Kemudian
dilihatnya lagi Fachri keluar dari ruang UGD dengan keadaan tergesah-gesah
sembari mengatakan harus segera melakukan tindakan operasi untuk pasien yang
telah diperiksanya. Qiera hanya berdiam melihat dirinya, karna ia dapat
memaklumi kesibukkan Fachri. Walaupun sudah diketahuinya Fachri tidak
terpandang kepadanya sekalipun dalam dua kali. Lalu Qiera teringat saat Fachri
mengatakan harus melakukan tindakan operasi segera pada dirinya dulu.
“Indah, rasanya aku ingin mengungkapkan
saja semua yang kurasakan!”, bisik kecilnya lagi meratapi kesibukkan Fachri
dirumah sakit.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Mirza bersama Yusra dan
pengasuh bayi Cillo yang masih menggendong bayi Cillo, telah tiba dirumah sakit
tempat Fachri bekerja dengan langsung memasuki ruang UGD. Sesampainya memasuki
ruang UGD, Mirza langsung berbicara dengan Dokter UGD untuk segera memeriksakan
keponakan kecilnya sembari memberi sedikit keluhan dari kesehatan keponakan
kecilnya. Dan Dokter pun langsung mengajak Mirza dan mereka berdua untuk pergi
menuju kekasur UGD, akan melakukan pemeriksaan.
Sementara Qiera yang sudah
berbicara dengan temannya, berniat akan meninggalkannya sebentar ketoilet.
Namun ketika beranjak akan meninggalkan, mendadak ia menjadi berhenti karna ada
seorang pria sedang menggendong bayi berjalan didepannya, melewati dirinya.
Lalu dilihatnya diarah kirinya Yusra sedang berjalan akan melewati dirinya
pula, namun Yusra menjadi terhenti dari langkahnya karna ditahan oleh Qiera.
Yusra pun menjadi terkejut seketika melihat dirinya.
“Kau sedang mengejar siapa?”,
tanya Qiera belum mengetahui.
“Keponakan kecilnya Mirza sedang
sakit! Dan kau, sedang apa juga disini?”, jawab Yusra lalu menanyakannya balik.
“Seorang temanku baru saja mengalami
kecelakaan kecil sewaktu kami masih bekerja! Dan aku yang membawanya kerumah
sakit ini!”, Qiera menjelaskan. Yusra baru mengerti karna sudah mendengar
penjelasannya.
Tanpa disadari keduanya, Fachri
telah mendengar pembicaraan keduanya membelakangi pintu masuk UGD dari dalam
rumah sakit. Fachri masih melihat mereka berdua, sementara mereka berdua
beralih menghampiri Mirza. Disaat yang bersamaan, Mirza keluar dari tirai UGD
dan mereka berdua terhenti serempak melihat ke Mirza tanya. Sedangkan Mirza
yang baru melihat keduanya, akan mengatakan sesuatu.
“Cillo, positif terkena demam
berdarah dengue! Trombositnya menurun, kata Dokter UGD Cillo harus segera
melakukan transfusi darah golongan B!”, Mirza mengatakannya sembari
menjelaskannya.
“Tunggu apa lagi! Lakukan sekarang
juga!”, Qiera memberi kata perintah menatap cemas.
“Sialnya stok darah golongan B
sedang nihil disini! Adanya diPMI, tapi Dokter menyimpulkan kalau dalam waktu
tigapuluh menit maka….?”, Mirza menjelaskannya lagi berbahasa pesimis lalu
menjadi terhenti saat menatap Yusra. Sambung Qiera menatap Yusra diam semakin
cemas.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Yusra!”, Qiera menegurnya lemas.
Yusra pun melihat kepadanya. “Dulu, kau pernah berkata bahwa kau telah
berhutang budi padaku! Golongan darah kita sama bukan? Dua hari yang lalu, aku
baru saja mendonorkan darahku! Dan sekarang aku pinta donorkan darahmu ke
Cillo! Karna bila kau mendonorkannya, maka hutang budimu aku anggap sudah
terbayarkan!”, Qiera berkata memohon memintanya.
Mirza menjadi hening melihat ke
Yusra mulai berharap, kemudian Fachri mendatangi ketiganya sambil berkata,
“Yusra, ayo ikut aku kelaboratorium!”. Yusra yang sempat kaget mendengar
ajakkannya, langsung bersedia dan mereka berdua beranjak pergi menuju
kelaboratorium rumah sakit. Maksud dari Fachri memang baik karna membantu
permasalahan Mirza soal mencari pendonor untuk keponakan kecilnya. Namun
dibalik kebaikannya itu Fachri sengaja untuk memisahkan Qiera dari Yusra.
Setibanya diruang laboratium rumah
sakit, Fachri menunggu Yusra diluar ruangan. Yusra sedang melakukan tes darah,
dan bila hasilnya positif maka Yusra akan diperbolehkan untuk mendonorkan
darahnya. Dan Yusra kini telah berbaring santai untuk melakukan pendonoran
darah, dan kini pula dirinya melihat darahnya disedot yang dialirkan melalui
jarum infus. Perlahan darahnya keluar, dan rasa ngilu mulai sedikit
dirasakannya namun ia telah menahannya.
Kembali pada Fachri yang masih
menunggunya diluar ruang laboratium, ia mulai melihat jam sambil menghitung
menit. Karna beberapa saat lagi Fachri akan mengoperasi seorang pasien yang telah
diperiksanya sewaktu diUGD tadi. Disaatnya masih menunggu, Fachri menjadi mendesah
karna Qiera mendatanginya dengan duduk dikursi yang telah disediakan. “Mengapa
kau menunggu Yusra, Fachri?”, tegur Qiera menanyakannya melihat diam padanya.
Fachri melihat padanya pula, santai.
“Aku merindukanmu Fachri!
Hubunganmu dengan Mora sudah berakhir bukan?”, Qiera berkata lagi mengungkap
rasa rindunya sembari mengungkap tanya. Fachri terdiam masih melihatnya.
“Terpaksa kami memutuskan hubungan
kasih kami, karna kami telah setia pada agama kami masing-masing!”, Fachri
langsung menyahutnya sembari menjelaskan.
Qiera memalingkan pandangannya
sejenak lalu berdiri dari duduknya kembali melihat ke Fachri. Merela berdua
menjadi saling berpandangan tidak sedap beberapa detik. Lalu Qiera memecahkan
pandangan tidak sedap itu dengan mengatakan, “Kalau begitu, pacari saja aku!
Aku menyukaimu lebih daripada dia!”. Fachri mejadi terkejut seketika mendengarnya
karna diingatnya kalau Qiera masih terikat dengan pertunangannya bersama orang
lain.
Sementara Yusra baru saja keluar
dari ruangan laboratorium dengan tak sengaja melihat keduanya masih
berpandangan.”Semudah itu kau memakai candaan yang bisa membuat seseorang
disana terluka bila mendengarnya!”, Fachri menyahutnya sedikit keras. Namun
ketika Qiera akan menyahutnya balik tiba-tiba saja menjadi terhenti sebab telah
melihat Yusra sudah berdiam dibalik Fachri. “Kalian berdebat? Untung saja rasa
ngilu ditanganku sudah hilang!”, Yusra menyambung cuek.
Kemudian Fachri berbalik melihat
Yusra sambil mengatakan, “Cepat keruangan UGD untuk mengonfirmasi tranfusi
darah bayi Cillo! Waktu tertinggal limabelas menit!”, perintah Fachri
menegaskan. Yusra yang sudah mendengarnya pun langsung berlari kecil
menghampiri Mirza yang masih berada diruang UGD. Sekali lagi Fachri berbuat
sengaja memisahkan keduanya. Dan kini Fachri berpamitan untuk mengoperasi
pasien pada Qiera, dan Qiera membisu mempersilahkannya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Posisi
bayi Cillo kini berada diruang ICU dengan sudah terpasang peralatan medis pula.
Transfusi darah untuk bayi Cillo mulai dilakukan, dan yang menemani hanya Mirza
bersama beberapa suster. Disaat transfusi darah dilakukan, bayi Cillo menangis
menahan rasa perih ditangannya. Itu karna tranfrusi darah tidak lancar bila
melalui tangannya, lalu suster dengan cepat memindahkan transfusi darahnya
dikaki kanan bayi Cillo. Dan secara spontan bayi Cillo berhenti dari tangisnya.
Mirza
yang sudah mengetahuinya pun merasa lega. Sementara Yusra dan Qiera yang
menunggu diluar sempat ikut merasa was-was setelah mendengar suara tangisan
dari bayi Cillo. Kemudian ada seorang suster yang datang menghampiri Yusra
sambil mengatakan, kalau Dokter Frans memintanya untuk bertemu diruang
laboratorium. Yusra pun langsung menerimanya dan pergi bersama seorang suster
itu akan menemui Dokter Frans.
Sedangkan
Qiera masih menunggu didepan ruang ICU sembari menunggu Mirza keluar dari
ruangan ICU menemui dirinya. Tak berapa lama menunggu, Mirza pun keluar dari
ruangan ICU dengan berjalan lalu duduk disampingya. “Apa yang terjadi? Mengapa
Cillo menangis? Bukankah sewaktu diUGD tadi, dia tertidur pulas?!”, Qiera
langsung melempar tanya menatap gelisah ke Mirza.
“Dia menangis karna merasa perih
ditangannya, sebab transfusi yang dilakukan sempat tidak lancar! Jadi, suster
memindahkan dokaki kanannya! Alhamdulillah, transfusi darahnya sudah lancar!”,
Penjelasan Mirza melihat kepintu ICU.
“Bagaimana dengan trombositnya?”,
tanya Qiera lagi penasaran.
“Suster masih melakukan tindakan
untuk menaikkan trombositnya hingga menjadi normal! Dan kita perlu menunggu
untuk hasilnya!”, penjelasan Mirza mulai merasa lega.
Qiera yang sudah mendengar
penjelasan darinya mulai merasa lega. Lalu melihat kepintu ICU berharap bisa segera
menjenguk bayi Cillo. Sementara dilaboratorium, Yusra baru saja bertemu dengan
Dokter Frans. Ia tidak mengetahui Dokter Frans adalah Dokter laboratorium juga
Dokter yang melayani untuk melakukan tes DNA. Dokter Frans dapat mengetahui
hubungan pendonor dengan penerima donor, termasuk hubungan Yusra dengan bayi
Cillo.
Kini mereka saling berjabat tangan
sembari menyapa dengan bijak. Kemudian Dokter Frans langsung mengatakan
tujuannya, “Saya kira, saudara Mirza adalah seorang ayah biologis dari pasien
yang bernama Cillo Yusrandra! Ternyata saya telah salah menduganya!”, keluh Dokter
Frans sedikit. Yusra mulai mengamati nama belakang Cillo yang bertuliskan
Yusrandra sedikit kaget namun tidak menunjukkannya.
“Sekali lagi saya ucapkan selamat,
karna darah yang anda donorkan untuk putra anda sangat cocok sembilan puluh
Sembilan persen!”, sambung Dokter Frans dengan menatap bangga. Yusra terdiam
namun tersenyum kecil.
“Dia bukan darah dagingku!
Mungkin, secara kebetulan saja darah saya sangat cocok untuk melakukan tranfusi
darah kepadanya!”, Yusra memberi pngakuan sehingga membuat Dokter Frans menjadi
bingung. “Perlu saya ceritakan, putra saya telah meninggal saat masih dalam
kandungan! Tapi saya minta, jangan beritahu pada teman-teman saya yang masih
bersama bayi Cillo!”, sambung Yusra menjelaskannya.
Dokter Frans menjadi tambah
bingung dibuatnya, kemudian Dokter Frans memberi saran kepada Yusra untuk
melakukan tes DNA secara diam-diam demi menemukan sebuah kebenaran. Karna bagi
Dokter Frans bahwa hasil yang sudah didiagnosa olehnya tidak mungkin keliru,
sebab Dokter Frans sudah bertahun-tahun menjalani profesinya seperti demikian.
Dan Yusra hanya tersenyum akan mencoba melakukan saran darinya namun tidak bisa
menjajikannya.
Kembali pada Mirza dan Qiera,
keduanya kini sedang berada diruang ICU menjenguk bayi Cillo. Keduanya mendapat
kabar baik kalau trombosit dari bayi Cillo mulai naik dan hampir menaiki angka
normal. Qiera yang sudah mengetahuinya menjadi tersenyum memandangi gemas bayi
Cillo yang tertidur. Kemudian Yusra datang menghampiri mereka memasuki ruang
ICU dengan berdiam disamping Qiera sembari menatapi bayi Cillo. Seketika Yusra
tetingat pada perkataan dari Dokter Frans tadi.
Kemudian Mirza meminta pengasuh
bayi Cillo yang berdiam disampingnya untuk tetap menjaga bayi Cillo dirumah
sakit, dengan memberi uang untuk makan dan minum. Sementara Mirza, Yusra dan
juga Qiera berpamitan pada pengasuh Cillo untuk pergi kembali kekantor
masing-masing. Dan kebersamaan mereka semua berakhir sampai disitu, didalam
ruang iCU menjenguk bayi Cillo.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar