Esok paginya, dikamar hotel tempat Yusra dan Fachri
telah menginap, keduanya sedang memakai sepatu dengan duduk bersebelahan
berniat akan melakukan sarapan pagi bersama dilantai dasar hotel tersebut.
Namun ketika baru saja berdiri bersama, keduanya dikejutkan oleh Qiera yang
secara tiba-tiba membuka pintu kamar hotel keduanya berwajahkan panik. “Kaliah
harus ikut bersamaku sekarang! Ayahku sedang kritis dirumah sakit terdekat!”,
ajak langsung Qiera mengatakannya panik.
Tanpa menunggu penjelasan darinya
lagi, keduanya pun kini berlari bersama menghampiri Qiera. Dan setelah mereka
meninggalkan kamar hotel tersebut, mereka memilih jalan menuruni anak tangga
untuk cepat sampai kelantai dasar hotel dengan berlari kecil. Dan kini juga
ketiganya sudah sampai kelobby hotel, berhenti sejenak lalu berlari kecil lagi
menuju keparkiran dimana mobil kendaraan milik Qiera telah berada. Alasan
mereka untuk berhenti sejenak karna sempat merasa bingung.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini mereka bertiga telah sampai
pada sebuah tempat yang sebagai tujuan mereka tadi, sebuah tempat yaitu sebuah
rumah sakit terdekat. Dan mereka bertigapun sudah memasuki kedalam rumah sakit
mendekati ruangan dimana ayah Qiera telah dirawat secara intensif. Sesampainya
diruangan dimana ayah Qiera telah dirawat, mereka bertiga menjadi berhenti
serentak lagi melihat ke nama ruangan didepan pintu ruangan tersebut. Lalu
mereka bertiga serentak berkata tanya, “ICCU?”.
Kemudian seorang ibu dari Qiera
baru saja keluar dari ruangan tersebut, tepatnya dihadapan mereka bertiga.
Mereka bertiga sudah melihat padanya, sedangkan seorang ibu dari Qiera baru
melihat ke mereka bertiga menetap menatapi Qiera berwajahkan sedih.
“Sebelum kejadian ini benar
terjadi, ayahmu selalu bercerita bermimpi kamu menikah bersama orang lain!
Bahkan setelah pertunanganmu batal, ayahmu selalu mendapati bayangan kalau
umurnya sudah mendekati akhir! Lalu pada suatu hari yang lalu, ayahmu pernah
bertanya pada ibu apakah ayahmu bisa melihatmu menikah? Sementara bayangan
tentang umurnya yang sudah mendekati akhir, terus membayanginya!”, ibunya
bercerita yang sama sekali tidak diketahui olehnya. Menatap sedih.
“Ibu jangan mempercayainya! Itu
hanyalah sebuah hasutan dari bisikkan nakal kepada ayah! Ayah akan tetap hidup,
sampai Qiera bisa memberikan seorang cucu sebagai penerus ayah!”, bantah Qiera
merasa begitu sedih hingga meneteskan airmata. Menatap cemas.
“Sampaikanlah kata-katamu itu pada
ayah! Mungkin bisa menjadi obat untuk mengembalikan keinginan ayah, untuk
menjalani hidup kembali! Sebab ibu rasa, keadaan ayah kini semakin lemah dan
berbeda dari yang dulu!”, perintah ibunya memohon sambil mencurahkannya. Qiera
yang mendengar curahan, ungkapan dan perintah permohonan dari ibunya. Menjadi
terhenti dari tangis kecilnya sejenak, lalu melihat ke Fachri disambung melihat
ke Yusra.
Sementara Fachri dan Yusra melihat
ke ibu dari Qiera yang semakin tampak sedih. Dan kemudian Dokter yang menangani
ayah Qiera keluar dari ruangan tersebut menemui mereka, mengatakan kalau ayah
Qiera sudah siuman dan bisa diajak bicara namun tidak boleh sampai membuatnya
stress. Qiera yang mendengarnya pun merasa bahagia langsung mengajak ibunya
untuk memasuki ruangan ICCU, agar bisa segera berbicara dengan ayahnya.
Sementara Fachri dan Yusra telah
tertinggal masih berdiri didepan ruang ICCU. Yusra yang bergejolak ingin
menjenguk ayah Qiera, mulai melangkahkan kakinya namun dihentikan Fachri dengan
menegurnya. Yusra pun terpaksa berhenti lalu melihat ke Fachri. “Hanya dua
orang saja yang boleh menjenguk pasien diruang ICCU! Kalau saja kau mengerti
apa kata dari Dokter tadi, maka kau sudah mengerti untuk yang kedua kalinya
dariku!”, kata Fachri mengingatkannya.
Kemudian Fachri mengajak Yusra
untuk duduk ditempat duduk yang telah dissediakan dibelakang mereka, dan kini
mereka telah duduk bersama berdiam diri menatapi ruang ICCU didepannya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Setelah sepuluh menit kemudian,
Qiera membuka pintu ruangan ICCU sambil mengatakan bahwa ayahnya ingin
berbicara dengan mereka berdua, Yusra dan Fachri yang sudah berdiri dari
duduknya. Namun tidak dikatakan olehnya bahwa detak jantung ayahnya setiap
menit menurun menjauhi angka normal, jantung ayah Qiera melemah secara
perlahan. Dan kini mereka berdua telah berada didalam ruangan ICCU bersama
Qiera dan kedua orang tuanya.
Didalam ruangan ICCU, Yusra
berdiri bersejajar dengan Qiera dan ibunya. Sementara Fachri berdiri sendiri
disamping ayah Qiera sambil mengontrol detak jantungnya pada monitor
disampingnya. Sifat Fachri sebagai orang Dokter ditunjukkannya tanpa disengaja.
Ayah Qiera yang sudah merasa lengkap karna kehadiran mereka semua, akan
berbicara dengan pandangannya mengarah ke Yusra.
“Yusra, terimakasih kau sudah mau
singgah kesini untuk menjengukku! Bukankah tidak seharusnya saya mengganggumu
dalam pekerjaanmu yang masih berjalan bukan?”, ayah Qiera berkata sungkan.
“Tidak ayah! Bagaimanapun ayah
dulu pernah Yusra anggap, sebagai ayah Yusra juga!”, Yusra membantah kata
sungkan darinya memberinya semangat.
“Saya ingin, melihat Qiera menikah
sekarang juga didepanku! Saya ingin menyaksikan momen ijab qabul pada
pernikahan Qiera, sekarang pula! Jadi, apa kau mau bersedia menikahi Qiera?”,
ayah Qiera mengungkap keinginannya. Qiera, Yusra dan Fachri menjadi terkejut
seketika secara bersamaan menatapi ayah Qiera. “Bukan Yusra ayah, tapi dia?”,
Yusra menolak lalu menunjuk Fachri didepannya. Fachri menjadi terkejut kedua
kalinya melihat Yusra, lalu melihat ke ayah Qiera lagi.
Sementara ayah Qiera baru saja
melihat ke Fachri. Dan Qiera mulai menceritakan singkat tentang Fachri. “Dulu,
ada seorang Dokter bernama Fachri yang telah mengoperasi Qiera dengan kedua
tangannya sendiri! Dari situ Qiera mulai berteman baik dengannya, ayah! Dan
kemarin sewaktu Qiera baru sampai di Jakarta, tepatnya masih dibandara Dokter Fachri
menjemput Qiera dengan langsung berniat ingin mengajak Qiera kejenjang
pernikahan!”, singkat ceritanya menjelaskan perlahan.
Ibu dan ayahnya yang sudah melihat
padanya, berharap Qiera untuk bercerita lagi. “Dan, Dokter Fachri yang telah
Qiera ceritakan tadi, adalah yang kini ada disisi kiri ayah! Dia telah sibuk
memperhatikan monitor detak jantung ayah, itu karna sifatnya sebagai seorang
Dokter telah tidak sengaja ditunjukkannya!”, sambung Qiera menjelaskan
semuanya. Yusra menjadi terharu menahan airmatanya agar tidak terjatuh melihat
kebawah, begitupun Fachri yang masih menatapi ayah Qiera.
Kemudian ayah Qiera meminta Qiera
dan Fachri untuk berwudhu, agar bisa melakukan sebuah ijab qabul sekarang juga
didepan dirinya. Dan Fachri, Qiera menurutinya dengan menuju ketoilet segera.
sementara ibunya dan Yusra menjaga ayahnya diruangan ICCU. Setelah beberapa
menit berlalu, kini Fachri dan Qiera sudah kembali keruangan berdiri secara
bersejajar dengan ibunya juga Yusra disisi kanan ayahnya.
Melihat kesiapan dari keduanya,
ayah Qiera memberikan tangan kanannya kepada Fachri dan Fachri langsung
menggapainya hingga terjadilah sebuah penjabatan tangan antara keduanya. Dan
ayah Qiera akan memulai ijab qabul untuk keduanya. “Ikuti saya Fachri! Saya
nikahkan engkau pada putriku bernama Qiera Syam bin Qadir Syam, dengan sebuah
tanggung jawab untuk selalu membimbingnya menuju surga-Nya!”.
Ayah Qiera menuntunnya karna mahar
yang pada umumnya belum dipersiapkan sebelumnya. “Saya terima nikahnya putrimu
bernama Qiera Syam bin Qadir Syam dengan sebuah tanggung jawabku untuk selalu
membimbingnya menuju surga-Nya!”, Fachri berhasil mengucapkannya dengan satu
nafas. Setelahnya ayahnya dan Fachri melepaskan tangannya, berlanjut berdoa
mengucapkan rasa syukur. Begitupun dengan Qiera, ibunya juga Yusra.
Kemudian dilanjuti dengan Qiera
mencium tangan Fachri dan Fachri berbalas mencium keningnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Seketika Fachri teringat saat
menikahi Mora dulu, dihadapan jenazah mediang ayah Mora. Dan dalam hitungan
tiga menit kebahagiaan itu berlangsung, mendadak ayah Qiera hampir mendekati
kondisi gagal jantung. Qiera yang langsung merasa shock menyaksikannya memeluk
ibunya menangis kecil, sementara Fachri membantu Dokter untuk menyelamatkan
ayah Qiera yang kini baru saja menjadi ayah mertuanya. Dan Yusra berbalik membelakangi
memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
Setelah beberapa saat berusaha
menyelamatkannya, Dokter dan Fachri pun merasa begitu lelah terpaksa
memberitahu kalau ayah Qiera sudah meninggal. Yusra yang sudah mendengarnya
menjadi berbalik melihat ayah Qiera yang sudah menjadi jasad, teringat dengan
kematian papahnya dulu yang juga terjadi dihadapannya. Lalu dilihatnya Qiera
yang semakin menangis dipelukan ayahnya, dan juga Fachri yang juga meneteskan
airmatanya menatapi jasad ayah mertuanya.
Melihat mereka yang masih terdiam
dalam kesedihan, Yusra beralih dengan melipatkan kedua tangan almarhum ayah
Qiera dari sisi kiri almarhum. Dan ketika Yusra akan menutupi wajah dari
almarhum, Qiera mengatakannya jangan dulu sebab merasa tidak rela wajah
almarhum ayahnya akan ditutup. “Semua yang masih bernyawa, akan kembali
pada-Nya!”, Fachri berkata menenangkannya lalu membawa Qiera keluar dari ruang
ICCU memalingkannya dari jasad almarhum ayahnya.
“Tutup saja, Yusra! Ibu sudah
ikhlas!”, perintah ibu Qiera kepada Yusra. Yusra pun mulai menutupinya kembali
hingga yang tertampak sekarang hanya sebuah selimut putih tak bernoda. Setelah
beberapa saat berlalu, waktupun kini memasuki sore hari. Dan tepatnya nanti
setelah beberapa pelayat yang hadir melakukan sholat ashar bersama dikediaman
Qiera, berlanjut mensholati jenazah almarhum ayah Qiera.
Maka akan segera dilakukan sebuah
pemakaman almarhum ayah Qiera ditempat pemakaman umum terdekat. Sebab ayah
Qiera berpesan pada hari-hari sebelumnya, kalau dirinya tidak ingin diperlambat
untuk dimakamkan ketika Tuhan sudah memanggilnya. Dan kini almarhum ayah Qiera
sudah dimakamkan, begitupun dengan mereka semua yang sedang menaburkan bunga dipusaranya.
Qiera masih meneteskan airmatanya dalam masih menaburkan bunga dipusara
almarhum ayahnya.
namun ia sudah sedikit mengikhlaskannya
setelah Fachri menghiburnya dengan berada disampingnya selalu sedari masih berada
dirumah sakit tadi. Yusra yang ikut merasa kehilangan, mulai berdoa menatapi
pusara almarhum ayah keduanya itu, bagi dirinya. “Papah, kini Yusra telah
merasa kehilangan kedua kalinya tentang sosok orangtua laki-laki! Ayah telah
berpulang seperti papah dulu! Semoga papah dan ayah, mendapat tempat yang
terindah disisi-Nya!”, doa tulusnya berbisik dihati.
Kemudian dimalam harinya, Yusra
baru bisa memberi kabar kepada Mirza, Eisya dan Mora bahwa ayah dari Qiera
telah meninggal pada pukul satu siang tadi. Dan baru dimakamkan pada pukul tiga
lewat tigapuluh menit tadi. Dan disaat bersamaan, mereka menerima pesan dari
Yusra yang mengabarkan demikian itu. Sontak ketiganya pun menjadi terkejut
sesaat lalu mengucapkan kata, “innalillahi wainnailahirojiun”, secara bersamaan
pula didalam kamar dikediaman masing-masing.
Sementara Qiera yang sudah
berbaring dikasur tempat tidurnya, sedang melihat album foto yang ada gambar
almarhum ayahnya dengan ditemani Fachri yang juga berbaring disampingnya.
Keduanya kini sudah menjadi sepasang suami istri dan sudah dihalalkan untuk
tidur bersama, karna malam ini adalah malam pertama mereka.
“Fachri, sebelum ayah
menghembuskan nafas terakhirnya! Ayah telah memberikan kebahagian padaku,
begitupun ayah menitipkan kebahagiannya pada kita berdua!”. Ungkap Qiera
menolehkan kepalanya menatap ke Fachri, Fachri yang sudah menatapnya lebih dulu
akan menyahut kata darinya.
“Iya, kita sudah berhasil memberi
suatu kebahagiaan untuknya! Dan kini, mungkin ayah sudah tersenyum dimalam
pertamanya dialam kubur!”, Fachri berbahasa bijak menyemangatkan Qiera.
Kemudian mereka berdua menjadi
tersenyum saling bertatapan mesra, mereka baru saja memulai menikmati malam
pertamanya. Lalu Qiera beralih untuk tidur disisi kiri pelukan Fachri teramat
manja, dan Fachri memeluknya sembari membelai rambutnya hingga Qiera menjadi
tertidur dalam belaiannya. Untuk pada malam pertama mereka, mereka melakukan
aktivitas sepasang pengantin baru dengan tidur bersama saja karna masih berduka
lagipula belum sehari merasakan kehilangan.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar