Dan
kini Fachri telah duduk berdua dengan Yandra sambil meratapi ruang ICU dimana
Omah dari Yusra telah dirawat. Keduanya sejenak menjadi hening setelah saling
menyapa. Kebetulan Fachri sedang menikmati waktu luangnya dan akan memulai
perbincangannya dengan Yandra, masih dalam keadaan bersama meratapi ruang ICU
tak jauh dari keberadaan keduanya.
“Mengapa mesti bersembunyi? Tidak
bisakah terbuka menunjukkan dirimu kepada mereka disana?”, Fachri memulai
perbincangannya sedikit menyinggung Yandra.
“Dengan diriku yang memilih untuk
menyelamatkan nyawa Omah lebih dulu! Pak Mirzain menghubungiku jika pertemuan
yang telah kami janjikan bersama dengan seseorang telah dibatalkan secara
cuma-cuma!”, Yandra menyahut mengalihkannya.
“Bila kau tidak bisa ikut dengan
pak Mirzain, tidak ada alasan yang cukup untuk membatalkan pertemuan yang telah
kau maksudkan tadi?”, Fachri mengomentari menunjukkan pendapatnya.
“Alasannya sangat cukup, Fachri!
Karna Yusra berhalangan dalam kehadirannya dipertemuan kami, sebab Omah
kesayangannya sedang mengalami kecelakaan!”, Yandra mejelaskannya dengan
tersenyum kecil melihat ke Fachri. Sedangkan Fachri masih meratapi ruang ICU,
lalu melihat terdiam kaget ke Yandra. Kemudian mereka berdua menjadi tertawa
berbisik bersama, sebab tidak baik tertawa mengeluarkan suara bila sedang
berada dirumah sakit.
Setelah beberapa saat kemudian,
tepatnya kini saat fajar mulai tampak setengah turun. Yusra sudah berada
kembali dirumahnya, ia sedang berdiam dikamar bekas Yandra, yang kini sudah
disulap menjadi kamar tamu kembali. Cukup hanya duduk disisi pinggir tempat
tidur dikamar tersebut, Yusra merasa tenang dengan meratapi foto kedua
keponakan kembarnya. Kedua matanya memang sedang meratapi foto dari kedua
keponakan kembarnya itu.
Namun pemikirannya terbayang
dengan sebuah tulisan dibalik foto kedua keponakan kembarnya tersebut. Sementara
disana dirumah kediaman Mirza, Yandra baru saja membuka pintu masuk rumah akan
memasuki kedalam rumah. Kemudian ia menjadi terkejut karna melihat Mirza sedang
menimang bayinya didepannya, tak jauh darinya seketika sudah menutup pintu
masuk rumah kembali. Dan kinipun Yandra akan melangkah pulan sedikit tidak
sabar ingin menimang bayinya sendiri.
Disaat masih melangkah menuju
keduanya, Yandra mulai terbayangi dengan memorinya dulu. Memori saat ia telah
berkata bohong pada Yusra, bahwa ia telah mengalami keguguran saat dirumah
sakit. Lalu disambung saat dirinya sedang melakukan persalinan, yang tidak
sengaja bertepatan dengan hari dan tanggal dimana Yusra telah melangsungkan
pertunangannya. Dan kinipun Yandra telah sampai dengan membelai rambut bayinya,
masih ditimang Mirza dalam keharuan.
“Semakin hari, dia menunjukkan
perkembangannya yang kadang membuatku enggan tuk meninggalkannya berdua saja dengan
pengasuhnya!”, Mirza mengungkap pemikirannya melihat bayi Cillo yang tertidur.
Yandra mulai tersenyum semakin membelainya.
“Aku sangat merindukannya! Kak Mir
hebat! Bisa menjaga bayiku dengan baik! Bahkan kinipun, aku melihatnya dia
begitu nyenyak dalam tidurnya didekapan kak Mir!”, ungkap balik Yandra menatap
kasih lalu mencium kening bayinya.
“Bagaimana dengan kondisi Omah
disana?”, Mirza langsung menanyakan. Yandra melihat diam kepadanya.
“Aku tidak mengetahui pasti! Tapi
yang pasti Yusra sudah tersenyum saat sedang berbicara dengan Fachri! Bukankah dari
sikapnya sudah dapat kita pastikan, kalau kini kondisi Omah sudah baik-baik
saja?”, Yandra menjelaskan sedikit berteka-teki.
Mirza yang mendengar cerita
penjelasannya, menjadi ingin menanyakan sesuatu dengan menatap serius sedikit
haru. “Yandra? Apa Yandra kini sedang merindukan Yusra?”, ungkap Mirza sehingga
membuat Yandra menjadi terdiam kaku. Lalu Yandra memberi senyuman menegarkan
dirinya sendiri. Kemudian mengambil bayinya, menimangnya penuh kasih sayang.
Dan Mirza yang melihatnya hanya bisa menerima, diam kembali karna Yandra belum
mau terbuka atas pertanyaan darinya tadi.
Kembali pada Yusra, kini Yusra
telah berdiri dari duduknya dengan membelakangi dinding sambil memegang foto
kedua keponakan kembarnya. Dan tepat didinding itu mulailah terbaca sebuah
tulisan, “Kehadirannya akan selalu kuingat, Putraku!!!!”, sebuah tulisan yang
telah lama disembunyikannya dibalik foto kedua keponakan kembarnya yang terpajang
dikamar bekas Yandra tersebut. Keadaan Yusra kini menjadi hening dalam
kesedihan, sebab berandai bisa merawat putranya yang bersama Mirza.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok
harinya, sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya pada hari kemarin Yusra pun
kini telah duduk diruang kerja kantornya. Tepatnya dimeja tamu sebagai tempat
pertemuannya dengan seseorang yang belum dikonfirmasi olehnya. Dan Yusra baru saja
mengetahui jika seseorang yang akan bertemu dengannya adalah pak Mirzain, ayah
dari Mirza yang sangat diketahuinya. Yusra baru mengetahuinya ketika baru saja membuka
agenda pertemuannya disebuah map dari asistennya.
Tak
berapa lama menunggu, pak Mirzain pun datang bersama asisten Yusra, disaat yang
bersamaan Yusra langsung berdiri dari duduknya dengan berjalan lalu berdiam
dihadapan pak Mirzain. Sedangkan pak Mirzain memberi senyum sapa ketika sudah
mengetahuinya, begitupula Yusra membalasnya dengan senyuman menyapanya pula.
Sungguh suasananya masih terasa santai dengan petemuan yang baru terlaksana
diantara keduanya kini.
“Selamat pagi, Yusra! Bagaimana
kabarmu?”, pak Mirzain mulai menyapanya dengan suara menanyakan kabarnya.
Menatap semangat.
“Baik, Om! Yusra tidak menyangka,
jika yang membuat pertemuan dengan Yusra adalah Om!”, sahut Yusra. Mengungkap
segan, begitupun tatapannya kepada pak Mirzain.
“Fachri, Mirza, dan seorang lagi
telah membantu saya untuk mengerjakan proposal ini! Saya berharap, kamu bisa
menerimanya sebab orang terpenting dan sangat cerdas dikantor ini adalah dirimu
bukan?”, pak Mirzain mengatakan tujuannya dengan memuji kepandaian Yusra dalam
menjalankan perusahaannya.
Mendengar kata darinya, Yusra
menjadi tersenyum malu tak bisa berkata apa-apa. Kemudian pak Mirzain
memberikan sebuah map yang berisi beberapa proposal yang telah disusun olehnya,
dengan bantuan Fachri, Mirza serta seorang lagi. Dan kini proposal itu telah
berada ditangan Yusra, Yusra langsung memeriksanya dengan keadaan masih berdiri
dihadapan pak Mirzain. Dan keduanya masih sama-sama berdiri saling berhadapan.
Sementara dibalik pak Mirzain,
Yandra baru saja datang memasuki ruangan Yusra dengan membuka pintu masuknya
teramat pelan. Usainya menutup pintu masuk ruangan Yusra, Yandra pun melangkah
pelan pula lalu berdiam dibalik pak Mirzain, tepatnya diarah kanan pak Mirzain.
“Kini, seorang lagi yang tadi saya maksudkan telah bersama saya! Namanya,
Mirzara!”, pak Mirzain memberitahu Yusra ketika sudah mengetahui Yandra telah berada
disampingnya.
Yusra menjadi terdiam seketika
lalu melihat ke pak Mirzain. Pak Mirzain yang masih melihat kepadanya
mengalihkannya melihat ke Yandra, begitupula Yusra mengikutinya. Yusra dan
Yandra pun menjadi saling berpandangan diam, sedangkan pak Mirzain melihat ke
asisten Yusra memintanya untuk menghubungi Mirza. Asisten Yusra itupun langsung
melakukannya dengan menuju ke meja kerja Yusra untuk menghubungi Mirza.
“Hai!”, sapa Yusra ke Yandra
berpikir agar pak Mirzain tidak mencurigai sikapnya. Yandra membalas, “Sudah
lama kita tidak betemu!”, dengan menatap tegas dibalut senyuman. Kemudian
asisten Yusra mengatakan kepada pak Mirzain kalau Mirza kini masih berada
diruang kerjanya. Dan berhubungan dengan itu, pak Mirzain berkata permisi untuk
pergi keruang kerja Mirza membawa Yandra. Yusra pun mempersilahkannya melawan
hasratnya ingin berbicara dengan Yandra.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar