Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #23

                Esoknya, saat hari baru saja memasuki sore. Qiera mendapatkan telepon dari mamanya diluar negeri yang mengabarkan kalau tunangannya telah memutuskan pertunangannya. Sontak Qiera menjadi terkejut namun bisa menerimanya. Hal itu disebabkan karna tunangannya yang menyatakan sudah tidak tahan dengan sikap Qiera yang terlalu sibuk dengan keberadaannya di Indonesia. Dan Qiera dapat memakluminya karna sudah sering tunangannya menyatakan itu padanya sendiri.
Disaat dirinya akan pulang kerumah kediamannya dari kantornya, ia memutarkan kendaraannya berbalik arah dari jalan pulang kerumahnya. Ia berniat akan pergi kesuatu tempat untuk menemui Yusra, sebab ia sempat mengajak chat Yusra menanyakan sedang berada dimana dan sedang melakukan apa. Dan kini Qiera telah sampai disebuah danau akan bertemu Yusra dengan berjalan secara tergesah-gesah. Sementara Yusra disekitar danau tersebut, sedang duduk sambil mempelajari materi pekerjaan.
Kemudian Yusra menjadi terhenti sejenak dari belajarnya karna mendengar ada suara yang berteriak memanggil namanya, lalu berdiri seketika sembari melihat kearah kanannya. Ternyata yang sudah berteriak memanggil namanya tadi adalah Qiera yang kini sedang berlari kecil meghampiri dirinya. Yusra pun menjadi melangkah maju menghadap ke Qiera yang masih berlari kecil dan sedikit lagi akan sampai pada dirinya.
Dan kini Qiera telah sampai pada dirinya dengan berdiri tegak didepannya sambil bernafas terengah-engah. Yusra melihatnya kaku tak tau akan memulai kata darimana. “Yusra, pertunanganku telah diputuskan! Saat ini aku tidak tau, aku harus merasa bahagia atau tidak!”, Qiera mencurahkannya dengan menatap sedih. Sontak Yusra menjadi terkejut sehingga berubah menjadi menatap tanya, sedangkan Qiera langsung memeluknya keras usainya mencurahkan.
Yusra mulai menjadi bingung mencoba menerka sesuatu mengapa Qiera bisa diputuskan pertunangannya, sedangkan Qiera berlanjut menangis kecil dipelukannya. Kemudian Yusra teringat pada Yandra, saat mereka sedang melakukan persidangan. Yusra mengingat kembali tentang tatapan Yandra pada persidangan itu. Lalu ia berpikir, apakah Yandra akan menangis sama seperti Qiera yang saat ini sedang menangis kecil dipelukannya atau malah bahagia turut merasa lega. Tanyanya dipemikirannya.
Tiba-tiba Qiera menghadapkan wajahnya kewajah Yusra, masih memeluknya. Yusra pun menatap dirinya turut prihatin atas kesedihannya. “Apa kau mau berjanji untuk selalu memberi tubuhmu, disaat aku sedang berada dalam kesedihan seperti sekarang ini?”, Qiera menanyakan kesetiaannya. Yusra mengedipkan kedua matanya sekali kepadanya. “Aku berharap, kau akan tetap sama! Kau akan selalu menjadi sahabatku bukan?”, sambung Qiera mengungkap tanya pengharapannya.
Lalu Qiera memeluknya kembali, kembali juga menangis kecil setelah berkata mencoba menegarkan dirinya sendiri tadi pada Yusra. Sementara Yusra baru saja teringat dengan kata Mirza yang mengatakan, “Love is your wife!”. Dan lalu ia mulai berbisik dihatinya, “Now, my ex is my best friend! And is out there, my love is my wife!”, dengan membiarkan Qiera memeluk dirinya dan dirinya baru memeluk Qiera bermaksud memulihkannya dari kesedihannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
               
 Sementara dikejauhan disekitar keberadaan keduanya, terlihat Fachri sedang berjalan-jalan pula disekitar keberadaan keduanya. Kemudian pandangan Fachri tak sengaja melihat keduanya sedang duduk bersama, dengan Qiera yang bersandar manja dipundak Yusra. Sementara Yusra masih mempelajari materi pekerjaannya buat persentasenya pada esok hari. Fachri yang masih memandangi mereka berdua dengan masih berjalan biasa.
Diam-diam Fachri telah memperhatikan sehingga menimbulkan rasa sedikit cemburu pada kebersamaan keduanya. Lalu disaat yang sama Fachri mengingat kata Qiera yang menanyakan bahwa dirinya sudah memiliki pacar atau belum, sewaktu Qiera masih dalam perawatan dirumah sakit tempatnya telah bekerja. Kemudian Fachri berpaling dari mereka berdua dengan berbalik pergi kearah semula dimana ia telah berjalan tadi.
Dan disaat dalam perjalanannya masih mencoba berpaling dari mereka berdua, Fachri menyempatkan dirinya untuk mengeluh dalam doanya memakai perasaan sedikit terganggu karna kecemburuan yang semakin menyertainya. “Ya Allah! Aku tidak pernah merasakan ini! Aku merasa telah jatuh hati kepada dua hati, kepada dua orang wanita yang sudah aku kenal pula!”, bisiknya dihati berdoa begitu mengeluhkan.
Dan kini yang menjadi pemikiran Fachri adalah bagaimana bisa ia akan memantapkan hatinya. sementara yang baru disadarinya kini bahwa ia telah jatuh pada dua hati, pada dua orang wanita yang sudah dikenalnya pula. Dirinya tidak bisa memutuskan, apakah harus meninggalkan Mora lalu menerima Qiera yang mungkin tidak lama lagi baginya akan membuat dirinya jatuh cinta. Sepertinya dalam hal yang baru disadarinya kini akan menjatuhkannya kedalam sebuah kedilemaan, pikirnya.

Dan disepertiga malam. . . .

                Fachri menghampar sajadah menghadap kearah kiblat, ia akan segera memulai sholat tahajud. Sholat tahajud yang tak pernah tertinggal dilakukannya sebelum bergegas untuk tidur menghabiskan malam, melepas rasa lelah hanya tuk sesingkat waktu saja. Namun ia tidak pernah mengeluh walaupun pada setiap harinya ia hanya dapat tidur dalam waktu tiga sampai empat jam saja. Semua itu karna ia terlalu menghargai pengabdiannya sebagai seorang Dokter.  
                Dan bila rasa kantuk, rasa lelah serta rasa malas menghampiri dirinya. Ia hanya bisa beristighfar, dengan mengingat perjuangannya sebelum menjadi seorang Dokter yang sukses seperti sekarang kini. Karna pada cerita awalnya sebelum menjadi Dokter, ia sempat mengikuti sebuah kompetisi Hafiz Qur’an yang berhadiah sebuah beasiswa untuk memasuki kuliah kedokteran sampai lulus. Awalnya ia sangat ragu untuk meraih hadiah beasiswa tersebut, namun dengan kerja kerasnya ia dapat meraihnya.
                Fachri tidak hanya berniat menghafal Al-Qur’an untuk meraih beasiswa itu saja, namun setelahnya ia selalu mengamalkannya dengan membaca Al-Qur’an sembari menguji kehafalannya sendiri. Dan itu dapat dilakukannya ketika sedang menikmati waktu luangnya sendiri. Fachri pun hingga kini berpikir bahwa ia harus mempertahankan pahala dari menghafal Al-Qur’an, karna sangat sayang sekali bila pahala dari menghafal Al-Qur’an hilang begitu saja dari dirinya.
Dan dari keperibadian dirinya itulah yang membuat Fachri menjadi orang yang sangat religius. Dirinya memakai cara hidup dengan agama nomor satu, pengabdiannya sebagai seorang Dokter nomor dua, dan nomor selanjutnya urusannya diduniawi.  Meskipun jarang tertampak dimata orang-orang yang mengenalnya bahwa Fachri sebenarnya adalah peribadi yang sangat religius. Pribadinya itu memang jarang tertampak namun itulah pribadinya yang sebenarnya.
Dan kini Fachri sedang melakukan sholat istikharah, usainya melakukan sholat tahajud. Saat ketika sudah melakukan sholat istikharah, ia akan berdoa dengan duduk bersimpuh memohon ampunan kepada sang pencipta. Didalam doanya ia memohon ampun, karna telah merasa jatuh hati kepada dua orang wanita yang sudah dikenalnya. Matanya mulai berkaca-kaca, lalu meneteskan airmatanya pada satu kedipan matanya sambil meminta petunjuk bahwa hatinya akan jatuh pada siapa diakhirnya.
Fachri tampak mengadukan tentang permasalahan dalam hatinya, hingga ia mengatakan doanya yang terakhir sebelum menyudahi sholat istikharahnya. “Ya Allah, telah kucoba membuyarkan rasaku kepada dia yang tak seiman denganku! Namun ketika aku sudah berhasil membuyarkannya, mengapa Engkau menunjukkan dia padaku! Hatiku merasa ada sebuah getaran aneh, aku terguncang seketika melihat dia sedang bersama temanku sendiri!”, kata pengaduannya yang terakhir menyudahi shalatnya.
    Dan kini Fachri melipat sajadahnya sambil mengusap airmatanya sesekali. Ia sedang menangisi tentang masalah hatinya, namun tidak bisa mengatakan kalau ia akan mencintainya. Sebab Fachri sedang menunggu jawaban dari doanya tadi sebagai petunjuk dari Tuhannya untuknya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Kini bayi Cillo sudah memasuki usia tigabelas hari, itu berarti bayi Cillo dengan pengasuhnya sudah tinggal bersama Mirza kurang lebih lima hari. Hari cepat berganti, dan Mirza yang sangat menyukai anak kecil selalu ingin cepat pulang kerumahnya hanya untuk melihat bayi Cillo. Bayi Cillo yang kini masih berada disisinya dan tinggal satu atap dengannya. Mirza begitu menyayangi bayi Cillo, sehingga begitu menyembunyikan keberadaannya dari Yusra.
Mirza yang kini sedang melakukan makan siang bersama Yusra dicafe kantornya, mendadak ia mendapatkan telepon dari pengasuh bayi Cillo. Secara kebetulan, Yusra meminta izin untuk pergi ketoilet sehingga Mirza bisa menjawab telepon dari pengasuh bayi Cillo dirumah. Didalam memulai percakapannya, pengasuh bayi Cillo itu mengatakan bahwa bayi Cillo sedang mengalami demam. Dalam satu jam, demamnya bisa berubah-ubah suhunya.
Pengasuhnya itupun meminta Mirza untuk memeriksakan demam bayi Cillo kerumah sakit, sebelum berlanjut fatal. Dan Mirza yang sudah mendengarkannya langsung mengatakan “Iya”, tetapi harus menunggunya dulu. Sebab Mirza perlu meminta izin kepada Yusra untuk pulang sebentar. Mirza pun terdiam hening usainya menerima telepon dari pengasuh bayi Cillo, ia mulai merasa cemas memikirkan kesehatan keponakan kecilnya itu.
Kemudian Yusra datang kembali dengan duduk ditempatnya sembari melihat Mirza yang terdiam hening sedikit melamun. Lalu Mirza tersadar bahwa Yusra telah datang kepadanya kembali, dengan tak sengaja melihatnya yang sudah terduduk bersamanya seketika. “Yusra, gue, mau izin ke lo untuk pulang sebentar! Karna, dirumah gue ada yang lagi gawat!”, Mirza langsung mengatakannya. Yusra pun langsung menanyakan balik, “Alasannya?”, menatap tanya.
Lalu Mirza mengatakan bahwa keponakan kecilnya dirumah sedang sakit dan harus dibawa kerumah sakit sekarang juga. Untuk lebih meyakinkannya, Mirza berjanji hanya mengantar keponakan kecilnya saja. Dan Yusra langsung memberinya izin karna ikut merasa iba atas musibah yang menimpa keponakan kecil dari Mirza. Satu kebodohan yang telah Yusra lakukan, ia tidak menanyakan keponakan kecil dari siapa yang Mirza maksudkan.
Dan kini Mirza telah sampai diparkiran mobilnya, ketika dicek dengan memasuki mobilnya. Ia baru tersadar kalau bahan bakar mobilnya sekarat, tidak mungkin bisa untuk dikendrarai dengan jarak lebih dari satu kilometer. Terpaksa Mirza keluar dari dalam mobilnya dengan menutup pintu mobilnya sedikit kesal. Lalu secara tiba-tiba Mirza melihat Yusra disamping kanannya yang baru saja berhenti dengan berdiri menghadapnya sembari memberikan kunci mobil miliknya.
“Yusra….?”, Mirza menyapanya akan menanyakan namun Yusra langsung memotongnya. Menatap tanya sedikit merasa takjub.
“Kesehatan ponakanmu nomor satu! Ambil kunci ini dan segera kendarai mobilku!”, Yusra memberikan jalan keluar dengan menatap iba.
“Tapi, aku tidak bisa berkendara dalam keadaan seperti ini!”, Mirza mengungkap kelemahannya karna terlalu mencemaskan kesehatan keponakan kecilnya.
Yusra menjadi terdiam sejenak, lalu mengajak Mirza untuk ikut bersamanya menuju keparkiran mobilnya. Dan yang akan mengendarai mobilnya adalah Yusra, tugas Mirza hanya menjemput keponakan kecilnya juga menunjukkan rumah sakit yang sebagai tujuan utamanya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar