Esoknya
tepatnya pada malam hari, pertemuan keluarga Yusra dengan keluarga calon istri
yang telah dijodohkan Omah benar diadakan disebuah restaurant. Mereka duduk
bersama memakai meja bundar dengan Yusra duduk berhadapan ke calon istrinya.
Seorang wanita yang diodohkan padanya kini terlihat cantik, berasal dari keluarga
yang berkelas pula. Dan mereka semua mulai berbincang-bincang sebagai awal
pengenalan dari kedua keluarga.
Seorang wanita yang dijodohkan
dengannya pergi bersama mama dan papanya. Sedangkan Yusra pergi bersama mamah
dan Omah sebab kakaknya tidak ikut pulang ke Indonesia seperti mamah dan Omah.
Kini Yusra sedang memandangi wanita dihadapannya itu memberi senyuman ketika
wanita itu memandang dirinya. Dan wanita itupun memberi senyuman balik padanya.
Keduanya bertatapan sedikit canggung, karna baru pertama kali bertemu bertatap
muka.
Kemudian papa dari wanita itu
meminta Yusra untuk mengajak putrinya berdansa sembari memberi kesempatan
mereka berdua untuk saling berbicara secara empat mata. Yusra yang sudah
mendengarnya langsung beranjak dari duduknya menghampiri wanita itu. Sedangkan
wanta itu masih duduk melihat Yusra yang sudah berdiri sembari mengulurkan
tangannya mengajaknya untuk berdansa bersama. Mereka berdua kembali bertatapan
hingga wanita itu menggapai tangan Yusra.
Dan lalu mereka bersama beranjak
dari tempatnya dengan Yusra menuntunnya layaknya seorang Pangeran membawa
Cinderella mengajaknya untuk berdansa bersama. Kedua keluarga yang melihat
keduanya pun mulai terkagum-kagum sendiri. sementara mereka berdua yang sudah
berhenti, Yusra menghadapkan dirinya ke wanita itu dengan memegang pinggulnya
menatap biasa. Dan wanita itu dengan rasa canggungnya menaruhkan kedua
tangannya didada Yusra.
Mereka mulai berdansa kecil,
menggunakan gerakan kekanan dan kekiri sambil berbicara melakukan sebuah
pengenalan. “Hei cantik! Siapa namamu?”, Yusra memulainya dengan memujinya
dahulu lalu menanyakan nama darinya.
“Aku, Clara! Dan kamu?”, sahut wanita
itu yang mengaku namanya adalah Clara. Masih menatap canggung, menanyakan
balik.
“Apa alasan darimu menerima
pertemuan dua keluarga ini?”, tanya Yusra seperti mewawancarainya saja. Masih
menatap biasa.
“Agar mama dan papa, bisa mengenal
Omah dan mama darimu secara leluasa! Mereka merencanakan pertemuan dua keluarga
ini sudah lama, tetapi baru bisa tercapai dan mewujudkannya sekarang! Apa, kamu
bahagia dengan ini?”, Clara memberi penjelasan. Berlanjut menanyakannya.
“Entahlah, setidaknya aku bisa
berpura-pura bahagia! Karna belajar menerima, itu memerlukan waktu!”, keluh
Yusra dalam menjawabnya. Namun ketika Yusra akan mengungkapnya panjang lebar, Clara
memotongnya.
“Tidak bisa secara spontan, karna
kita belum pernah saling mengenal sebelumnya!”, Clara meluruskan ungkapan
darinya.
Yusra yang mendengarnya menjadi
tersenyum, karna apa yang akan diungkapnya lagi telah dikatakan oleh Clara.
“Yusra? Sekarang aku memiliki teman baru yang bernama Yusra!”, sambung lagi
Clara memakai senyuman. Yusra berhenti dari dansanya, begitupun Clara. Kemudian
Yusra berbisik ditelinga Clara mengatakan, “Anggap saja aku teman barumu! Bukan
seseorang yang telah dijodohkan denganmu!”, bisikkan Yusra meluluhkan hati
Clara yang awalnya berprasangka negative terhadapnya.
Usainya membisikkan kata tersebut,
Yusra kembali menatapnya memberi senyuman mesra. begitupula Clara baru saja
memberi senyuman lalu menjadi tertawa kecil padanya, menatap bahagia. Dan
mereka berdua kembali berdansa mulai menunjukkan sebuah kemesraan. Kedua
keluarga mereka yang melihat keduanya menjadi semakin terkagum-kagum, mengira
jika keduanya sudah saling menyukai.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esoknya,
Mora pergi kebandara tuk menjemput Mirza dan Eisya yang kabarnya pada hari ini
mereka berdua akan pulang kembali ke Indonesia. Dan kinipun mereka bertiga
telah bertemu dalam satu lokasi kemudian saling menyapa satu dengan yang
lainnya. Disaat mereka masih saling menyapa satu dengan yang lainnya, tiba-tiba
saja Mirza bertanya sesuatu pada Mora yang mengejutkannya seketika.
“Yusra kok tidak ikut denganmu
menjemput kami berdua? Apakah dia lupa atau memang tidak ingin?”. Mirza
menanyakan keberadaan Yusra. Menatap tanya. Mora terdiam sesaat melihat
padanya.
“Semenjak kepergian kalian berdua
ke London, juga terakhir gue menjenguk dia dirumah sakit! Gue sama dia gak ada
kontak lagi! Dia seperti menjauh, bahkan pada personal mesenggernya pun dia
tidak menuliskan sesuatu! Statusnya cuma sibuk!”, Mora menceritakannya.
“Lalu bagaimana dengan sidang
perceraian itu?”, Eisya bertanya menatap penasaran.
“Yusra telah menjatuhkan talak
satu kepada Yandra! Namun Yandra menolaknya dengan akan menjatuhkan talak tiga kepada
Yusra, dan itu dijanjikan oleh Yandra pada delapan bulan kemudian! Tapi yang bikin
gue merasa heran, mengapa Yusra mengalihkan tuntutan perceraiannya kepada
Yandra?”, Mora semakin menceritakan melihat keduanya. Mengungkap tanyanya
sendiri.
“Itu berarti, sidang perceraian
akan dilakukan kembali setelah Yandra melahirkan tanpa sepengetahuan Yusra dan
keluarganya! Yandra cermat sekali dalam masalahnya!”, Eisya menyambung merasa
aneh baru menyadari.
Melihat pembicaraan keduanya,
Mirza pun menyambungnya. “Dan untuk Yusra, sepertinya dia mulai merasakan ada
sesuatu yang mungkin itu adalah….?”, belum sempat Mirza meluruskan kata
sambungnya tiba-tiba dipotong oleh Eisya dan Mora yang berkata serentak. Eisya
dan Mora bersama berkata, “Cinta!!!!”, dengan serentak menegaskan pula melihat
ke Mirza. Mirza yang sudah mendengar kata sahutan dari keduanya pun menjadi
terdiam mengangguk resah, Eisya dan Mora menertawainya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Dikantornya,
Yusra sedang memeriksa beberapa dokumen membelakangi meja kerjanya, tepaynya
sedang berdiri dibelakang kursi kerjanya. Kemudian dengan tiba-tiba ada
seseorang yang menutup kepalanya dengan menggunakan plastik hitam dari balik
dirinya. Lalu seseorang itu menyeret dirinya secara paksa membawa dirinya duduk
kembali dikursi meja kerjanya. Usainya seseorang itu menduduki Yusra dikursi
kerjanya, seseorang itupun pergi melepaskannya.
Sementara Yusra masih berdiam
dengan kepalanya masih tertutup plastik hitam, dirinya masih berdiam pasrah
seperti tadi. Dan kini ia mulai membuka plastik hitam itu berniat akan memarahi
seseorang yang telah berani perlakukan dirinya seperti tadi. Namun apa yang
telah diniatinya itu menjadi terhenti, sebab pelakunya adalah Mirza. Mirza yang
tertawa melihat padanya sambil melipatkan kedua tangannya didadanya.
“Surprise!!!!!”, Mirza mulai
berkata masih tertawa. Sedangkan Yusra masih terdiam menahan kagetnya,
melihatnya.
“Kapan lo pulang ke Indonesia?”,
tanya Yusra terbangun dari kagetnya.
“Hari ini, sebelum gue ada didepan
lo!”, Mirza menjawabnya masih tertawa memakai canda.
Kemudian Mirza menyambung katanya
lagi sedikit memakai tatapan serius, “Nanti malem kita ngumpul dicafe biasa,
ok!!!!”, ajak Mirza. Yusra mulai tertawa sambil anggukkan kepalanya. Lalu
dengan tiba-tiba Mirza dengan jahilnya memberantakan beberapa dokumen dimeja
kerja Yusra, kemudian berlari pergi meninggalkan ketika dilihatnya Yusra
melihat dingin kepadanya karna ulahnya. Dan kini Yusra melihat-lihat beberapa
dokumen yang sudah berantakan, bersiap akan merapihkannya lagi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Malampun
tiba, dicafe yang telah dijanjikan tadi oleh Mirza ke Yusra, kini sudah
didatangi Yusra bersama Mirza dengan sudah duduk pada satu buah meja saling berhadapan.
mereka sedang menunggu kedatangan Mora dan Eisya. Sementara Eisya dan Mora yang
telah tiba dicafe tersebut masih dikejauhan, mulai saling membisikkan sesuatu
melihat ke Yusra yang belum melihat kepada mereka berdua dikejauhan, begitupula
Mirza yang masih menunggu kedatangan keduanya.
Kemudian
keduanya berjalan menghampiri mereka dengan berpencar, Eisya mengarah ke Mirza
sementara Mora mengarah ke Yusra. Dan kini Eisya telah bersama mereka berdua
dengan duduk disamping Mirza, begitupun Mora yang langsung duduk dipangkuan
kanan dari Yusra. Seketika Yusra menjadi terkejut melihat padanya, begitupula
Mora padanya sambil membisikkan sesuatu.
“Malam ini aku telah bersikap
seperti Yandra atau tidak? Maksudnya apa?”, Yusra mengujar bisikkan darinya
melihat dingin ke Mora. Menanyakan balik. Mora yang masih duduk dipangkuan
kanannya pun menjadi kaget dibuatnya, menatap diam. “Kamu mau pindah dengan
duduk disebelah gue, atau mau gue jorokin kelantai?”, sambung Yusra lagi menegurnya
masih menatap dingin.
Mora pun terpaksa berdiri dari
pangkuannya, lalu beralih duduk disampingnya melihat ke Eisya mengisyaratkan
bahwa rencana mereka telah gagal.
“Bagaimana kalau kita bermain
tanya jawab!”, Mirza berkata mengalihkan suasana. Mora dan Eisya menjadi hening
melihat ke Yusra. Sementara Yusra baru saja melihat keduanya lalu berhenti
melihat ke Mirza. Kemudian Yusra melihat ke Mora sambil berkata, “Sebelumnya
gue minta maaf! Karna gue tadi kaget melihat lo tiba-tiba duduk dipangkuan
gue!”. Mora menggeleng memberi senyuman. Dan mereka akan memulai permainan
tanya jawab.
“Yusra? Siapa nama teman baru
lo?”, Mirza memulai melihat ke Yusra.
“Clara!”, jawab singkat Yusra
sambil tersenyum canda.
“Tunanganmu jelek apa ganteng?”,
sambung Mora melihat ke Eisya.
“Samar-samar!”, jawab Eisya sambil
tertawa kecil. Begitupun Mora.
“Yandra itu adalah?”, Mirza
mengalihkan tawa keduanya dengan bertanya lagi ke Yusra tentang Yandra. Melihat
ke Yusra.
“Cin….?”, baru saja akan terucap
Yusra langsung menutup mulutnya sendiri. Mirza dan Eisya dibuat hening
melihatnya. Namun tidak dengan Mora.
“Yandra itu adalah….cintanya…..?”,
Mora akan meluruskan. Yusra beralih akan cepat menutup mulut Mora namun Mora
menahan tangannya. “Yandra itu adalah cintanya Yusraaaaaaa!”, sambung Mora
berkata dengan cepat lalu mensorakinya. Mirza dan Eisya pun menjadi tertawa terhadap
mereka berdua. “Dan kamu, siapa yang sedang kamu cintai saat ini?”, balas
Yusra. Mora tertawa berbisik melihat kebawah.
Dan kemudian dengan tiba-tiba ada
seseoorang yang menyambung menjawab pertanyaan dari Yusra. Seseorang itu
menyebut nama Mora dari jawabannya. Mirza, Eisya dan Yusra beralih pandangannya
keseseorang yang telah menyambung itu. Sedangkan Mora baru saja melihat
keseseorang itu, dan ternyata seseorang itu adalah Fachri. Fachri yang kini
telah duduk disamping Mora. “Kamu cantik pada malam ini Mora!”, sapa Fachri
dengan menatap senyum.
Mora pun tersenyum memalingkan
pandangannya ke mereka bertiga. “Gue yang minta Fachri kesini! Biar makin rame
aja!”, Yusra baru berkata memberitahu Mora. Mora melihat ke Yusra kembali
memberi senyuman menahan rasa canggungnya karna kedatangan Fachri yang secara
tiba-tiba. Dan kemudian pelayan café mendatangi mereka dengan membawa makanan
yang sudah dipesan sebelumnya.
Dan kini mereka semua beralih
untuk makan malam bersama meniadakan apa yang sempat terjadi tadi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar