yang sebenarnya terjadi didalam mimpinya.
Terlebih lagi pada Yandra yang menceritakan
bahwa dirinya seperti sudah melahirkan dan kini mengandung lagi. Semakin Omah
terpaut dalam bayang-bayangan itu, sedikit demi sedikit Omah merasa tidak
percaya diri untuk segera menikahkan Yusra dengan Clara. Dan karna itu juga
Omah semakin merasa ada sesuatu yang aneh menjadi-jadi saja menghampiri
dirinya. Namun Omah bisa menahan lisannya untuk mengungkap, meski perasaannya
selalu bertanya-tanya bercampur harap.
Ketika hari sudah memasuki siang,
mamah dari Yusra berkunjung kerumah Mirza. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan
pada Mirza. Dan kebetulan hari ini Mirza sedang bebas kerja, maka dari itu
mamah dari Yusra membuat janji untuk bertemu dirumah kediaman Mirza saja.
Sementara Mirza dirumah kediamannya, sedang menimang-nimang bayi Cillo diteras
tepat didepan pintu masuk rumahnya.
Ia berdiam ditempat itu sambil
menunggu kedatangan mamah dari Yusra yang masih didalam perjalanan. Tak berapa
lama Mirza bertahan ditempat itu, mamah dari Yusra pun telah datang dengan
langsung keluar dari mobil kendaraannya memasuki pintu gerbang berjalan
menghampiri Mirza yang masih menetap ditempatnya. Kemudian Mirza beralih
menggendong bayi Cillo dengan menempelkan tubuh bayi Cillo didadanya
menghadapkannnya kebelakang.
Agar wajahnya tidak dapat dilihat
secara langsung oleh mamah dari Yusra. Mirza melakukan itu ketika baru saja
teringat jika bayi Cillo adalah seorang cucu kandung darinya. Dan untung saja
Mirza masih bisa bersikap biasa, seolah-olah tidak mengetahui apa-apa
sebelumnya. Dan kini mamah dari Yusra
sudah berhenti tepat didepan dirinya. Mirza menatap diam menunggu mamah dari
Yusra menyapanya.
“Bagaimana kabarmu hari ini ,
Mirza?”, sapanya berbahasa manja keibuan menatap Mirza.
“Alhamdulillah baik, bahkan sangat
baik daripada hari kemarin tante!”, sahutnya sopan memakai tawa kecil. Menatap
gugup.
“Tante kesini, hanya ingin
bertanya apakah ada seorang wanita lagi didalam kehidupan Yusra selain
Yandra?”, mamah dari Yusra langsung mengatakan tujuannya. Mirza memilih berdiam
sejenak memikirkan yang telah disampaikan mamah dari Yusra padanya.
Sementara Yandra yang hampir saja
keluar dari samping rumah menuju halaman, menjadi berhenti seketika karna tak
sengaja melihat keduanya. Lalu beralih untuk mengintip mereka secara diam-diam
dengan bersembunyi dibalik tiang samping rumahnya. “Mirza, apa kau sudah
mengingat sesuatu?”, sambung lagi mamah dari Yusra menanyakan. Mirza menggeleng
karna benar-benar tidak mengetahui. “Mirzara?”, sambung lagi mamah dari Yusra
berbahasa tegas menatap Mirza.
Mirza menjadi terkejut seketika,
sedangkan bayi Cillo masih tenang dalam pelukannya. Yandra mulai merasa tegang
sebab baru saja didengarnya kalau nama dirinya telah disebut oleh mamah dari
Yusra. “Terakhir, Yusra mengatakan Mirzara padaku? Apakah Yusra pernah
bercerita tentang Mirzara padamu?”, sambungnya lagi semakin menanyakannya.
Mirza merasa hampir kehabisan akal untuk menjawab beberapa buah pertanyaannya
tadi. Kemudian memberanikan untuk menjawabnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Tidak tante, Yusra tidak pernah
bercerita tentang itu! Mirzara, yang aku tau itu adalah nama adikku! Adikku yang
kini sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak!”, Mirza berkata menolak halus
menyembunyikan yang sebenarnya. Mamah dari Yusra pun langsung merasa puas
dengan jawaban yang baru saja didengarnya dari mIrza. Lalu tangan kanannya
membelai kepala belakang bayi Cillo yang masih digendong Mirza membelakanginya.
“Kalau begitu, biar tante saja
yang mencaritahu sendiri!”, katanya lagi dengan melepaskan belaiannya. Menatap
lega. Begitupun Mirza yang sudah beranafas lega setelah diberi beberapa buah
pertanyaan darinya yang bagi dirinya begitu menegangkan hingga menjadi kaku
untuk memberi jawaban. Kemudian mamah dari Yusra berkata pamit, lalu berbalik
pergi menuju ke mobil kendaraannya yang terparkir didepan pintu gerbang.
“Mamah, sudah berhasil menyentuh
kepala belakang anakku! Secara tidak sengaja dan tidak disadari olehnya, mamah
sudah berhasil berkontak langsung dengan cucu kandungnya!”, bisik Yandra
setelah melihatnya tadi. Lalu menatapi mamah dari Yusra yang masih terlihat
sedang berjalan menghampiri mobil kendaraannya. Kemudian beralih menghampiri
Mirza yang masih berdiri ditempatnya, usainya melihat mamah dari Yusra sudah
pergi dengan kendaraannya.
Kemudian berkata, “Jangan sampai
mamah melihat wajah dari Cillo! Wajah Cillo sangat mirip dengan wajah kecil Yusra
dulu, Mora yang telah lama memberitahuku tentang itu!”, tegurnya tegas menatap
Mirza ketika sudah berhenti disampingnya. Mirza baru melihat kepadanya. “Kak
Mir jangan terpedaya dengan kata-katanya tadi! Karna mamah berkata seolah-olah
tidak mengetahui, tapi sebenarnya dia begitu mengetahui!”, sambung Yandra
mengutarakan isi pemikirannya.
Mirza menggelengkan kepalanya
menatap diam, mengisyaratkan kalau apa yang telah dikatakannya tadi adalah
salah. “Kak Mir, darimana mamah tau tentang Mirzara kalau bukan Yusra yang
memberitahu! Mamah telah berbohong, sesungguhnya dia sudah mengetahui kalau
Mirzara itu, aku! Dan alasannya kesini
hanya ingin memastikannya langsung ke kak Mir! Bukankah sangat bohong, kalau
Yusra tidak menceritakan jika Mirzara itu adalah aku, seorang adik dari
Mirza!”, penjelasan Yandra tegas.
“Kakak tidak mau percaya, saat ini
kakak tidak mau mempercayai kata-katamu!”, Mirza mulai berbicara dengan
membentak kecil. “Dan kakak mohon, kamu jangan tanyakan ataupun berbicara
tentang ini lagi! Sebab kakak tidak ingin mendengarkannya apalagi
menyahutnya!”, Mirza menunjukkan ketidak sukaannya dengan berbicara pelan namun
menegaskan.
“Kakak jahat, ternyata kakak lebih
sayang pada Yusra daripada adiknya sendiri! Mirzara tidak menyesal karna telah
kembali kesini, tapi Mirzara sesal dengan persahabatan kakak sama Yusra!”,
Yandra mengutarakan rasa cemburunya menatap sedih.
Mirza yang sudah mendengarnya juga
melihatnya, bersikap pura-pura marah besar dengan langsung memasuki kedalam
rumah membawa bayi Cillo. Yandra yang yang sudah meihatnya bersikap seperti itu
menjadi menangis kecil meratapinya, karna tidak mengetahui kalau Mirza hanya
berpura-pura. Kemudian terdengar suara pesawat sedang melintas diudara melewati
kediamannya, secara reflek Yandra pun melihat ke pesawat itu dengan terpana,
mendadak terdiam tanpa sebab.
Kemudian teringat pada Yusra yang
belum mengabarinya, sehingga Yandra tetap bertahan untuk tidak memberitahu
Yusra kalau dirinya sudah melakukan program bayi tabung kemarin. Yandra
terpaksa memilih bertahan untuk tidak memberitahunya sebelum Yusra pulang
kembali ke Jakarta, sebab nomor ponselnya masih diblokir oleh Yusra. “Miss
komunikasi! Sepertinya harus ada sesuatu yang akan aku lakukan setelah itu!”,
bisiknya kecil masih melihat pesawat itu sambil tersenyum optimis.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar