Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #35

       Esok paginya, dikamar hotel tempat Yusra dan Fachri telah menginap, keduanya sedang memakai sepatu dengan duduk bersebelahan berniat akan melakukan sarapan pagi bersama dilantai dasar hotel tersebut. Namun ketika baru saja berdiri bersama, keduanya dikejutkan oleh Qiera yang secara tiba-tiba membuka pintu kamar hotel keduanya berwajahkan panik. “Kaliah harus ikut bersamaku sekarang! Ayahku sedang kritis dirumah sakit terdekat!”, ajak langsung Qiera mengatakannya panik.
Tanpa menunggu penjelasan darinya lagi, keduanya pun kini berlari bersama menghampiri Qiera. Dan setelah mereka meninggalkan kamar hotel tersebut, mereka memilih jalan menuruni anak tangga untuk cepat sampai kelantai dasar hotel dengan berlari kecil. Dan kini juga ketiganya sudah sampai kelobby hotel, berhenti sejenak lalu berlari kecil lagi menuju keparkiran dimana mobil kendaraan milik Qiera telah berada. Alasan mereka untuk berhenti sejenak karna sempat merasa bingung.

Beberapa saat kemudian. . . .

Kini mereka bertiga telah sampai pada sebuah tempat yang sebagai tujuan mereka tadi, sebuah tempat yaitu sebuah rumah sakit terdekat. Dan mereka bertigapun sudah memasuki kedalam rumah sakit mendekati ruangan dimana ayah Qiera telah dirawat secara intensif. Sesampainya diruangan dimana ayah Qiera telah dirawat, mereka bertiga menjadi berhenti serentak lagi melihat ke nama ruangan didepan pintu ruangan tersebut. Lalu mereka bertiga serentak berkata tanya, “ICCU?”.
Kemudian seorang ibu dari Qiera baru saja keluar dari ruangan tersebut, tepatnya dihadapan mereka bertiga. Mereka bertiga sudah melihat padanya, sedangkan seorang ibu dari Qiera baru melihat ke mereka bertiga menetap menatapi Qiera berwajahkan sedih.
“Sebelum kejadian ini benar terjadi, ayahmu selalu bercerita bermimpi kamu menikah bersama orang lain! Bahkan setelah pertunanganmu batal, ayahmu selalu mendapati bayangan kalau umurnya sudah mendekati akhir! Lalu pada suatu hari yang lalu, ayahmu pernah bertanya pada ibu apakah ayahmu bisa melihatmu menikah? Sementara bayangan tentang umurnya yang sudah mendekati akhir, terus membayanginya!”, ibunya bercerita yang sama sekali tidak diketahui olehnya. Menatap sedih.
“Ibu jangan mempercayainya! Itu hanyalah sebuah hasutan dari bisikkan nakal kepada ayah! Ayah akan tetap hidup, sampai Qiera bisa memberikan seorang cucu sebagai penerus ayah!”, bantah Qiera merasa begitu sedih hingga meneteskan airmata. Menatap cemas.
“Sampaikanlah kata-katamu itu pada ayah! Mungkin bisa menjadi obat untuk mengembalikan keinginan ayah, untuk menjalani hidup kembali! Sebab ibu rasa, keadaan ayah kini semakin lemah dan berbeda dari yang dulu!”, perintah ibunya memohon sambil mencurahkannya. Qiera yang mendengar curahan, ungkapan dan perintah permohonan dari ibunya. Menjadi terhenti dari tangis kecilnya sejenak, lalu melihat ke Fachri disambung melihat ke Yusra.
Sementara Fachri dan Yusra melihat ke ibu dari Qiera yang semakin tampak sedih. Dan kemudian Dokter yang menangani ayah Qiera keluar dari ruangan tersebut menemui mereka, mengatakan kalau ayah Qiera sudah siuman dan bisa diajak bicara namun tidak boleh sampai membuatnya stress. Qiera yang mendengarnya pun merasa bahagia langsung mengajak ibunya untuk memasuki ruangan ICCU, agar bisa segera berbicara dengan ayahnya.
Sementara Fachri dan Yusra telah tertinggal masih berdiri didepan ruang ICCU. Yusra yang bergejolak ingin menjenguk ayah Qiera, mulai melangkahkan kakinya namun dihentikan Fachri dengan menegurnya. Yusra pun terpaksa berhenti lalu melihat ke Fachri. “Hanya dua orang saja yang boleh menjenguk pasien diruang ICCU! Kalau saja kau mengerti apa kata dari Dokter tadi, maka kau sudah mengerti untuk yang kedua kalinya dariku!”, kata Fachri mengingatkannya.
Kemudian Fachri mengajak Yusra untuk duduk ditempat duduk yang telah dissediakan dibelakang mereka, dan kini mereka telah duduk bersama berdiam diri menatapi ruang ICCU didepannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Setelah sepuluh menit kemudian, Qiera membuka pintu ruangan ICCU sambil mengatakan bahwa ayahnya ingin berbicara dengan mereka berdua, Yusra dan Fachri yang sudah berdiri dari duduknya. Namun tidak dikatakan olehnya bahwa detak jantung ayahnya setiap menit menurun menjauhi angka normal, jantung ayah Qiera melemah secara perlahan. Dan kini mereka berdua telah berada didalam ruangan ICCU bersama Qiera dan kedua orang tuanya.
Didalam ruangan ICCU, Yusra berdiri bersejajar dengan Qiera dan ibunya. Sementara Fachri berdiri sendiri disamping ayah Qiera sambil mengontrol detak jantungnya pada monitor disampingnya. Sifat Fachri sebagai orang Dokter ditunjukkannya tanpa disengaja. Ayah Qiera yang sudah merasa lengkap karna kehadiran mereka semua, akan berbicara dengan pandangannya mengarah ke Yusra.
“Yusra, terimakasih kau sudah mau singgah kesini untuk menjengukku! Bukankah tidak seharusnya saya mengganggumu dalam pekerjaanmu yang masih berjalan bukan?”, ayah Qiera berkata sungkan.
“Tidak ayah! Bagaimanapun ayah dulu pernah Yusra anggap, sebagai ayah Yusra juga!”, Yusra membantah kata sungkan darinya memberinya semangat.
“Saya ingin, melihat Qiera menikah sekarang juga didepanku! Saya ingin menyaksikan momen ijab qabul pada pernikahan Qiera, sekarang pula! Jadi, apa kau mau bersedia menikahi Qiera?”, ayah Qiera mengungkap keinginannya. Qiera, Yusra dan Fachri menjadi terkejut seketika secara bersamaan menatapi ayah Qiera. “Bukan Yusra ayah, tapi dia?”, Yusra menolak lalu menunjuk Fachri didepannya. Fachri menjadi terkejut kedua kalinya melihat Yusra, lalu melihat ke ayah Qiera lagi.
Sementara ayah Qiera baru saja melihat ke Fachri. Dan Qiera mulai menceritakan singkat tentang Fachri. “Dulu, ada seorang Dokter bernama Fachri yang telah mengoperasi Qiera dengan kedua tangannya sendiri! Dari situ Qiera mulai berteman baik dengannya, ayah! Dan kemarin sewaktu Qiera baru sampai di Jakarta, tepatnya masih dibandara Dokter Fachri menjemput Qiera dengan langsung berniat ingin mengajak Qiera kejenjang pernikahan!”, singkat ceritanya menjelaskan perlahan.
Ibu dan ayahnya yang sudah melihat padanya, berharap Qiera untuk bercerita lagi. “Dan, Dokter Fachri yang telah Qiera ceritakan tadi, adalah yang kini ada disisi kiri ayah! Dia telah sibuk memperhatikan monitor detak jantung ayah, itu karna sifatnya sebagai seorang Dokter telah tidak sengaja ditunjukkannya!”, sambung Qiera menjelaskan semuanya. Yusra menjadi terharu menahan airmatanya agar tidak terjatuh melihat kebawah, begitupun Fachri yang masih menatapi ayah Qiera.
Kemudian ayah Qiera meminta Qiera dan Fachri untuk berwudhu, agar bisa melakukan sebuah ijab qabul sekarang juga didepan dirinya. Dan Fachri, Qiera menurutinya dengan menuju ketoilet segera. sementara ibunya dan Yusra menjaga ayahnya diruangan ICCU. Setelah beberapa menit berlalu, kini Fachri dan Qiera sudah kembali keruangan berdiri secara bersejajar dengan ibunya juga Yusra disisi kanan ayahnya.
Melihat kesiapan dari keduanya, ayah Qiera memberikan tangan kanannya kepada Fachri dan Fachri langsung menggapainya hingga terjadilah sebuah penjabatan tangan antara keduanya. Dan ayah Qiera akan memulai ijab qabul untuk keduanya. “Ikuti saya Fachri! Saya nikahkan engkau pada putriku bernama Qiera Syam bin Qadir Syam, dengan sebuah tanggung jawab untuk selalu membimbingnya menuju surga-Nya!”.
Ayah Qiera menuntunnya karna mahar yang pada umumnya belum dipersiapkan sebelumnya. “Saya terima nikahnya putrimu bernama Qiera Syam bin Qadir Syam dengan sebuah tanggung jawabku untuk selalu membimbingnya menuju surga-Nya!”, Fachri berhasil mengucapkannya dengan satu nafas. Setelahnya ayahnya dan Fachri melepaskan tangannya, berlanjut berdoa mengucapkan rasa syukur. Begitupun dengan Qiera, ibunya juga Yusra.
Kemudian dilanjuti dengan Qiera mencium tangan Fachri dan Fachri berbalas mencium keningnya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Seketika Fachri teringat saat menikahi Mora dulu, dihadapan jenazah mediang ayah Mora. Dan dalam hitungan tiga menit kebahagiaan itu berlangsung, mendadak ayah Qiera hampir mendekati kondisi gagal jantung. Qiera yang langsung merasa shock menyaksikannya memeluk ibunya menangis kecil, sementara Fachri membantu Dokter untuk menyelamatkan ayah Qiera yang kini baru saja menjadi ayah mertuanya. Dan Yusra berbalik membelakangi memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Setelah beberapa saat berusaha menyelamatkannya, Dokter dan Fachri pun merasa begitu lelah terpaksa memberitahu kalau ayah Qiera sudah meninggal. Yusra yang sudah mendengarnya menjadi berbalik melihat ayah Qiera yang sudah menjadi jasad, teringat dengan kematian papahnya dulu yang juga terjadi dihadapannya. Lalu dilihatnya Qiera yang semakin menangis dipelukan ayahnya, dan juga Fachri yang juga meneteskan airmatanya menatapi jasad ayah mertuanya.
Melihat mereka yang masih terdiam dalam kesedihan, Yusra beralih dengan melipatkan kedua tangan almarhum ayah Qiera dari sisi kiri almarhum. Dan ketika Yusra akan menutupi wajah dari almarhum, Qiera mengatakannya jangan dulu sebab merasa tidak rela wajah almarhum ayahnya akan ditutup. “Semua yang masih bernyawa, akan kembali pada-Nya!”, Fachri berkata menenangkannya lalu membawa Qiera keluar dari ruang ICCU memalingkannya dari jasad almarhum ayahnya.
“Tutup saja, Yusra! Ibu sudah ikhlas!”, perintah ibu Qiera kepada Yusra. Yusra pun mulai menutupinya kembali hingga yang tertampak sekarang hanya sebuah selimut putih tak bernoda. Setelah beberapa saat berlalu, waktupun kini memasuki sore hari. Dan tepatnya nanti setelah beberapa pelayat yang hadir melakukan sholat ashar bersama dikediaman Qiera, berlanjut mensholati jenazah almarhum ayah Qiera.
Maka akan segera dilakukan sebuah pemakaman almarhum ayah Qiera ditempat pemakaman umum terdekat. Sebab ayah Qiera berpesan pada hari-hari sebelumnya, kalau dirinya tidak ingin diperlambat untuk dimakamkan ketika Tuhan sudah memanggilnya. Dan kini almarhum ayah Qiera sudah dimakamkan, begitupun dengan mereka semua yang sedang menaburkan bunga dipusaranya. Qiera masih meneteskan airmatanya dalam masih menaburkan bunga dipusara almarhum ayahnya.
 namun ia sudah sedikit mengikhlaskannya setelah Fachri menghiburnya dengan berada disampingnya selalu sedari masih berada dirumah sakit tadi. Yusra yang ikut merasa kehilangan, mulai berdoa menatapi pusara almarhum ayah keduanya itu, bagi dirinya. “Papah, kini Yusra telah merasa kehilangan kedua kalinya tentang sosok orangtua laki-laki! Ayah telah berpulang seperti papah dulu! Semoga papah dan ayah, mendapat tempat yang terindah disisi-Nya!”, doa tulusnya berbisik dihati.
Kemudian dimalam harinya, Yusra baru bisa memberi kabar kepada Mirza, Eisya dan Mora bahwa ayah dari Qiera telah meninggal pada pukul satu siang tadi. Dan baru dimakamkan pada pukul tiga lewat tigapuluh menit tadi. Dan disaat bersamaan, mereka menerima pesan dari Yusra yang mengabarkan demikian itu. Sontak ketiganya pun menjadi terkejut sesaat lalu mengucapkan kata, “innalillahi wainnailahirojiun”, secara bersamaan pula didalam kamar dikediaman masing-masing.
Sementara Qiera yang sudah berbaring dikasur tempat tidurnya, sedang melihat album foto yang ada gambar almarhum ayahnya dengan ditemani Fachri yang juga berbaring disampingnya. Keduanya kini sudah menjadi sepasang suami istri dan sudah dihalalkan untuk tidur bersama, karna malam ini adalah malam pertama mereka.
“Fachri, sebelum ayah menghembuskan nafas terakhirnya! Ayah telah memberikan kebahagian padaku, begitupun ayah menitipkan kebahagiannya pada kita berdua!”. Ungkap Qiera menolehkan kepalanya menatap ke Fachri, Fachri yang sudah menatapnya lebih dulu akan menyahut kata darinya.
“Iya, kita sudah berhasil memberi suatu kebahagiaan untuknya! Dan kini, mungkin ayah sudah tersenyum dimalam pertamanya dialam kubur!”, Fachri berbahasa bijak menyemangatkan Qiera.
Kemudian mereka berdua menjadi tersenyum saling bertatapan mesra, mereka baru saja memulai menikmati malam pertamanya. Lalu Qiera beralih untuk tidur disisi kiri pelukan Fachri teramat manja, dan Fachri memeluknya sembari membelai rambutnya hingga Qiera menjadi tertidur dalam belaiannya. Untuk pada malam pertama mereka, mereka melakukan aktivitas sepasang pengantin baru dengan tidur bersama saja karna masih berduka lagipula belum sehari merasakan kehilangan.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar