Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #22

                 Pada malam harinya, Qiera sedang berjalan-jalan seorang diri disebuah danau. Ia sedang menghibur dirinya dengan melihat-lihat pengunjung lainnya yang ikut meramaikan disekitar danau tersebut. ia menahan bebannya karna hubungannya dengan tunangannya diluar negeri sana sedang tidak baik. Hubungan dirinya dengan tunangannya sering tidak baik ketika Qiera pulang ke Indonesia, karna tunagannya itu memiliki sifat posesif dan suka cemburu.
                Terkadang bahkan saat sedang berasama, tunangannya itu selalu menunjukkan kedua sifatnya itu. Kedua sifatnya yang amat tidak disukai oleh Qiera. Dan bila Qiera mengomentari tentang kedua sifat tunangannya itu dengan langsung membicarakannya kepada tunangannya, tunagannya malah berbalik memarahinya. Bahkan dalam pertunangannya yang sudah memasuki setahun lima bulan. Qiera sering mendapatkan ancaman dari tunangannya.
Tunangannya itu sering mengancam kalau pertunangannya akan dibatalkan bila Qiera membuatnya cemburu, juga tidak menghargai sifat posesifnya. Dan itu sudah sering menjadi pemikiran Qiera hinngga terkadang membuatnya menangis bila mengingatnya. Seperti yang sedang dilakukannya kini, saat dirinya memilih untuk berdiri dipinggir danau menatapi bulan purnama dilangit. Ia sedang merenungkan tentang kepribadian tunangannya, dan kebersamaannya dengan tunangannya itu.
“Aku seperti boneka saja, yang harus mengikuti permainannya! Aku memang mencintainya, tapi tidak harus begini juga! Rasanya, ingin sekali aku memutuskan pertunangan itu!”, keluhnya berbisik dihati dengan mata berkaca-kaca. Kemudian menjatuhkan airmatanya diair danau dengan berpaling melihat ke air danau itu. Lalu secara tiba-tiba ia seperti melihat wajah Fachri yang sedang melihatnya diair danau itu disaat yang bersamaan.   
Sontak Qiera menjadi terkejut hingga berputar melihat disekelilingnya. Namun apa yang telah dilihatnya hanya dari halusinasinya saja. “Apa? Aku hanya berhalusinasi?”, tanya Qiera berbisik dihatinya seketika lalu terbayang wajah Fachri saat sedang besamanya. Ia sedikit mulai menyadari, kalau dirinya sudah lama terpesona pada Fachri walaupun jarang bertemu dalam satu situasi. Dan Qiera mulai merasa cemas hingga menjadi dilema sebab baru disadarinya bahwa ada dua orang sedang mengitarinya kini.
 Sementara disana Yusra dirumahnya sendiri tepat dikamarnya, Yusra yang sudah mengenakan pakaian tidur sedang menghisap sesuatu. Ia sedang menghisap minuman yang bercampur sedikit ganja pada gelas dan tampak seperti sedang meminum air biasa. Ganja tersebut didapatinya sejak lama namun ia pintar menyimpannya hingga sulit diketahui oleh siapapun. Yusra kini masih menikmatinya, dirinya menghisap minuman berisi sedikit ganja itu dengan perlahan dan begitu nikmat dirasanya.
Terlebih lagi saat ketika Yusra meresapinya, maka kenikmatan akan bertambah dirasanya. Namun secara tiba-tiba kedua keponakannya datang memasuki kamarnya dengan mendorong pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Lalu disusul dengan kakak iparnya yang mengejar kedua keponakannya itu, mereka bertiga kini ada didepan Yusra bahkan sangat dekat. Sementara Yusra yang sudah terhenti dari apa yang dilakukannya menjadi hening melihat ke kakak iparnya yang juga melihat hening padanya.
“Apa itu, Yusra?”, tanya kakak iparnya mulai mencurigai. Yusra menjadi berdiri dari duduknya sembari menyembuyikan minumannya dibalik dirinya sendiri. “Apa yang kamu pegang, dan apa yang baru kamu sembunyikan membuat mbak mulai mencurigai kamu!”, sambung kakak iparnya lagi masih mencurigai. Yusra menggelengkan kepalanya menatap bahwa tidak terjadi apa-apa. “Kalau begitu jangan kau tunjukkan lagi barang itu pada Cherish dan Ferish!”, kata kakak iparnya yang terakhir.
Yusra pun merasa lega, dan kakak iparnya membawa Cherish dan Ferish keluar dari kamar Yusra lalu menutup pintu kamar Yusra. Yusra yang sudah melihat mereka bertiga pergi dari kamarnya, kembali duduk sembari melanjuti menghisap minumannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Hari sudah berganti, matahari baru menampakkan dirinya dan cahayanya masih belum sempurna menyinari bumi. Karna sekarang baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, begitupula Qiera yang baru menerima sebuah telepon dari mamanya yang berada diluar negeri sana. Dan begitu Qiera mengangkatnya baru berkata “Halo mama!”, mamanya langsung berbicara memintanya untuk segera pulang keluar negeri.
Sebab tunangannya telah mengadukan bahwa Qiera terlalu sibuk sendiri selama berada di Indonesia. Qiera pun menyangkal kalau dirinya tidak seperti itu. Namun tunangannyalah sendiri yang berpikiran seperti itu, tunangannya yang selalu ingin diperhatikan tidak peduli dengan kesibukkan Qiera selama bekerja di Indonesia. Dan namun masih saja mamanya tidak mempercayainya, malah memintanya untuk segera pulang demi memperbaiki hubungan dirinya dengan tunangannya itu.
Qiera yang mulai merasa gerah juga merasa sedikit tak teradili. Langsung memutuskan pembicaraannya tanpa berkata pamit kepada mamanya lalu menonaktifkan ponselnya untuk beberapa saat. Usainya melakukan itu, Qiera menyempatkan dirinya untuk menangisi tentang apa yang baru saja didengarnya tadi. Dirinya tak kuasa mendengar sebuah cerita bohong yang telah disadukan oleh tunagannya kepada mamanya tentang dirinya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Sudah memasuki pertengahan hari, kini Qiera sedang berada disebuah danau dimana tempat Yusra ingin menceburkan dirinya beberapa waktu lalu. Qiera masih mengingat tentang itu, lalu ia berpikir apakah dirinya perlu bersikap seperti Yusra sementara telah disadarinya kalau dirinya tidak bisa berenang di air. “Apa yang harus aku lakukan? Bayangan kalau diriku akan terancam bila aku kembali kesana, mulai merasut dan semakin merasut jiwaku?!”, bisik hatinya menatapi air danau didepannya.
Kemudian ada seorang lelaki yang menepuk pundaknya dari arah belakang dirinya, dan seorang lelaki yang menepuknya itu sudah berada disamping kanan dirinya. Sementara Qiera baru akan melihat wajah seorang lelaki itu dicermin air danau yang masih ditatapinya. Ternyata seorang lelaki itu adalah Yusra, berbalik dengan khayalan Qiera yang mengira bahwa seorang lelaki itu adalah Fachri. Dan kini Qiera mulai memberanikan dirinya untuk melihat Yusra, sesuai dengan kenyataan yang telah dilihatnya.
“Aku disini sedang memikirkan tentang pertunanganku! Apakah aku harus memutuskannya? Atau memang harus meneruskannya hingga sampai kejenjang pernikahan?!”, Qiera langsung membaginya karna percaya pada Yusra. Menatap serius. Yusra yang tadinya melihat lurus kedepan, beralih melihat balik padanya menatap biasa.
“Katakan lagi! Aku masih ingin mendengar keluhmu!”, Yusra langsung menyahut mempersilahkan. Mulai menatap sedikit serius.
“Aku sudah tidak tahan dengan sikap dia yang sebagai tunanganku kini! Dia posesif, bahkan sering kali dia, over prosesif! Dia cemburu, bahkan sering kali dia, cemburuan dan terkadang tidak perlu untuk dicemburukan!”, Qiera mengungkap keluhnya. Masih menatap serius namun sedikit haru.
“Menurutku, kau harus membicarakannya dulu dengan keluargamu! Kau tidak perlu bersedih seorang diri seperti ini! Bukankah disini ada aku, juga mereka semua teman-temanmu?”, Yusra menyemangatkannya. Qiera terbayang wajah Fachri.
Kemudian Yusra memberi senyuman padanya mengira kalau Qiera sudah sedikit terbebas dari bebannya, menatap bahagia. Sedangkan Qiera memberikan senyuman palsu, menatap bahagia palsu pula sebab ia terbebani lagi dengan rasa pesonanya terhadap Fachri. Qiera, belum terbebas dari bebannya dengan tunangannya itu. Kini ditambah lagi dengan rasa pesonanya terhadap Fachri. Karna baru disadarinya kalau ia telah terpesona saat pertama kali berkonsultasi pada Fachri sewaktu dulu.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Dikediaman Mora, diramaikan oleh kehadiran Eisya yang ingin belajar memasak bubur ayam. Eisya ingin mahir memasak bubur ayam seperti Mora. Dan ia kini sedang berada didapur rumah kediaman Mora sedang meracik bumbu untuk bubur ayam yang akan dimasaknya sendiri. Sementara Mora masih berbelanja seekor ayam mentah disebuah supermarket terdekat. Kemudian secara diam-diam Fachri telah datang kerumah kediaman Mora, sudah memasuki kedalam akan menemui Eisya.
Sebab sebelumnya Fachri tidak sengaja membaca personal messenger milik Eisya yang bertuliskan, “Asik belajar memasak bubur ayam dirumah kediaman Mora!”. Lalu Fachri menggoda Eisya dengan mengajaknya chat dan Eisya memintanya untuk mencicipi bubur ayam hasil masakannya sendiri dikediaman Mora. Fachri tidak hanya berniat ingin mencicipi bubur ayam hasil masakan dari Eisya, Fachri juga berniat ingin bertemu melihat Mora. Ternyata Fachri sedikit bermodus pada saat ini.
Dan kini Fachri telah tiba didapur rumah kediaman Mora, dengan langsung berdiam disamping Eisya yang masih sibuk. “Eh, lo beneran dateng? Gue kira tadi, lo cuma read dan gak dateng kesini!”, Eisya menyapanya dengan meihatnya. Berhenti sejenak dari kesibukannya. “Jangan lama yah, satu jam setengah lagi praktek gue bakal open! Gue gak mau bikin pasien gue nunggu lama buat konsultasi!”, sahut Fachri baru melihat padanya sedikit menuntut.
Kemudian secara tiba-tiba, Mora datang dengan membawa seekor ayam mentah dengan nafas terengah-engah. Dan mereka berdua menjadi serentak melihat ke Mora sedikit kaget. Sedangkan Mora baru melihat keduanya sembari menahan kagetnya karna ada Fachri sedang bersama Eisya. Mora menjadi menatap hening ke Fachri, sedangkan Eisya akan berbicara kembali. “Fachri datang kesini, cuma mau mencicipi bubur ayam hasil masakanku!”, Eisya langsung memberitahukannya pada Mora.
“Fachri, kamu duduk manis saja dimeja makan! Biar kami yang bekerja didapur!”, Mora memberi perintah pada Fachri menatap gugup. Eisya baru melihat ke Fachri dengan menepuk canda pada pundak Fachri. Sedangkan Fachri yang merasakan tepukan canda darinya, menjadi tersenyum melihat padanya lalu pergi meinggalkan. “Kita harus menyelesaikannya! Sebelum jadwal praktek Fachri berstatus open!”, perintah Mora dengan berjalan mendekati Eisya.
Dan sementara Fachri yang sudah mendengar kata darinya, menjadi tersenyum kembali dengan duduk manis nan tegap dimeja makan. “Ya Allah, sesungguhnya kami saling menyayangi! Namun apa daya kami hanya sebagai manusia, aku hamba-Mu dan dia hamba dari Tuhannya! Terpaksa harus bisa saling menyayangi sebagai best friend forever saja!”, bisik hati Fachri merenungkan.
Setelah beberapa saat berjalan, Mora dan Eisya telah menyelesaikan masakannya, aroma sedap pun mulai tercium oleh Fachri dari dalam dapur hingga dirasa aroma sedap itu mendekati dirinya. Fachri yang masih duduk manis mulai merasakan jika Mora dan Eisya sedang berjalan menghampirinya. Dan itu membuat Fachri semakin betah untuk tetap duduk manis dimeja makan tersebut. Dan juga kini dilihatnya Eisya menaruhkan semangkuk bubur ayam dimeja tepat didepannya.
Lalu disambung Mora yang langsung menyuapinya, Eisya yang melihatnya menjadi tersenyum geli. “Bagaimana rasanya?”, tanya Mora usainya memberi satu suapan. Fachri masih mengunyah melihat Eisya. “Katakan padaku Fachri!”, pinta Eisya menatap ceria. Fachri berdiri dari duduknya usainya mengunyah makanan bubur ayam itu. “Enak! Eisya sudah bisa memasaknya sendiri lain halnya dengan Mora!”, Fachri mulai berkomentar melihat ke Eisya lalu ke Mora.
Eisya dan Mora pun menjadi terdiam melihat ke Fachri serentak. “Dasar bodoh! Aku tidak memakai jasa koki bayaran!”, Mora mengatakan yang sebenarnya. Fachri menjadi menatap kaget padanya. Dan Eisya menyambung, “Fachri telah terjebak oleh pemikirannya sendiri!”, dengan mengejeknya kecil. Seketika Fachri menjadi bingung karna perktaan dari keduanya. Namun ketika Fachri mulai beranjak akan pergi, Eisya langsung menahannya menghetikannya.
Kemudian disaat bersamaan, Mora memberikan suapan kedua untuk Fachri. Mereka berdua memperlakukan Fachri seperti anak kecil, yang dipaksa harus menghabiskan bubur ayam itu dengan disuapi oleh Mora. Sedangkan Eisya berbicara membujuknya, memberi rayuan layaknya sedang merayu anak kecil untuk segera menghabiskan makanannya. Tampak wajah Fachri menjadi kaku meladeni kedua wanita yang kini seperti dua orang pengasuh anak kecil.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar