Esok harinya, Yandra mendatangi
Dokter Xiau dirumah sakit yang telah dikunjunginya pada hari kemarin.
Sesampainya dirumah sakit dan sudah bertemu dengan Dokter Xiau diruangannya,
Yandra langsung mengatakan bahwa dirinya menyetujui untuk melakukan program
bayi tabung. Yandra juga menanyakan kapan ia akan bisa melakukan program bayi
tabung. Dan Dokter Xiau pun menjawabnya tanpa berbasa-basi dulu mengatakan,
“Saya akan usahakan pada sore nanti!”.
Yandra mengangguk mengiyakan lalu
berpamitan untuk pergi karna ada urusan lebih penting lainnya dari pada itu,
penyampaianya kepada Dokter Xiau. Secara sengaja Yandra merahasiakan siapa yang
lebih penting dari melakukan program bayi tabung itu. Namun siapa yang lebih
penting sama dengan siapa yang telah bekerja sama dengan Dokter Xiau mengenai
program bayi tabung, dan siapa itu adalah Yusra. Dan kini Yandra sedang dalam
perjalanan menuju kantor Yusra berniat menemuinya.
Setelah beberapa saat berjalan, kini
Yandra telah sampai dikantor Yusra, bahkan ia juga sudah memasuki kedalam
kantor menuju keruang kerja Yusra. Setelah bersabar terus melangkah menuju
keruang kerja Yusra, akhirnya kini sudah berhenti didepan pintu ruang kerja
Yusra. Dengan percaya diri Yandra membuka pintu ruang kerja Yusra sembari
memasukinya lalu menutup pintu ruang kerjanya. Namun yang ditemuinya hanya sebuah
ruang kosong tak bertuan.
Namun tanpa diduganya, Yandra
melihat ada sepasang kaki dibawah kolong meja kerja Yusra seperti ada yang
sedang mengambil sesuatu. Yandra pun melangkah pelan mengamatinya, namun ketika
pemilik sepasang kaki itu berdiri menampakkan diri serta wajahnya. Spontan
dirinya menjadi terkejut, karna pemilik sepasang kaki tadi sempat dikiranya
adalah Yusra ternyata berbalik menjadi Mirza. Sementara Mirza menatapnya diam
sempat merasa terkejut pula.
“Sedang apa kak Mir disini?”,
tanya Yandra ingin mengetahui dengan berjalan lalu berhenti dibelakang kursi
didepan meja kerja. Mirza masih dalam sikapnya tadi. “Kak Mir, haruskah aku
menunggunya lama disini? Katakan padaku, dimana dia kak?!”, sambung tanyanya
lagi sembari meminta untuk memberitahukannya segera. Mulai bersikap tegas. Kemudian
Mirza mulai membuka suara.
“Sebelum senja datang, ungkapkan apa yang
ingin kau bicarakan padaku! Aku akan mendengarkannya selagi masih ada waktu!”,
mengulang kata yang disampaikan Yusra pada hari kemarin kepada Yandra.
“Darimana kak Mir mendengar kata
itu? Apakah secara diam-diam kak Mir telah menguping pembicaraan kami?”, tanya
Yandra seketika mengingatnya.
“Kau sudah terlalu banyak bicara!
Aku terpaksa menghentikanmu dengan sikapku yang sedemikian itu! Karna aku tidak
mau merasa kecewa karnamu sebelum aku pergi!”, Mirza menjawabnya dengan
mengulang kata yang disampaikan Yusra kepada Yandra pada hari kemarin. Yandra
yang mendengarnya lagi baru menutup kedua telinganya dengan kedua telapak
tangannya, menatap sedikit keras ke Mirza. Dan Mirza menyambung katanya lagi.
“Pada hari kemarin, Yusra mengajak
kakak untuk datang kerumahnya! Disana kami duduk bersama dihalaman depan
rumahnya! Yusra menceritakan tentang kalian berdua, perdebatan denganmu hingga
berujung pada sebuah pertengkaran denganmu! Dia begitu kecewa dalam
menceritakan apa yang telah terjadi pada kalian berdua ditaman itu! Yusra
memiih pergi meninggalkan karna tidak ingin berlama denganmu bila hanya
mendapatkan kekecewaan saja!”, tegas Mirza.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Disini aku yang ditinggalkan!
Tapi kenapa kak Mir membela dia!”, Yandra membentak kecil dengan melepaskan
kedua telapak tangannya dari menutupi kedua telinganya.
“Kakak tidak pernah mengajarkanmu
bersikap membentak seperti itu!”, Mirza membentaknya sedikit keras sehingga
membuat Yandra menjadi tertunduk menyadari kesalahannya. “Yusra tidak ada
disini, Yusra juga tidak ada dirumahnya! Bahkan bila kau mencarinya berkeliling
diseluruh tempat di Jakarta, maka usahamu itu akan sia-sia!”, Mirza memberi
penjelasan berbahasa bijak.
“Benar kan, disini yang sebenarnya
ditinggalkan itu adalah aku! Meski pada awalnya aku yang telah membuat Yusra
pergi!”, Yandra berkeluh mengakui kesalahannya. Masih tertunduk melihat
kebawah.
“Dua buah kata yang sudah kakak
sampaikan tadi, merupakan dua buah kata yang bermakna tentang sebuah perpisahan! Tak dipungkiri pula
merupakan sebuah kata pamit yang telah disampaikan Yusra dengan bahasa berbeda
hanya padamu saja!”, Mirza mulai menjelaskan yang sebenarnya. Yandra semakin
menyadari hingga menegakkan kepalanya melihat ke Mirza kembali. “Perlu kakak
beritahumu, saat ini Yusra sedang melakukan kerjasamanya dengan pak Mirzain!”,
sambung penjelasannya.
“Lalu mengapa kakak tidak
memberitahuku sebelumnya?”, Yandra mempertanyakannya.
“Yusra yang meminta kakak untuk
merahasiakannya! Dan Yusra hanya ingin membuatmu mencari dirinya setelah sudah
terpisahkan jarak seperti yang terjadi padamu dan dirinya kini!”, Mirza
menceritakan semuanya sehingga membuat Yandra mengerti.
Setelah mendengar cerita yang baru
terungkap darinya, Yandra membalikkan tubuhnya membelakangi Mirza. “Sekarang
aku sudah mengerti! Akupun sudah mengetahui apa yang harus aku lakukan! Soal
baik buruknya, hanya aku dan Yusra saja yang mengetahuinya!”, Yandra berkata
bijak namun menegaskannya. Usainya mengatakan itu, Yandra langsung pergi
meninggalkan ruangan Yusra. Sementara Mirza masih didalam ruangan karna
mendapat tugas mengawasi ruangan kerja dari Yusra.
Selang waktu berjalan, kini Yandra
kembali mengunjungi taman yang pada hari kemarin baru saja dikunjunginya
bersama Yusra. Ia disana sedang berlari kecil sambil mengingat kata-kata Mirza
yang menceritakan curahan hati dari Yusra. Semakin lama ia berlari, semakin
kencang hingga terhenti pada suatu tempat didalam taman itu, dimana keduanya
telah berdebat pada hari kemarin. Awalnya dirinya merasa biasa saja karna sudah
terhenti seketika dari berlarinya.
Namun ketika tidak sengaja melihat
tebing ditempat itu, Yandra tidak sengaja teringat kembali dengan perdebatannya
dengan Yusra pada hari kemarin. Sehingga berlanjut dirinya mulai terbawa kedalam
halusinasi, yaitu seperti melihat bayangan dirinya sendiri dengan Yusra yang
berdebat pada hari kemarin. Perdebatan yang terjadi pada hari kemarin seperti
terulang kembali tepat didepan matanya, berdurasi lumayan panjang.
Sehingga membuat Yandra secara mau
tidak mau harus menyaksikannya sendiri, lalu menutup kedua telinganya
menggunakan kedua telapak tangannya sendiri berharap bayangan dirinya dan Yusra
itu untuk berhenti berdebat didepannya. Hingga pada akhirnya Yandra berteriak dengan
berkata memerintahkan, “Stoooop!!!!”, dengan menjatuhkan kedua telapak
tangannya keras kebawah hingga terlepas dari menutup kedua telinganya.
Spontan bayangan dirinya dengan
Yusra pun menjadi berhenti berdebat langsung melihat kepadanya. Lalu bayangan
dirinya dengan Yusra menghilang seketika. Dan Yandra baru menyadari kalau apa
yang telah disaksikannya tadi adalah hanya dari halusinasinya saja, beralih
berbalik pergi meninggalkan tempat itu, kembali berlari sambil menangis kecil.
Sebab ia baru mengerti kalau Yusra begitu merasa kecewa atas perdebatannya yang
sudah terlanjur terjadi pada hari kemarin.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Dan Yandra kini sudah berada
dirumah kediamannya sendiri. Tepatnya lagi sedang berada didalam kamarnya
sendiri, ia sedang duduk menghadap kearah jendela kamarnya. Mulai terbawa
lamunan terbayang dua buah kata dari Yusra yang telah dikatakan oleh Yusra
sendiri. Kata yang pertama, “Sebelum senja datang, ungkapkan apa yang ingin kau
bicarakan padaku! Aku akan mendengarkannya selagi masih ada waktu!”, membuat
Yandra menangis berbisik seketika.
Kata yang kedua, “Kau sudah
terlalu banyak bicara! Aku terpaksa menghentikanmu dengan sikapku yang
sedemikian itu! Karna aku tidak mau merasa kecewa karnamu sebelum aku pergi!”,
membuat Yandra berdiri dari duduknya melihat keluar jendela tepatnya menatap
awan diatas. Semakin menangis berbisik disertai menjerit kecil bersuara. Dan
untung saja tidak ada orang yang melihat maupun mendengar bisik tangisnya.
Selang beberapa waktu berjalan,
Yandra sudah merasakan ketenangan terhenti dari tangisnya. Tiba-tiba saja
mendapat telepon dari Dokter Xiau memintanya untuk segera pergi kerumah sakit.
Sebab hari telah berganti sore menunjukkan pukul tiga dan akan dilakukannya
sebuah praktik program bayi tabung. Yandra yang sudah mengetahui maksud dari
Dokter Xiau pun mulai bergegas pergi untuk segera kerumah sakit melakukan
praktik program bayi tabung.
Dan pada malam harinya, Yandra
sedang berada dikamarnya, ia baru saja merebahkan tubuhnya dengan berbaring
dikasur tempat tidurnya. Karna seharian ini ia sudah banyak mengeluarkan
tenaganya, dirasanya kini. Namun ketika akan memejamkan kedua matanya untuk
tidur, tiba-tiba saja ia mengingat kata ancaman dari Yusra yang berbunyi, “Jikalau
kau tidak melakukannya! Maka aku akan membuat ketakutanmu terhadap hak asuh
bayi Cillo akan aku buat menjadi nyata!”.
Kemudian dengan spontan Yandra
menjadi terkejut sendiri hingga terbangun dengan terduduk dari rebahan
baringnya. Lalu mengambil ponselnya mencoba menghubungi Yusra. Pertama, Yandra
memakai cara menelepon Yusra secara langsung, sudah terhubung namun Yusra tidak
menjawab teleponnya. Kedua, Yandra memakai cara menelepon Yusra secara langsung
lagi. Sudah terhubung lagi namun Yusra langsung memutuskannya tanpa menjawabnya
lebih dulu.
Dan ketiga, Yandra masih memakai
cara menelepon Yusra secara langsung. Namun kini telah didengarnya ada
pemberitahuan jika nomor Yusra sedang berada diluar jangkauan alias tidak
aktif. Yandra yang sudah mengetahui, berkeluh sendiri sambil berkata,
“Bagaimana bisa aku memberitahukannya! Sepertinya nomorku sudah diblokir sama
Yusra!”. Yandra berkata seperti itu karna mempunyai feeling yang demikian.
Sementara Yusra disana, memandangi
ponselnya menyadari apa yang baru diperbuatnya terhadap Yandra. “Ada kalanya
miss komunikasi harus aku lakukan terhadapnya! Seperti dulu yang pernah dia
perbuat terhadapku!”, katanya tanpa disadari bahwa ia telah memanfaat jarak
yang jauh untuk membalas dendamnya. Dan disana Yusra menginap disebuah hotel
tempat kerjasamanya dengan pak Mirzain. Yusra disana memakai satu kamar hotel
yang sama dengan Fachri.
Namun memakai dua buah tempat
tidur berbeda, bersebelahan. Sebab satu buah kamar hotel yang mereka pilih
berisi dua buah tempat tidur, untuk dua orang pengunjung masing-masing. Dan
Yusra yang sudah memakai pakaian tidurnya, mulai merebahkan bebas tubuhnya
untuk tidur. Sebab sudah seharian dirinya menjalani tugasnya dalam bekerjasama
dentgan pak Mirzain, dan diberi waktu istirahat hanya satu jam saja dalam tiga
waktu. Satu jam untuk diwaktu Pagi, siang, dan sore.
Sementara pada malamnya dilakukan
setelah maghrib berakhir hingga pada pukul Sembilan malam. Kemudian berlanjut pada
esok paginya pada pukul delapan pagi usai melakukan sarapan pagi bersama dicafe
hotel tersebut. Ternyata aktivitas yang dijalani Yusra dan Fachri disana lebih
ketat daripada sebelumnya, di Jakarta semula.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar