Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #24

                 Sementara disana, dirumah sakit tempat Fachri bekerja. Terlihat Qiera sedang menunggu seorang temannya diUGD yang masih diperiksa oleh Dokter UGD tersebut. Seorang temannya baru saja mengalami kecelakaan kecil saat masih bekerja dikantor tempatnya bekerja. Disaat dirinya masih menunggu, tiba-tiba saja Qiera melihat Fachri memasuki ruang UGD dengan berbelok akan memeriksa pasien diUGD tersebut. “Fachri? Baru saja kemarin aku merindukannya!”, bisik kecilnya usainya melihat.
                Kemudian dilihatnya lagi Fachri keluar dari ruang UGD dengan keadaan tergesah-gesah sembari mengatakan harus segera melakukan tindakan operasi untuk pasien yang telah diperiksanya. Qiera hanya berdiam melihat dirinya, karna ia dapat memaklumi kesibukkan Fachri. Walaupun sudah diketahuinya Fachri tidak terpandang kepadanya sekalipun dalam dua kali. Lalu Qiera teringat saat Fachri mengatakan harus melakukan tindakan operasi segera pada dirinya dulu.
“Indah, rasanya aku ingin mengungkapkan saja semua yang kurasakan!”, bisik kecilnya lagi meratapi kesibukkan Fachri dirumah sakit.

Beberapa saat kemudian. . . .

Kini Mirza bersama Yusra dan pengasuh bayi Cillo yang masih menggendong bayi Cillo, telah tiba dirumah sakit tempat Fachri bekerja dengan langsung memasuki ruang UGD. Sesampainya memasuki ruang UGD, Mirza langsung berbicara dengan Dokter UGD untuk segera memeriksakan keponakan kecilnya sembari memberi sedikit keluhan dari kesehatan keponakan kecilnya. Dan Dokter pun langsung mengajak Mirza dan mereka berdua untuk pergi menuju kekasur UGD, akan melakukan pemeriksaan.
Sementara Qiera yang sudah berbicara dengan temannya, berniat akan meninggalkannya sebentar ketoilet. Namun ketika beranjak akan meninggalkan, mendadak ia menjadi berhenti karna ada seorang pria sedang menggendong bayi berjalan didepannya, melewati dirinya. Lalu dilihatnya diarah kirinya Yusra sedang berjalan akan melewati dirinya pula, namun Yusra menjadi terhenti dari langkahnya karna ditahan oleh Qiera. Yusra pun menjadi terkejut seketika melihat dirinya.
“Kau sedang mengejar siapa?”, tanya Qiera belum mengetahui.
“Keponakan kecilnya Mirza sedang sakit! Dan kau, sedang apa juga disini?”, jawab Yusra lalu menanyakannya balik.
“Seorang temanku baru saja mengalami kecelakaan kecil sewaktu kami masih bekerja! Dan aku yang membawanya kerumah sakit ini!”, Qiera menjelaskan. Yusra baru mengerti karna sudah mendengar penjelasannya.
Tanpa disadari keduanya, Fachri telah mendengar pembicaraan keduanya membelakangi pintu masuk UGD dari dalam rumah sakit. Fachri masih melihat mereka berdua, sementara mereka berdua beralih menghampiri Mirza. Disaat yang bersamaan, Mirza keluar dari tirai UGD dan mereka berdua terhenti serempak melihat ke Mirza tanya. Sedangkan Mirza yang baru melihat keduanya, akan mengatakan sesuatu.
“Cillo, positif terkena demam berdarah dengue! Trombositnya menurun, kata Dokter UGD Cillo harus segera melakukan transfusi darah golongan B!”, Mirza mengatakannya sembari menjelaskannya.
“Tunggu apa lagi! Lakukan sekarang juga!”, Qiera memberi kata perintah menatap cemas.
“Sialnya stok darah golongan B sedang nihil disini! Adanya diPMI, tapi Dokter menyimpulkan kalau dalam waktu tigapuluh menit maka….?”, Mirza menjelaskannya lagi berbahasa pesimis lalu menjadi terhenti saat menatap Yusra. Sambung Qiera menatap Yusra diam semakin cemas.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

“Yusra!”, Qiera menegurnya lemas. Yusra pun melihat kepadanya. “Dulu, kau pernah berkata bahwa kau telah berhutang budi padaku! Golongan darah kita sama bukan? Dua hari yang lalu, aku baru saja mendonorkan darahku! Dan sekarang aku pinta donorkan darahmu ke Cillo! Karna bila kau mendonorkannya, maka hutang budimu aku anggap sudah terbayarkan!”, Qiera berkata memohon memintanya.
Mirza menjadi hening melihat ke Yusra mulai berharap, kemudian Fachri mendatangi ketiganya sambil berkata, “Yusra, ayo ikut aku kelaboratorium!”. Yusra yang sempat kaget mendengar ajakkannya, langsung bersedia dan mereka berdua beranjak pergi menuju kelaboratorium rumah sakit. Maksud dari Fachri memang baik karna membantu permasalahan Mirza soal mencari pendonor untuk keponakan kecilnya. Namun dibalik kebaikannya itu Fachri sengaja untuk memisahkan Qiera dari Yusra.
Setibanya diruang laboratium rumah sakit, Fachri menunggu Yusra diluar ruangan. Yusra sedang melakukan tes darah, dan bila hasilnya positif maka Yusra akan diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya. Dan Yusra kini telah berbaring santai untuk melakukan pendonoran darah, dan kini pula dirinya melihat darahnya disedot yang dialirkan melalui jarum infus. Perlahan darahnya keluar, dan rasa ngilu mulai sedikit dirasakannya namun ia telah menahannya.
Kembali pada Fachri yang masih menunggunya diluar ruang laboratium, ia mulai melihat jam sambil menghitung menit. Karna beberapa saat lagi Fachri akan mengoperasi seorang pasien yang telah diperiksanya sewaktu diUGD tadi. Disaatnya masih menunggu, Fachri menjadi mendesah karna Qiera mendatanginya dengan duduk dikursi yang telah disediakan. “Mengapa kau menunggu Yusra, Fachri?”, tegur Qiera menanyakannya melihat diam padanya. Fachri melihat padanya pula, santai.
“Aku merindukanmu Fachri! Hubunganmu dengan Mora sudah berakhir bukan?”, Qiera berkata lagi mengungkap rasa rindunya sembari mengungkap tanya. Fachri terdiam masih melihatnya.
“Terpaksa kami memutuskan hubungan kasih kami, karna kami telah setia pada agama kami masing-masing!”, Fachri langsung menyahutnya sembari menjelaskan.
Qiera memalingkan pandangannya sejenak lalu berdiri dari duduknya kembali melihat ke Fachri. Merela berdua menjadi saling berpandangan tidak sedap beberapa detik. Lalu Qiera memecahkan pandangan tidak sedap itu dengan mengatakan, “Kalau begitu, pacari saja aku! Aku menyukaimu lebih daripada dia!”. Fachri mejadi terkejut seketika mendengarnya karna diingatnya kalau Qiera masih terikat dengan pertunangannya bersama orang lain.
Sementara Yusra baru saja keluar dari ruangan laboratorium dengan tak sengaja melihat keduanya masih berpandangan.”Semudah itu kau memakai candaan yang bisa membuat seseorang disana terluka bila mendengarnya!”, Fachri menyahutnya sedikit keras. Namun ketika Qiera akan menyahutnya balik tiba-tiba saja menjadi terhenti sebab telah melihat Yusra sudah berdiam dibalik Fachri. “Kalian berdebat? Untung saja rasa ngilu ditanganku sudah hilang!”, Yusra menyambung cuek.
Kemudian Fachri berbalik melihat Yusra sambil mengatakan, “Cepat keruangan UGD untuk mengonfirmasi tranfusi darah bayi Cillo! Waktu tertinggal limabelas menit!”, perintah Fachri menegaskan. Yusra yang sudah mendengarnya pun langsung berlari kecil menghampiri Mirza yang masih berada diruang UGD. Sekali lagi Fachri berbuat sengaja memisahkan keduanya. Dan kini Fachri berpamitan untuk mengoperasi pasien pada Qiera, dan Qiera membisu mempersilahkannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Posisi bayi Cillo kini berada diruang ICU dengan sudah terpasang peralatan medis pula. Transfusi darah untuk bayi Cillo mulai dilakukan, dan yang menemani hanya Mirza bersama beberapa suster. Disaat transfusi darah dilakukan, bayi Cillo menangis menahan rasa perih ditangannya. Itu karna tranfrusi darah tidak lancar bila melalui tangannya, lalu suster dengan cepat memindahkan transfusi darahnya dikaki kanan bayi Cillo. Dan secara spontan bayi Cillo berhenti dari tangisnya.
                Mirza yang sudah mengetahuinya pun merasa lega. Sementara Yusra dan Qiera yang menunggu diluar sempat ikut merasa was-was setelah mendengar suara tangisan dari bayi Cillo. Kemudian ada seorang suster yang datang menghampiri Yusra sambil mengatakan, kalau Dokter Frans memintanya untuk bertemu diruang laboratorium. Yusra pun langsung menerimanya dan pergi bersama seorang suster itu akan menemui Dokter Frans.
                Sedangkan Qiera masih menunggu didepan ruang ICU sembari menunggu Mirza keluar dari ruangan ICU menemui dirinya. Tak berapa lama menunggu, Mirza pun keluar dari ruangan ICU dengan berjalan lalu duduk disampingya. “Apa yang terjadi? Mengapa Cillo menangis? Bukankah sewaktu diUGD tadi, dia tertidur pulas?!”, Qiera langsung melempar tanya menatap gelisah ke Mirza.
“Dia menangis karna merasa perih ditangannya, sebab transfusi yang dilakukan sempat tidak lancar! Jadi, suster memindahkan dokaki kanannya! Alhamdulillah, transfusi darahnya sudah lancar!”, Penjelasan Mirza melihat kepintu ICU.
“Bagaimana dengan trombositnya?”, tanya Qiera lagi penasaran.
“Suster masih melakukan tindakan untuk menaikkan trombositnya hingga menjadi normal! Dan kita perlu menunggu untuk hasilnya!”, penjelasan Mirza mulai merasa lega.
Qiera yang sudah mendengar penjelasan darinya mulai merasa lega. Lalu melihat kepintu ICU berharap bisa segera menjenguk bayi Cillo. Sementara dilaboratorium, Yusra baru saja bertemu dengan Dokter Frans. Ia tidak mengetahui Dokter Frans adalah Dokter laboratorium juga Dokter yang melayani untuk melakukan tes DNA. Dokter Frans dapat mengetahui hubungan pendonor dengan penerima donor, termasuk hubungan Yusra dengan bayi Cillo.
Kini mereka saling berjabat tangan sembari menyapa dengan bijak. Kemudian Dokter Frans langsung mengatakan tujuannya, “Saya kira, saudara Mirza adalah seorang ayah biologis dari pasien yang bernama Cillo Yusrandra! Ternyata saya telah salah menduganya!”, keluh Dokter Frans sedikit. Yusra mulai mengamati nama belakang Cillo yang bertuliskan Yusrandra sedikit kaget namun tidak menunjukkannya.
“Sekali lagi saya ucapkan selamat, karna darah yang anda donorkan untuk putra anda sangat cocok sembilan puluh Sembilan persen!”, sambung Dokter Frans dengan menatap bangga. Yusra terdiam namun tersenyum kecil.
“Dia bukan darah dagingku! Mungkin, secara kebetulan saja darah saya sangat cocok untuk melakukan tranfusi darah kepadanya!”, Yusra memberi pngakuan sehingga membuat Dokter Frans menjadi bingung. “Perlu saya ceritakan, putra saya telah meninggal saat masih dalam kandungan! Tapi saya minta, jangan beritahu pada teman-teman saya yang masih bersama bayi Cillo!”, sambung Yusra menjelaskannya.
Dokter Frans menjadi tambah bingung dibuatnya, kemudian Dokter Frans memberi saran kepada Yusra untuk melakukan tes DNA secara diam-diam demi menemukan sebuah kebenaran. Karna bagi Dokter Frans bahwa hasil yang sudah didiagnosa olehnya tidak mungkin keliru, sebab Dokter Frans sudah bertahun-tahun menjalani profesinya seperti demikian. Dan Yusra hanya tersenyum akan mencoba melakukan saran darinya namun tidak bisa menjajikannya.
Kembali pada Mirza dan Qiera, keduanya kini sedang berada diruang ICU menjenguk bayi Cillo. Keduanya mendapat kabar baik kalau trombosit dari bayi Cillo mulai naik dan hampir menaiki angka normal. Qiera yang sudah mengetahuinya menjadi tersenyum memandangi gemas bayi Cillo yang tertidur. Kemudian Yusra datang menghampiri mereka memasuki ruang ICU dengan berdiam disamping Qiera sembari menatapi bayi Cillo. Seketika Yusra tetingat pada perkataan dari Dokter Frans tadi.
Kemudian Mirza meminta pengasuh bayi Cillo yang berdiam disampingnya untuk tetap menjaga bayi Cillo dirumah sakit, dengan memberi uang untuk makan dan minum. Sementara Mirza, Yusra dan juga Qiera berpamitan pada pengasuh Cillo untuk pergi kembali kekantor masing-masing. Dan kebersamaan mereka semua berakhir sampai disitu, didalam ruang iCU menjenguk bayi Cillo.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar