Pada
malam harinya, setelah dilakukannya upacara kematian ayahnya. Mora mengantarkan
keluarganya kebandara untuk pulang keluar negeri. Itu karna keluarga Mora harus
kembali bekerja, sebab hari esok mamahnya dan kedua kakak sepupunya akan
menghadiri sebuah rapat. Sebuah rapat yang dilakukan selama tujuh hari
berturut-turut. Mora hanya seorang diri mengantarkan keluarganya kebandara, dan
untung saja keluarganya tidak mempertanyakan mengapa Fachri tidak bersamanya.
Tiga hari kemudian. . . .
Disore
hari, Mora sedang duduk bersantai ditepi kolam renang rumahnya. Ia sedang
memikirkan Fachri yang sudah tidak memberinya kabar selama tiga hari kepadanya.
“Aku tidak mengerti, sebenarnya siapa yang sedang bermain saat ini! Aku merasa
seperti pion, yang mengikuti permainan catur dari tangan orang yang sedang
memainkannya!”, keluh Mora berbisik melihat ke air kolam renangnya yang bening.
Kemudian ia melepaskan gelang persahabatannya dari Fachri.
Lalu menggantungnya dihadapan
wajahnya dengan memegang erat gelang tersebut. “I love you!”, Mora tak sengaja
membaca tulisan disisi dalam gelang persahabatan tersebut. saat ketika gelang
itu bergoyang karna tertiup angin hingga menampakkan sisi dalam dari gelang
tersebut. Seketika Mora menjadi terdiam bingung, teringat pada pengakuan Fachri
sebelum berpamitan untuk pergi ke London. “London, apakah Fachri sudah pergi ke
London lagi?”, tanyanya berbisik menerka.
Dan kemudian Mora akan menelepon
Yusra, berniat akan menanyakan kabar Fachri. Begitu Mora baru akan menelepon
Yusra, tiba-tiba Fachri telah meneleponnya lebih dulu. Mora pun terpaksa
mengangkat telepon darinya, dan Fachri hanya mengatakan kalau esok dirinya akan
pulang ke Indonesia dengan meminta Mora untuk menjemputnya lalu memutuskan
teleponnya. Mora yang sudah mendengarnya hanya mendesah merasa kebingungan. “I
don’t care about you!”, keluh Mora.
Sementara disana, Yusra baru saja
tiba dikediamannya. Ia sedang mendapatkan jadwal pulang lebih awal karna
pekerjaannya telah usai. Setibanya didalam dikediamannya, Yusra berniat akan
segera memasuki kamarnya sendiri. Namun berubah haluan beralih kekamar bekas Yandra
sebab telah dilihatnya jika pintu kamar bekas Yandra sedikit terbuka. Dan kini
Yusra sedang berjalan perlahan mengamati pintu kamar bekas Yandra yang masih
terbuka.
Sesampainya dikamar bekas Yandra
juga telah memasukinya, ia menemui kedua keponakan kembarnya sedang
bermain-main dikasur tempat tidur kamar tersebut. Mengetahui itu, iapun
berjalan menghampiri keponakannya yang masih bermain-main. Sementara kedua
keponakannya yang baru melihat padanya, beralih dengan berdiri dipinggir tempat
tidur menantinya. “Wah, ternyata Cherish dan Ferish sedang bermain-bermain
diakmar ini!”, sapa Yusra memakai canda.
“Om, tante yang dibandara itu
kemana? Kok, cuma ada fotonya doang!”, tanya Cherish dengan polosnya. Melihat
ke Yusra.
“Tante yang dibandara itu lagi
pergi sebentar! Tidak lama lagi tante yang dibandara itu akan kembali lagi!”,
sahut Yusra dengan duduk diantara kedua keponakannya yang masih berdiri.
Melihat ke Cherish lalu ke Ferish.
Mendengar sahutan darinya itu, kedua
keponakannya bersama mencium pipi kanan-kiri Yusra menunjukkan kasih sayang
mereka membuat Yusra langsung memeluk keduanya dengan bersamaan memanjakan
keduanya. Dan kini yang bermain-main dikasur tempat tidur itu bukan hanya
Cherish dan Ferish saja, tetapi juga Yusra. Mereka bertiga bermain-main bersama
menikmati kebersamaan dalam kekeluargaan.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok harinya, Mora menelepon taxi untuk
menjemput Fachri dibandara. Karna Mora mendapatkan tugas secara dadakan dari
atasannya. Mora pun memberitahu kepada taxi yang dipesannya untuk menjemput Fachri
itu, harus tiba pada jam Sembilan pagi kebandara agar tidak terlambat untuk
menjemput Fachri. Sebab Fachri akan mendarat pada pukul setengah sepuluh pagi dibandara
Soekarno Hatta, dan akan langsung menuju kerumah sakit tempatnya bekerja.
Selang beberapa waktu berjalan,
tepatnya disore hari Mora menyempatkan dirinya untuk pergi kerumah sakit tempat
Fachri telah bekerja dengan langsung memasuki ruang praktek tempat Fachri akan
melayani beberapa pasiennya. Dan kini Mora sudah memasuki ruang praktek Fachri
dengan duduk dkursi didepan meja kerja Fachri. Sementara Fachri baru menyadari
kedatangannya, melihat sedikit kaget. “Tadi kemana saja, memakai jasa taxi tuk menjemputku
dibandara?”, tegur Fachri menanyakan.
Namun ketika Mora akan menyahut
perkataan darinya, seorang pasien telah memasuki ruangan dan Mora terpaksa
beralih dengan berdiri tepat disamping Fachri menunggunya. Setelah beberapa
menit menunggu, Fachri pun telah usai melayani beberapa pasiennya tadi. “Tadi
aku telah mendapatkan tugas dadakan yang harus aku kerjakan saat itu juga! Dan
bukan aku tidak mau menjemputmu Fachri!”, ujar Mora melihat lurus kedepan.
Fachri mencuekinya dengan melihat daftar pasien yang berkonsultasi.
“tadi juga aku sempat menghitung,
dalam waktu tigapuluh lima menit aku telah berdiri hanya melihat pasien yang sedang
berkonsultasi pada Dokter Fachri! Bagaimana jika aku kini yang menjadi
salah-satu dari pasien Dokter Fachri tadi, karna kakiku yang mulai kram akibat
berdiri selama itu!”, Mora mencoba menyindir Fachri agar mempedulikan dirinya.
Fachri pun menoleh padanya melihat biasa.
“Ternyata nona Mora mau
dipersilahkan untuk duduk juga! Ya sudah silahkan duduk didepan meja kerjaku, nona
Mora!”, Fachri baru berkata mempersilahkannya. Dan Mora kini sudah beralih
duduk sesuai dengan permintaannya.
“Kau masih marah dengan
penjemputan tadi?”, Mora langsung mempertanyakan. Fachri memberi tatapan
membisu. “Bodoh, masa sih seorang Dokter masih sempat marah untuk hal yang
spele! Hey!”, ejek Mora lalu menegurnya. Mulai menatap geram.
“Ini sudah kedua kalinya kau
berkata “Bodoh” kepadaku!”, Fachri menegurnya dengan berdiri merapihkan dokumen
dimeja kerjanya melihat kebawah. Mora memilih diam menunggunya lagi, melihat
sedikit gelisah.
“Kacang mahal Fachri!”, Mora mulai
berkata lagi sedikit membentaknya hingga membuat Fachri terdiam ketika sudah
berdiri akan beranjak dari tempat duduknya. Melihat kaget ke Mora. Sementara
Mora baru merasa bersalah karna sudah membentaknya, menatap diam mendadak bisu.
“Kau sama saja seperti Yandra,
kadang tidak sabar karna mementingkan ego! Aku lebih suka melihat wanita
menangis karna menunggu, bukan wanita yang membentak karna tidak sabar menunggu
pengaruh dari egonya!”, Fachri menceramahinya bijak namun sedikit
mempertegaskannya. Mora sudah tidak bisa sabar lagi usainya mendengar Fachri
menceramahinya. Hingga dirinya menjadi berdiri dari duduknya, lalu beranjak
kecil akan pergi meninggalkan.
Namun dihentikan oleh Fachri yang
berkata lagi memberi perintah, “Tepat nanti pada pukul delapan malam, kau harus
menjemputku dirumah sakit!”, masih mempertegaskannya. Mora yang sudah mendengar
perintahnya hanya mengangguk tanpa melihat padanya lagi kemudian benar beranjak
pergi meninggalkan dengan keluar dari ruang prakteknya. Fachri yang sudah
melihatnya pergi kembali duduk dikursi kerjanya menyambung menyelesaikan
tugasnya tadi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sementara
disana, Yusra sedang dalam perjalanan menuju kebandara untuk menjemput
seseorang. ia pergi bersama kedua keponakannya, dan yang menggantikan dirinya
sementara adalah Yuska. Yuska yang kini telah berada diruang kerja Yusra, untuk
melayani karyawan yang datang memberi sebuah berkas ataupun file pekerjaan. Yuska
menggantikan Yusra sementara karna seseorang yang sedang dijemput oleh Yusra
itu adalah seseorang yang spesial untuk Yusra.
Kembali ke Yusra, ia kini sudah
tiba dibandara menunggu kedatangan seseorang yang dimaksud. Begitu pula dengan
kedua keponakannya yang juga menunggu berdiri disisi kanannya. Tak berapa lama
menunggu, seseorang yang dimaksud itupun mulai terlihat dan kini sedang
berjalan menujunya. Seseorang itu adalah Clara, yang baru saja pulang dari
Amerika. Dan Yusra bersama kedua keponakannya hanya menunggu hingga Clara telah
sampai berada bersama mereka.
Dan kini Clara telah sampai berada
bersama mereka dengan berdiri didepan Yusra. Yusra pun memberi senyuman menyapa
padanya, begitupula Clara kepada dirinya.
“Om, tante yang dibandara itu
bukan tante ini?”, tanya Ferish melihat ke Yusra. Yusra dan Clara serentak
melihat ke Ferish.
“Om boong ya? Katanya mau jemput
tante, tapi kok beda?”, sambung Cherish melihat ke Yusra. Clara menjadi melihat
tanya ke Yusra.
“Sayang, om memang sedang
menjemput tante! Ini tante Clara namanya, ayo kenalan?”, Yusra berkata
menjelaskan lalu mengajak melihat kedua keponakannya.
“Om, katanya tante yang dibandara
itu perginya sebentar? Tapi kok belum dijemput-jemput sama kita?”, tanya Ferish
lagi ingin mengetahui lebih jelas. Clara semakin melihat tanya ke Yusra.
“Karna tante yang dibandara itu
masih sibuk!”, jawab Yusra dengan menggendong Ferish mengalihkannya.
Usainya memberi jawaban dari
pertanyaan Ferish, Yusra mengajak mereka semua untuk pulang segera. Yaitu
dengan Yusra masih menggendong Ferish, dan tangan kanannya menggandeng Cherish.
Sedangkan Clara hanya mengikutinya sambil membawa kopernya. Tanpa disadari oleh
Clara, kalau dirinya telah dicueki oleh Yusra yang sibuk meladeni kedua keponakannya.
Dan kini mereka telah memasuki kendaraan mobil Yusra akan segera pergi menuju kerumah
kediaman Clara.
Pada malam harinya. . . .
Mora menuruti perintah dari Fachri
kembali yang memerintahkannya untuk menjemputnya pada pukul delapan malam. Dan
kini Mora telah menunggu Fachri dilobby rumah sakit, berdiri tepat disamping
tiang lobby rumah sakit. Tak berapa lama kemudian, Mora pun melihat Fachri baru
saja keluar dari dalam rumah sakit dan sudah melewati pintu lobby rumah sakit,
seketika mencoba menoleh kepintu lobby rumah sakit tersebut.
Lalu dilihatnya Fachri sedang
berbincang-bincang bersama dua orang Dokter wanita yang berhenti didekat pintu
lobby rumah sakit. Sementara Fachri masih berbincang-bincang belum terpandang
ke Mora yang masih berdiri melihatnya tak jauh dari keberadaannya. Mora pun
sesekali melihat ke jam ditangannya menghitung beberapa menit ia akan menunggu
Fachri berbincang-bincang dengan dua orang Dokter wanita yang masih bersama
Fachri.
Saat ketika mulai merasa jenuh,
Mora memalingkan pandanganya membelakangi Fachri. Sementara Fachri baru saja
usai berbincang-bincang dengan kedua orang Dokter tersebut, yang kini sudah
berpamitan pergi meninggalkannya. Kemudian Fachri beralih menelepon Mora
menanyakan kabarnya untuk menjemput dirinya. Mora yang mendengar ponselnya berdering
disaku celananya, menolehkan kepalanya melihat ke Fachri kembali, hening.
Dan Fachri baru terpandang melihat
padanya lalu memutuskan teleponnya karna baru mulai beranjak segera menghampirinya.
Sesampainya Fachri disamping Mora, Mora langsung mengajak Fachri untuk pergi
menghampiri mobil taxi yang sedang menunggu keduanya. Dan mereka berduapun
pergi bersama menghampiri mobil taxi yang dimaksud. Sesampainya ditempat
pemarkiran mobl taxi yang dimaksud, Mora meminta Fachri untuk memasuki mobil
taxi lebih dulu lalu disusul dirinya sendiri.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar