Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #32

        Kini hari sudah memasuki siang, Yandra yang baru saja memberikan beberapa berkas yang tertinggal dirumahnya sendiri milik Mirza kepada Mirza diruang kerjanya. Tiba-tiba saja mendapat telepon dari seorang Dokter memintanya untuk segera menemuinya disebuah rumah sakit, usainya memberikan beberapa berkas kepada Mirza. Secara mau tidak maupun Yandra berpamitan dengan Mirza untuk bergegas pergi menuju kesebuah rumah sakit.
Setelah beberapa saat kemudian, Yandra telah tiba dirumah sakit dan tepatnya lagi sudah duduk bersama seorang Dokter wanita didalam ruangan Dokter tersebut. Ternyata seorang Dokter yang memintanya untuk bertemu secara tiba-tiba adalah seorang Dokter yang pernah menanganinya dulu. Tepatnya seorang Dokter yang telah mendukungnya untuk memberi berita bohong kepada Yusra, bahwa dirinya telah mengalami keguguran sehingga Yusra dapat mempercayainya, sewaktu dulu.
Setelah saling menyapa karna sudah lama tidak bertemu, mereka berduapun akan berbicara, berdiskusi.
“Mirzara, apakah itu adalah sebuah nama baru darimu? Sebab seseorang telah memberitahuku tentang nama itu serta asal-usulnya!”, Dokter itu menyinggungnya lebih dulu. Yandra menatap bingung, kaku.
“Iya, nama itu adalah sebuah nama saat diriku kecil dulu! Namaku sebenarnya adalah Mirzara Ratu, namun kini aku telah dikenal dengan nama Yandra!”, penjelasan Yandra masih menatap bingung, Kaku.
“Saya meminta anda untuk menemui saya disini, karna ada sebuah tujuan yang harus saya lakukan! Dan ini juga atas permintaan dari seseorang! seseorang itu tidak mengancamku, justru seseorang itu mengajakku untuk membersihkan pengabdianku dari kecurangan yang pernah aku lakukan sewaktu dulu!”, Dokter itu berkata menjelaskan namun bersifat teka-teki.
“Setiap orang pasti mempunyai tujuannya masing-masing! Kalau boleh aku mengetahuinya segera, katakan padaku dan berupa apakah itu?”, Yandra mencoba merayunya untuk mengatakannya secara bijak.
“Seseorang yang pernah ada bersamamu sewaktu anda sedang berada diruang UGD rumah sakit ini, dia memintaku untuk melakukan penyuntikan cairan sperma yang akan berjalan memasuki Rahim! Dan anda tidak perlu cemas, karna saya mendahulukan untuk meminta persetujuan dari anda!”, Dokter mulai menjelaskan tujuannya namun masih bersifat teka-teki. Sejenak Yandra berdiam sambil berpikir, melihat kebawah dan tampak ada kegelisahan kecil.
“Sedari tadi, Dokter telah berkata “Seseorang”! Demi menghormati keluhan dari pasien terutama saya sendiri! katakan siapakah seseorang itu?”, Yandra bertanya setelah beberapa menit berpikir dengan penuh percaya diri kembali menatap Dokter itu. Dokter itupun langsung menjawabnya berbalas penuh percaya diri pula menatap Yandra.
“Baiklah, seseorang itu adalah Yusra?”. Spontan Yandra menjadi amat terkejut karna keterbukaan dari Dokter itu mengenai seseorang yang telah ditanyakannya tadi.
Sejenak Yandra kembali berpikir, apa tujuan Yusra melakukan sedemikian itu padanya. Sebab setahu dirinya Yusra tidak bersikap yang mengarah kearah sesuatu yang baru saja diketahuinya kini. Kemudian Yandra kembali berkata, “Saya akan memberi persetujuan dari saya atau tidak! Setelah saya mengonfirmasi pada Tuan Yusra mengapa beliau melakukan yang demikian ini pada saya!”, ungkapnya menunjukkan emosinya.
Kemudian lagi Yandra berpamitan untuk pergi karna dirasanya sudah cukup mengenai perbincangannya dengan Dokter tersebut. Dan kini tujuan utamanya adalah akan menemui Yusra segera, sebab Yusra lah sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan yang sedang melandanya kini.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sore harinya, ada cerita lain pada Fachri. Fachri menganggap sore ini pada hari ini pula, adalah hari bersejarah dalam soal asmaranya. Setelah tak terhitung berapa lama ia sendiri namun diam-diam telah menanti seseorang. masih tersadar dalam pemikirannya, bahwa ia telah lama terpaksa tuk berpisah. Namun dihari saatnya untuk menjemput maka ia akan menjemputnya membawa serta rasa-rasanya. Fachri, secara rahasia alias tidak dapat diketahui oleh orang-orang disekitarnya.
Bahwa kini ia telah memiliki seorang bidadari. Fachri memang begitu mendambakan kecantikan bidadari-bidadari yang bermukim disurga, dan didunia ia telah menemukan bidadari yang semakin hari semakin membuatnya jatuh cinta walaupun jarak masih memisahkan. Dan tepat pada hari ini disore hari, Fachri membenarkan dirinya akan menjemput bidadari didunianya. Siapakah bidadari yang dimaksud oleh Fachri, ia sudah lama merahasiakannya dan sore kini baru akan mengungkap rahasianya.
Sementara disana, dibandara Soekarno Hatta banyak orang berdatangan dari beberapa kota diluar Jakarta termasuk Qiera. Dan kini Qiera telah berjalan seorang diri sambil membawa koper dilobby bandara, ia sedang berusaha mencari seseorang yang bertugas menjemputnya dibandara. Bukan seorang supir tetapi seorang berdasi yang rela membagi waktu kerjanya untuk menjemput dirinya. Dan kini Qiera menjadi terhenti dari langkahnya seketika baru saja melihat seseorang berjalan menujunya.
Qiera menjadi tersenyum melihatnya, namun ketika seseorang yang masih berjalan menujunya itu semakin dekat Qiera perlahan meniadakan senyumannya. Sebab ia baru mengingat kalau seseorang itu belum menjadi miliknya. Dan kini seseorang itupun baru berhenti dihadapannya. Seseorang itu adalah Fachri yang datang padanya tidak memakai jas Dokter, hanya kemeja disertai dasinya saja. Dalam beberapa saat mereka saling bertatapan memakai wajah teramat kaku.
Tak berapa lama kemudian, Yandra muncul dibalik Fachri dengan membawa bucket bunga berukuran sedang lalu berdiam disamping Fachri. “Maukah kau menjadi bidadari diduniaku?”, Yandra berkata menatap Qiera. Lalu melihat ke Fachri menyambung katanya, “Aku memang mendambakan bidadari yang bermukim disurga! Tapi kini aku telah menemukan bidadari diduniaku, yaitu kau nomor tiga dalam hidupku setelah Tuhanku, pekerjaanku!”.
Usainya mengatakan itu, Yandra kembali menatapi Qiera, berdiam. Sedangkan Fachri menjadi tersenyum kecil masih menatapi Qiera. Dan sementara Qiera memandangi keduanya curiga, Qiera telah mengira jika Yandra telah mencoba melamar Fachri didepan matanya. Bibirnya belum tampak menunjukkan senyum, otaknya masih berpikir menerka-nerka, pandangannya pun semakin tampak membingungkan. Itulah keadaan Qiera saat sudah mendengar serta sudah melihat keduanya.
Kemudian dengan tiba-tiba Qiera melihat Yusra sedang berjalan menujunya, dan kini jarak antara dirinya dengan Yusra sudah tidak jauh lagi. Melihat Yusra masih berjalan menujunya, membuat Qiera menjadi percaya diri untuk masih berdiri tegak didepan Fachri dan Yandra. Sedangkan Fachri dan Yandra masih bungkam mulai merasa aneh melihat keadaan Qiera kini, mereka berdua masih bertahan menatapi Qiera. Dan tiba-tiba mereka berdua melihat Qiera yang mulai melangkah kearah Yandra.
Lalu menjadi terkejut saat melihat Qiera memeluk seseorang, seseorang itu adalah Yusra. Dan mereka berdua sudah mengetahuinya. Sementara Yusra menjadi bingung mengapa Qiera bisa memeluknya secara tiba-tiba. “Berikan bucket bunganya padaku!”, perintah Fachri kepada Yandra. Yandra, Yusra dan Qiera pun langsung melihat padanya dengan melepas pelukannya. Sedangkan Fachri hanya menatapi Yandra menahan sesuatu.
“Aku tidak akan memberikannya padamu! Perintahmu itu, berbalik dengan konsep lamaran yang sudah lama kita rencanakan!”, Yandra berkata menolaknya. Fachri semakin menatapinya menunjukkan emosinya. Yusra dan Qiera menjadi terkejut bungkam hanya menonton keduanya. “Tiada guna lagi kamu mempertahankannya! Berikan padaku!”, Fachri berkata sedikit keras meluapkan amarahnya. Yandra menggeleng, Yusra dan Qiera menjadi bingung seketika masih menonton keduanya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Suasana mulai terasa akan menegangkan karna perdebatan keduanya, namun suasana cepat berubah menjadi sedikit konyol saat Fachri dan Yandra saling berebut bucket bunga tersebut dengan saling tarik-menarik. Yusra dan Qiera kinipun menjadi semakin bingung mulai melihat-lihat disekitarnya, menahan rasa malu. Kemudian Fachri menjadi terjatuh dengan terduduk karena telah gagal merebut bucket bunga dari tangan Yandra.
Secara otomatis mereka bertiga menjadi terdiam menatapi Fachri, begitupula dengan beberapa orang disekitar mereka. “Pangeran Qie!”, sapa Yandra ke Fachri lalu memberikan tangan kanannya ke Fachri. Fachri yang sudah mengetahuinya langsung berdiri dari jatuhnya dengan menggapai tangan Yandra. “Pangeran Qie, berikan bucket bunga ini kepada Permaisuri Fachri!”, katanya lagi dengan memberikan bucket bunga ke Fachri.
Namun kesalahan terjadi pada ucapannya. Karna seharusnya Yandra berakta “Permaisuri Fach!”. “Kau adalah bidadari diduniaku!”, Yandra mengulang katanya tadi tertuju pada Qiera namun melihat ke Yusra secara tidak sengaja. Yandra yang menyadari kesalahannya, langsung menepuk jidatnya. “Yang mengajari kata-kata itu, adalah Fachri! Fachri memintaku untuk membantunya melamarmu Qiera!”, ungkap Yandra menceritakan yang sebenarnya.
Qiera menjadi terkejut melihat ke Fachri, Fachri menunjukkan wajah pesimis lalu beranjak akan pergi dari mereka. “I miss you so much!”, Yandra berkata lagi membuat Fachri terhenti langkahnya dengan sudah membelakangi mereka. “Aku sering merindukan bidadari-bidadari yang bermukim disurga! Aku sangat bahagia karna merindukan bidadari-bidadari itu! Namun, aku begitu merasa sakit ketika merasakan rindu pada bidadariku disini! Dan hari ini kau telah menjemputnya!”.
Yandra mengulang kata yang sempat disampaikan Fachri padanya sesaat sebelum menjemput Qiera. Fachri pun menjadi berbalik menghadap mereka bertiga, lalu dipandanginya wajah dari mereka bertiga dan menetap menatapi Qiera.
“Semua yang telah dikatakan Yandra memang benar adanya! Dan mulai dari tempat ini aku ingin berniat mulia, mendekatimu, mendekati ayah ibumu serta keluargamu! Hanya karna untuk melancarkan rencanaku untuk membawamu kejenjang pernikahan!”, Fachri mengungkap kata yang terbilang begitu indah dari rayuan apapun. Menatap begitu serius.
Qiera mulai merasa malu, salah tingkah setelah mendengar ungkapan kata darinya. “Aku, aku tidak menyangka akan mendapat jemputan se-surprise ini!”, katanya menatap gugup ke Fachri. Yusra melihat keduanya sambil tertawa kecil.
“So sweet! Aku suka kata-katanya!”, Yandra berkata mendukung melihat keduanya dengan tersenyum malu.
“Masa sih? Pasti kata gombal lamaran dari Yusra sebelum menikah denganmu lebih manis bukan?”, tanya Qiera bercanda.
“Kata lamarannya hanya berisi sebuah perjanjian, tertulis diatas kertas putih bermatrai!”, ungkap Yandra menyinggung Yusra yang masih melihat ke mereka berdua.
Qiera dan Fachri mulai teringat tentang cerita pernikahan keduanya, lalu mereka berdua mengalihkan suasana. Qiera berkata, “Yusra, kau tidak perlu mengantarku sampai kerumah! Sebab aku ingin pulang bersama Fachri!”, dengan canda mengalihkannya. lalu disambung Fachri, “Thank’s Yandra! You’re my lady first to help me!”, memuji Yandra dengan tertawa kecil. Kemudian mereka berdua berpamitan dan pergi meninggalkan. Dan kini tinggallah Yusra dan Yandra.

Badung Location. . . . Season 2

“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar