Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #16

Tiga minggu kemudian. . . .

                Saat hujan sedikit deras turun dimalam hari, ada seorang pemuda berpakaian rapi dengan jas berwarna putih sedang memanjati pintu gerbang rumah kediaman Mora. usainya memanjati pintu gerbang rumah kediaman, pemuda itupun mulai berjalan pelan akan menghampiri pintu masuk rumah kediaman Mora sembari akan mengetuknya pula. Namun langkah pemuda tersebut menjadi terhenti saat sudah berada dihadapan pintu masuk rumah kediaman Mora, masih berdiri dihalaman.
Sebab ia telah mendapati rumah kediaman Mora telah kosong, dimana lampu didalam rumah kediaman Mora tersebut tampak mati gelap gulita. “Dimana Mora?”, tanya pemuda itu berbisik dihati. Kemudian berpaling untuk berteduh dibawah pohon besar tepatnya diarah kanan masih dihalaman rumah kediaman Mora. Pemuda itu juga menunggu kedatangan Mora yang dipikirnya kini sedang berada diluar rumah.   
Setelah beberapa saat berlalu, Mora baru saja memasuki rumahnya dengan melewati pintu gerbang rumahnya dengan berlari kecil hingga menginjak keteras rumahnya, berdiri seketika didepan pintu masuk rumahnya. Keadaannya sudah setengah basah, dan petir mulai terdengar dimana-mana begitupun hujan yang semaikin menjadi deras saja. Disaat dirinya akan membuka kunci pintu rumahnya, tiba-tiba saja ia menjadi terhenti lalu secara reflek menjadi berbalik kebelakang.
Kemudian dilihatnya ada seorang pemuda yang tadi sedang berjalan menghamprinya perlahan. Dikegelapan malam, Mora dapat melihatnya namun tidak jelas. Dan ketika pemuda itu mulai menginjak teras rumahnya, mulailah wajah dari pemuda itu terlihat sedikit jelas. “Siapa kamu?”, tanya Mora seketika mulai merasa cemas. Pemuda itu baru saja berhenti berjarak tiga langkah didepannya. Tanpa pemuda itu menjawab pertanyaan darinya, Mora sudah mengetahui wajah dari pemuda itu.
“Fachri?”, Mora mulai memanggil nama pemuda itu dengan tanya sedikit kaget. Pemuda itu adalah Fachri yang telah dikabarkan hilang sejak tiga minggu lalu. Lalu Mora teringat dengan kata dalam doa pengharapannya, “Tuhan, jika nanti ia telah datang menemuiku dengan keadaan dirinya seperti semula kala! Maka aku akan melayani-Mu dengan menjadi seorang biarawati!”. Kemudian Mora memalingkannya dengan mempersilahkan Fachri untuk masuk kedalam rumahnya bersamanya.
Dan kini mereka berdua telah duduk bersama diruang tamu, dengan minuman teh hangat dimeja. Fachri sedang mencoba meminum teh hangat masih dengan pakaiannya yang basah. Sedangkan Mora hanya melihatnya bingung. Pikirnya mengapa Fachri yang telah lama dikabarkan hilang, bisa datang kembali secara tidak terduga dikediamannya sendiri dan tepat disampingnya kini.
“Fachri, siapa yang telah menyelamatkanmu?”, Mora mencoba menanyainya berharap Fachri akan menceritakannya. Fachri berhenti dari minum tehnya, masih memegang gelasnya meiihat lurus kedepan.
“Arus air diperairan Indonesia! Kala itu aku hanya mengikuti arusnya, hingga aku tergeletak dipinggir sungai disebuah pedesaan! Aku tidak sadarkan diri kala itu, lalu ketika aku terbangun aku sedang berada disebuah gubuk milik warga!”, Fachri mulai menceritakannya sedikit lalu meminum kembali teh hangatnya.
“Jadi, kau telah menyembunyikan dirimu dipedesaan itu? Kau tau, kami disini sangat cemas dalam memastikan nasibmu akibat kejadian hilangnya sebuah helicopter yang sedang kau tumpangi! Dan sekarang, kau malah santai menunjukkan dirimu didepan mataku, tepat disampingku!”, Mora sedikit terbawa emosi. Fachri menjadi menolehkan wajahnya melihat kepadanya. Sedangkan Mora mulai tertuntuduk melihat kebawah.
“Maaf, bila aku telah berbuat seperti ini kepada kalian semua! Tapi yang sebenarnya, aku trauma untuk kembali ke Jakarta menunjukkan diriku! Karna kecelakaan itu, merupakan kecelakaan yang pertama aku alami! Bahkan sampai sekarangpun, aku masih terbayang-bayang dengan kecelakaan itu!”, Fachri mengungkap apa yang dirasakannya sejak masih bersembunyi dipedesaan.
Mendengar ungkapan darinya, Mora menjadi sedikit tau alasan mengapa Fachri memilih untuk bersembunyi dipedesaan. Kemudian Mora menyuruhnya untuk beristirahat dikamar tamu dirumahnya karna tidak mungkin Fachri pulang pada malam ini yang semakin larut semakin deras saja hujannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Pagi harinya, Mora bangun lebih awal hanya untuk menyiapkan sarapan untuk Fachri. Karna kebetulan jika asisten rumahnya sedang mengambil cuti pulang kampung. Pagi ini Mora memasak bubur ayam agar tidak memakan waktu lama dalam memasaknya serta akan menyajikannya. Sementara Fachri baru saja terbangun pada pukul lima lewat tiga puluh menit langsung bergegas dikamar mandi untuk segera mandi didalam kamar tamu rumah kediaman Mora.
Setelah duapuluh menit berlalu, Fachri telah usai dari mandinya dan kini sedang memakai pakaiaannya kembali. Dihirupnya aroma parfum yang menyegarkan pakaiannya itu, padahal telah diingatnya jika ia memakai pakaiannya itu dari hari kemarin sebelum tiba dikediaman Mora. “Ini pasti Mora yang melakukannya! Dia melakukannya sewaktu aku masih sibuk dikamar mandi!”, bisiknya kecil sambil tersenyum kecil.
Tanpa diketahui langsung olehnya memang Mora yang telah melakukannya sesaat Fachri masih dikamar mandi. Mora melakukannya dengan mencoba memasuki kamar tamu rumahnya usainya menyelesaikan memasak bubur ayam didalam dapur rumahnya. Dan kini Mora sedang duduk dimeja makan menanti Fachri datang kepadanya untuk melakukan sarapan bubur ayam bersama.

Setelah tigapuluh menit kemudian. . . .

                Fachri pun kini sedang menuruni anak tangga, melangkah berusaha menghampiri Mora yang mungkin sedang menunggu dimeja makan, pikirnya seketika. Sementara Mora masih ditempat yang sama mulai merasa bosan menunggu kedatangan Fachri kepadanya. Dan kini Mora telah melihat Fachri sedang berjalan menghampirinya didepan matanya. Mora mulai merasakan pesona dari Fachri, namun menyembunyikannya dengan menatap sedikit tegang.
                Dan Fachri pun kini telah duduk dihadapannya sambil memandangi bubur ayam yang telah disajikan oleh Mora. “Bubur ayam? Ini adalah sarapan pagi disetiap hariku sebelum pergi kerumah sakit untuk bekerja kembali!”, Fachri langsung mengomentari masih melihat ke bubur ayam lalu berhenti melihat ke Mora. Mora langsung menjadi tersenyum karna merasa begitu dihargai oleh Fachri, menatap sedikit berseri-seri. “Alangkah baiknya jika kau menjamahnya dulu!”, perintah Mora mempersilahkan.
                Fachri mengangguk menuruti perintahnya dengan menjamah bubur ayam persembahannya sedikit, lalu kembali melihat ke Mora. Mora mulai menatap sedikit tegang kembali menunggu komentar darinya. “It’s delicious! Kamu sangat pintar dalam memilih koki bayaran untuk memasak bubur ayam ini!”, komentar Fachri menyukai bubur ayam yang disajikan namun sangat berbalik. Mora yang sedikit terkejut hanya tersenyum tidak menceritakan yang sebenarnya, memalsukan tatapannya yang ceria.
                Dan kini mereka berdua bersama menikmati bubur ayam tersebut dengan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan. Keduanya menikmati bubur ayam dengan keheningan, kemudian saling berbicara ketika sudah menghabiskan bubur ayamnya.
                “Hari ini, aku mau bertemu dengan atasanku untuk permisi padanya! Aku juga akan menceritakan semuanya agar beliau tidak salah paham padaku! Dan mungkin ada jumpa pers yang akan ditayangkan secara live ditelevisi! Jadi aku mohon, rahasiakan dulu kedatanganku kembali dari yang lain!”, ujar Fachri melihat serius padanya.
“Iya, Fachri! Nanti kamu saja yang mengendarai mobilku! Maksudku, kau yang mengantarkanku kekantor tempatku bekerja! Dan setelah itu, kau pakai saja agar tidak ada yang mengganggumu!”, sahut Mora penuh pengertian padanya karna sudah mengerti maksud darinya.
Usainya mereka berdua saling berbicara, mereka berduapun beralih untuk pergi mengikuti apa yang telah keduanya bicarakan tadi. Hari ini mereka berdua tampak setengah akrab, tidak berseteru justru ada sebuah pengertian dari keduanya. Setelah tiga minggu lebih tidak saling bertatap muka, juga miss komunikasi seolah-olah mengubah pandangan dari keduanya yang kini telah menjadi sedikit pengertian. Seperti saling menahan ego masing-masing bila ada yang tidak berkenan.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sore harinya, Mora baru saja keluar dari dalam kantornya dan kini sedang berada dilobby kantornya. Ia baru saja akan menelepon Fachri untuk segera menjemput dirinya, namun ketika akan meneleponnya terdengar suara klakson mobil diarah kanannya. Sontak Mora menjadi terkejut lalu melihat kearah kanannya. Dan dilihatnya pula mobil yang telah membunyikan suara klakson itu berhenti didepannya. Mobil itu adalah mobil miliknya sendiri yang telah dikendarai Fachri.
Sementara Fachri yang masih berada didalam mobil sebagai pengendara, membuka kaca mobil kiri bagian depan sembari melihat Mora diarah kirinya sambil tersenyum menyapa. Sedangkan Mora menjadi tersenyum segan lalu memasuki mobilnya dengan duduk didepan bersebelahan. Dan Fachri pun mulai mengendarai lagi mobilnya menuju kerumah kediamannya sendiri. Disaat dalam perjalanan, Mora teringat pada nama lengkap Fachri, yaitu Fachri Santiago.
Dan Mora akan bertanya tentang asal usul dari nama lengkap Fachri tersebut, dari situlah mereka berdua akan saling berbicara berdurasi sedikit panjang. “Fachri Santiago? Nama lengkapmu sungguh unik!”, Mora memulai dengan menolehkan kepalanya melihat ke Fachri. Fachri menjadi tersenyum masih fokus berkendara melihat lurus kedepan. “Apakah, kau telah dilahirkan dari dua orang yang berbeda keyakinan?”, sambung Mora.
Fachri tersenyum kembali dengan menggeleng mengisyaratkan tidak. Mora memalingkan wajahnya melihat lurus kedepan kembali. “Aku terlahir akibat dari kekerasan seksual, yang telah dialami oleh almarhumah ibuku pada duapuluh dua tahun yang lalu!”, Fachri mulai menceritakan masih melihat lurus kedepan. Begitupula Mora menunjukkan sifat cueknya. “Ibuku yang mengandung juga yang melahirkanku! Dan ayahku, yang bertugas merawatku hingga aku menjadi seperti yang sekarang ini!”.
Fachri menceritakannya lagi masih dengan keadaan yang sama. Mora menolehkan kepalanya melihat ke Fachri beniat akan lebih mendengarkan. “Ayah dan ibuku tidak pernah menikah! Suatu hari sebelumnya, ibuku mengalami kekerasan seksual disebuah angkot pada malam hari! Dan setelah kejadian itulah aku tumbuh dirahimnya!”, Fachri menceritakan tentang ibunya.
Mora menjadi terdiam akan lebih mendengarkan. “Sebenarnya aku tidak memiliki ayah! Namun aku masih beruntung, bisa memiliki sosok ayah angkat yang begitu menjagaku!”, Fachri akan memulai menceritakan tentang ayahnya. Tiba-tiba menjadi berhenti berkendara namun kemudian berkendara lagi karna tiba-tiba saja terjebak macet. “Ibu? Sejak usia berapa kau ditinggal oleh ibumu?”, Mora mulai menanyainya menatap penuh tanya. Fachri baru menolehkan kepalanya melihat kepadanya. 
“Saat hari tibanya aku akan dilahirkan, ibuku mengalami komplikasi! Dikala itu ia harus memilih untuk menyelamatkanku, atau menyelamatkan dirinya sendiri! Hingga pada akhirhya, ibuku lebih berjuang untuk menyelamatkanku! Dan menyerah untuk menyelamatkan dirinya sendiri!”, Fachri menceritakan perjuangan ibunya dalam menyelamatkan dirinya sendiri.
“Lalu, bagaimana dengan ayah angkatmu?”, Mora menanyakan tentang ayahnya. Fachri mulai tersenyum haru masih melihat padanya.
“Ayah tidak tega melihat diriku yang hanya sebatang kara! Sebelum ibu meninggal, ayah permisi untuk mengadopsi diriku yang kala itu masih bayi untuk mengenal perpisahan! Bahasa yang ayah tunjukkan sangat tulus, sehingga ibu mau menyetujuinya! Tapi ketika ibu baru mengetahui kalau ayah adalah seorang kristiani, ibu mulai berpesan untuk mengislamkan diriku! Itu adalah permintaan ibu yang terakhir sebelum ia meninggal! Dan aku tambah beruntung, karna ayah angkatku mengabulkannya!”.
Mora yang sudah mendengar cerita darinya dengan seksama menjadi tersenyum lalu berkata, “Pantas saja nama lengkapmu, Fachri Santiago!”, dengan tertawa kecil mencoba menceriakan suasana. Fachri pun menjadi ikut tertawa masih menahan keharuannya namun tetap melihat ceria ke Mora. Sedangkan Mora menjadi terdiam namun tersenyum mengingat perasaan kasihnya kepada Fachri. Dan Fachri kini mulai mengendarai mobilnya kembali karna sudah terbebas dari kemacetan.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar