Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #13

                Saat masih dalam perjalanan menuju kekediaman Fachri, Fachri sesekali melihat ke Mora berharap Mora akan melihat balik padanya dan akan memulai pembicaraan. Namun apa yang diharapkan dirinya tidak terjadi sekalipun, karna Mora terus melihat lurus kedepan secara mati tidak mempedulikan disekitarnya. Keheningan pun terjadi dan berlangsung lama selagi keduanya masih berada didalam mobil taxi belum sampai ketujuan dikediaman Fachri.
                Dan kini mereka berdua telah sampai ketujuan dikediaman Fachri, tepat didepan pintu gerbang rumah Fachri. Mora yang menyadari baru melihat ke Fachri, dilihatnya jika Fachri sedang termenung melihat padanya. “Fachri turun?”, perintah Mora berbisik. Dan Fachri langsung menyahut sekaligus mengakhirinya, “Sejak tadi aku menunggu sepatah kata keluar dari mulutmu! Dan kini aku telah mendengarnya! Walaupun kau kembali seperti mengusirku!”.
Usainya menyahut yang demikian, Fachri langsung bergegas keluar dari mobil taxi dan kini sedang membuka pintu gerbang rumahnya membelakangi mobil taxi. Sementara Mora yang masih berada didalam mobil taxi, mulai merasa luluh berhasrat ingin menangis. Namun Mora mengalihkannya dengan meminta supir taxi untuk mengantarnya pulang setelah dilihatnya Fachri telah menutup pintu gerbang rumahnya kembali.
Esok harinya, tepatnya disiang hari Fachri sedang menikmati waktu luangnya bersama kedua orang Dokter wanita yang telah berbincang-bincang dengannya pada malam tadi. Kedua Dokter wanita itu bernama Dokter Veni dan Dokter Hani, keduanya berprofesi sebagai Dokter bedah saraf. Tidak hanya itu, Dokter Veni dan Dokter Hani juga membantu Fachri untuk bekerja sama dengan pak Mirzain yang masih mengembangkan rumah sakit miliknya di negeri orang.
Berharap bisa memajukan sekaligus menyeimbangkan rumah sakit milik pak Mirzain dengan rumah sakit di negeri orang tempat rumah sakit pak Mirzain telah didirikan, tepatnya di Amerika. Saat dirasa cukup untuk membahas kerja sama dengan pak Mirzain, mereka akan berbicara yang tidak penting sedikit.
“Fachri? Apa kau sudah memiliki pacar?”, tanya Dokter Veni melihat ke Fachri.
“Ya harus, karna kamu sudah punya pacar bukan? Begitupun dengan Dokter Hani!”, Fachri menyahut melihat ke mereka berdua.
“Oyah, kalau begitu pertemukan kami dengan pacar kamu itu?”, pinta Dokter Veni menantangnya.
“Ah dasar, kita sudah mengenal Fachri selama tiga bulan! Mana mungkin Fachri mau menerima tantangan dari kamu!”, Dokter Hani menyahut tiba-tiba melihat ke mereka berdua.
“Udah ah, kembali ketopik yang tadi!”, Fachri langsung mengakhiri melihat cuek keduanya.
Dokter Veni dan Dokter Hani pun mengerti, keduanya memilih melihat diam ke Fachri menunggunya berbicara lebih dulu. Dan Fachri mulai berbicara membahas kerjasamanya dengan pak Mirzain. Sedangkan Dokter Veni dan Dokter Hani mulai menyimak lalu bertanya sesekali jika ada yang perlu dipertanyakan. Sementara disana tak jauh dari keberadaan mereka bertiga, diam-diam Mora telah datang mendengarkan pembicaraan mereka bertiga secara tidak sengaja.
Kemudian pergi meninggalkan tanpa menunjukkan dirinya kepada Fachri, sedangkan Fachri masih sibuk dengan pembahasannya bersama kedua Dokter wanita itu mebahas kerjasamanya dengan pak Mirzain. Lalu Fachri menjadi gugup saat harus mengatakan, “Esok hari kita harus ke Malaysia untuk bertemu pak Mirzain!”, kepada kedua Dokter wanita itu. Fachri menjadi gugup bukan karna harus mengatakannya langsung kepada kedua Dokter wanita itu.
Tapi Fachri menjadi gugup saat mulai terbesit dibenaknya harus berpamitan lagi kepada Mora dengan mengatakan yang demikian itu. Sebab telah disadarinya, jika dirinya setelah menikahi Mora selalu meninggalkan Mora karna tugasnya sebagai seorang Dokter. Tak ada waktu luang yang bisa ia luangkan bersama Mora walaupun hanya sehari. Karna bila ada waktu luang, ada saja tugas yang datang menghampiri keduanya. Dan selama pernikahan itu sudah terjadi, mereka tidak pernah tinggal serumah.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Pada malam harinya, Fachri menyempatkan diri untuk bertamu kerumah Mora dengan maksud akan berpamitan untuk pergi ke Malaysia pada esok hari. Dan kini Fachri sudah berada didepan pintu gerbang rumah Mora, sedang menunggu Mora membukakan pintu gerbang rumah untuknya. Tak perlu menunggu lama, Mora pun membukakan pintu gerbang rumahnya sembari mempersilahkannya masuk. Dan  mereka berdua berjalan bersama menuju ketaman samping depan untuk duduk bersama.
Dan kini mereka berdua sudah duduk dibangku taman secara berhadapan dengan dua gelas air serta sepiring biskuit sebagai makanan kecilnya dimeja. Melihat suasana yang masih damai, Fachri akan memulai berkata sesuatu. “Sebelumnya aku ucapkan terimakasih, karna kamu sudah mau menerima tamu seperti diriku pada malam ini!”, Fachri memulai dengan kata permisi sedikit canggung. Melihat ke Mora, sedangkan Mora baru melihat kepadanya. Sebenarnya keduanya sama-sama canggung.
Tak ingin ada keheningan terjadi, Fachri akan menjadikan dirinya banyak bicara tak peduli Mora akan menyahutinya atau tidak. Dimulai dengan dirinya tersenyum masih melihat Mora lalu melihat kebawah akan berkata lagi. “Setidaknya kau dan aku bisa saling berbicara! Dalam waktu satu atau dua jam!”, katanya masih melihat kebawah lalu berhenti melihat ke Mora kembali. Mulai memakai tatapan bermain-main.
“Walaupun kutahu, tidak akan sampai pada durasi satu atau dua jam! Bahkan pada durasi tigapuluh menitpun sangat jarang aku dapatkan, bila sedang berbicara denganmu!”, Fachri memperjelas kata-katanya. Mora mulai menatapnya diam, akan mendengarkan kata dari Fachri selanjutnya. “Eeeemb, aku mau membuat sebuah pengakuan lagi padamu! Semoga saja kau menyempatkan tuk menyahutnya!”, Fachri permisi untuk membuat pengakuan kedua kalinya. Mora semakin menatap diam.
“Aku bahagia, karna kau dan aku telah menjalani sebuah pernikahan dihari kemarin! Meskipun, cara yang kita pakai dalam menjalani pernikahan itu, sangatlah aneh dan tidak wajar! Sebab itulah, aku tidak memutuskan untuk tinggal satu atap denganmu! Entah itu dirumahmu ataupun dirumahku!”, Fachri memulai pengakuannya. Mora mencoba mengulang membayangi pernikahannya dihari kemarin. Kemudian Fachri permisi sebentar untuk mengangkat teleponnya sedikit menjauhi Mora.
Mora yang tersadar dan sudah melihatnya, hanya berdiam namun merasa sedikit dendam karna Fachri kembali membuatnya untuk menunggu dan kali ini dirumahnya sendiri. Sementara Fachri masih menelepon dengan berbisik mencueki Mora, namun sesekali Fachri mencoba melihat ke Mora saat masih berbicara dengan seseorang masih berbisik. Setelah duapuluh menit terbuang sia-sia, Fachri menutup teleponnya dengan berjalan menghampiri Mora akan duduk bersamanya kembali.
Sedangkan Mora yang melihatnya menjadi berdiri dari duduknya, dan Fachri mendudukkan dirinya amat santai dihadapan Mora melihat biasa.
“Sepertinya tidak ada sesuatu yang penting untuk kita bicarakan pada malam ini Fachri!”, Mora menegurnya dingin begitupun tatapannya.
“Aku tidak akan datang kesini jikalau memang tidak ada sesuatu yang penting, yang akan segera aku sampaikan padamu pada malam ini! Bisa jadi ini malam terakhir untuk kau dan aku saling bicara!”, Fachri berujar mempetegas begitupun tatapannya.
Dan Mora terpaksa untuk duduk kembali dikursi tempatnya, melihat mendesah ke Fachri sedikit melemaskan dirinya. Sedangkan Fachri memberi senyuman megejek kepadanya dan akan kembali berkata.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

“Sebenarnya, aku, mau berpamitan padamu lagi!”, Fachri mengatakannya gugup menatap segan. Mora yang sudah mendengar kata pamitnya langsung menyiramkan segelas air dipakaian Fachri hingga membuat Fachri menjadi terkejut seketika, lalu berdiri berbalik membelakanginya usai menyirami Fachri. “Terus terang saja kalau sebenarnya kau ingin menjauh dariku bukan?”, Mora menyahut sedikit melumpuhkan Fachri untuk berbicara kembali.
“Harusnya kau tidak perlu berkorban, bila kau hanya ingin membahagiakanku sesaat namun tetap saja semuanya palsu!”, sambung Mora sedikit menghakiminya. Masih membelakanginya.
“Tidak pernah terlintas dipikiranku, untuk menjauh darimu! Bukankah sudah aku katakan tadi, aku bahagia karna sudah menikahimu! Dan kini harus aku tegaskan, aku benar menyayangimu! Kau telah berhasil mengambil perhatianku, dikala aku masih memperhatikan Yandra secara diam-diam! Walaupun aku tau Yusra telah bersama Yandra sebagai suami dirinya!”, Fachri langsung mengungkap dengan kejujurannya.
“Kalau begitu kamu kembali saja pada Yandra, dia lebih bisa menunggumu daripada aku!”, pinta Mora menutupi perasaannya.
“Tidak akan bisa aku kembali pada Yandra, sementara hatiku kini telah ada padamu! Tiada pernah kau sadari, kau telah mengitari hidupku! Dan sering kali aku sadari, kau telah mengitari hidupku!”, ungkap Fachri mulai melumpuhkan Mora untuk menyahutnya. “Hari esok, aku akan pergi pada pukul tujuh pagi ke Malaysia! Menghadiri sebuah rapat kerjasama dengan pak Mirzain! Kemerdekaan pada dirimu akan kau temui pada hari esok! Karna aku tidak akan mengganggumu lagi!”.
Fachri semakin mengungkap isi hatinya, menatap sedikit pilu. Sedangkan Mora masih membelakanginya. Kemudian Fachri berdiri berbalik berniat untuk pergi secara diam-diam sedikit angkuh, namun menjadi terhenti karna Mora memberi gelang persahabatannya yang telah dipersembahkan untuknya dari arah samping kanannya. Fachri pun melihat kegelang itu, sedangkan Mora melihat kewajah dirinya sambil berbisik.
“Aku tidak bisa menjawab sebuah kata yang telah tertulis, pada sisi dalam gelang ini! Tapi sebelumnya aku ucapkan terimakasih, karna kau sudah mau berkorban untuk membahagiakan almarhum ayahku!”, bisik Mora meluluhkan perasaan Fachri yang sempat menjadi angkuh tadi. Namun Fachri hanya mendengarkan bisiknya lalu menunjukkan telapak tangannya seolah-olah meminta Mora untuk meletakkan gelang itu ditelapak tangan yang telah ditunjukkannya.
“I will always miss you, my friend!”, Mora berbisik kembali masih melihat kewajah Fachri sembari meletakkan gelang itu ditelapak tangan Fachri. Mora memakai tatapan sedikit sendu. Dan Fachri masih melihat kegelang itu sembari menggenggam gelang persahabatan itu lalu melangkah maju tuk meninggalkan Mora dengan membawa gelang persembahan darinya yang telah dikembalikan kepadanya lagi.
Terpaksa Mora hanya menonton kepergiannya saja hingga keluar dari pintu gerbang rumahnya. Tanpa mengucapkan selamat tinggal dulu padanya. Dan kini Fachri sudah memasuki mobilnya, masih terparkir didepan pintu gerbang rumah Mora. Ia merasa sedikit patah hati atas sikap Mora yang telah mengembalikan gelang persahabatan darinya kembali padanya sendiri. Kemudian mulai berkendara membawa rasa sedikit patah hatinya memunculkan hasrat untuk menangisinya.
Sementara Mora kembali terduduk dibangku taman, ia akan membuat pengakuan seorang diri. “Tuhan, bagaimana bisa aku mengobati rinduku! Sementara gelang itu telah aku kembalikan padanya! Esok dia akan pergi! Entah aku harus merasakan kemerdekaan seperti yang telah dikatakannya tadi, atau merasakan penderitaan karna tidak bisa melihat dirinya! Jujur saja Tuhan, setelah pernikahan itu terjadi aku sudah jatuh cinta padanya! Namun aku gengsi tuk mengungkapnya!”.
Mora membuat pengakuan dengan tetesan airmatanya karna mensesali dirinya sendiri yang telah berbohong penuh kepada Fachri.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar